Analisis interaksi motivasi...puji Lestari, FPsi UI, PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis interaksi motivasi...puji Lestari, FPsi UI, TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan ekonomi global pada era ini telah menjadi lebih dinamis dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. organisasi, lingkungan kerja, serta kinerja yang dapat mendukung penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. dikaji dan diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB II KAJIAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. pada bidang sumber daya manusia yang tidak lagi dianggap sebagai faktor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mematuhi Undang-Undang Pertambangan, Regulasi Pengelolaan. prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. terhadap hubungan antara Kepemimpinan dan Motivasi Kerja dengan Turnover

Bab III. Metode Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. heterogen terdiri dari penduduk asli, penduduk urbanisasi maupun imigran

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 1 (H 1 ) tidak didukung. mempengaruhi secara signifikan pada kinerja guru.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB II LANDASAN TEORI & HIPOTESIS. Stoner mendefinisikan kepemimpinan manajerial sebagai suatu proses

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Kepemimpinan Transformasional;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance). Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. karyawan dan juga memberikan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional terhadap


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB II LANDASAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. dikarenakan keberadaan pemimpin yang sangat penting bagi keberlangsungan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan kompetitif. Keputusan tersebut menyangkut keputusan di dalam

BAB II LANDASAN TEORI

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian korelasional dengan. B. Variabel Penelitian

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Berbagai perubahan tatanan global dalam dunia bisnis begitu berpengaruh terhadap Indonesia. Hal ini menimbulkan semangat antimonopoli dan proteksi yang memaksa Indonesia membenahi beberapa sistem yang sudah mapan selama puluhan tahun (Warta Pertamina, 2006). Salah satu contohnya adalah harus mengubah UU No. 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Migas dan UU No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara. Dua UU tersebut memberikan hak monopoli kepada perusahaan milik negara di bidang migas, yaitu Pertamina. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 2001 terbitlah UU No. 22 tentang Migas. UU ini menyebabkan perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT (persero). Berlakunya UU No. 22 Tahun 2001 berakibat bahwa peran khusus Pertamina sebagai pengatur, operator tunggal, dan sebagai pengelola sumber alam migas di Indonesia pun telah berakhir (Warta Pertamina, 2006). Perubahan status yang terjadi tentunya juga menyebabkan terjadinya perubahan tujuan dari Pertamina. Salah satu tujuan didirikannya PT. Pertamina (Persero) adalah mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efisien dan efektif (Media Pertamina, 2007). Berkaitan dengan perubahan status perusahaan, Pertamina menghadapi tantangan yang tidak ringan karena kondisi eksternal dan internal telah berubah. Hal itu yang mendorong Pertamina untuk dapat melakukan perubahan lebih cepat. Dalam persaingan dunia usaha yang semakin tinggi saat ini, perusahaan harus dapat mengembangkan dan mengolah sumber daya yang dimilikinya, antara lain sumber daya manusia (SDM). SDM adalah penggerak utama suatu organisasi atau perusahaan (Adianto, Agustin, dan Trindira, 2005). SDM bukan semata sebagai faktor produksi di dalam perusahaan, namun lebih dari itu yaitu sebagai penentu (subjek) dari lingkaran kesisteman sebuah perusahaan. Apakah sistem itu efektif berjalan atau tidak, tergantung kepada manusia yang ada di organisasi di mana sistem itu berada. Nawawi (1998 dalam Warta Pertamina, 2007) menjelaskan bahwa manusia sangat penting bagi organisasi, khususnya bagi perusahaan atau industri. Menurutnya, SDM akan mewarnai dan memberikan bentuk, bahkan yang 1

2 menentukan jatuh atau bangunnya sebuah perusahaan. Lebih dari itu, Adianto, Agustin, dan Trindira (2005) menjelaskan bahwa pencapaian tujuan perusahaan akan terlaksana dengan optimal bila sumber daya manusianya menunjukkan unjuk kerja yang baik. Unjuk kerja itu sendiri merupakan hasil interaksi antara motivasi kerja, kemampuan, dan peluang (Munandar, 2001). Demikian pentingnya peranan SDM, maka dapat dikatakan untuk dapat sukses dalam melakukan perubahan di dalam perusahaan, Pertamina perlu memberikan perhatian ekstra terhadap sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencermati motivasi kerja berdasarkan pemahaman bahwa motivasi yang tinggi merupakan kontributor penting terhadap unjuk kerja yang optimal (Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 2000). Motivasi kerja dipandang sebagai suatu konsep yang dapat menjelaskan mengapa seseorang bertingkah laku tertentu di tempat kerja (Kanungo & Mendonca, 1994). Membahas tentang motivasi maka tidak dapat terlepas dari perannya sebagai pendorong keinginan seseorang dan inilah yang menjadikan seseorang menggabungkan dirinya dengan organisasi untuk berperan dengan baik (Anoraga, 2001). Perilaku yang termotivasi (motivated behavior) merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap karyawan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh French (1994) bahwa perilaku yang termotivasi (motivated behavior) menggambarkan sejauh mana individu akan menggunakan kemampuan yang dimiliki. Perilaku yang termotivasi merupakan komponen penting karena berkaitan dengan keinginan dan kesediaan karyawan untuk mengembangkan usaha dalam mencapai dan mempertahankan unjuk kerja yang tinggi. Munandar (2001) menambahkan, apabila karyawan memiliki motivasi tinggi untuk bekerja, maka perilaku kerja yang ditampilkannya sebagai keluaran pun tinggi dan memuaskan. Namun apa yang terjadi apabila motivasi bekerja pada pekerja rendah? Tentunya perilaku yang mereka tampilkan tidak optimal dan akhirnya berpengaruh pada menurunnya produktivitas. Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000), karyawan yang termotivasi tertarik untuk menghasilkan produk atau servis berkualitas tinggi; mereka cenderung menjadi produktif dan sebagai bagian dari suatu tim; akan menampilkan sikap senang

3 membantu, mendukung, dan mendorong rekan kerja. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat yang akan diperoleh bila perusahaan, khususnya Pertamina, bila memiliki karyawan yang bermotivasi tinggi. Teori motivasi kerja yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah teori Herzberg yang mengajukan suatu teori motivasi kerja berdasarkan asumsi bahwa manusia dalam kehidupannya dipenuhi dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipuaskan (Landy & Trumbo, 1980 dalam Pakarti, 1989). Terpenuhinya kebutuhan tersebut akan memberikan rasa puas dalam diri seseorang dan mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya. Herzberg mengemukakan adanya dua kelompok kebutuhan yang memotivasi seseorang untuk bekerja yaitu faktor Hygiene dan faktor Motivator. Sachau (2007) mengungkapkan bahwa faktor hygiene ditandai dengan lingkungan atau suasana kerja yang sehat, yaitu mencakup kualitas hubungan dengan rekan kerja, gaji, kondisi kerja, keamanan dan kejelasan kebijakan perusahaan. Faktor motivator ditandai dengan adanya kesempatan untuk mencapai prestasi secara optimal, kesempatan untuk maju dan berkembang, pengakuan dan penghargaan, adanya pekerjaan yang dirasakan memberi tantangan dan tanggung jawab yang dipercayakan. Menurut Munandar (2001), apabila kebutuhan akan faktor hygiene terpenuhi maka seseorang akan berada dalam kondisi tidak-tidak puas atau disebut dissatisfied). Kondisi eksternal cukup memotivasi seseorang untuk tetap bekerja, karena kebutuhan dasar untuk hidup paling tidak sudah terpenuhi. Sedangkan apabila faktor motivator terpenuhi, maka dapat dikatakan bahwa seseorang memperoleh kepuasan yang sesungguhnya yang disebut satisfied. Terpenuhinya kebutuhan yang bersifat internal yang menyangkut kualitas kehidupan dalam arti kesempatan untuk aktualisasi diri, kepercayaan yang mengangkat harga-diri akan memotivasi dirinya untuk menunjukkan hasil unjuk kerja yang optimal. Dalam membahas motivasi kerja, penelitian ini menggunakan dua faktor dari motivasi kerja berdasarkan Herzberg yang mengemukakan adanya faktor hygiene dan motivator sebagai sebagai dua faktor yang berbeda namun bukanlah konstruk yang terpisah. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengkaji apakah teori ini menganut unidimensional atau multidimensional untuk

4 menjelaskan fenomena kepuasan kerja yang timbul dari kedua faktor motivasi kerja tersebut. Burke (1965) meneliti bahwa faktor hygiene dan faktor motivator yang dikemukakan Herzberg bukanlah satu dimensi atau unidimensi, tetapi juga tidak dapat dilihat sebagai konstruk yang terpisah atau independen. Walaupun Herzberg mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan multidimensional, berbagai penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa istilah satisfierdissatisfier lebih cocok digunakan daripada klasifikasi intrinsik dan ekstrinsik (Ewen, Hulin, Smith, & Locke, 1996). Dalam dunia kerja kualitas unjuk kerja seseorang tidak hanya ditentukan oleh motivasinya, namun banyak faktor lain yang turut menentukan. Dalam penelitian ini, peneliti juga meneliti keterkaitan antara motivasi kerja dengan kepemimpinan, karena kepemimpinan merupakan salah satu dimensi yang berkaitan langsung dengan terciptanya lingkungan kerja yang sehat dan dapat menentukan atau mempengaruhi motivasi kerja seseorang (Steers & Porter, 1991). Yukl (1994 dalam Steers, Porter, & Bigley, 1996) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pengaruh sosial dimana individu menggunakan pengaruh secara intensif pada individu lain untuk membangun perilaku dan hubungan antar individu di dalam suatu kelompok atau organisasi. Pada sumber lain, Hollander (1985) dan Smith (1995a) (dalam Haslam, 2001) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses yang mempengaruhi orang lain dengan suatu cara dalam upaya meningkatkan kontribusi mereka pada realisasi dari tujuan kelompok. Ada berbagai teori tentang tipe kepemimpinan dalam organisasi. Dalam penelitian ini, tipe kepemimpinan yang ingin diteliti adalah kepemimpinan transaksional dan transformasional yang dikembangkan oleh Bass. Kepemimpinan transaksional menekankan pada proses hubungan pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai dengan kontrak yang telah disetujui oleh atasan dan bawahan. Pola-pola perilaku dari kepemimpinan ini dibutuhkan oleh Pertamina karena saat ini Pertamina sedang berusaha menerapkan konsep Performance Management System (PMS) yaitu sistem reward and consequences yang proporsional dan berkeadilan dimana setiap karyawan akan mendapatkan reward sesuai dengan prestasi yang diperoleh (Warta Pertamina, 2007).

5 Sementara itu, kepemimpinan transformasional menekankan pada proses membangun kesadaran akan pentingnya makna kerja, memperluas dan meningkatkan kebutuhan melampaui minat pribadi, memfasilitasi fleksibilitas untuk berespon terhadap perubahan-perubahan yang dialami organisasi ke arah kepentingan bersama termasuk kepentingan organisasi (Wutun, 2001). Pemimpin transformasional juga memberikan perhatian pada kebutuhan masing-masing bawahan terhadap prestasi dan pertumbuhan dengan bertindak sebagai coach dan mentor (Boerner, Eisenbeiss, Griessier, 2007). Pola-pola perilaku dari kepemimpinan ini dibutuhkan Pertamina untuk dapat melakukan perubahan. Hal ini seperti yang terungkap dalam Media Pertamina (2007) bahwa agar perubahan bergaung hingga ke unit terbawah, pemimpin diharapkan bisa mengajak dan menularkan hingga ke bawah. Pemimpin bukan hanya di top management, kepemimpinan itu ada di beberapa layer. Selain mengandalkan pada role models, untuk dapat terjadinya perubahan, maka juga diterapkan sistem coaching. Menurut McKenna (2000), ciri-ciri tersebut merujuk pada pentingnya penerapan kepemimpinan transformasional pada perusahaan yang sedang mengalami perubahan. Bass (1985) menjabarkan bahwa pola perilaku kepemimpinan transaksional terdiri dari contingent reward, management by exception, dan Laissez-faire, sedangkan kepemimpinan transformasional terdiri dari lima komponen perilaku, yaitu: Attributed charisma, idelaized influence behavior, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individual consideration (Wutun, 2004). Kedua konsep kepemimpinan yaitu transaksional dan transformasional meski secara konseptual menunjukkan ciri perilaku yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Bass (1985 dalam Wutun, 2004) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional dan transformasional dapat muncul pada seseorang dalam jumlah dan intensitas yang berbeda dan saling melengkapi. Berdasarkan penjelasan tentang kepemimpinan, maka penilaian mengenai efektivitas kepemimpinan dapat dilihat dengan obyektif jika dilakukan oleh bawahan daripada pemimpin itu sendiri (Bass, 1985), sehingga dalam peneletian ini dalam hal kepemimpinan akan ditinjau melalui persepsi karyawan terhadap

6 kepemimpinan atasan. Persepsi merupakan proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan inderanya dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan (Robbins, 2006). Persepsi adalah faktor yang menentukan terbentuknya sikap dan pembentukan perilaku terhadap stimulus (Robbins&Judge, 2007). Semakin positif persepsi bawahan terhadap proses hubungan yang dibangun akan berdampak semakin kuat terhadap peningkatan sikap, motivasi, usaha, dan perilaku usaha bawahan, baik pribadi, kelompok, maupun organisasi (Wutun, 2004). Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu pelaku persepsi, target persepsi, dan situasi (Furnham, 2005). Dalam penelitian ini, pelaku persepsi adalah karyawan. Sedangkan target persepsi adalah perilaku kepemimpinan transaksional dan transformasional yang diterapkan oleh atasan. Persepsi bawahan terhadap seberapa intens perilaku kepemimpinan transaksional, yang menekankan proses hubungan pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai dengan persetujuan antara pemimpin dan bawahannya, dapat berdampak pada timbulnya kepatuhan, antusiasme, dan komitmen terhadap tujuan tugas. Penjelasan ini menimbulkan dugaan bahwa kepemimpinan transaksional memiliki interaksi dengan faktor hygiene dari motivasi kerja. Di sisi lain, persepsi bawahan terhadap seberapa intens perilaku kepemimpinan transformasional, yang dipandang dapat meningkatkan kesadaran bawahan untuk mencapai hasil tertentu melebihi transaksi yang bersifat ekonomis, dapat mendorong bawahan untuk menggapai minat pribadinya. Penjelasan tersebut mengarah pada dugaan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki interaksi dengan faktor motivator dari motivasi kerja. Selain dugaan yang diungkapkan di atas, tidak menutup kemungkinan bahwa faktor hygiene juga dapat memiliki interaksi dengan kepemimpinan transformasional dan di sisi lain faktor motivator memiliki interaksi dengan kepemimpinan transaksional. Bila dirumuskan, maka penelitian ini hendak mengetahui bagaimanakah interaksi antara faktor-faktor motivasi kerja karyawan dan faktor-faktor kepemimpinan atasan yang dipersepsikan karyawan PT. Pertamina (Persero). Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti akan menggunakan suatu pendekatan statistik/olah data yaitu Structural Equation

7 Model (SEM). SEM merupakan analisis multivariat yang dapat menganalisis hubungan di antara variabel-variabel sebagai sebuah unit dan melakukan estimasi secara simultan (Wijanto, 2008). Peneliti menggunakan SEM berdasarkan beberapa alasan. Pertama, kepemimpinan transformasional dan transaksional merupakan suatu kesatuan teori yang tidak saling berlawanan (Bass, 1985 dalam Wutun, 2004). Kepemimpinan transformasional bukanlah lawan dari kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di dalam diri seseorang (Wutun, 2004). Selain itu, meskipun teori motivasi kerja dari Herzberg dipandang sebagai dua faktor yang berbeda namun bukanlah konstruk yang terpisah, yaitu sebagai faktor hygiene-motivator. Kedua, kepemimpinan dan motivasi kerja terdiri dari multi faktor sehingga untuk melihat hubungan diantara kepemimpinan dan motivasi tidak bisa mengabaikan faktor-faktor dari kedua variabel tersebut. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian pada sub bab sebelumnya, maka permasalahan yang akan diteliti melalui penelitian ini adalah: Bagaimana interaksi antara faktor-faktor motivasi kerja karyawan dengan faktor-faktor kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan di PT. Pertamina (Persero)? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah untuk memahami interaksi antara faktor-faktor motivasi kerja karyawan dengan faktor-faktor kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan Pertamina. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian tentang ini akan memberikan informasi mengenai pentingnya mencermati kepemimpinan dan motivasi dalam rangka meningkatkan unjuk kerja karyawan keluarga di Indonesia.

8 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Pertamina, pada khususnya, dan sebagai tambahan literatur yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam meningkatkan motivasi para karyawan berdasarkan kecenderungan motivasi kerja yang dimiliki.. 1.5 Sistematika Penulisan Pada penelitian ini, sistematika penulisan akan terdiri dari: I. Bab I berisi mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat, metode penelitian, dan sistematika penulisan. II. Bab II merupakan bab yang membahas mengenai tinjauan literatur dimana di dalamnya menguraikan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar dari penelitian ini yaitu teori kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional, teori dua faktor dari Herzberg, kepemimpinan atasan yang dipersepsikan karyawan, dan dinamika interaksi motivasi kerja karyawan dan kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan di Pertamina.. III. Bab III berisi penjelasan mengenai hipotesis penelitian, variabel penelitian, partisipan penelitian, tipe-desain penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, serta metode pengolahan data. IV. Bab empat merupakan hasil dan analisis data yang diperoleh dari penelitian ini. Hasil yang diperoleh terdiri atas dua bagian, yaitu gambaran umum partisipan penelitian dan hasil penelitian. Dari hasil tersebut akan dilakukan analisis dan interpretasi data. V. Bab lima merupakan bab yang terakhir, yang meliputi uraian tentang kesimpulan akhir dalam rangka menjawab masalah penelitian, diskusi tentang hasil penelitian, serta saran teoritis yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini dan saran praktis yang berkaitan dengan tema dan hasil penelitian.