ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO

dokumen-dokumen yang mirip
KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun


I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Ekonomi Makro


V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

A. Realisasi Keuangan

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

Analisis Potensi Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian Dalam Pembangunan Wilayah Di Kabupaten Sleman (Pendekatan Location Qoutient dan Shift Share)

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

PENENTUAN KOMODITI BASIS SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

IDENTIFIKASI POTENSI KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN DALAM PENERAPAN KONSEP AGROPOLITAN DI KECAMATAN PONCOKUSUMO, KABUPATEN MALANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten

LAMPIRAN 1. Tanda tangan,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

S. Andy Cahyono dan Purwanto

Tabel/Table 1.4 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Buah - Buahan Harvest Area, Production and yield Rate of Fruits Tahun/ Year 2013

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Masterplan Agropolitan Kabupaten Malang. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

EVALUASI STATUS KEBERLANJUTAN AGROPOLITAN PONCOKUSUMO, MALANG, JAWA TIMUR A. Faruq Hamdani 1, Benny Joy 2, dan E.

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

PENDAHULUAN. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal

Tabel 4.22 Peringkat Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan. Sub Komoditas Tanaman Pangan

ANALISIS PENENTUAN LOKASI TERMINAL AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL ILMIAH ALFIRA HADJU

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kota Kendari

DATA JUMLAH POHON, POHON PANEN, PRODUKSI,PROVITAS DAN HARGA TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUNAN DI PACITAN TAHUN 2010

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di


KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Siantar Marimbun 49,31%

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif. 1-2x /mgg. 2 minggu sekali

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Agus Hidayatullah Dibba Reymita Nadzib Subkhi


I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Tahun Bawang

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

30% Pertanian 0% TAHUN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu kecukupan pangan

BAB V PERTANIAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

TINJAUAN PUSTAKA. 2.6 Sub Sektor Perkebunan Kabupaten Simalungun. perekonomian Kabupaten Simalungun yaitu perkebunan besar/negara dan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Informasi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ) AGROPOLITAN PONCOKUSUMO Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang Email: hamdani_af@ymail.com Abstrak Pertumbuhan wilayah suatu daerah ditentukan oleh pemanfaatan kondisi alam dan pertumbuhan produksi wilayah bersangkutan. Pertumbuhan produksi basis dan komoditas non basis yang besar merupakan salah satu faktor pendorong yang akan meningkatkan pertumbuhan wilayah. Agropolitan Poncokusumo merupakan salah satu wilayah pengembangan agropolitan di Kabupaten Malang, disamping wilayah pengembangan lainnya. Wilayah Poncokusumo dipilih sebagai wilayah agropolitan karena memiliki keunggulan produk holtikultura lokal yang patut dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis LQ komoditas Apel memiliki nilai LQ tertinggi pada tahun 2012, tahun 2013 nilai LQ tertinggi ada pada komoditas bawang putih, sedangkan nilai LQ terendah pada tahun 2012 serta 2013 adalah komoditas pepaya. Kata Kunci: Agropolitan, Location Quotient, Wilayah. PENDAHULUAN Pembangunan wilayah berawal dari timbulnya kesadaran akan adanya masalah ketidakseimbangan pembangunan secara spasial. Lebih khusus kepada pembangunan antar wilayah, masalah agrolomerasi, dan menurunnya daya tarik perdesaan (Rustiadi, dkk., 2011). Pengembangan wilayah agropolitan menjadi penting dalam konteks kemajuan suatu wilayah. Hal ini disebabkan wilayah yang ada dikembangkan sesuai dengan keunikan lokal, sehingga dapat meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat, dan keberlanjutan pengembangan wilayah. Hal ini menjadi lebih pasti mengingat sektor yang dipilih sebagai pendorong kemajuan wilayah mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dibandingkan dengan sektor lainnya. Agropolitan merupakan konsep yang dikemukakan oleh Douglas dan Freidmann sejak tahun 1975 untuk mengatasi ketidakharmonisan antar wilayah. Agropolitan merupakan pendekatan pengembangan pertanian perdesaan yang memberikan berbagai macam pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk wilayah produksi pertanian dan wilayah di sekitarnya (Douglas, 1981). Agropolitan terdiri dari kata agro yang berarti pertanian dan politan yang berarti kota, sehingga agropolitan merupakan kota yang berada di lahan pertanian. Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agrobisnis serta mampu melayani, dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian disekitarnya (Sumarmi, 2012). Pendekatan agropolitan ini diharapkan pula mampu mendorong penduduk perdesaan tetap tinggal di perdesaan melalui investasi di wilayah perdesaan. Agropolitan bisa mengantarkan tercapainya tujuan akhir menciptakan 44

daerah yang mandiri dan otonom (Rustiadi, dkk., 2011). Pengembangan potensi wilayah agropolitan mengacu pada potensi pertanian yang dimilikinya. Komoditas basis dan komoditas non basis dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui produksi pertanian suatu wilayah. Komoditas basis merupakan hasil kegiatan masyarakat yang hasilnya ditujukan ke wilayah luar, sementara komoditas non basis merupakan hasil kegiatan yang ditujukan untuk wilayah sendiri. Peningkatan pendapatan dari permintaan komoditas basis dari luar daerah, akan memicu kenaikan permintaan sektor non basis juga, yang berarti mendorong kenaikan investasi bagi sektor non basis (Arifien, dkk., 2012). Peningkatan komoditas pertanian baik basis atau non basis akan meningkatkan kemajuan perekonomian di wilayah desa, sehingga kesenjangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan bisa diminimalisir. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis komoditas basis dan non basis di agropolitan Poncokusumo. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara dengan Kabid pengolahan pemasaran hasil dan pengembangan sumber daya pertanian dinas pertanian dan perkebunan Kabupaten Malang, Kasi Ekonomi dan Perdagangan Kecamatan Poncokusumo, Ketua Penyuluh Pertanian Kecamatam Poncokusumo, Mantri Tani Kecamatan Poncokusumo, dan Kepala Gapoktan Sido Mukti. Data sekunder didapatkan dari dinas pertanian dan perkebunan Kabupaten Malang berupa data produktivitas tanaman tahun 2012-2013, dan data dari badan pusat statistik Kabupaten Malang 2012-2015. Data yang diperoleh dari observasi lapangan dan data sekunder berupa komoditas pertanian dianalisis dengan menggunakan Location Quotient (LQ). Analisis ini merupakan suatu pendekatan yang dipergunakan untuk menentukan sektor basis atau non basis wilayah. Rumus Location Quotient (Bendavid-Val, 1991) adalah sebagai berikut: Ket: LQ = Indeks pemusatan aktivitas ekonomi X r = Jumlah produksi pertanian komoditas tertentu di wilayah Poncokusumo X n = Jumlah produksi pertanian komoditas tertentu di wilayah Kabupaten Malang RV r = Total produksi sektor pertanian di wilayah Poncokusumo RV n = Total produksi sektor pertanian di wilayah Kabupaten Malang Suatu aktivitas dikatakan sebagai sektor basis ataupun non basis wilayah jika: 1. LQ > 1 maka merupakan aktivitas basis. 2. LQ = 1 maka aktivitas tersebut sama dengan produksi keseluruhan. 3. LQ < 1 maka merupakan aktivitas non basis. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Poncukusumo merupakan salah satu wilayah dari 33 kecamatan di 45

Kabupaten Malang. Secara astronomis Kecamatan Poncokusumo terletak di 112,43 0 BB 112,55 0 BT dan 8,68 0 LS 7,59 0 LS. Secara geografis wilayah Kecamatan Poncokusumo sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Jabung, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wajak, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tajinan. Kecamatan Poncokusumo memiliki luas wilayah secara keseluruhan sekitar 100,48 km 2 atau sekitar 3,46% dari luas total Kabupaten Malang. Kecamatan Poncokusumo terdiri dari 17 desa, 46 dusun, 170 RW, dan 822 RT. Kondisi geografis desa di Kecamatan Poncokusumo adalah perbukitan dan lereng pegunungan dengan ketinggian rata-rata + 1000-1500 mdpl. Delapan desa dengan topografi berbukit, yakni Dawuhan, Sumberejo, Pandansari, Ngadireso, Poncokusumo, Wringinanom, Gubugklakah, dan Ngadas, serta sembilan desa dengan topografi datar, yakni Karanganyar, Jambesari, Pajaran, Argosuko, Ngebruk, Karangnongko, Wonomulyo, Belung, dan Wonorejo (BPS, 2015) Gambar 1. Peta Administratif Kecamatan Poncokusumo Potensi dan Produksi Pertanian Kecamatan Poncokusumo dengan sumber pendapatan utama berasal dari sektor pertanian, dengan komoditi unggulan sebagai wilayah agropolitan berasal dari tanaman holtikultura. Komoditi apel ana, apel rome beauty, apel manalagi, belimbing, kubis, cabe, serta sawi merupakan sebagian dari jenis komoditi unggulan yang dihasilkan di wilayah ini. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang (tabel 1) didapatkan bahwa total produksi sayuran di Kecamatan Poncokusumo pada tahun 2013 (tabel 1) adalah sebesar 780.820 kuintal dari 14 jenis sayur mayur hasil panen. Jenis tanaman yang menghasilkan total produksi terbesar adalah kubis dengan total produksi sebesar 177.750 kwintal. Tabel 1. Total Produksi Sayuran Kecamatan Poncokusumo Tahun 2013 No Jenis Tanaman Total Produksi (kw) 1 Bawang Putih 600 2 Kentang 112.000 3 Kubis 177.750 4 Sawi 7.080 5 Wortel 2.320 6 Kacang Panjang 42.920 7 Cabe 167.120 8 Tomat 116.080 9 Terung 56.480 10 Buncis 37.000 11 Ketimun 41.680 12 Labu Siam 14.240 13 Kangkung 3.210 14 Bayam 2.340 Total 780.820 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan, 2013. 46

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang didapatkan data total produksi buah Kecamatan Poncokusumo pada tahun 2013 (tabel 2) adalah sebanyak 484.195 kwintal dari 18 jenis buah-buahan hasil panen. Total produksi terbanyak adalah buah Apel dengan total produksi sebanyak 269.996 kwintal. Tabel 2. Total Produksi Buah Kecamatan Poncokusumo Tahun 2013 No Jenis Tanaman Total Produksi (kw) 1 Apel 269.996 2 Belimbing 34.384 3 Alpukat 7.937 4 Duku 613 5 Durian 6.679 6 Jambu Air 325 7 Jambu Biji 2.055 8 Jeruk Siam 9.559 9 Mangga 171 10 Manggis 15 11 Melinjo 44 12 Nangka 8.884 13 Pepaya 2.677 14 Pisang 138.836 15 Rambutan 779 16 Salak 291 17 Sawo 91 18 Sirsak 1.579 Total 484.915 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan, 2013 Kegiatan Basis dan Non Basis Pertanian Agropolitan Poncokusumo Kegiatan pertanian merupakan kegiatan utama dalam mendukung agropolitan di Kecamatan Poncokusumo. Beranekaragamnya hasil pertanian yang ada wilayah ini merupakan faktor pendukung dalam memajukan wilayah Agropolitan. Keanekaragaman hasil pertanian didominasi oleh tanaman holtikultura, baik sayuran maupun buahbuahan, dengan produk unggulan yang sudah dikenal masyarakat yakni Apel dan Belimbing. Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) maka didapatkan hasil tanaman basis dan non basis pertanian di Agropolitan Poncokusumo yang disajikan pada Tabel. Berdasarkan hasil analisis terdapat tiga kelompok komoditas, yakni: 1. Komoditas Basis Pertanian dengan nilai LQ > 1. Komoditas basis pertanian didominasi oleh jenis sayuran dan beberapa komoditas buah-buahan yang ada di Kecamatan Poncokusumo. Komoditas bawang putih, kentang, kubis, kacang panjang, cabe, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung serta bayam merupakan komoditas basis pertanian pada tahun 2012. Pada tahun 2013 semua jenis sayuran tersebut masih menjadi komoditas basis di Agropolitan Poncokusumo. Komoditas buah apel, belimbing, jambu biji, dan sirsak yang merupakan komoditas unggulan di Agropolitan Poncokusomo merupakan komoditas basis baik pada tahun 2012 maupun tahun 2013. 2. Komoditas Non Basis Pertanian dengan nilai LQ < 1. Komoditas non basis pertanian di Agropolitan Poncokusumo didominasi oleh komoditas holtikultura serta perkebunan yang memiliki total produksi selama tahun 2012-2013 yang tidak 47

terlalu besar. Komoditas non basis pertanian di Agropolitan Poncokusumo antara lain wortel, alpukat, duku, durian, jeruk siam, mangga, manggis, melinjo, nangka, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, dan tebu. 3. Komoditas Produksi Umum dengan nilai LQ =1. Komoditas produksi umum merupakan komoditas yang memiliki nilai LQ sama dengan 1. Beberapa komoditas produksi umum yakni sawi, jambu air, serta jagung pada tahun 2012 dan alpukat, durian, jambu air, nangka pada tahun 2013. Berdasarkan hasil analisis LQ nampak bahwa komoditas Apel memiliki nilai LQ tertinggi pada tahun 2012 dengan 24,10, sedangkan tahun 2013 nilai LQ tertinggi ada pada komoditas bawang putih dengan 24,50. Nilai LQ terendah pada tahun 2012 serta 2013 adalah komoditas pepaya. Tingginya nilai LQ komoditas apel di Agropolitan Poncokusumo dikarenakan apel merupakan komoditas unggulan yang telah ada sejak awal adanya kegiatan pertanian di Poncokusumo pada tahun 1990-an. Produksi Apel mayoritas berada di Desa Poncokusumo, Pandansari, Gubuklakah dan Wringinanom. Berdasarkan hasil wawancara produksi apel sampai saat ini masih tetap menjadi produksi utama walaupun total produksinya sudah semakin berkurang. Berkurangnya produksi ini digantikan dengan produksi lain diantaranya adalah belimbing, jambu biji, serta berbagai macam jenis sayuran. Nilai LQ dari sektor sayuran yang tertinggi pada tahun 2012 adalah Ketimun, dan pada tahun 2013 adalah Bawang Putih. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa apel dan bawang putih sebagai komoditas basis merupakan keunggulan komparatif lokal yang ada di agropolitan Poncokusumo. Oleh karena itu hasil produksi apel dan bawang Putih menjadi komoditas yang paling banyak dijual ke luar daerah. Sedangkan hasil dari komoditas non basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya seringkali diperuntukkan bagi masyarakat di wilayah mereka sendiri, yakni komoditas sawi, wortel, alpukat, duku, atau durian. Pertumbuhan wilayah suatu daerah ditentukan oleh pemanfaatan kondisi alam dan pertumbuhan basis produksi wilayah bersangkutan. Pertumbuhan produksi basis yang besar berdasarkan hasil analisis di Kecamatan Poncokusumo merupakan salah satu pendorong dalam pertumbuhan wilayah sebagai wilayah agropolitan. Tabel 3. Nilai Komoditas Pertanian Agropolitan Poncokusumo No Komoditas Nilai LQ Pertanian 2012 2013 1 Bawang 16.33 B B Putih 24.50 2 Kentang 16.57 B 14.25 B 3 Kubis 12.52 B 13.02 B 4 Sawi 1.34 PU 2.19 B 5 Wortel 0.30 NB 0.91 NB 6 Kacang 18.77 B B Panjang 15.93 7 Cabe 14.11 B 10.30 B 8 Tomat 10.93 B 12.11 B 9 Terung 19.06 B 12.44 B 10 Buncis 13.28 B 10.04 B 11 Ketimun 20.16 B 14.22 B 12 Labu Siam 12.78 B 6.30 B 48

13 Kangkung 2.55 B 4.44 B 14 Bayam 5.82 B 7.76 B 15 Apel 24.10 B 22.75 B 16 Belimbing 12.71 B 19.24 B 17 Alpukat 0.93 NB 1.53 PU 18 Duku 0.43 NB 0.77 NB 19 Durian 1.10 PU 1.15 PU 20 Jambu Air 1.63 PU 2.10 PU 21 Jambu Biji 3.62 B 2.72 B 22 Jeruk Siam 0.21 NB 0.49 NB 23 Mangga 0.05 NB 0.04 NB 24 Manggis 0.06 NB 0.05 NB 25 Melinjo 0.11 NB 0.07 NB 26 Nangka 1.21 PU 1.95 PU 27 Pepaya 0.03 NB 0.17 NB 28 Pisang 1.23 PU 0.77 NB 29 Rambutan 0.37 NB 0.26 NB 30 Salak 0.06 NB 0.05 NB 31 Sawo 0.70 NB 0.82 NB 32 Sirsak 4.28 B 2.55 B 33 Tebu 0.67 NB 0.44 NB 34 Jagung 1.77 PU 2.11 B Sumber: Hasil Analisis. Ket: B=Basis, NB= Non Basis, PU=Produksi Umum KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian analisis location quotient agropolitan Poncokusumo menunjukkan komoditas Apel memiliki nilai LQ tertinggi pada tahun 2012, tahun 2013 nilai LQ tertinggi ada pada komoditas bawang putih, sedangkan nilai LQ terendah pada tahun 2012 serta 2013 adalah komoditas pepaya. Tingginya jumlah komoditas basis diharapkan akan mendorong peningkatan kemajuan perekonomian di Kecamatan Poncokusumo. DAFTAR PUSTAKA Arifien, Moh., Fafurida, dan Vitradesia, N. 2012. Perencanaan Pembangunan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan Dalam Upaya Penaggulangan Masalah Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13 No 2 Desember 2012 (288-302). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang 2010-2030. Malang: Bappeda. Bendavid-Val, Avrom. 1991. Regional and Local Economics Analysis for Practitioners. New York: Greenwood Publishing Group, Inc. BPS. 2015. Kecamatan Poncokusumo Dalam Angka 2015. Malang: Badan Pusat Statistik. Douglas, Mike. 1981. Agropolitan Development: An Alternative for Regional Development in Asia. Nepal Geographical Society Vol 13. Rustiadi, Ernan., S. Saefulhakim, dan D.R. Panuju. 2011. Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Sitohang, Maria Rumondang. 2012. Analisis LQ Sektor Sektor Pereknomian Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Peningkatan Pendapatan Daerah. VISI (2012) 20 (1) 761-722. 49

Sumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang: Aditya Media Publishing. 50