BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi perubahan integritas molekuler (Sheehan 1997 dalam Sumarsono, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini berupa jumlah sel (CFU/ml) Bacillus megaterium dengan

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga. No. formula waktu inkubasi hasil SPC. 1 K 0 7 x K 0 1,1 x K 0 5,5 x 10 6.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kurva Standar dan Kurva Pertumbuhan Campuran Bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

HASIL DAN PEMBAHASAN. ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003).

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pertumbuhan Konsorsium Bakteri Pada Biodekomposer

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik

PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DAN DEKOLORISASI SENYAWA PEWARNA STRAWBERRY RED DAN ORANGE YELLOW DALAM KONDISI CURAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif.

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

STUDI VIABILITAS DAN POLA PERTUMBUHAN Bacillus megaterium PADA KONSENTRASI MOLASE DAN WAKTU INKUBASI YANG BERBEDA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

Tingkat Kelangsungan Hidup

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

X. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah

BIODEGRADASI MINYAK OLEH Rhodotorula dan Candida HASIL ISOLASI DARI PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

I. PENDAHULUAN. Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki

PEMANFAATAN KONSORSIUM MIKROBA DARI KOTORAN SAPI DAN KUDA PADA PROSES BIODEGRADASI LIMBAH MINYAK BERAT (LMB)

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Acinetobacter sp. P2(1) dan crude enzyme lipase Micrococcus sp. L II 61

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

I. PENDAHULUAN. lingkungan dapat menyebabkan pencemaran tanah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

3 METODE. Bahan dan Alat Penelitian

Biodegradasi Senyawa Hidrokarbon Oleh Strain Bacillus cereus(vic) Pada Kondisi Salinitas Yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

SIMULASI PROSES BIOREMEDIASI PADA LAHAN TERKONTAMINASI TOTAL PETROLEUM HIDROKARBON (TPH) MENGGUNAKAN SERABUT BUAH BINTARO DAN SEKAM PADI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

HASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif

SKRIPSI ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI INDIGENUS DALAM PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH DOMESTIK

Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jumlah total bakteri pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. 2. Nilai ph pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. 3. Kadar oil sludge yang terdegradasi pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. Uraian tentang masing-masing data hasil penelitian tersebut, selanjutnya akan disajikan dan dibahas secara berturut-turut sebagai berikut. 4.1 Jumlah Total Sel Bakteri Pertumbuhan bakteri selama proses biodegradasi diamati dari jumlah total bakteri (TPC). Total plate count (TPC) merupakan cara perhitungan jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam suatu produk yang tumbuh pada media agar pada suhu dan waktu yang ditetapkan. Mikroba yang telah teradaptasi didalam lingkungan hidrokarbon akan tumbuh dan berkembang biak yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel mikroba (Noegroho, et.al, 1979 dalam Hamdiyah,2000). Total mikroba yang aktif akan menentukan kemampuan mikroba untuk dapat mendegradasi polutan. Tingkat degradasi hidrokarbon dipengaruhi oleh jumlah 30

31 populasi bakteri (MECHEA,1991 dalam Charlena, 2010). Data hasil log jumlah total bakteri (total plate count) selanjutnya disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Rata-rata hasil log Total Plate Count bakteri pada berbagai variasi perlakuan (CFU/mL). TPC pada ulangan ke- Rata-rata Konsorsium 1 2 3 KH0 6,85 5,03 6,74 (6,2±1) a M1H0 11,54 11,23 11,23 (11,3±0,2)ab M2H0 11,29 11,43 9,46 (10,7±1,1)a M3H0 9,67 9,86 11,05 (10,2±0,7)a KH7 21,06 16,49 15,85 (17,8±2,8)abcde M1H7 21,35 22,01 21,99 (21,8±0,4)ce M2H7 22,31 21,96 20,34 (21,5±1)bcde M3H7 20,22 21,43 20,05 (20,6±0,8)e KH14 23,72 22,51 24,54 (23,6±1)bcde M1H14 25,34 24,97 26,5 (25,6±0,8)d M2H14 25,08 26,48 27,17 (26,2±1)cd M3H14 25,37 25,4 27,34 (26±1,1)cd Keterangan: Perbedaan huruf dibelakang nilai menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (berdasarkan hasil uji Games-Howell). 1. K H0 : Kontrol hari ke-0 2. K H7 : Kontrol hari ke-7 3. K H14 : Kontrol hari ke-14 4. M1 H0 : Konsorsium M1 hari ke-0 5. M1 H7 : Konsorsium M1 hari ke-7 6. M1 H14 : Konsorsium M1hari ke-14 7. M2 H0 : Konsorsium M2 hari ke-0 8. M2 H7 : Konsorsium M2 hari ke-7 9. M2 H14 : Konsorsium M2 hari ke-14 10. M3 H0 : Konsorsium M3 hari ke-0 11. M3 H7 : Konsorsium M3 hari ke-7 12. M3 H14 : Konsorsium M3 hari ke-14.

32 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata hasil TPC terbesar adalah pada formula M2 dengan masa inkubasi 14 hari, kemudian diikuti oleh formula M3 dan M1 pada lama waktu inkubasi 14 hari. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu inkubasi dan konsorsium bakteri, serta kombinasi terbaik dalam hasil perhitungan jumlah total bakteri (TPC) dilakukan dengan uji statistik. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov- Smirnov test dan homogenitas menggunakan Levene Test. Karena data TPC tersebut tidak homogen, maka uji yang digunakan adalah Brown-Forsythe test untuk mengetahui adanya pengaruh variasi jenis formula dan lama waktu inkubasi terhadap hasil perhitungan jumlah total bakteri. Setelah diketahui adanya pengaruh, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan menggunakan Games-Howell test untuk mengetahui tingkat signifikasi antar perlakuan. Berikut adalah tabel serta diagram hasil perhitungan jumlah total sel bakteri (TPC).

Log jumlah bakteri (CFU/mL) Log jumlah sel bakteri (CFU/mL) ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 33 30 25 20 15 10 5 0 0 7 14 Lama waktu inkubasi (hari) K M1 M2 M3 Gambar 4.1 Diagram hasil log TPC bakteri pada berbagai variasi perlakuan. Keterangan: K: Kontrol, M1: Formula M1 (terdiri atas 7 jenis isolat bakteri), M2: Formula M2 (terdiri atas 5 jenis isolat bakteri), M3: Formula M3 (terdiri atas 3 Jenis isolat bakteri). 30 25 20 15 10 5 0 0 7 14 Waktu inkubasi (hari) K M1 M2 M3 Gambar 4.2 Grafik hasil log TPC bakteri pada berbagai variasi perlakuan Keterangan: K: Kontrol, M1: Formula M1 (terdiri atas 7 jenis isolat bakteri), M2: Formula M2 (terdiri atas 5 jenis isolat bakteri), M3: Formula M3 (terdiri atas 3 Jenis isolat bakteri).

34 Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa hasil TPC semakin meningkat pada lama waktu inkubasi yang lebih lama. Pada hari ke-0 sampai pada hari ke-7, bakteri mengalami kenaikan yang signifikan atau mengalami fase eksponensial. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyusun formula dapat mendegradasi hidrokarbon dalam oil sludge. Sedangkan pada hari ke-7 sampai hari ke-14 bakteri tetap mengalami peningkatan namun kenaikan grafik tidak setinggi pada hari ke-0 sampai hari ke-7, hal ini berarti bahwa bakteri mulai mengalami perlambatan pertumbuhan dan pengurangan kecepatan degradasi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecepatan degradasi masing-masing bakteri penyusun konsorsium atau dapat pula merupakan dampak dari akumulasi metabolit yang dihasilkan dalam media kultur selama uji biodegradasi. Hamdiyah, 2000 mengatakan bahwa Laju pertumbuhan akan menurun akibat persediaan substrat yang berkurang dan terjadi akumulasi zat-zat metabolik yang menghambat pertumbuhan pada fase stasioner. Pada kontrol juga terjadi proses degradasi dan kenaikan TPC. Hal ini diduga karena bakteri indigenus dari oil sludge masih bertahan hidup dan dapat mendegradasi oil sludge. Walker dan Colwell dalam Nugroho, 2006, menyebutkan bahwa keanekaragaman dan kelimpahan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon yang terdapat di alam memiliki hubungan yang linier dengan peningkatan kadar polusi hidrokarbon. Hal ini berarti konsorsium bakteri dalam perlakuan ini (perlakuan dengan penambahan oil sludge minyak bumi) dapat memanfaatkan oil sludge minyak bumi sedemikian rupa sehingga kelimpahannya semakin meningkat. Dengan demikian proses degradasi hidrokarbon berlangsung efektif

35 yang dibuktikan dengan semakin tingginya persentase degradasi yang dihasilkan. Pertumbuhan sel akan berlangsung tanpa batas. Tetapi karena pertumbuhan berlangsung dengan mengkonsumsi nutrien sekaligus mengeluarkan produk metabolisme, maka setelah waktu tertentu pertumbuhan akan menurun dan akhirnya pertumbuhan berhenti sama sekali. Berhentinya pertumbuhan dapat disebabkan karena berkuraangnya beberapa nutrient esensial dalam medium dan terbentuknya produk-produk metabolisme yang menghambat pertumbuhan (Rachman, 1989 dalam Hamdiyah, 2000). 4.2 Nilai ph Pada Masa Inkubasi 0,7, Dan 14 Hari Pada proses biodegradasi, salah satu faktor yang mendukung biodegradasi adalah ph kultur yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri penyusun formula konsorsium. Untuk itu, pada penelitian ini diukur pula perubahan ph pada tiga titik waktu inkubasi yaitu pada hari ke-0, ke-7, dan ke-14. Data ph yang telah didapatkan pada penelitian ini, selanjutnya akan dilakukan pengamatan secara deskriptif terhadap perubahan ph yang dihasilkan selama kultur. Data tersebut nantinya akan digunakan untuk melengkapi data penelitian karena dalam biodegradasi perubahan ph merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persentase degradasi. Selanjutnya data mengenai nilai ph selama waktu inkubasi, yaitu pada 0,7, dan 14 hari disajikan dalam Tabel 4.2 dan Grafik perubahan nilai ph disajikan dalam Gambar. 4.3.

36 Tabel 4.2 Rata-rata nilai ph kultur bakteri pada berbagai variasi perlakuan. Nilai ph pada ulangan ke- Rata-rata Konsorsium 1 2 3 KH0 7 7 7 (7±0) M1H0 7 7 7 (7±0) M2H0 7 7 7 (7±0) M3H0 7 7 7 (7±0) KH7 6,3 6,1 5,9 (6,1±0,2) M1H7 6,2 6,7 6,8 (6,6±0,3) M2H7 6,4 6,3 6,2 (6,3±0,1) M3H7 6,3 6,1 5,9 (6,1±0,2) KH14 6,8 6,7 6,7 (6,7±0,06) M1H14 6,9 7 7 (7±0,06) M2H14 6,8 6,8 6,8 (6,8±0) M3H14 6,8 6,9 7 (6,9±0,1) Keterangan: 1. K H0 : Kontrol hari ke-0 2. K H7 : Kontrol hari ke-7 3. K H14 : Kontrol hari ke-14 4. M1 H0 : Konsorsium M1 hari ke-0 5. M1 H7 : Konsorsium M1 hari ke-7 6. M1 H14 : Konsorsium M1 hari ke-14 7. M2 H0 : Konsorsium M2 hari ke-0 8. M2 H7 : Konsorsium M2 hari ke-7 9. M2 H14 : Konsorsium M2 hari ke-14 10. M3 H0 : Konsorsium M3 hari ke-0 11. M3 H7 : Konsorsium M3 hari ke-7 12. M3 H14 : Konsorsium M3 hari ke-14

Nilai ph ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 37 7,2 7 6,8 6,6 6,4 6,2 6 5,8 5,6 5,4 0 7 14 Waktu Lama waktu inkubasi inkubasi (hari) (hari) K M1 M2 M3 Gambar 4.3 Grafik nilai ph kultur bakteri pada berbagai variasi perlakuan Keterangan: K: Kontrol, M1: Formula M1 (terdiri atas 7 jenis isolat bakteri), M2: Formula M2 (terdiri atas 5 jenis isolat bakteri), M3: Formula M3 (terdiri atas 3 Jenis isolat bakteri). Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan terhadap ph kultur.pada masa inkubasi ke-0 sampai ke-7 hari, ph kultur mengalami penurunan. Pada masa inkubasi ke-7 sampai ke-14 hari, ph kultur kembali mengalami kenaikan sampai mendekati ph awal. Nilai ph medium selama masa inkubasi mengalami perubahan dengan kisaran sebesar 6-7. Kisaran ph ini tidak jauh berbeda dengan ph optimum pertumbuhan bakteri pada umumnya. ph yang teramati masih berada pada kisaran ph optimum yaitu 6-8 (Charlena, et al, 2011). Pertumbuhan dan biodegradasi hidrokarbon dapat berlangsung optimal pada keadaan yang cukup nutrisi, oksigen yang cukup dan ph antara 6 dan 9 (Atlas and Bartha, 1992 dalam Zhu, et al, 2001). Pergeseran ph yang tidak terlalu besar disebabkan adanya larutan penyangga berupa KH 2 PO 4 dalam medium. Penurunan harga ph disebabkan oleh aktivitas metabolisme

38 bakteri dalam proses biodegradasi minyak bumi yang menghasilkan asam organik sebagai produk me-tabolit (Nugroho,2009). Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk melakukan upaya homeostatis terhadap keasaman lingkungan sebatas masih dalam toleransi adaptasinya (Nugroho, 2006). Biodegradasi hidrokarbon oleh mikroba akan menghasilkan produk berupa asam-asam organik yang dapat menyebabkan berkurangnya ph. Besarnya penurunan ph berbeda-beda tergantung dari besarnya presentase biodegradasi dan bakteri pendegradasinya. Semakin meningkat aktivitas mikroba mendegradasi hidrokarbon maka akan semakin meningkat pula jumlah asam-asam organik yang dihasilkan dan semakin besar juga penurunan ph yang dihasilkan ( Charlena, et al, 2009). 4.3 Kadar Oil Sludge yang telah didegradasi Terjadinya biodegradasi pada oil sludge oleh konsorsium bakteri hidrokarbonoklastik ditandai dengan berkurangnya kadar oil sludge dalam tanah perlakuan. Pada penelitian ini, proses biodegradasi diketahui dari hasil penghitungan TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) berupa kadar oil sludge (g/30 ml) yang dilakukan dengan metode gravimetri. Kadar oil sludge yang telah didegradasi didapatkan dari hasil berat residu (berat sisa) oil sludge, yang diketahui dari metode gravimetri dibandingkan dengan berat awal yang ditambahkan. Selanjutnya data hasil kadar dan persentase berat oil sludge yang telah didegradasi disajikan dalam Tabel 4.3 dan diagram persentase berat oil sludge yang telah didegradasi disajikan dalam Gambar 4.3.

39 Tabel 4.3 Kadar oil sludge terdegradasi pada berbagai variasi perlakuan. Kadar oil sludge terdegradasi pada ulangan ke- Rata-rata Persen degradasi Konsorsium 1 2 3 KH0 0,01 0 0 (0 ±0,006) 0% M1H0 0,02 0,01 0,01 (0,01±0,006) 3,12% M2H0 0,05 0,08 0,07 (0,07±0,015) 21,87% M3H0 0,09 0,11 0,11 (0,1±0,012) 31,25% KH7 0,04 0,03 0,04 (0,04±0,006) 12,50% M1H7 0,08 0,1 0,09 (0,09±0,01) 28,12% M2H7 0,15 0,17 0,16 (0,16±0,01) 50% M3H7 0,15 0,15 0,14 (0,15±0,006) 46,87% KH14 0,1 0,08 0,07 (0,08±0,015) 25% M1H14 0,17 0,18 0,18 (0,18±0,006) 56,25% M2H14 0,19 0,18 0,18 (0,18±0,06) 56,25% M3H14 0,19 0,19 0,18 (0,19±0,006 59,37% Keterangan: 13. K H0 : Kontrol hari ke-0 14. K H7 : Kontrol hari ke-7 15. K H14 : Kontrol hari ke-14 16. M1 H0 : Konsorsium M1 hari ke-0 17. M1 H7 : Konsorsium M1 hari ke-7 18. M1 H14 : Konsorsium M1 hari ke-14 19. M2 H0 : Konsorsium M2 hari ke-0 20. M2 H7 : Konsorsium M2 hari ke-7 21. M2 H14 : Konsorsium M2 hari ke-14 22. M3 H0 : Konsorsium M3 hari ke-0 23. M3 H7 : Konsorsium M3 hari ke-7 24. M3 H14 : Konsorsium M3 hari ke-14 Pada Tabel 4.3 memperlihatkan hasil degradasi oil sludge pada masingmasing konsorsium dan waktu inkubasi yang berbeda. Dapat diketahui bahwa rata-rata degradasi oil sludge terbesar terjadi pada formula M3 pada masa inkubasi 14 hari. Sedangkan hasil degradasi oil sludge terendah pada kontrol dengan lama waktu inkubasi 0 hari. Berdasarkan hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa hasil

persentase degradasi oil sludge (%) ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 40 degradasi oil sludge dipengaruhi oleh adanya variasi jenis konsorsium bakteri penyusun formula dan variasi lama waktu inkubasi. Pada perlakuan dengan waktu inkubasi lebih lama akan menghasilkan nilai degradasi oil sludge yang lebih besar. 80 60 40 20 0-20 0 7 14 waktu inkubasi hari K M1 M2 M3 Gambar 4.4 Diagram batang persentasi oil sludge yang terdegradasi pada berbagai variasi perlakuan. Keterangan: K: Kontrol, M1: Formula M1 (terdiri atas 7 jenis isolat bakteri), M2: Formula M2 (terdiri atas 5 jenis isolat bakteri), M3: Formula M3 (terdiri atas 3 Jenis isolat bakteri). Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pada masing-masing konsorsium dan waktu inkubasi yang berbeda memberikan pengaruh berbeda terhadap hasil degradasi oil sludge. Dapat diketahui bahwa rata-rata degradasi oil sludge semakin besar pada lama waktu inkubasi yang lebih lama. Waktu Shaking dipengaruhi oleh sifat fisik sampel oil sludge, pada umumnya, degradasi minyak meningkat seperti halnya terjadi peningkatan pada waktu Shaking (El-naggar, 2010). Hal ini berarti semakin lama waktu shaking atau penggojokan, maka semakin memungkinkan terjadinya degradasi oil sludge yang lebih besar. Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu inkubasi dan jenis konsorsium bakteri, serta kombinasi terbaik dalam mendegradasi oil sludge dilakukan dengan

41 uji statistik. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dan uji homogenitas menggunakan Levene Test. Data yang sudah normal dan homogen tersebut dilanjutkan dengan uji ANOVA dua arah (Two-way Analysis of Varians) dengan derajat signifikasi 5% dan hasil uji ANOVA dua arah (Two-way Analysis of Varians) menunjukkan adanya pengaruh dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Berdasarkan hasil uji Two-way ANOVA variasi formula dan lama waktu inkubasi berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap hasil degradasi oil sludge. Setelah hasil uji ANOVA menunjukkan adanya pengaruh, maka dilakukan uji lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui apakah antar variabel tersebut berbeda signifikan atau tidak. Uji lanjutan yang digunakan adalah Uji Duncan karena data hasil degradasi oil sludge homogen (p>0,05). Dari hasil uji Duncan dapat diketahui kombinasi variasi jenis formula dengan lama waktu inkubasi terbaik yang ditunjukkan dengan hasil degradasi oil sludge. Selanjutnya data hasil uji Duncan tentang pengaruh formula terhadap hasil degradasi oil sludge disajikan dalam Tabel 4.4, hasil uji Duncan tentang pengaruh waktu terhadap hasil degradasi oil sludge disajikan dalam Tabel 4.5, sedangkan hasil uji Duncan tentang pengaruh kombinasi konsorsium bakteri (formula) dan lama waktu inkubasi terhadap hasil degradasi oil sludge disajikan dalam Tabel 4.6

42 Tabel 4.4 Hasil uji Duncan tentang pengaruh formula terhadap hasil degradasi oil sludge. Formula K M1 M2 M3 Subset 0.0411 c 0.0933 b 0.1367 a 0.1456 a Keterangan: (1) K: Kontrol, M1: Formula M1 (terdiri atas 7 jenis isolat bakteri), M2: Formula M2 (terdiri atas 5 jenis isolat bakteri), M3: Formula M3 (terdiri atas 3 Jenis isolat bakteri;.(2) Perbedaan notasi subskrip dibelakang nilai, menunjukan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil terbaik dari formulasi yang telah diteliti adalah pada formula M3 tetapi tidak berbeda signifikan terhadap M2. Formula M3 memiliki kemampuan mendegradasi oil sludge paling efektif yang ditunjukan dari nilai hasil degradasi yang dihasilkan merupakan yang paling besar diantara semua perlakuan. Namun, baik M2 maupun M3, keduanya memiliki beda yang signifikan terhadap M1. Meskipun M1 memiliki hasil yang berbeda signifikan lebih rendah dibandingkan hasil degradasi oil sludge pada M2 dan M3, namun secara keseluruhan hasil dari formula perlakuan (M1, M2, dan M3) berbeda secara signifikan terhadap dengan kontrol. Tabel 4.5 Hasil uji Duncan tentang pengaruh waktu terhadap hasil degradasi oil sludge. Waktu (hari) Subset 0 0.0467 c 7 0.1083 b 14 0. 1575 a Keterangan: Perbedaan notasi subskrip dibelakang nilai, menunjukan perbedaan yang signifikan.

43 Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa lama waktu inkubasi terbaik dari hasil penelitian ini adalah pada waktu inkubasi 14 hari. Selanjutnya di ikuti waktu inkubasi 7 hari, dan hasil degradasi oil sludge terendah ditunjukkan oleh lama waktu inkubasi 0 hari. Hasil uji Duncan menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari masing-masing lama waktu inkubasi terhadap hasil degradasi oil sludge. Tabel 4.6 Hasil uji Duncan tentang pengaruh kombinasi waktu inkubasi dan formulasi terhadap hasil degradasi oil sludge. INTERAKSI Jumlah Sampel Subset KH0 3 0.0033 g M1H0 3 0.0133 g KH7 3 0.0367 f M2H0 3 0.0667 e KH14 3 0.0833 d M1H7 3 0.0900 cd M3H0 3 0.1033 c M3H7 3 0.1467 b M2H7 3 0.1600 b M1H14 3 0.1767 a M2H14 3 0.1833 a M3H14 3 0.1867 a Keterangan: Perbedaan notasi subskrip dibelakang nilai, menunjukan perbedaan yang signifikan. 1. K H0 : Kontrol hari ke-0 2. K H7 : Kontrol hari ke-7 3. K H14 : Kontrol hari ke-14 4. M1 H0 : Konsorsium M1 hari ke-0 5. M1 H7 : Konsorsium M1 hari ke-7 6. M1 H14 : Konsorsium M1 hari ke-14 7. M2 H0 : Konsorsium M2 hari ke-0 8. M2 H7 : Konsorsium M2 hari ke-7 9. M2 H14 : Konsorsium M2 hari ke-14 10. M3 H0 : Konsorsium M3 hari ke-0 11. M3 H7 : Konsorsium M3 hari ke-7 12. M3 H14 : Konsorsium M3 hari ke-14

44 Berdasar uji Duncan (Tabel 4.6) dapat diketahui kombinasi variasi jenis konsorsium bakteri (formula M1, M2, dan M3) dan lama waktu inkubasi yang menunjukkan hasil terbaik pada penelitian ini. Hasil kombinasi terbaik ditunjukkan oleh formula M3 dengan lama waktu inkubasi 14 hari. Meskipun perbedaan formulasi M2 dan M3 tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, namun peneliti dapat memilih M3 sebagai formula terbaik, karena formula M3 dengan jumlah bakteri lebih sedikit dibandingkan formula M2 dan M1, namun dapat menghasilkan degradasi oil sludge yang efektif dan efisien. Dari hasil kombinasi ini dapat diketahui pula bahwa jenis konsorsium yang diteliti (formula M1, M2, dan M3) telah menunjukan hasil yang signifikan bila dibandingkan dengan kontrol yang menghasilkan nilai degradasi oil sludge terendah. 4.4 Interaksi Jumlah Sel Bakteri, Nilai Ph, Dan Hasil Degradasi Oil Sludge. Untuk mengetahui perubahan jumlah sel bakteri, nilai ph, dan hasil degradasi oil sludge pada masing-masing formula perlakuan, berikut ini akan disajikan grafik mengenai hubungan antara ketiganya (jumlah sel bakteri, nilai ph, dan hasil degradasi oil sludge). Pada Gambar 4.5, Gambar 4.6, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. Secara berturut grafik tersebut akan menjelaskan tentang hubungan jumlah sel bakteri, nilai ph, dan hasil degradasi oil sludge pada kontrol, formula M1, formula M2, dan formula M3.

Nilai ph, TPC, Sludge residu, Sludge degradasi Nilai ph, TPC, Sludge residu, Sludge degradasi Nilai ph, TPC, Sludge residu, Sludge degradasi ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 45 100 80 60 40 20 Kontrol Persentase degradasi TPC PH Gambar. 4.5 Hubungan jumlah sel bakteri, ph, hasil degradasi, dan hasil residu oil sludge pada kontrol. 0 0 7 14 Waktu inkubasi (hari) Persentase residu 100 80 60 40 20 M1 Persentase degradasi TPC PH Gambar. 4.6 Hubungan jumlah sel bakteri, ph, hasil degradasi, dan hasil residu oil sludge pada konsorsium M1. 0 0 7 14 Waktu inkubasi (hari) Persentase residu 100 80 60 40 20 M2 Persentase degradasi TPC PH Gambar. 4.7 Hubungan jumlah sel bakteri, ph, hasil degradasi, dan hasil residu oil sludge pada konsorsium M2. 0 0 7 14 Waktu inkubasi (hari) Persentase residu

Nilai ph, TPC, Sludge residu, Sludge degradasi ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 46 100 80 60 40 20 M3 Persentase degradasi TPC PH Gambar. 4.8 Hubungan jumlah sel bakteri, ph, hasil degradasi, dan hasil residu oil sludge pada konsorsium M3. 0 0 7 14 Waktu inkubasi (hari) Persentase residu Keterangan: Sludge degradasi: nilai persentase oil sludge yang terdegradasi (%), Sludge Residu: nilai persentase oil sludge tersisa setelah degradasi (%), TPC: nilai rata-rata log jumlah sel bakteri (CFU/mL), ph: nilai perubahan ph. Pada penelitian ini, secara keseluruhan grafik nilai ph dengan jumlah total bakteri berbanding terbalik. Pada lama waktu inkubasi 7 hari ph kultur mengalami penurunan. Ketika ph kultur turun, Pada saat ph kultur mengalami penurunan pada waktu inkubasi 7 hari, diikuti dengan kenaikan TPC dan kenaikan hasil degradasi oil sludge. Charlena, 2011 mengatakan bahwa terjadinya penurunan ph kultur disebabkan adanya senyawa asam-asam organik yang dihasilkan dalam proses biodegradasi. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa proses biodegradasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ph dan jumlah bakteri. Demikian pula dengan jumlah bakteri itu sendiri akan mempengaruhi perubahan ph yang didapat dari aktivitas metabolisme bakteri tersebut, dan sebaliknya apabila ph kultur tidak sesuai maka aktivitas bakteri akan mengalami penurunan yang akan berpengaruh terhadap jumlah total sel bakteri sampai pada kematian sel bakteri tersebut. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Charlena,2010, bahwa kondisi ph

47 mempengaruhi pertumbuhan bakteri serta kemampuan bakteri dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi. Kondisi ph yang normal atau netral membuat pertumbuhan sel spesies optimum. Jumlah sel spesies yang optimum akan meningkatkan kemampuan spesies dalam degradasi senyawa hidrokarbon. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa formulasi 3 isolat bakteri dapat mendegradasi oil sludge sampai 59, 37 % dalam 14 hari. Untuk mengoptimalkan degradasi dibutuhkan waktu 28 hari. Optimalisasi degradasi membutuhkan berbagai faktor pendukung antara lain penambahan nutrisi, penambahan jumlah mikroba, ph kultur, dan lain sebagainya. Isolat-isolat bakteri tersebut berpotensi mendegradasi oil sludge, sehingga dapat digunakan sebagai agen bioremediasi pada lingkungan yang tercemar oil sludge maupun pada tangki-tangki penyimpanan atau penimbunan oil sludge pada industri pengilangan minyak dan pengolah limbah oil sludge. Kemampuan mendegradasi oil sludge pada masing-masing bakteri belum diketahui. Sehingga, hal ini menarik untuk dilakukan pada penelitian yang akan datang.