350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS SUPERKONDUKTOR YBCO DENGAN METODE EVAPORASI DAN KARAKTERISASINYA ANDRI PURNOMO PUTRO

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup:

Gambar 5. Skema SEM, III. BAHAN DAN METODE

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

SINTESIS SUPERKONDUKTOR YBCO DENGAN METODE KOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASINYA WIDYA PURNAMA AJI

PENGARUH DOPAN Pb DAN Sb TERHADAP ENERGI AKTIVASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2212

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

SINTESIS SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x SECARA KOPRESIPITASI UNTUK APLIKASI INDUSTRI NUKLIR

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Bab III Metodologi Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 4 Data dan Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan pembahasan

Bab III Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

4 Hasil dan pembahasan

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BPSCCO/Ag MENGGUNAKAN METODE PADATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

KB 2. Teknologi Kereta Api Yang Berkecepatan Tinggi. Aplikasi superkonduktor dalam teknologi kereta Api supercepat adalah memanfaatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR-X MENGGUNAKAN CELREF

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. walaupun tanpa adanya sumber tegangan (Rusdi, 2010). Suatu superkonduktor

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metoda Penelitian

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

Superkonduktor Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

01 : STRUKTUR MIKRO. perilaku gugus-gugus atom tersebut (mungkin mempunyai struktur kristalin yang teratur);

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) (

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer

SINTESIS BAHAN ND 1 (Fe) x Ba 2-x Cu 3 O y DENGAN METODE REAKSI PADATAN (SOLID STATE REACTION)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

Transkripsi:

Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Efek Meissner Pengujian efek Meissner dilakukan dengan dua metode. Yang pertama superkonduktor yang diletakkan di atas magnet dan yang kedua magnet diletakkan di atas superkonduktor. Pada pengujian metode yang pertama menunjukkan bahwa bahan tersebut telah berhasil menunjukkan sifat superkonduktor dengan melayang di atas magnet permanen setelah superkonduktor direndam nitrogen cair. Pada gambar 13 terlihat superkonduktor tersebut dapat melayang diatas magnet selama 15 detik dengan daya angkat yang cukup tinggi (2-3 mm). Kemudian pada pengujian metode yang kedua, superkonduktor direndam dalam nitrogen cair lalu magnet permanen diletakkan di atas superkonduktor dan terlihat magnet permanen dapat melayang di atas superkonduktor dengan daya angkat yang tinggi (3-4 mm). Pada pengujian magnet di atas superkonduktor, terjadi penolakan garis-garis gaya magnet (ekslusi magnet). Magnet permanen cenderung terlempar keluar dari permukaan sampel, tetapi pada suatu posisi tertentu terlihat adanya fenomena penjepitan fluks sehingga magnet dapat melayang. Uji Meissner Uji Konduktivitas Uji XRD Uji SEM Gambar 12. Diagram alir sintesa sampel YBCO Gambar 13. Fenomena levitasi sampel superkonduktor melayang di atas magnet. 13

Terjadinya ekslusi fluks karena pada saat medan eksternal diberikan pada superkonduktor akan timbul arus pada permukaan sampel, arus ini akan menginduksikan medan magnet (B) di dalam sampel yang arahnya berlawanan dengan arah medan eksternal. Magnet akan jatuh saat T>Tc, saat ini bahan dalam keadaan normal. 4.2 Uji struktur kristal dengan XRD Dengan mengetahui pola difraksi sinar-x dapat dilihat dan dipelajari perkembangan fase-fase yang terbentuk selama proses sebelumnya. Tujuan lainnya adalah menganalisis kemurnian fase dan jenis fase impuritas serta untuk menentukan struktur kristal berdasarkan identifikasi intensitas sinar-x terhadap sudut 2θ. Sudut difraksi 2θ diambil dari 10 sampai dengan 80. Untuk uji struktur kristal superkonduktor dilakukan berdasarkan data pola difraksi sinar x dari sampel YBCO. Puncak-puncak difraksi yang tajam dari pola difraksi menunjukkan bahwa sampel telah mengkristal dengan baik. Selanjutnya pola difraksi masing-masing sampel dianalisis dengan menganggap sampel berfasa tunggal, memiliki bentuk struktur kristal ortorombik dengan grup ruang Pmmm No.47. Koordinat fraksi atom-atom Y, Ba, Cu dan O ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. koordinat fraksi atom Y, Ba, Cu dan O di dalam sel satuan ortorombik, grup ruang Pmmm pada Tabel Internasional No.47 Atom Koordinat fraksi Y (1/2, 1/2, 1/2) Ba (1/2, 1/2, z) (1/2, 1/2, -z) Cu (1) (0, 0, 0) Cu (2) (0, 0, z) (0, 0, -z) O (1) (1/2, 0, 0) O (2) (0, 1/2, 0) O (3) (0, 1/2, z) (0, 1/2, -z) O (4) (0, 0, z) (0, 0, -z) O (5) (1/2, 0, z) (1/2, 0, -z) Pola pertumbuhan fasa kristal YBa 2 Cu 3 O 7-x dapat dilihat pada gambar 14, 15 dan 17 yang masing-masing adalah grafik XRD hasil cuplikan pirolisis, kalsinasi dan sintering. Pada cuplikan hasil pirolisis adalah berupa oksida-oksida YBCO-123, YBCO- 211, Ba(NO 3 ) 2, BaO, dan CuO sedangkan hasil proses yang berupa gas CO 2, CO, NO 2, dan NO merupakan gas yang beracun dihisap melalui instalasi pirolisis. Adanya Ba(NO 3 ) 2 dalam cuplikan hasil pirolisis mungkin terjadi karena titik leleh dari Ba(NO 3 ) 2 810 o C belum tercapai, dengan demikian belum terjadi degradasi Ba(NO 3 ) 2. Proses kalsinasi dilakukan pada suhu puncak 900 o C sebanyak 3 kali masingmasing selama 4 jam. Hasil kalsinasi dianalisis dengan difraksi sinar-x dan diperlihatkan pada Gambar 15. Gambar 15 menunjukkan bahwa hasil kalsinasi terdiri dari fasa YBCO-123, CuO dan BaO. Keberadaan fasa BaO ini menunjukkan bahwa pada tahap kalsinasi belum semua komponen membentuk YBCO-123. Hal ini didukung oleh munculnya fase CuO. Dari data tersebut disimpulkan bahwa pada cuplikan hasil kalsinasi sudah terbentuk fasa-123, walaupun belum sempurna. Diperoleh data parameter kisi: a = 3.88 (1) Å; b = 3.83 (1) Å; c = 11.60 (5) Å. Tabel 2. Data parameter struktur fasa-123 pada cuplikan produk kalsinasi Atom Faktor hunian atom, g j Koordinat fraksi atom x y z Y 0,5 0,5 0,5 0,5 Ba 0,7 0,5 0,5 0,13(1) Cu(1) 1,0 0,0 0,0 0,0 Cu(2) 1,0 0,0 0,0 0,30(2) O(1) 0,63 0,5 0,0 0,0 O(2) 0,01 0,0 0,5 0,0 O(3) 1,0 0,0 0,0 0,20(9) O(4) 1,0 0,0 0,5 0,74(8) O(5) 1,0 0,5 0,0 0,05 14

Intensity Pada hasil sinter cuplikan tersebut menunjukkan bahwa fasa yang muncul adalah YBCO-123, fasa lain tidak nampak, seperti diperlihatkan pada Gambar 16. Hasil ini menunjukkan bahwa fasa 211 telah bereaksi dengan BaO dan menghasilkan YBCO-123 sehingga fraksi fasa 123 meningkat. Ini berarti bahwa fasa tunggal fasa-123 telah terbentuk dengan sempurna. Unsur-unsur Y, Ba, Cu, dan O berturut-turut sebanyak 1, 2, 3, dan (7-x) mol per sel satuan, dimana 0,0 < x < 0,5; sistem kristal ortorombik, grup ruang : Pmmm Nomor 47. Parameter kisi a = 3,886 (2) Å, b = 3,841 (2) Å, c = 11,680 (6) Å, 2dan α = β = γ = 90. Tabel 3. Data parameter struktur fasa-123 pada cuplikan produk sintering Atom Faktor hunian atom, g j Koordinat fraksi atom x y z Y 1,0 0,5 0,5 0,5 Ba 1,0 0,5 0,5 0,145(2) Cu(1) 1,0 0,0 0,0 0,0 Cu(2) 1,0 0,0 0,0 0,305(5) O(1) 0,63 0,5 0,0 0,0 O(2) 0,01 0,0 0,5 0,0 O(3) 1,0 0,0 0,0 0,16(2) O(4) 1,0 0,0 0,5 0,37(2) O(5) 1,0 0,5 0,0 0,30(2) PIROLISIS 200 180 Ba(NO3)2 Ba(NO3)2 160 140 Ba(NO3)2 CuO CuO BaO 120 Y2BaCuO5 CuO 100 80 60 40 20 0 10 20 30 40 50 60 70 80 deg 2θ Gambar 14. Pola difraksi YBCO pirolisis 15

Intensity 900 800 KALSINASI 700 600 500 400 300 200 100 CuO BaO BaO 0 10 20 30 40 50 60 70 80 deg 2θ Gambar 15. Pola difraksi YBCO kalsinasi Gambar 16. Fitting difraksi YBCO kalsinasi 16

Intensity 500 450 SINTERING 400 350 300 250 200 150 100 50 0 10 20 30 40 50 60 70 80 deg 2θ Gambar 17. Pola difraksi YBCO sintering Gambar 18. Fitting difraksi YBCO sintering. 17

4.3 Pengukuran konduktivitas (σ) dan suhu kritis (Tc) Suhu kritis merupakan sifat intrinsik dari superkonduktor dimana tidak akan banyak berubah dengan berbagai macam metode pembuatan sampel. Dari hasil pengukuran konduktivitas dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas yang secara tajam melonjak pada suhu 100 K yang berarti pada suhu itulah terjadinya fenomena superkonduktor. Suhu 100 K itulah yang didapat sebagai suhu kritis (Tc) superkonduktor. Gambar 19 menunjukkan kenaikan konduktivitas sampel YBCO ketika diturunkan suhunya sampai temperatur 100 K. Ada hubungan erat antara suhu dan nilai konduktivitas cuplikan. Pada suhu semakin rendah nilai konduktivitasnya semakin meningkat, hal ini menunjukkan karakteristik dari superkonduktor. Peningkatan nilai konduktivitas ini terjadi karena cuplikan mengarah pada suhu kritisnya, dimana pada suhu kritis maka resistansi superkonduktor adalah mendekati nol sehingga tercapai konduktivitas maksimumnya sebesar 0,00042 S/cm.. Dari hasil pengukuran konduktivitas, terlihat bahwa sampel YBCO menunjukkan perilaku superkonduktif (ρ = 0) pada suhu T<Tc, sampel kembali normal saat T>Tc. Panjang rantai ikatan Cu(2)-O(3) ditentukan sebagai selisih dari hasil perkalian fraksi kordinat atom (z) dengan besarnya parameter kisi, c. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan panjang rantai ikatan (d) dengan Tc, diketahui semakin besar harga d, Tc semakin menurun (dari majalah : Neutron News, 1990). 0.14000 0.12000 0.10000 0.08000 0.06000 0.04000 0.02000 0.00000 average freq 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 Gambar 19. Konduktivitas sampel YBCO pada rata-rata frekuensi 4.3 Uji struktur mikro dengan SEM dan MO Pemeriksaan struktur mikro mempunyai peranan penting dalam pengujian bahan, karena bentuk struktur pada dasarnya menentukan sifat fisik, mekanis, kimia dan termal bahan. Dengan demikian melalui pengamatan terhadap struktur bahan dapat ditentukan tentang bidang patah, pemisahan, inklusi, pori-pori dan arah retak. Gambar hasil pengukuran struktur mikro permukaan cuplikan dengan SEM ditunjukkan pada gambar 20, 21, 22 dengan masing-masing perbesaran 1000x, 3000x dan 5000x. Terlihat jelas bahwa cuplikan superkonduktor YBCO-123 memperlihatkan struktur mikro yang rapat, fine-grined dan terdistribusi secara acak dengan ukuran butir < 10 µm. Pada sampel cuplikan SEM dengan ketiga perbesaran tersebut juga dapat diamati bahwa sampel YBCO produk evaporasi memperlihatkan mikrostruktur yang rapat (dense microstructure) ini dikarenakan tingkat kehomogenitasan superkonduktor YBCO hasil evaporasi sangat baik. Pada ketiga gambar cuplikan sampel diatas terlihat grain allignment yang tidak sempurna, terlihat pula batas butir yang lebih banyak, hal ini kemungkinan disebabkan laju pendinginan yang cepat sehingga sampel belum terorientasi sempurna. Perbedaan kemampuan sampel average frek 18

dalam mengantarkan konduktivitas tanpa resistansi ini tidak hanya diakibatkan oleh perubahan struktur mikronya akan tetapi juga oleh terjadinya penumbuhan fasa non superkonduksi, yang mana fasa ini dapat mempercepat terjadinya pemecahan pasangan cooper (break pair). Pada kurva kandungan bahan pada gambar 23 dalam cuplikan SEM YBCO dapat diketahui jumlah kandungan atomatom pembentuk superkonduktor YBCO sudah mendekati fase superkonduktor ideal YBa 2 Cu 3 O 7-x. Gambar 22. Struktur mikro YBCO sampel perbesaran SEM 5000x. Gambar 20. Struktur mikro YBCO sampel perbesaran SEM 1000x. Gambar 23. Kurva hasil EDX YBCO Gambar hasil pengukuran struktur mikro YBCO pada bagian permukaan menggunakan mikroskop optik masingmasing dengan perbesaran 100x dan 200x ditunjukkan oleh gambar 24 dan 25. Gambar 21. Struktur mikroybco sampel perbesaran SEM 3000x. Gambar 24. Struktur mikro sampel YBCO perbesaran MO 100x 19

.Gambar 25. Struktur mikro sampel YBCO perbesaran MO 200x Gambar 24 dan 25 belum menunjukkan dengan jelas struktur mikro dari YBCO. Terlihat ada beberapa celah pada bagian permukaan yang melintang pada sampel. Pada gambar tersebut terlihat matrix-matrix penyusun dengan warna hitam dan putih menyelimuti hampir seluruh bagian cuplikan superkonduktor yang mengindikasikan kehomogenitasan unsur-unsur pembentuk superkonduktor sudah tinggi. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada penelitian ini telah berhasil dibuat superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7-x dengan metode evaporasi. Berdasarkan fenomena dan data-data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7-x dapat disintesa dengan metode evaporasi yaitu dengan menggunakan garam-garam nitrat yttrium, barium, dan tembaga. Fenomena yang dapat dibuktikan adalah adanya efek Meissner dan diperolehnya konduktivitas yang menngkat tajam pada suhu kritis (dari 4.2 x 10-4 S/cm ke nilai 1.309 x 10-1 S/cm). Suhu kritis superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7-x terletak pada daerah 100 K. Hasil karakterisasi sinar-x menunjukkan bahwa sampel YBCO telah mengkristal dengan baik, dari hasil grafik sinar-x produk sintering, sampel memiliki kemurnian yang tinggi dan telah membentuk fase YBCO-123. Data hasil mikroskop optik masih belum menunjukkan struktur mikro dengan jelas, namun dapat diketahui dari mikroskop optik bahwa sampel YBCO telah mencapai kehomogenitasan yang tinggi. Sedangkan hasil SEM memperlihatkan mikrostruktur yang rapat dan terdistribusi secara acak dengan ukuran butir < 10 µm. Hal ini menunjukkan bahwa metode evaporasi dapat digunakan untuk mengoptimalisasi sintesa superkonduktor YBa 2 Cu 3 O 7-x. Saran Setelah melakukan penelitian ini masih didapatkan kekurangan-kekurangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu dilakukan : 1. Penekanan dengan beban yang sesuai yang tidak terlalu keras saat pencetakan sampel, supaya didapatkan sampel dengan kerapatan tinggi dan tidak mudah pecah. 2. Untuk mendapatkan serbuk sampel dengan kemurnian tinggi perlu dilakukan proses kalsinasi yang lama saat penahanan pada suhu 900 o C dan berulang sebanyak lebih dari empat kali agar gas-gas pengotor tereduksi secara maksimal. 20