Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman
|
|
- Liana Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri. Sebanyak 5 gram limbah minyak hasil pengadukan dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah dibuat tersebut dimasukan dalam soxhlet dan diekstrak dengan pelarut heksana sebanyak 100 ml selama 4 jam. Ekstrak yang diperoleh dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas penguap putar hingga kering. Labu yang telah kering dipanaskan dalam oven pada suhu 70 ºC selama 45 menit kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Bobot yang terukur adalah bobot minyak dan lemak. Sampel hasil pengeringan dilarutkan kembali dengan heksana dan ditambahkan silika gel untuk menghilangkan senyawa-senyawa polar dan disaring. Pelarut diuapkan kembali dan dipanaskan dalam oven, bobot yang terukur merupakan residu minyak (nilai TPH). Pengukuran TPH cair (EPA 1999) Sebanyak 50 ml limbah minyak diekstraksi dengan 25 ml heksana. Ekstraksi dilakukan dua kali. Kandungan air pada contoh dihilangkan dengan menambahkan Na 2 SO 4 anhidrat, kemudian disaring. Pelarut dihilangkan menggunakan penguap putar, setelah itu dimasukkan ke dalam oven selama 45 menit pada suhu 70 ºC. Wadah dan sampel didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. Bobot yang terukur adalah bobot minyak dan lemak. Sampel hasil pengeringan dilarutkan kembali dengan heksana dan ditambahkan silika gel untuk menghilangkan senyawasenyawa polar dan disaring. Pelarut diuapkan kembali dan dimasukkan ke dalam oven, bobot yang terukur merupakan residu minyak (TPH). Penetapan ph Sebanyak 10 ml larutan limbah minyak dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml kemudian pengukuran ph dilakukan dengan indikator ph universal. Analisis COD (APHA 1992) Sebanyak 10 ml sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung COD. Kemudian 5 ml larutan campuran kalium dikromatmerkuri sulfat dipipet ke dalam sampel. Setelah itu, ditambahkan 10 ml larutan campuran asam sulfat-perak sulfat dan campuran diaduk kemudian ditutup. Tahap di atas diulangi pada 10 ml akuades sebagai blangko. Setelah masing-masing unit pengaman pada tutup dipasang, tabung dimasukkan ke dalam oven pada suhu 150 C. Setelah 2 jam, tabung COD dikeluarkan dari dalam oven dan dibiarkan hingga dingin. Campuran dari tabung COD dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml dan dibilas dengan 10 ml akuades. Lalu, 2 ml asam sulfat pekat dan 3 tetes larutan indikator feroin ditambahkan secara berturut-turut ke dalam campuran. Campuran dititrasi dengan larutan baku fero amonium sulfat 0,05 N yang telah distandardisasi sampai terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah coklat lalu dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7. Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran kekeruhan sampel dilakukan dengan menggunakan turbidimeter portabel HACH 2100p. Sampel yang keruh terlebih dahulu diencerkan sampai kekeruhannya dapat dibaca oleh turbidimeter. Sampel yang telah diencerkan diisikan ke dalam kuvet sampai sampel sejajar garis putih. Permukaan luar kuvet dibersihkan terlebih dahulu sebelum kuvet dimasukkan dalam turbidimeter. Nilai yang dihasilkan dalam satuan NTU. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman Besarnya tingkat keasaman sampel bioslurry dinyatakan dengan pengukuran ph. Hasil pengukuran ph selama penelitian terlihat pada Gambar 5. Pada awal degradasi limbah minyak nilai ph sudah cukup asam, yaitu ph 6. Semakin lama degradasi nilai ph juga semakin asam sampai pada nilai 3.5 pada akhir degradasi. ph yang semakin asam dari slurry ini mengindikasikan adanya mikroorganisme indegenus pada limbah minyak yang aktif dan membantu proses degradasi minyak bumi.
2 Gambar 4 Kurva penurunan ph slurry. Secara umum mikroorganisme akan tumbuh dengan baik pada ph 6-8, dan ph optimum untuk degradasi hidrokarbon adalah 7.8 (Udiharto 1996). Batas ph untuk pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu gambaran dari batas ph bagi kegiatan enzim. Bakteri memerlukan ph untuk tumbuhan dengan baik dan ragi berkisar antara (Suriawiria 2005). Idealnya nilai ph dijaga pada rentang 6-8, dan jika ph mengalami penurunan maka ditambahkan NaOH atau basa lainnya agar tidak terlalu asam. Karena pada penelitian ini tidak melihat laju degradasi minyak bumi oleh mikroorganisme tapi melihat besarnya kelarutan limbah minyak maka pengkondisian ph tidak harus dilakukan. Dalam aktivitas metabolisme mikroorganisme untuk mendegradasi minyak bumi menghasilkan asam-asam organik sehingga ph mengalami penurunan. Penurunan nilai ph pada proses degradasi berlangsung bertahap dan ada saat dimana nilai ph konstan. Menurut Leahy dan Colwell (1990), ph lingkungan yang ekstrim akan memperlambat degradasi hidrokarbon sehingga pelepasan asam-asam organik sebagai hasil proses fermentasi juga terhambat. Pada penelitian ini pengukuran ph dimaksudkan untuk melihat adanya mikroorganisme yang hidup dan dapat membantu proses degradasi limbah minyak. Pengaruh Ukuran Grinder terhadap Nilai TPH Parameter yang paling tepat untuk menggambarkan proses biodegradasi limbah minyak bumi ialah total petroleum hydrocarbon (TPH). TPH menggambarkan jumlah hidrokarbon dengan berbagai macam panjang rantainya tanpa melihat jenisnya, yaitu alisiklik, aromatik atau alifatik. Kandungan hidrokarbon pada tanah yang digunakan dalam penelitian ini sebelum diberikan berbagai perlakuan tergolong tinggi, yaitu 17.22%. Tingginya nilai TPH awal proses biodegradasi ini membuat laju degradasi tidak optimum karena menurut Vidali (2001) kondisi optimum biodegradasi terjadi pada TPH sebesar 5 10%. Untuk mengoptimalkan proses biodegradasi, maka limbah minyak yang ada pada tanah harus terdispersi ke dalam media air sehingga bakteri dapat mendegradasi minyak tersebut. Untuk memudahkan terdispersinya limbah minyak bumi dalam media air dilakukan penggilingan terhadap limbah minyak bumi. Terdapat 3 ukuran gilingan yang digunakan, yaitu gilingan dengan diameter 0.5; 0.7 dan 0.9 cm serta variasi konsentrasi dari tiap ukuran konsentrasi 5% dan 10%. Gambar 5 Kurva sampel TPH padat dengan Gambar 6 Kurva sampel TPH padat dengan Gambar 7 Kurva sampel TPH cair dengan
3 Gambar 8 Kurva sampel TPH cair dengan Nilai TPH padat dan TPH cair berbanding terbalik. Pada slurry nilai TPH padat akan semakin kecil seiring dengan semakin lamanya proses degradasi karena semakin banyak minyak yang terdispersi ke air, dengan ini maka nilai TPH cair dengan sendirinya akan semakin besar. Selain lamanya proses degradasi ukuran sampel juga mempengaruhi proses dispersi minyak dalam air. Semakin kecil ukuran sampel maka semakin luas permukaan sampel sehingga semakin banyak minyak yang dapat larut dalam air. Nilai TPH padat semakin lama degradasi akan terus mengalami penurunan karena akan semakin banyak hidrokarbon yang larut dalam air dan nilai TPH cair akan terus meningkat dengan semakin banyaknya senyawa hidrokarbon yang larut dalam air. Berdasarkan hasil yang diperoleh nilai TPH padat dan TPH cair berfluktuasi, hal ini dimungkinkan karena adanya mikroorganisme yang aktif dalam limbah minyak dan senyawa hidrokarbon aromatik yang merupakan komponen utama limbah minyak. Senyawa hidrokarbon aromatik ini lebih mudah larut dalam air dibanding dengan senyawa hidrokarbon jenuh (Fitri 2004), tetapi senyawa hidrokarbon aromatik lebih sulit didegradasi dibanding hidrokarbon alifatik dan hidrokarbon jenuh. Hasil pengukuran TPH padat diperlihatkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Dari kedua gambar terlihat sampel dengan diameter sampel 0.7 cm pada konsentrasi 5 dan 10% memiliki kesamaan dengan turunnya nilai TPH padat dari minggu ke-2 sampai minggu ke-3, dilanjutkan dengan naiknya nilai TPH padat dari minggu ke-3 sampai minggu ke-4. Turunnya TPH padat karena semakin banyaknya senyawa hidrokarbon alifatik yang dihasilkan dari degradasi larut dalam air sehingga senyawa alifatik yang tertinggal pada fasa padat hanya sedikit. Hal tersebut diperkuat dengan penggunaan n-heksana sebagai pelarut, karena n-heksana lebih mudah melarutkan senyawa hidrokarbon alifatik dibanding senyawa hidrokarbon aromatik sehingga nilai TPH padat yang dihasilkan bernilai kecil. Meningkatnya nilai TPH padat dimungkinkan karena senyawa alifatik yang dihasilkan dari proses degradasi menumpuk dalam fasa padat dan belum terlarut dalam air. Sehingga saat ekstraksi banyak terdapat senyawa hidrokarbon alifatik yang larut sehingga nilai TPH padat meningkat. Untuk sampel yang lain pada kedua konsentrasi mengalani peningkatan nilai TPH padat dari minggu ke-2 sampai minggu ke-4, meskipun kenaikan TPH padatnya tidak setinggi sampel dengan diameter 0.7 cm. Dari keseluruhan hasil TPH padat yang diperoleh dapat dilihat besarnya ukuran sampel tidak berpengaruh besar terhadap hasil ekstraksi. Karena dengan ukuran sampel yang lebih kecil akan memperbesar banyaknya senyawa hidrokarbon yang terbuang pada proses ekstraksi. Hal ini terlihat dari hasil TPH padat tertinggi untuk masing-masing konsentrasi, sampel dengan diameter terbesar memiliki TPH padat tertinggi, yaitu pada 17.06% untuk sampel dengan konsentrasi 5% dan 17.07% untuk sampel dengan Hasil pengukuran TPH cair diperlihatkan pada Gambar 8 dan Gambar 9. Dari kedua gambar terlihat nilai TPH cair yang berfluktuasi dari awal degradasi hingga akhir. Untuk sampel dengan konsentrasi 5% fruktuasi nilai TPH cairnya tidak berpola, tetapi secara keseluruhan nilai TPH cair di akhir degradasi mengalami peningkatan. Nilai TPH cair tertinggi pada sampel dengan konsentrasi 5% terlihat pada sampel dengan diameter 0.7 cm, dengan nilai TPH cairnya 1241 ppm. Sampel dengan konsentrasi 10% nilai TPH cairnya juga berfluktuasi hanya saja pada minggu ke-3 mengalami peningkatan yang cukup besar sampai minggu ke-4. Kenaikan nilai TPH cair yang signifikan ini dapat disebabkan karena semakin lamanya waktu degradasi dan adanya mikroorganisme yang berada pada fasa pertumbuhan sehingga banyak hidrokarbon alifatik dihasilkan dari proses degradasi dan larut dalam air, mengakibatkan nilai TPH cair meningkat. Nilai TPH cair tertinggi dari sampel dengan konsentrasi 10% terlihat pada sampel dengan diameter 0.7 cm dengan nilai TPH cair pada akhir degradasi 6694 ppm. Hasil pengukuran TPH padat dan TPH cair memperlihatkan bahwa ukuran sampel berpengaruh dalam kelarutan sampel di air, tetapi ketika sampel diekstraksi ukuran sampel
4 tidak berpengaruh besar. Pada TPH padat nilai tertinggi diperoleh sampel dengan diameter 0.9 cm yang merupakan ukuran paling besar, karena dengan semakin kecilnya ukuran sampel maka peluang untuk terbuangnya senyawa-senyawa penting selama ekstraksi lebih besar. Pada TPH cair nilai TPH tertinggi diperoleh pada sampel dengan diameter 0.7cm, karena dengan sampel yang ukurannya lebih kecil resiko untuk terbuangnya senyawa hidrokarbon lebih besar, dan dengan ukuran sampel yang lebih besar akan menurunkan kelarutan hidrokarbon dalam air karena semakin kecilnya luas permukaan sampel maka akan semakin sedikit bidang sentuh antara minyak dan air. Pengaruh Ukuran Grinder terhadap Nilai COD Pengukuran COD dilakukan untuk menghitung kandungan bahan organik total (APHA 1992). Pengukuran COD dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode refluks tertutup yang diikuti dengan metode titrimetri. Berikut kurva COD dari hasil penelitian. maka nilai CODnya akan semakin besar. Hal ini beratri semakin lama waktu degradasi dan semakin kecil ukuran sampel maka semakin banyak senyawa organik dari limbah minyak bumi yang larut dalam air. Hal ini sesuai dengan nilai TPH cair yang diperoleh, karena semakin besar nilai TPH cair maka akan semakin banyak senyawa organik yang larut dalam air sehingga nilai COD akan meningkat juga. Hasil pengukuran COD dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Dari kedua gambar terlihat sampel dengan diameter 0.7 cm memiliki nilai COD lebih tinggi dibanding sampel yang lainnya, yaitu mg/l untuk sampel dengan konsentrasi 5% dan mg/l untuk sampel dengan Nilai COD menunjukkan limbah minyak bumi tersebut banyak mengandung senyawa organik terutama hidrokarbon. Sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa tersebut menjadi senyawa yang lebih sederhana semakin tinggi. Pengaruh Ukuran Grinder terhadap Kekeruhan Pengukuran kekeruhan pada penelitian ini dilakukan dengan Turbidimeter portabel HACH 2100p. Berikut kurva turbidimerti dari hasil penelitian. Gambar 9 Kurva sampel COD dengan Gambar 11 Kurva sampel turbidimetri dengan Gambar 10 Kurva sampel COD dengan Lamanya proses degradasi dan besarnya ukuran sampel akan mempengaruhi nilai COD. Semakin lama proses degradasi berlangsung dan semakin kecil ukuran sampel Gambar 12 Kurva sampel turbidimetri dengan
5 Semakin lama proses degradasi limbah minyak bumi maka akan semakin banyak senyawa minyak yang terdispersi dalam air sehingga kekeruhan pun meningkat. Ukuran grinder juga berpengaruh terhadap kekeruhan, semakin kecil ukuran grinder maka semakin luas permukaan partikel yang berinteraksi dengan air maka semakin banyak senyawa minyak yang terdispersi di dalamnya. Secara teori dapat dikatakan grinder dengan ukuran yang paling kecil akan memiliki nilai kekeruhan yang paling tinggi. Hal ini sesuai dengan nilai TPH cair dan COD yang diperoleh, karena semakin besar nilai TPH cair dan COD maka akan semakin banyak senyawa organik yang larut dalam air sehingga nilai kekeruhan akan meningkat juga. Hasil pengukuran kekeruhan dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13. Dari kedua gambar terlihat sampel dengan diameter 0.7 cm memiliki nilai kekeruhan lebih tinggi dibanding sampel yang lainnya, yaitu NTU untuk sampel dengan konsentrasi 5% dan NTU untuk sampel dengan Nilai kekeruhan menunjukkan limbah minyak bumi tersebut banyak mengandung senyawa organik yang terlarut dalam slurry. Bahkan banyaknya senyawa organik yang larut menjadikan slurry semakin pekat dan secara otomatis kekeruhannya juga meningkat. Dari keseluruhan parameter yang ada, penentuan ph dimaksudkan untuk melihat adanya mikroorganisme indegeneous yang hidup dan aktif dalam limbah minyak dan dapat mendegradasi limbah minyak tersebut. Besarnya limbah minyak bumi yang terdegradasi dapat dilihat dari nilai TPH padat dan TPH cair, keduanya berbanding terbalik. Semakin lama proses degradasi nilai TPH padat akan semakin kecil karena semakin banyak senyawa hidrokarbon minyak yang terdispersi ke dalam air. Dengan semakin banyaknya senyawa hidrokarbon yang larut dalam air maka nilai TPH cair akan semakin besar. Besarnya nilai COD dan kekeruhan slurry juga akan semakin besar karena keduanya berbanding lurus dengan nilai TPH cair. Hidrokarbon merupakan senyawa organik, sehingga semakin banyak hidrokarbon yang larut dalam air maka semakin banyak senyawa organik yang larut dalam air, hal ini mengakibatkan nilai COD akan semakin besar. Begitu pula kekeruhan, semakin lama proses degradasi semakin banyak materi yang terlarut baik hidokarbon maupun senyawa lainnya yang mengakibatkan semakin pekatnya slurry. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kelarutan limbah minyak untuk sampel dengan diameter 0.7 cm lebih besar dari sampel dengan diameter 0.5 dan 0.9 cm, terlihat pada hasil yang diperoleh untuk semua parameter TPH cair, COD dan kekeruhan paling tinggi pada konsentrasi 5% maupun 10%. Pada konsentrasi 5% nilai parameter tersebut pada minggu ke-4 adalah 1241% untuk TPH cair, mg/l untuk nilai COD, NTU untuk kekeruhan. Pada konsentrasi 10% parameter di atas pada minggu ke-4 adalah 6694% untuk nilai TPH cair, mg/l untuk nilai COD, NTU untuk nilai kekeruhan. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan untuk tahapan selanjutnya dapat diaplikasikan penggunaan grinder pada sampel bioremediasi dan dapat ditambahkan bakteri eksogenus dengan pengaturan lingkungan tumbuh untuk mempercepat proses degradasi. DAFTAR PUSTAKA [APHA] American Public Health Association Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 18th edition. Washington DC: APHA, AWWA & WEF. [ATSDR] Agency for Toxic Substances and Disease Registry Toxicological Profile for total petroleum hydrocarbons (TPH). Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service. Bishop M Petroleum hydocarbon and petroleum hydrokarbon measurements. ations/tph_book.pdf. [3 Januari 2009] Bossert DI, Compeau GC Cleanup of Petroleum Hydrokarbon Contaminant in Soil. Di dalam:young LY, Cerninglia CE, editor. Microbial Transformation and Degradation of Toxic Organic Chemicals.
HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Pembagian kode sampel tanah Kode Keterangan
Tabel 1 Pembagian kode sampel tanah Kode Keterangan sampel A Tanah steril + bakteri T2M B Tanah steril C Tanah non steril + bakteri T2M D Tanah non steril Pembagian kode sampel dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...
Lebih terperincidimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)
Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu
Lebih terperinciDEGRADASI HEAVY OIL WASTE MENGGUNAKAN BIOSLURRY DENGAN RAGAM UKURAN DAN KONSENTRASI CONTOH ANJAR RESTUTI DAMAYANTI
DEGRADASI HEAVY OIL WASTE MENGGUNAKAN BIOSLURRY DENGAN RAGAM UKURAN DAN KONSENTRASI CONTOH ANJAR RESTUTI DAMAYANTI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis
L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )
41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO
Lebih terperinciPROFIL KELARUTAN LIMBAH MINYAK BERAT AKIBAT PENAMBAHAN BAHAN PENCAMPUR. The Solubility Profile of Heavy Oil Waste Resulted by Mixing Agent Addition
Jurnal Tanah dan Lingkungan,Vol. 12 No. 1, April 2010: 31-35 ISSN 1410-7333 PROFIL KELARUTAN LIMBAH MINYAK BERAT AKIBAT PENAMBAHAN BAHAN PENCAMPUR The Solubility Profile of Heavy Oil Waste Resulted by
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii 1 Ruang
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003).
ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003). Inokulasi Bakteri dan Inkubasi Media Sebanyak dua ose bakteri diinokulasikan ke dalam 50 ml NB dan
Lebih terperinciLampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)
LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara
Lebih terperinciPEMANFAATAN KONSORSIUM MIKROBA DARI KOTORAN SAPI DAN KUDA PADA PROSES BIODEGRADASI LIMBAH MINYAK BERAT (LMB)
PEMANFAATAN KONSORSIUM MIKROBA DARI KOTORAN SAPI DAN KUDA PADA PROSES BIODEGRADASI LIMBAH MINYAK BERAT (LMB) Charlena*), Muhamad Yani, Eka NW Departemen Kimia, FMIPA Institut Pertanian Bogor Kampus IPB
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 15: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) refluks terbuka dengan refluks terbuka secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciKadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu
40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.
Lebih terperinciPROFIL KELARUTAN LIMBAH MINYAK BUMI DALAM AIR AKIBAT PENGARUH SURFAKTAN NONIONIK DAN LAJU PENGADUKAN
PROFIL KELARUTAN LIMBAH MINYAK BUMI DALAM AIR AKIBAT PENGARUH SURFAKTAN NONIONIK DAN LAJU PENGADUKAN (Solubility Profile of Petroleum Waste In Water as Effect of Nonionic Surfactant and Stirring Rate)
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos
LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Peralatan dan Bahan yang Digunakan 3.1.1. Peralatan Peralatan digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium kaca ukuran 70x55x40 cm; perangkat analisis COD dari HACH, USA;
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,
Lebih terperinci1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.
57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,
Lebih terperinciLampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah
30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciProses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka
Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 3(C) 13307 Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka Fahma Riyanti, Puji Lukitowati, Afrilianza Jurusan Kimia
Lebih terperinciBROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH
Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)
Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter
Lebih terperinciGambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu 1. Analisa Proksimat a. Kadar Air (AOAC 1999) Sampel sebanyak 2 g ditimbang dan ditaruh di dalam cawan aluminium yang telah diketahui
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilakukan di divisi Research and Development PT Frisian Flag Indonesia, yang beralamat di Jalan Raya Bogor Km 5, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.
BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Fe 3+ + H 2 O 2 Fe 2+ + HOO + H + (2) Fe 3+ + H 2 O 2 (Fe...O 2 H) +2 + H + (3) (Fe...O 2 H) +2 Fe 2+ + HO 2 (4)
5 reaksi Fenton (Lampiran 2), dilanjutkan presipitasi bahan anorganik dengan sulfida (Lampiran 3). Apabila nilai COD rendah, maka akan langsung dilakukan presipitasi bahan anorganik dengan sulfida. Analisis
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)
LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
34 LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) Sampel Air 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2 SO 4 Dikocok
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama
LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) perlakuan proksimat (% bobot kering) Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan komersil 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet-
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet- Cibeureum. Sampel yang diambil berupa tanaman CAF. Penelitian
Lebih terperinciLAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS
LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas
Lebih terperinciLampiran 1 Formulir organoleptik
LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok
Lebih terperincisampel pati diratakan diatas cawan aluminium. Alat moisture balance ditutup dan
59 60 Lampiran 1.Pengukuran Kandungan Kimia Pati Batang Aren (Arenga pinnata Merr.) dan Pati Temulawak (Curcuma xanthorizza L.) a. Penentuan Kadar Air Pati Temulawak dan Pati Batang Aren Menggunakan Moisture
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Proses pengomposan dilaksanakan di Talang Padang Kabupaten Tanggamus Januari - Februari 2013 sedangkan analisis dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERCOBAAN
BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperincisetelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8
40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat
Lebih terperinciPulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason
Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alur penelitian, berikut merupakan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. STUDI LITERATUR
Lebih terperinciLampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciLampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung
Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel
Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling
Lebih terperinciLAMPIRAN. 200 mg / L Minyak dan lemak 25 mg/l. Amoniak (N-NH.-,) 0,5 nig/l
LAMPIRAN Lampiran 1. a. Keputusan Gubemur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor KPTS.764/ XI1/1994 t&ntang baku mutu air terproduksi penambangan minyak bumi di darat, tanggal 22 Desember 1994. Parameter Konsentrasi
Lebih terperinciBAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.
BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada 7 Oktober 2015 hingga 7 November 2015 di Sub Lab Kimia FMIPA UNS dan Balai Laboratorium Kesehatan
Lebih terperinciKadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan
Lebih terperinciUdara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer
Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di
30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciI. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol
JUDUL TUJUAN PERCBAAN IV : BENZIL ALKL : 1. Mempelajari kelarutan benzyl alkohol dalam berbagai pelarut. 2. Mengamati sifat dan reaksi oksidasi pada benzyl alkohol. ari/tanggal : Selasa, 2 November 2010
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik
Lebih terperinciMETODE. Materi. Rancangan
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
Lebih terperinciAtas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Daun gamal diperoleh dari Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September
14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus
Lebih terperinciAir dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat
17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2012. Karakterisasi limbah padat agar, pembuatan serta karakterisasi karbon aktif dilakukan di Laboratorium Karakterisasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : REGINA ZERUYA : J1B110003 : 1 (SATU) : SUSI WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciEmisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri
Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional
Lebih terperinciLampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis ph H 2 O dengan ph Meter 1. Timbang 10 gram tanah, masukkan ke dalam botol kocok. 2. Tambahkan air destilata 10 ml. 3. Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon
Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon Proksimat protein lemak abu serat kasar air BETN A ( rebon 0%) 35,85 3,74 15,34 1,94 6,80
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Proses pengomposan dilaksanakan di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu sedangkan analisis dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian THP serta
Lebih terperinci