Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob
|
|
- Hendri Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pertumbuhan total bakteri (%) IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob dalam Rekayasa GMB Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap pertumbuhan total bakteri anaerob dapat dilihat secara lengkap pada Ilustrasi Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Hari ke- Pengenceran 10^2 Pengenceran 10^3 Pengenceran 10^4 Ilustrasi 6. Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Berdasarkan data di atas, pertumbuhan total bakteri anaerob pada pengenceran 10-2 dan 10-3 terjadi penurunan sedangkan pengenceran 10-4 terjadi peningkatan mulai hari ke 2 hingga hari ke 5. Penurunan pada pengenceran 10-2 dan 10-3 terjadi karena pemindahan bakteri dari suatu media ke media yang lain menyebabkan bakteri mengalami fase adaptasi untuk melakukan penyesuaian dengan substrat dan kondisi lingkungan sekitar. Kondisi penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob tersebut sesuai dengan yang di kemukakan oleh Liang (2003)
2 32 menyebutkan bahwa perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam media baru. Pada fase ini belum terjadi pembelahan sel karena sel masih beradaptasi dengan lingkungan baru, dengan demikian dapat dipastikan enzim belum terbentuk. Jumlah sel pada fase ini mengalamipenenurunandengan variasi waktu tergantung dari kecepatan penyesuaian dengan lingkungan sekitar, media, lingkungan pertumbuhan, dan jumlah inokulum yang mempengaruhi lama adaptasi. Peningkatan total bakteri anaerob pada pengenceran 10-4 terjadi karena tingkat pengenceran yang tinggi sehingga total bakteri anaerob lebih sedikit dibandingkan dengan pengenceran 10-2 dan 10-3 sehingga konsumsi nutrisi oleh bakteri anaerob tinggi. Peningkatan total bakteri dalam hasil analisis tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Middelbeek., dkk (1992) kecepatan pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh media tempat tumbuhdengan kandungan nutrient dan kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada hari ke 5 hingga hari ke 10 total bakteri anaerob pengenceran 10-2 dan 10-3 mengalami peningkatan masing masing dari 29,99% hingga 68,81% dan 7,89% hingga 99,66%. Hal tersebut terjadi karena fase pertumbuhan sudah masuk ke dalam fase logaritma atau eksponensial dimana sel membelah dengan laju yang konstan dengan massa menjadi dua kali lipat, sehingga aktivitas metabolik konstan dan keadaan pertumbuhan total bakteri anaerob seimbang (Pelczar, 1986). Pada pengenceran 10-2 total bakteri anaerob masih meningkat sampai hari ke-14 mencapai 77,4%. Pertumbuhan total bakteri anaerob mengalami penurunan dari hari ke 10 hingga ke 14, yaitu menjadi 74,61% untuk pengenceran 10-3 dan pengenceran 10-4 hari ke - 5 hingga ke 14 menurun dari 98,83% hingga 65,54%. Fase tersebut terjadi karena sel mati lebih cepat daripada
3 33 terbentuknya sel sel baru sehingga laju kematian mengalami percepatan.peritiwa itu terjadi karena semua sel mati dalam waktu 4 hari untuk pengenceran 10-3 dan dalam waktu 9 hari untuk pengenceran 10-4.Penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob pada pengenceran 10-3 dan 10-4 sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pelczar (1986) bahwa penurunana atau kematian bakteri bergantung pada spesiesnya dan semua sel mati dalam waktu beberapa hari atau beberapa bulan. Kurva pertumbuhan bakteri diatas sesuai dengan yang dikemukakan Pelczar (1986) dimana pertumbuhan ditandai dengan peningkatan jumlah sel sedangkan kecepatan pertumbuhan bergantung pada lingkungan fisik dan kimianya.pertumbuhan bakteri membentuk pola pembelahan biner.pertumbuhan bakteri anaerob diamati dengan caraoptical density(od) pada panjang gelombang 600 nm dengan alat spektrofotometer. Proses tumbuh bakteri menunjukan pertambahan sel yang meningkat. Banyak aspek yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri dengan metabolisme bakteri, yaitu ph, media batubara subbitumonious sebagai sumber karbon, efisiensi degradasi substrat, temperatur, sintesis protein dan senyawa kompleks lain, dan pelepasan produk metabolisme dari dalam sel bakteri anaerob (Baily dan Ollis 1986).
4 Produksi Gas & Pertumbuhan Bakteri (%) Produksi Gas Metana dalam RekayasaGMB Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap produksi gas metana dapat dilihat secara lengkap pada Ilustrasi 7, 8 dan 9 dengan menggunakan GC-A Pengenceran Isolat Bakteri Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Gas CH Hari ke- Gas CO2 Gas N2O Ilustrasi 7. Produksi Gas dalam Rekayasa GMB pada Pengenceran Isolat Bakteri 10-2 Berdasarkan data di atas, produksi gas metana meningkat hari ke 2 hingga hari ke 5 yaitu 3,23% sampai 40,21% yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas karbondioksida yaitu 81,84% - 29,99% dan 96,76% - 89,67%. Peningkatan produksi gas metana dihasilkan dari reduksi karbon dioksidaolehhidrogen. Pada hari ke 5 hingga hari ke 10 produksi gas metana menurun mencapai 7,15% yang diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas karbon dioksida, yaitu mencapai 68,81% dan 92,82%. Peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi adalah bakteri nonmetanogenik sehingga produksi gas metana menurun dan peningkatan produksi gas karbon dioksida terjadi karena degradasi asam asetat dari tahap pengasaman langsung diubah menjadi karbon dioksida
5 Produksi Gas & Pertumbuhan Bakteri (%) 35 tanpa adanya bantuan bakteri metanogen untuk memproduksi gas metana. Penurunan gas metana diikuti dengan peningkatan gas nitrogen oksida yaitu dari 0,01% hingga 0,03%, peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi adalah bakteri Bacillus denitrificans, Micrococus denitrificans, Pseudomonas stutzeni, dan Achromobacter.Pada hari ke 10 hingga hari ke 14 produksi gas metana meningkat, yaitu 7,15% hingga 7,64%, peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob 68,81% hingga 77,4% dan penurunan produksi gas karbon dioksida serta gas nitrogen oksida, yaitu 92,82% hingga 92,19% serta 0,03% hingga 0,17%. Peningkatan produksi gas metana terjadi karena dekarboksilasi asetat dan reduksi gas karbon dioksidaoleh hidrogen. 120 Pengenceran Isolat Bakteri Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Gas CH4 40 Gas CO Hari ke- Gas N2O Ilustrasi 8. Produksi Gas dalam Rekayasa GMB pada Pengenceran Isolat Bakteri 10-3 Berdasarkan data di atas, produksi gas metana berbanding lurus dengan pertumbuhan total bakteri anaerob. Pada hari ke 2 sampai hari ke 5 produksi gas metana menurun dari 2,35%sampai 2,23%, penurunan terjadi bersamaan dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob dan peningkatan produksi gas karbon dioksida. Penurunan tersebut terjadi karena bakteri metanogen masih dalam fase adaptasi terhadap lingkungan atau media baru. Kemudian hari ke 5
6 Produksi Gas & Pertumbuhan Bakteri (%) 36 sampai hari ke 10 produksi gas metana meningkat hingga mencapai 7,01%, produksi gas metana tersebut diikuti dengan meningkat pula pertumbuhan total bakteri anaerob metanogenik dan nonmetanogenik yang mencapai 99,66% dan penurunan produksi gas karbon dioksida, yaitu 97,76% sampai 92,96%. Peningkatan produksi gas metana ini terjadi karena dekarboksilasi asetat dan reduksi karbon dioksida oleh hydrogen.kemudian fase penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob terjadi pada hari ke -10 menuju hari ke -14 dengan produksi gas metana 4,05%. Penurunan gas metana ini diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri anaerob dan peningkatan produksi gas karbon dioksida. 120 Pengenceran Isolat Bakteri Hari ke- Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Gas CH4 Gas CO2 Gas N2O Ilustrasi 9.Produksi Gas dalam Rekayasa GMB pada Pengenceran Isolat Bakteri 10-4 Berdasarkan data di atas, produksi gas metana menurun hari ke 2 hingga hari ke 5 yaitu 5,74% sampai 5,71% yang diikuti dengan peningkatan pertumbuhan total bakteri anaerob dan produksi gas karbon dioksida yaitu 36,03% - 98,83% dan 94,24% - 94,28%. Penurunan produksi gas metana terjadi karena penurunana pertumbuhan total bakteri metanogenik sehingga produksi gas metana menurun sedangkan pertumbuhan total bakteri anaerob yang terjadi adalah bakteri nonmetanogenik. Hari ke 5 hingga hari ke 10 produksi gas metana menngkat
7 37 dari 5,71% hingga 6,88% yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan total bakteri dan penurunan produksi gas karbon dioksida sehingga produksi gas metana ini dari hasil reduksi karbon dioksida oleh hidrogen. Penurunan gas metana hari ke 10 sampai ke 14, yaitu 6,88% sampai 4,01% terjadi karena pertumbuhan total bakteri anaerob menurun dan produksi gas karbon dioksida meningkat. Produksi gas nitrogen oksida cenderung stabil di 0,02% tetapi pada hari ke 10 mencapai 0,04% dan turun kembali ke 0,02%. Gas metana terbentuk dari hasil fermentasi secara anaerob, yaitu melalui proses perombakan polimer organik menjadi monomernya dengan bantuan mikroorganisme dalam kondisi anaerob. Tahapan pembentukan biogas dari fermentasi anaerob terjadi dalam empat tahapan, yaitu hidrolisis, pengasaman, asetogenensis dan metanogenesis (Firdaus, 2007). Proses hidrolisis terjadi pada hari ke -2 sampai hari ke 5 dimana proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana pada bahan biomassa. Kandungan biomassa yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan lipid dipecah oleh mikroorganisme yang mengandung enzim amilase, protease, dan lipase (Ismawati, 2006). Proses pengasaman terjadi dengan adanya bakteri asetogenik (bakteri pembentk asam) dimana pada proses ini bakteriakan memecah struktur organik kompleks menjadi asam asam lemak volatil (Volatile Fatty Acid) atau VFA (Firdaus, 2007). Fermentasi karbohidrat menghasilkan VFA sebagai produk utama untuk sumber energi sedangkan karbon untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan bakteri anaerob (Fujiati, 2008). Proses metanogenesis memanfaatkan peran bakteri metanogen untuk memproduksi gas metana dengan menggunakan asam yang terbentuk dari tahap pengasaman. Bakteri ini akan membentuk gas metana dan karbon dioksida dari gas hidrogen (Nijaguna, 2002). Pada tahap metanogenesis substrat berupa asam organik yang didekomposisi oleh bakteri metanogenik dan menghasilkan gas metana melalui dua jalan, yaitu jalan fermentasi asam asetat menjadi metana dan karbon dioksida serta jalan kedua reduksi karbondioksida menjadi gas metana dengan menggunakan gas hidrogen atau asam format yang diproduksi oleh bakteri lain. (Campbell, 1983).
8 Pengaruh Isolat Bakteri Feses Sapi Potong dalam Rekayasa Produksi GMB dengan Media Batubara Subbituminous Gas metana merupakan gas yang diharapkan dari proses rekayasa GMB dengan memanfaatkan bakteri anaerob sebagai katalisator dalam mekanisme pembentukan gas metana batubara subbituminous. Berdasarkan analisis data, produksi gas metana dengan media batubara subbituminous untuk rekayasa produksi GMB dipengaruhioleh waktu inkubasi bakteri anaerob. Waktu inkubasi bakteri yang digunakan berdasarkan Ogimoto dan Imai (1981) selama 14 hari dengan waktu hari ke 2, 5, 10, dan 14. Pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4 isolat bakteri feses sapi potong dalam rekayasa produksi GMB dengan media batubara subbituminousmemproduksi gas metana dari hasil dekarboksilasi asetat dan reduksi karbon dioksida oleh hidrogen, di mana pertumbuhan total bakteri anaerob mulai menurun tetapi produksi karbon dioksida masih tinggi. Peningkatan produksi gas karbon dioksida masih dapat menghasilkan gas metana dengan cara reduksi gas karbn dioksida. Penambahan isolat bakteri ini bertujuan untuk menstimulasi populasi mikroorganisme indigenus batubara subbituminousdengan menambah nutrient dari media yang telah dibuat pada komposisi tertentu, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Beckmann dkk., (2011) bahwa bakteri metanogenik dapat diperkaya dengan penambahan nutrisi. Hal ini dapat digunakan untuk mengaktifkan kembali reservoir GMB yang mengalami penurunan produksi atau sudah tidak memproduksi. Pada pengenceran 10-2, 10-3 dan 10-4 menghasilkan produksi gas nitrogen oksida. Proses pembentukan gas metana oleh bakteri metanogen sangat dipengaruhi oleh sensitifitas lingkungan. Sifat bakteri metanogen adalah anaerob obligat yang pertumbuhannya akan terhambat oleh kandungan oksigen dan materi pereduksi seperti nitrit atau nitrat dapat menghambat bakteri metanogen (Campbell, 1983). Oleh karena itu, tiga pengenceran yang digunakan menghaslkan gas nitrogen oksida yang dapat menghambat produksi gas metana.
9 39 Isolat bakteri hasil pengenceran dapat tumbuh dalam batubara subbituminous dengan menggunakan komponen organik batubara sebagai substrat. Bakteri mendegradasi senyawa kompleks, senyawa hidrokarbon, dan campuran organik padat yang terkandung dalam batubara, sampai bakteri ini mampu memproduksi biogas (Strapoc dkk., 2008). Gas pada batubara terdiri dari campuran karbon monoksida, hidrogen, sedikit metana, karbon dioksida, dan sulfur.mikroorganisme pada batubara subbituminous mampu mereaksikan gas karbon monoksida yang dikonversi menjadi asetat.bakteri homoasetogenik dalam sumber batubara juga menggunakan hidrogen dan karbon dioksida yang dikonversi menjadi asetat.asetat dari hasil fermentasi dan reaksi penggunaan konversi gas dapat diubah menjadi metana oleh bakteri metanogenik asetoklastik (Yanni 2015).
EVALUASI PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI ASAL FESES SAPI POTONG DAN PRODUKSI GAS METANA PADA BATUBARA LIGNIT
EVALUASI PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI ASAL FESES SAPI POTONG DAN PRODUKSI GAS METANA PADA BATUBARA LIGNIT BACTERIA ISOLATE GROWTH EVALUATION FROM COW FECES FOR PRODUCTION ENGINEERING OF METHANE GAS WITH
Lebih terperinciPENGUJIAN PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI ASAL FESES SAPI POTONG UNTUK REKAYASA PRODUKSI GAS METANA DENGAN MEDIA BATUBARA SUBBITUMINOUS
PENGUJIAN PERTUMBUHAN ISOLAT BAKTERI ASAL FESES SAPI POTONG UNTUK REKAYASA PRODUKSI GAS METANA DENGAN MEDIA BATUBARA SUBBITUMINOUS BACTERIA ISOLATE GROWTH EXAMINATION FROM COW FECES FOR PRODUCTION ENGINEERING
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Bakteri Anaerob pada Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Potong dalam Tabung Hungate. Data pertumbuhan populasi bakteri anaerob pada proses pembentukan biogas dari
Lebih terperinciPROSES PEMBENTUKAN BIOGAS
PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS Pembentukan biogas dipengaruhi oleh ph, suhu, sifat substrat, keberadaan racun, konsorsium bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun ciri-ciri sapi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20
Lebih terperinciMacam macam mikroba pada biogas
Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Pembuatan Biogas Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rustama et al. (1998), limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagai dasar penentuan kadar limbah tapioka yang akan dibuat secara sintetis, maka digunakan sumber pada penelitian terdahulu dimana limbah tapioka diambil dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Peternakan Usaha peternakan sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia karena sebagai penghasil bahan makanan. Produk makanan dari hasil peternakan mempunyai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK BAHAN AWAL Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas jerami padi dan sludge. Pertimbangan atas penggunaan bahan tersebut yaitu jumlahnya yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciBakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinci1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak
1. Limbah Cair Tahu. Tabel Kandungan Limbah Cair Tahu Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg Proses Tahu 80 kg manusia Ampas tahu 70 kg Ternak Whey 2610 Kg Limbah Diagram
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masalah sampah menjadi permasalahan yang sangat serius terutama bagi kota-kota besar seperti Kota Bandung salah satunya. Salah satu jenis sampah yaitu sampah
Lebih terperinciBab IV Data dan Hasil Pembahasan
Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian meliputi proses aklimatisasi, produksi AOVT (Asam Organik Volatil Total), produksi asam organik volatil spesifik (asam format, asam asetat, asam propionat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kita pada krisis energi dan masalah lingkungan. Menipisnya cadangan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan akan bahan bakar fosil sebagai sumber energi membawa kita pada krisis energi dan masalah lingkungan. Menipisnya cadangan bahan bakar fosil (khususnya
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae
25 IV PEMBAHASAN 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae Rata-rata kandungan protein produk limbah udang hasil fermentasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bos indicus (zebu)
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bos indicus (zebu) dengan sapi jenis Bos sondaicus.pada tubuh sapi ini terdapat tanda-tanda sebagai warisan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang umum dipelihara dan digunakan sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya diperlihara untuk diambil tenaga, daging,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,
Lebih terperinciKehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan. Aspek kimia dalam tubuh - 2
Kehidupan 7 karakteristik kehidupan Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi Aspek kimia dalam tubuh - 2 Aspek kimia dalam tubuh - 3 REPRODUKSI: Penting untuk kelangsungan hidup spesies.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob. Biogas dapat dihasilkan pada hari ke 4 5 sesudah biodigester
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah jerami yang diambil dari persawahan di Desa Cikarawang, belakang Kampus IPB Darmaga. Jerami telah didiamkan
Lebih terperinciEnergi Alternatif. Digester anaerob. Penambahan Bahan Aditif. Tetes Tebu
PERANAN TETES TEBU DALAM PRODUKSI BIOGAS Pembimbing : Dr. rer.nat.triwikantoro, M.Sc Dr. Melania Suweni M, M.T Oleh : Amaliyah Rohsari Indah Utami (1108201007) Latar Belakang Krisis Bahan bakar Protokol
Lebih terperinciAdelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )
Adelia Zelika (1500020141) Lulu Mahmuda (1500020106) Biogas adalah gas yang terbentuk sebagai hasil samping dari penguraian atau digestion anaerobik dari biomasa atau limbah organik oleh bakteribakteri
Lebih terperinciPembiakan dan Pertumbuhan Bakteri
Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri A. Pertumbuhan Sel Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,
8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Limbah Ternak 2.1.1. Deksripsi Limbah Ternak Limbah didefinisikan sebagai bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan manusia dan tidak digunakan lagi pada
Lebih terperincidari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan
Lebih terperinciAnalisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri
11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biohidrogen merupakan gas hidrogen yang dihasilkan melalui proses biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan energi yang tinggi,
Lebih terperinciTINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari
TINJAUAN LITERATUR Biogas Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebahagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)
Lebih terperinciHASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif
HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi
Lebih terperinciPENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI
TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata-Rata Jumlah Bakteri yang Terdapat pada Feses Sapi Potong Sebelum (inlet) dan Sesudah (outlet) Proses Pembentukan Biogas dalam Reaktor Tipe Fixed-Dome Hasil perhitungan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK BAHAN AWAL Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas sampah organik dan sludge. Pertimbangan atas penggunaan bahan tersebut yaitu jumlahnya
Lebih terperinciPembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure
Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Sariyati Program Studi DIII Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta
Lebih terperinciSNTMUT ISBN:
PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) Indonesia memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar hampir 33 juta metrik ton sawit di 2014/2015 karena tambahan 300.000 hektar perkebunan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.
1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).
Lebih terperinciRangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.
Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph
IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada saat proses fermentasi. ph produk fermentasi
Lebih terperinciHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan N Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur N pada pupuk organik cair hasil pengomposan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk
Lebih terperincimenjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (ph) Rumen Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara jenis ransum dengan taraf suplementasi asam fulvat. Faktor jenis ransum
Lebih terperinciPengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah
Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang baik di bidang peternakan, seperti halnya peternakan sapi potong. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya
Lebih terperinciOleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini
Dosen Pembimbingh: Dr. Melania Suweni muntini Oleh: Gaguk Resbiantoro JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan
Lebih terperinciSISTEM SIRKULASI LINDI PADA DIGESTER ANAEROBIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH SAYURAN SAPTO PUJO SEJATI
SISTEM SIRKULASI LINDI PADA DIGESTER ANAEROBIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH SAYURAN SAPTO PUJO SEJATI DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciPERTUMBUHAN MIKROORGANISME
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME 2 pertumbuhan Diartikan sebagai penambahan jumlah sel Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih menjadi pilar penting kehidupan dan perekonomian penduduknya, bukan hanya untuk menyediakan kebutuhan pangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif
Lebih terperinciKarakteristik Biologis Tanah
POLUSI TANAH DAN AIR TANAH Karakteristik Biologis Tanah Prof. Dr. Budi Indra Setiawan Dr. Satyanto Krido Saptomo, Allen Kurniawan ST., MT. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengolahan tinja rumah tangga setempat (on site system) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Meningkatnya populasi manusia di Indonesia dan padatnya penduduk membuat limbah-limbah sulit untuk ditangani sehingga seringkali mencemari lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen dalam biogas terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat
Lebih terperinciSNTMUT ISBN:
PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (SAYUR SAYURAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Maya Natalia 1), Panca Nugrahini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BB PNDHULUN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Bahan organik dapat
Lebih terperinciKehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan
Kehidupan 7 karakteristik kehidupan Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi Aspek kimia dalam tubuh - 2 REPRDUKSI: Penting untuk kelangsungan hidup spesies. Reproduksi seksual berkembang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahanbahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Isolasi dan Identifikasi Bakteri 2.1.1. Isolasi Bakteri Mikroorganisme pada suatu lingkungan alami merupakan populasi campuran dari berbagai jenis baik mikroorganisme pada
Lebih terperincisenyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign
TINJAUAN PUSTAKA Asam Fulvat Humat dibentuk dari pelapukan bahan tanaman dengan bantuan bakteri yang hidup di tanah. Komposisi humat terdiri dari humus, asam humat, asam fulvat, asam ulmik dan trace mineral
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat (BAL) Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram positif, tidak berspora, berbentuk bulat atau batang serta memiliki kemampuan mengubah
Lebih terperinciMetabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2
Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida
Lebih terperinciPengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch
Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol.2 Jurnal Institut Teknologi Nasional [Pebruari 2014] Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch ANGRAINI 1, MUMU SUTISNA 2,YULIANTI
Lebih terperinciPERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK
PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat
Lebih terperinciAPROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF
APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF Heltin Krisnawati, Fitryane Lihawa*, Muhammad Yusuf** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN
PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN Roy Renatha Saputro dan Rr. Dewi Artanti Putri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA Indonesia berada pada posisi terdepan industri kelapa sawit dunia. Panen rata-rata tahunan minyak sawit mentah Indonesia meningkat sebesar
Lebih terperinciANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS
16-159 ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS Amaliyah Rohsari Indah Utami, Triwikantoro, Melania Suweni Muntini IT TELKOM Bandung, ITS Surabaya, ITS Surabaya E-mail : amaliyahriu@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fermentasi Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Karakteristik dari ikan lele yang memiliki pertumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN
J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Bakteri metanotrof adalah bakteri Gram negatif, bersifat aerob dan menggunakan metan sebagai sumber karbon dan energi (Auman 2001). Karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri kelapa sawit telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan menyumbang persentase terbesar produksi minyak dan lemak di dunia pada tahun 2011 [1].
Lebih terperinci