BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Modul Mikrokontroler ATMega 128

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

Implementasi Sistem Navigasi Behavior Based Robotic dan Kontroler Fuzzy pada Manuver Robot Cerdas Pemadam Api

Grafik hubungan antara Jarak (cm) terhadap Data pengukuran (cm) y = 0.950x Data pengukuran (cm) Gambar 9 Grafik fungsi persamaan gradien

Implementasi Pengendali Logika Fuzzy pada Navigasi Robot Penjejak Dinding

Perancangan dan Implementasi Embedded Fuzzy Logic Controller Untuk Pengaturan Kestabilan Gerak Robot Segway Mini. Helmi Wiratran

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. MOTO DAN PERSEMBAHAN... v. DAFTAR ISI...

Kontrol Keseimbangan Robot Mobil Beroda Dua Dengan. Metode Logika Fuzzy

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Merancang dan merealisasikan robot pengikut dinding dengan menerapkan algoritma logika fuzzy.

BAB III PERANCANGAN ALAT

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

BAB I PENDAHULUAN. di terapkan di dunia industri. Salah satu yang berkembang adalah Robot Pengikut. mengakibatkan gerakan robot tidak mencapai optimal

Ahmadi *1), Richa Watiasih a), Ferry Wimbanu A a)

BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

IMPLEMENTASI KONTROL LOGIKA FUZZY PADA SISTEM KESETIMBANGAN ROBOT BERODA DUA

PERANCANGAN KONTROLER LOGIKA FUZZY UNTUK TRACKING CONTROL PADA ROBOT SUMO

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Flowchart

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kontrol Penjejak Pada Robot Pemadam Api Menggunakan Sistem Pengindera Api Dan Posisi Jarak Dengan Metode Fuzzy Logic

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. media cacing dengan metode adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS)

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY SEBAGAI PERINTAH GERAKAN TARI PADA ROBOT HUMANOID KRSI MENGGUNAKAN SENSOR KAMERA CMUCAM4

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi dalam setiap kehidupan dan kegiatan manusia..

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGENDALIAN TINGGI MUKA CAIRAN PADA PLANT NONLINEAR MENGGUNAKAN METODE KONTROL FUZZY

Implementasi Metode Fuzzy Logic Controller Pada Kontrol Posisi Lengan Robot 1 DOF

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KESTABILAN SUDUT AYUNAN BOX BAYI BERBASIS MIKROKONTROLER MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROL

BAB II LANDASAN TEORI

GPENELITIAN MANDIRI RANCANG BANGUN SISTEM KENDALI MOTOR DC MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC BERBASIS MIKROKONTROLER

ARIEF SARDJONO, ST, MT.

CLOSED LOOP CONTROL MENGGUNAKAN ALGORITMA PID PADA LENGAN ROBOT DUA DERAJAT KEBEBASAN BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Rancang Bangun Robot Vacuum Cleaner Berbasis Mikrokontroler

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY UNTUK MENGENDALIKAN PH DAN LEVEL AIR KOLAM RENANG

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN MOBILE ROBOT DENGAN SENSOR KAMERA MENGGUNAKAN SISTEM KENDALI FUZZY

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...

IMPLEMENTASI SISTEM NAVIGASI ROBOT WALL FOLLOWING DENGAN METODE FUZZY LOGIC UNTUK ROBOT PEMADAM API ABIMANYU PADA KRPAI TAHUN 2016

BAB III PERANCANGAN ALAT

EKO TRI WASISTO Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Active Steering Assistane For Turned Road Based On Fuzzy Logic

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

BAB II ROBOT PENYAPU LANTAI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

EVALUASI KINERJA GURU DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) MAMDANI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. selesai dibuat untuk mengetahui komponen-komponen sistem apakah berjalan

Rancang Bangun Sistem Takeoff Unmanned Aerial Vehicle Quadrotor Berbasis Sensor Jarak Inframerah

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian...iii. Lembar Pengesahan Pengujian...

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

Komp LIPI Gd 20, Jl Sangkuriang 21/54D, Bandung 40135, Indonesia b Departemen Elektro dan Komunikasi Universitas Telkom

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... v. ABSTRAKSI...vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...ix. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN SINYAL ULTRASONIK PADA SISTEM PENGENDALIAN ROBOT MOBIL

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM

Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1. Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. 2. Ir. Tasripan, MT.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER PADA ROBOT LINE FOLLOWER

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN MULTI-MIKROKONTROLER PADA MODEL ROBOT MOBIL BERBASIS LOGIKA FUZI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KENDALI FUZI KECEPATAN MOTOR DC, DENGAN METODA CHOPPER, BERBASIS MIKROKONTROLER 89C51

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS LOGIKA FUZI PADA ROBOT PENGIKUT GARIS

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

Transkripsi:

BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian logika fuzzy sebagai metode kontrol. 3.1. Sistem Kontrol Robot Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem Kontrol utama robot menggunakan mikrokontroler ATmega 128 yang bertugas mengolah data sensor sensor dan memproses logika fuzzy untuk mengontrol pergerakan robot. Sensor yang digunakan pada robot ini yaitu, sensor jarak SRF, sensor infrared, dan sensor garis. Sensor jarak SRF digunakan sebagai pengukur jarak dinding dengan robot ketika robot bernavigasi menelusuri peta lapangan. Sensor infrared digunakan untuk mendeteksi objek pada titik buta robot yang tidak terjangkau oleh sensor SRF. Sedangkan sensor garis digunakan untuk membantu pergerakan robot ketika memasuki ruangan. 19

Gambar 3.2. Blok Diagram Pengendalian Gambar 3.2 menunjukkan alur data sensor sampai akhirnya didapatkan output untuk mengontrol kecepatan dan arah putar roda robot. Dikarenakan metode fuzzy bekerja berdasarkan himpunan-himpunan maka data input sensor yang basisnya berbeda-beda harus diseragamkan dengan cara klasifikasi. Hasil proses klasifikasi ini akan didapatkan data error yang akan diolah oleh logika fuzzy. Tabel 3.1 menunjukkan klasifikasi data sensor yang digunakan pada robot. Dalam Tabel 3.1 semakin positif hasil klasifikasi nilai sensor maka semakin jauh jarak dinding dengan badan robot, sebaliknya semakin negatif hasil nilai klasifikasi maka semakin dekat jarak dengan dinding. Nilai nol dalam klasifikasi menunjukkan bahwa posisi robot tepat berada pada jarak yang diinginkan atau sama dengan set point yang telah ditentukan. Dalam tabel klasifikasi hasil paling negatif adalah -7 sedangkan positif adalah +20. Untuk set point robot diatur pada jarak 10 cm dari tembok atau jika dikonversi pada nilai aktual SRF memiliki nilai pada kisaran 140. 20

Tabel 3.1. Klasifikasi Nilai Input Sensor Klasifikasi Nilai Aktual Sensor Kiri Depan Kanan Aktual_SRF (Set Point-130) -7-7 -7 (Set Point-130) < Aktual_SRF (Set Point-110) -6-6 -6 (Set Point-110) <Aktual_SRF (Set Point-90) -5-5 -5 (Set Point-90)< Aktual_SRF (Set Point-70) -4-4 -4 (Set Point-70) <Aktual_SRF (Set Point-50) -3-3 -3 (Set Point-50)< Aktual_SRF (Set Point-30) -2-2 -2 (Set Point-30) <Aktual_SRF (Set Point-10) -1-1 -1 (Set Point-10)< Aktual_SRF (Set Point) 0 0 0 (Set Point) < Aktual_SRF (Set Point+10) 0 0 0 (Set Point+10) <Aktual_SRF (Set Point+30) 1 1 1 (Set Point+30) <Aktual_SRF (Set Point+50) 2 2 2 (Set Point+50)< Aktual_SRF (Set Point+70) 3 3 3 (Set Point+70) <Aktual_SRF (Set Point+90) 4 4 4 (Set Point+90)< Aktual_SRF (Set Point+110) 5 5 5 (Set Point+110) <Aktual_SRF (Set Point+130) 6 6 6 (Set Point+130) <Aktual_SRF (Set Point+150) 7 7 7 (Set Point+150) <Aktual_SRF (Set Point+170) 8 8 8 (Set Point+170) <Aktual_SRF (Set Point+190) 9 9 9 (Set Point+190)< Aktual_SRF (Set Point+210) 10 10 10 (Set Point+210) <Aktual_SRF (Set Point+230) 11 11 11 (Set Point+230) <Aktual_SRF (Set Point+250) 12 12 12 (Set Point+250) <Aktual_SRF (Set Point+270) 13 13 13 (Set Point+270)<Aktual_SRF (Set Point+290) 14 14 14 (Set Point+290) <Aktual_SRF (Set Point+310) 15 15 15 (Set Point+310) <Aktual_SRF (Set Point+330) 16 16 16 ( Aktual_SRF Set Point+330) 20 20 20 Sensor IR Kanan ==0 - - -7 Sensor IR Kiri ==0-7 - - Sensor Garis Kanan 500 - - 0 Sensor Garis Kiri 500 0 - - 21

Setelah nilai klasifikasi didapatkan maka akan diproses dalam kendali logika fuzzy yaitu dalam proses fuzzifikasi untuk mendapatkan derajat keanggotaan (nilai fuzzy). Dalam proses fuzzifikasi ini penulis menggunakan tiga buah fungsi keanggotaan input (fungsi fuzzy input) yaitu fungsi keanggotaan input error kanan, error depan dan error kiri. Masing masing terdiri dari beberapa himpunan yaitu : a. Error kanan = {Sangat Dekat,Dekat, Tepat,Jauh,Sangat Jauh} b. Error depan = {Dekat,Jauh,Sangat Jauh} c. Error kiri = {Sangat Dekat,Dekat Tepat,Jauh,Sangat Jauh} Dalam proses defuzifikasi juga digunakan fungsi keanggotaan, yaitu fungsi keanggotaan output (fungsi fuzzy output) untuk menggembalikan nilai fuzzy kembali ke crisp value (data tegas) untuk kemudian digunakan untuk mengatur gerakan roda. Fungsi keanggotaan output yang digunakan ada dua yaitu fungsi keanggotaan output PWM roda kanan dan fungsi keanggotaan output PWM roda kiri. Masing masing terdiri dari beberapa himpunan yaitu: a. PWM roda kiri = {Sangat Lambat,Lambat,Nol,Sedang,Cepat} b. PWM roda kanan = {Sangat Lambat,Lambat,Nol,Sedang,Cepat } Proses fuzzifikasi, defuzzifikasi serta penggunaan fungsi keanggotaan akan dijelaskan lebih detil pada bagian perangkat lunak. 22

3.2. Perancangan Perangkat Keras 3.2.1. Bentuk Fisik Robot (a) (b) (c) Gambar 3.3. Bentuk fisik robot (a) Bentuk fisik dari sisi depan (b) Bentuk fisik dari serong kiri (c) Bentuk fisik dari sisi atas Kerangka robot menyerupai bentuk sebuah mobil, berbahan dasar plat acrylic. Memiliki 2 buah motor DC sebagai penggerak utama dengan kecepatan rotasi 200 rpm dan memiliki torsi 1,3 kg-cm untuk setiap motornya. Dengan ukuran robot (p x l x t) = 24 x 21 x 27 cm. Sedangkan berat keseluruhan robot adalah 1,375 kg. 3.2.2. Mikrokontroler ATMega 128 Mikrokontroler ATMega 128 bertugas sebagai perangkat pemproses metode kontrol logika fuzzy. Penulis memilih mikrokontroler tipe ini karena mikrokontroler tipe ini mempunyai fasilitas yang memadai untuk digunakan sebagai otak dari robot. Selain itu mikrokontroler tipe ini juga ada di pasaran dan dapat diprogram menggunakan software CodeVisionAVR. Pemrograman dapat dilakukan dengan bahasa C sehingga mempermudah penulis dalam membuat algoritma. 23

3.2.3. Sensor Jarak Sonar Range Finder (SRF) Sensor jarak SRF digunakan sebagai alat untuk mengukur jarak robot terhadap objek pada lapangan pengujian ketika robot bernavigasi. Terdapat 3 buah SRF yang peletakannya digambarkan pada Gambar 3.4. Gambar 3.4. Peletakan Sensor Jarak SRF 3.2.4. Sensor Infrared Sensor infrared digunakan untuk mendeteksi objek pada daerah sisi robot yang tidak mampu dijangkau sensor SRF. Pada saat sensor mendeteksi adanya objek yang menghalangi maka keluaran sensor akan berlogika high, sedangkan saat tidak terdeteksi adanya objek maka keluaran sensor akan berlogika low. Penggunaan sensor infrared ini diletakkan pada bagian depan robot dan dirancang layaknya mendeteksi dinding atau objek yang menghalangi robot bila terdapat adanya objek di sekitar robot. Gambar 3.5. Sensor Infrared 3.2.5. Sensor Garis Sensor garis disini sebagai sensor tambahan untuk membatu pergerakan robot ketika masuk ke dalam ruangan. Hal ini diperlukan diakibatkan karena keterbatasan sensor SRF yang kurang handal dalam mendeteki objek dinding dengan lebar sempit dan terletak pada sudut tertentu dari robot. Terdapat dua buah sensor garis yang digunakan, yang terletak pada bagian bawah robot. 24

3.3. Perancangan Perangkat Lunak Dalam perancangan robot penulis menggunakan metode fuzzy untuk mengontrol robot. Dalam penerapan logika fuzzy ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mengolah input data sensor sebelum akhirnya dihasilkan sinyal output ke aktuator. Gambar 3.6 menunjukkan tahapan pengontrolan menggunakan metode fuzzy. Gambar 3.6. Mekanisme kendali logika fuzzy kalang tertutup 3.3.1. Fuzifikasi Fuzifikasi adalah proses mentransformasikan data tegas (crips data) masukan menjadi variabel linguistik, dengan derajat keanggotaan tertentu (nilai fuzzy input). Gambar 3.7 menunjukan nilai-nilai yang digunakan dalam perhitungan derajat keanggotaan pada suatu fungsi himpunan tertentu (dalam hal ini fungsi trapesium) dengan data tegas masukan (crips data input) x. Slope1 dan Slope2 merupakan kemiringan di sisi-sisi trapesium. Point1 dan Point2 merupakan batas-batas input yang termasuk anggota himpunan, sedangkan MAX adalah derajat keanggotaan maksimal fungsi keanggotaan yang dapat dicapai. Gambar 3.7. Perhitungan Nilai Derajat Keanggotaan 25

Menghitung Derajat Keanggotaan : 1) Hitung nilai : 2) Jika maka derajat keanggotaan adalah 0 selain itu maka derajat keanggotaan adalah Gambar 3.8. Diagram Alir Algoritma Fuzzifikasi 26

Dalam fungsi fuzzy input perancang menggunakan 3 fungsi yaitu fungsi keanggotaan input error kanan, error depan, dan error kiri seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9, Gambar 3.10, dan Gambar 3.11. Pada sumbu mendatar adalah nilai error. Nilai error dihasilkan dari besarnya perbedaan nilai set point dan nilai aktual. Perbedaan nilai set point dan nilai aktual sensor kemudian diklasifikasikan kedalam beberapa kelas untuk meminimalkan noise dari pembacaan sensor SRF dan untuk menyeragamkan nilai data input sensor yang kemudian akan masuk kedalam proses fuzzy. Klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Dalam fungsi keanggotaan error didalamnya terdiri dari himpunan Sangat Dekat, Dekat, Tepat, Jauh,Sangat Jauh. Gambar 3.9. Fungsi Keanggotaan Input Error Kanan Gambar 3.10. Fungsi Keanggotaan Input Error Kiri Gambar 3.11. Fungsi Keanggotaan Input Error Depan 27

3.3.2. Basis Aturan dan Logika Pengambilan Keputusan Pada tahapan ini, sistem menalar nilai masukan untuk menentukan nilai keluaran (fuzzy output) sebagai bentuk pengambil keputusan [11]. Tahap ini mengkombinasikan fungsi keanggotaan dan basis aturan dalam menentukan fuzzy output [8]. Tiap aturan akan dievaluasi sehingga hasil penilaian dan pengambilan keputusan merupakan kumpulan atau korelasi antar aturan. Pada perancangan robot penulis menggunakan metode max-min inference dalam mengevaluasi tiap aturan fuzzy. Gambar 3.12 Menunjukan metode max-min inference dengan x 0 dan y 0 merupakan data tegas masukan (crisp input) kemudian basis aturan ditentukan sebagai : Aturan 1 : Jika x = A1 dan y = B1 maka z = C1 Aturan 2 : Jika x = A2 dan y = B2 maka z = C2 Gambar 3.12. Max-min inference [10] 28

Gambar 3.13. Diagram Alir Alogaritma Logika Pengambilan Keputusan Basis aturan kendali fuzzy adalah kumpulan aturan-aturan kendali fuzzy yang dibuat berdasarkan pengetahuan manusia dalam pengendalian suatu sistem [9]. Dalam perancangan ini basis aturan kontrol dibuat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman perancang dalam dinamika pergerakan robot pengikut dinding. Sebuah aturan kendali fuzzy adalah aturan dalam bentuk jika maka (IF-THEN). Aturan yang ditetapkan digunakan untuk menspesifikasikan hubungan antara himpunan fuzzy masukan dan himpunan fuzzy keluaran. Tabel 3.2 dan 3.3 menunjukkan rancangan aturan kontrol dalam navigasi robot pengikut dinding ini. 29

Tabel 3.2. Tabulasi Aturan Kontrol Untuk Roda Kanan Saat Follow Kanan Error Depan Dekat Jauh Sangat Jauh Error Kanan Sangat Dekat Cepat Sedang Cepat Dekat Cepat Cepat Cepat Tepat Cepat Sedang Cepat Jauh Cepat Nol Sedang Sangat Jauh Cepat Lambat Nol Tabel 3.3. Tabulasi Aturan Kontrol Untuk Roda Kiri Saat Follow Kanan Error Depan Dekat Jauh Sangat Jauh Error Kanan Sangat Dekat S Lambat Lambat Lambat Dekat S Lambat Nol Sedang Tepat S Lambat Sedang Cepat Jauh S Lambat Cepat Cepat Sangat Jauh S Lambat Cepat Cepat Tabel 3.4. Tabulasi Aturan Kontrol Untuk Roda Kanan Saat Follow Kiri Error Depan Dekat Jauh Sangat Jauh Error Kiri Sangat Dekat S Lambat Lambat Lambat Dekat S Lambat Nol Sedang Tepat S Lambat Sedang Cepat Jauh S Lambat Cepat Cepat Sangat Jauh S Lambat Cepat Cepat 30

Tabel 3.5. Tabulasi Aturan Kontrol Untuk Roda Kiri Saat Follow Kiri Error Depan Dekat Jauh Sangat Jauh Error Kiri Sangat Dekat Cepat Sedang Cepat Dekat Cepat Cepat Cepat Tepat Cepat Sedang Cepat Jauh Cepat Nol Sedang Sangat Jauh Cepat Lambat Nol Contoh kasus dalam penggunaan aturan kontrol saat follow kanan: IF Error Kanan Tepat AND Error Depan Sangat Jauh THEN PWM Roda Kanan IS Cepat 3.3.3. Defuzifikasi Proses defuzifikasi bertujuan untuk mengkonversi nilai fuzzy output kembali menjadi data keluaran tegas (crips output) atau keluaran klasik kepada objek kontrol [8]. Dalam perancangan robot metode defuzifikasi yang digunakan perancang adalah metode center of gravity. Metode ini dirumuskan sebagai berikut : Di mana merepresentasikan luasan area dari fungsi himpunan yang ada pada fungsi fuzzy output dengan nilai centroid point Z yang ke-j. Centeroid point adalah titik tengah sumbu x yang ada pada masing-masing himpunan pada fungsi fuzzy output. Karena output dari proses defuzifikasi adalah pulse with modulation (PWM) untuk mengontrol kecepatan putar roda sumbu mendatar atau sumbu x adalah himpunan semesta nilai PWM, kemudian dalam penjelasan selanjutnya fungsi fuzzy output disebut juga sebagai fungsi keanggotaan output PWM. 31

berikut : Perhitungan dalam metode center of gravity secara singkat dijelaskan sebagai Gambar 3.14. Perhitungan Center of Gravity Defuzifikasi metode center of gravity (COG): 1) Titik tengah pada sumbu PWM segitiga Output 1 =30 Titik tengah pada sumbu PWM segitiga Output 2 =60 2) Derajat keanggotaan Output 1 =80 Derajat keanggotaan Output 2 =55 3) Luas area Output 1 = = 3040 Luas area Output 2 = =2502,5 4) COG = = 43,5 32

Gambar 3.15. Diagram Alir Alogaritma Defuzifikasi Dalam proses defuzzyfikasi fungsi fuzzy output sangat penting untuk menghasilkan crisp value. Himpunan yang ada dalam fungsi fuzzy output digunakan sebagai keputusan/kesimpulan dari tiap-tiap aturan kontrol yang telah dibuat. Dalam perancangan robot ini digunakan dua buah fungsi fuzzy output yaitu fungsi keanggotaan output PWM roda kanan dan fungsi keanggotaan output PWM roda kiri yang ditunjukkan pada Gambar 3.16. 33

Gambar 3.16. Fungsi Keanggotaan Output PWM Roda Kanan Gambar 3.17. Fungsi Keanggotaan Output PWM Roda Kiri 34

3.3.4. Struktur Data (a) (b) (c) Gambar 3.18. (a) koneksi data fungsi fuzzy input (b) koneksi data fungsi fuzzy output (c) koneksi data aturan kontrol 35

Dalam pengimplementasian metode fuzzy ini kedalam bahasa pemrograman, penulis menggunakan linked-list untuk mengakses data fungsi keanggotaan maupun aturan kontrol. Linked-list adalah koleksi data (satu paket data disebut node) yang saling terhubung oleh pointer yang menunjukkan posisi node pada memori. Salah satu cara lain dalam metode akses data adalah menggunakan array. Namun dalam perancangan ini perancang menggunakan linked-list karana memudahkan perancang dalam menggabungkan satu paket data yang berbeda, misalkan menggabungkan node fungsi input dengan node fungsi keanggotaan yang harus menggunakan pointer. Gambar 3.18 menunjukkan koneksi data antar node. Sedangkan untuk komposisi data yang ada pada setiap node dapat dilihat pada gambar 3.19. Pada gambar 3.19 data yang diberi tanda bintang merupakan pointer yang akan merujuk pada suatu alamat dalam memori. (a) (b) Gambar 3.19. (a) komposisi data pada node fungsi input (b) komposisi data pada aturan kontrol 36

3.3.5. Contoh Kasus Dan Penerapan Rancangan Metode Kontrol Logika Fuzzy Pada Navigasi Robot Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam metode kontrol berbasis logika fuzzy ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum data dari pengindraan berubah menjadi sinyal untuk mengatur gerakan roda. Berikut merupakan contoh kasus sebagai gambaran penerapan sekaligus contoh perhitungan dalam setiap tahapan yang telah dirancang dalam metode kontrol ini. A. Proses Pengindraan Sensor Dalam perancangan robot ini perancang menggunakan 3 buah jenis sensor yaitu sensor SRF sebagai sensor utama, serta menggunakan sensor garis dan sensor IR sebagai sensor pendukung. Hasil pembacaan sensor SRF merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan sinyal suara dari mulai dikirim oleh transmitter sampai diterima kembali oleh receiver. Untuk sensor IR, apabila sensor mendeteksi adanya objek penghalang maka sensor akan berlogika 0. Sedangkan untuk sensor garis, apabila nilai pembacaan sensor memiliki nilai yang tinggi (diatas 500) maka dapat diartikan robot sedang berada di atas garis peta lapangan. Ketika bernavigasi pada mode follow kanan sensor yang dipakai dalam bernavigasi adalah sensor SRF depan, sensor SRF kanan, sensor IR kanan dan sensor garis kanan. Sedangkan untuk mode follow kiri sensor yang dipakai adalah SRF depan, sensor SRF kiri, sensor IR kiri dan sensor garis kiri. Pada contoh kasus kali ini data nilai sensor dari proses pengindraan dimisalkan sebagai brikut : Mode follow SRF kanan : 146 SRF depan : 700 IR kanan : 0 Sensor garis : 100 : Follow Kanan 37

B. Proses Klasifikasi Proses klasifikasi bertujuan menyeragamkan basis nilai hasil pembacaan sensor. Dalam perancangan robot ini nilai set point untuk SRF kanan dan kiri adalah 142 sedangkan untuk SRF depan adalah 210. Dengan mengetahui nilai-nilai ini maka berdasarkan Tabel 3.1 nilai kasifikasi input sensor maka didapatkan nilai hasil kasifikasi sebagai berikut : SRF kanan : 0 SRF depan : 20 IR kanan : Nilai diabaikan Sensor garis : Nilai diabaikan C. Proses Fuzifikasi Pada tahapan ini dengan menggunakan fungsi keanggotaan input, nilai data sensor yang masih berupa data tegas kemudian dikonversi menjadi nilai fuzzy input. Fungsi keanggotaan input error kanan dan depan dapat dilihat pada Gambar 3.20 dan 3.21. Perhitungan derajat keanggotaan SRF kanan : Karena nilai input jatuh pada himpunan Tepat maka : 1) Nilai : = = 2 = = 3 2) Karena maka derajat keanggotaan adalah = = 96 Sehingga nilai 0 memiliki derajat keanggotaan 96 untuk himpunan Tepat. Sedangkan himpunan lainya memiliki derajat keanggotaan 0. 38

Derajat keanggotaan SRF depan : Karena nilai input jatuh pada himpunan Sangat Jauh maka : 3) Nilai : = = 15 = = 1 4) Karena maka derajat keanggotaan adalah = = 96 Sehingga nilai 20 memiliki derajat keanggotaan 96 untuk himpunan Sangat Jauh. Sedangkan untuk himpunan lainya memiliki derajat keanggotaan 0. Gambar 3.20. Hasil Fuzifikasi Nilai 0 Pada Fungsi Keanggotaan Input Error Kanan Gambar 3.21. Hasil Fuzifikasi Nilai 20 Pada Fungsi Keanggotaan Input Error Depan 39

D. Proses Logika Pengambilan Keputusan Pada proses ini aturan kontrol yang dibuat dievaluasi satu persatu menggunakan nilai fuzzy input yang didapatkan pada proses fuzifikasi. Berdasarkan aturan kontrol follow kanan pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 maka aturan yang terpenuhi adalah : 1) IF Error Kanan Tepat AND Error Depan Sangat Jauh THEN PWM Roda Kanan IS Cepat 2) IF Error Kanan Tepat AND Error Depan Sangat Jauh THEN PWM Roda Kiri IS Cepat Dengan menggunakan metode max-min inference nilai fuzzy output yang didapatkan sebagai berukut : Gambar 4.22. Fungsi Keanggotaan Output PWM Roda Kanan Hasil Max-Min Inference Gambar 3.23. Fungsi Keanggotaan Output PWM Roda Kiri Hasil Hasil Max-Min Inference 40

E. Proses Defuzifikasi Pada tahap ini nilai fuzzy output diubah kembali ke nilai tegas untuk mengontrol putaran roda. Perhitungan defuzifikasi metode COG untuk Gambar 4.22. dan 4.33 sebagai berikut : 1) Titik tengah pada sumbu PWM segitiga Cepat =256 2) Derajat keanggotaan segitiga Cepat = 96 3) Luas area Output 1 = = 9216 4) COG = = 256 F. Proses Gerakan Robot Dari hasil proses defuzifikasi didapatkan nilai 256 untuk PWM roda kanan dan roda kiri. Maka robot akan bergerak maju dengan kecepatan penuh. 41