BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

III. METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB III METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

3. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE KAJIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 2 Tahapan Studi

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

Transkripsi:

39 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) wilayah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Kelompok sasaran adalah masyarakat desa di kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas. Penelitian berlangsung selama 10 bulan, dimulai bulan Januari 2009 - Oktober 2009. 3.2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini dimulai dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas dengan menggunakan analisis faktor. Selanjutnya akan diketahui besarnya nilai indikator ketidakberdayaan. Tahap berikutnya menggunakan analisis AWOT, yaitu integrasi antara analisis AHP dan SWOT. Tahap terakhir adalah penyusunan konsep pemberdayaan berdasarkan strategi hasil analisis AWOT. Bagan alir pendekatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3: Faktorfaktor Internal Analisis Faktor Faktor-faktor Ketidakberdayaan AWOT Tujuan Pemberdayaan Faktorfaktor Eksternal Konsep Pemberdayaan Gambar 3. Pendekatan Penelitian 3.3. Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan kedalam faktor-faktor internal dan eksternal. Data ini meliputi data primer dan data sekunder. Adapun jenis data dan aspek yang diamati dapat dilihat pada Tabel 5.

40 Tabel 5. Jenis Data dan Aspek yang diamati No Faktor-faktor internal No Faktor-faktor eksternal 1 Potensi SDA 1 Dukungan peraturan perundangan 2 Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal 2 Keberpihakan pemerintah 3 Konflik sosial dan lingkungan 3 Dukungan politik 4 SDM masyarakat 4 Dukungan kelembagaan keuangan 5 Posisi geografis dan kondisi infrastruktur 6 Akses terhadap kelembagaan sosial ekonomi 5 Ketersediaan pelatihan-pelatihan 7 Kerawanan terhadap bencana 7 Akses informasi 8 Alternatif mata pencaharian dan Tingkat kesejahteraan 6 Implementasi kebijakan dan keterkaitannya dengan kebutuhan lokal 8 Pola perencanaan pembangunan 9 Partisipasi dalam pengelolaan Taman 9 Implikasi Pembangunan 10 Interaksi sosial masyarakat dg lingkungan luar 11 Tingkat pendidikan 12 Tingkat kesehatan 13 Persepsi masyarakat terhadap kawasan konservasi 10 Jaminan ekonomi 3.4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu dengan observasi (pengamatan), survei (wawancara) dan kajian literatur. Data primer dikumpulkan melalui pendekatan observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview), guna memperoleh data dan informasi langsung dari sumber aslinya tentang kondisi parameter yang hendak dikaji secara akurat. a. Observasi: Observasi merupakan metode sistematis untuk mendapatkan informasi yang mengandalkan pengamatan langsung di lapangan, baik yang menyangkut objek, pola perilaku orang, kelompok, kejadian, proses, hubungan, dan fenomena-fenomena atau adat kebiasaan, pola kehidupan, kondisi permukiman, kondisi fasilitas umum dan sosial yang ada maupun kondisi masyarakat dan lingkungan alam yang berkaitan dengan penggalian data penelitian.

41 b. Wawancara: Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat. Wawancara yang dilakukan terdiri dari wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner (pemandu wawancara) maupun wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilakukan terhadap masyarakat desa sebagai objek kajian, Pemerintah Desa, Pejabat Pemerintah Daerah dan instansi terkait serta pakar di bidang pemberdayaan dan konservasi. c. Kajian literatur dan dokumentasi: Kajian ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi pendukung yang diperlukan dalam penelitian ini melalui penelusuran berbagai pustaka dan laporan dari berbagai instansi dan institusi terkait sesuai atribut yang dikaji seperti laporan tahunan, laporan hasil survei, publikasi-publikasi lainnya yang tersedia seperti monografi desa, kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang terkait dengan penetapan ekosistem Kerinci Seblat sebagai kawasan konservasi dan aturanaturan lain yang mendukung program konservasi serta pemberdayaan masyarakat. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik kawasan TNKS, kondisi geografis, demografi, keadaan sosial-budaya-ekonomi masyarakat, program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan dan pengelolaan kawasan serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan TNKS. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan responden langsung di lapangan yang terdiri dari masyarakat, pemerintah desa, kecamatan dan pemerintah kabupaten Musi Rawas serta Balai TNKS. Sedangkan data sekunder didapatkan dari berbagai dokumen-dokumen daerah, dokumen taman nasional, data statistik daerah, serta dari berbagai level pemerintahan, LSM, dan lain-lain. Dalam penggalian informasi untuk mengkuantifikasikan seluruh informasi dari responden, maka digunakan skala Likert. Metode ini digunakan secara luas yang mengharuskan responden untuk menunjukkan derajat setuju atau tidak setuju kepada setiap statemen yang berkaitan dengan objek yang dinilai. Bentuk asal skala Likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking, maka susunannya akan dimulai dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai kepada sangat setuju (strongly agree). Tetapi ada juga peneliti yang mengelompokkan derajat ini menjadi enam

42 (David LJ, 1993 dalam Rahayu,2005). Contoh pemberian pada skala likert dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Keterangan Nilai pada Skala Likert Nilai Keterangan 0 Responden yang memilih jawaban tidak tahu 1 Responden yang memilih jawaban sangat rendah 2 Responden yang memilih jawaban rendah 3 Responden yang memilih jawaban sedang. 4 Responden yang memilih jawaban tinggi 5 Responden yang memilih jawaban sangat tinggi Menurut Rahayu (2005), keunggulan dari skala Likert antara lain sebagai berikut: (1) mudah dibuat dan diatur, (2) responden mudah mengerti bagaimana cara menggunakan skala pada kuesioner yang disediakan, dan (3) mengukur pada tingkat skala ordinal. Pelaksanaan pengisian kuesionernya dapat dilakukan melalui surat, telepon, maupun wawancara. Sedangkan kelemahan utama skala Likert adalah sebagai berikut: (1) mengenai waktu pengisiannya yang lebih lama dibandingkan skala lain, (2) validitas skala masih dipertanyakan, dan (3) terdapat nilai yang sama pada ciri yang berbeda. Skala Likert jika nilainya mendekati nol maka menunjukkan suatu keadaan yang tidak baik (negative condition). Sebaliknya, jika skala Likert nilainya mendekati lima maka menunjukkan suatu keadaan yang baik (positive condition). 3.5. Unit Penelitian dan Responden Unit analisis dalam penelitian ini adalah Rumah Tangga Miskin (RTM) terpilih, yang berdomisili di perdesaan di wilayah TNKS Kabupaten Musi Rawas. Melalui hasil penelusuran awal ditetapkan secara purposive sebanyak 4 (empat) desa sebagai lokasi penelitian. Beberapa pertimbangan yang mendasari penetapan desa sebagai lokasi penelitian, di antaranya: (1) Sebagian besar wilayah desa (80%) mencakup kawasan TNKS; (2) Desa-desa ini merupakan desa tertinggal dengan persentase jumlah penduduk miskin yang relatif tinggi; (3) Datadata penunjang penelitian ini relatif tersedia, sehingga dapat mendukung jalannya penelitian. Pertimbangan lain diantaranya ada dua kriteria desa, yaitu desa-desa

43 yang pernah mendapatkan program Integrated Conservation Development Project (ICDP) dan desa-desa yang belum pernah mendapatkan program ICDP. Dari 10 desa ICDP-TNKS, terpilih dua desa sebagai sampel, sedangkan dari 24 desa Non ICDP diambil sebanyak 2 desa. Selanjutnya responden dalam penelitian ini adalah Rumah Tangga Miskin (RTM). RTM diambil dari populasi penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak tahun 2005. Menurut Rahayu (2005) dan Suliyanto (2005), untuk melakukan penelitian dengan menggunakan analisis faktor, jumlah sampel minimal adalah lima kali jumlah variabel. Pada penelitian ini, jumlah variabel yang diamati sebanyak 23 variabel, dengan demikian, maka sampel minimalnya adalah sebesar 115 (5 x 23) sampel, sehingga didapatkan jumlah kk seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah KK Miskin dan Jumlah Sampel Responden No Nama Desa Penduduk Jumlah KK KK Miskin Jumlah sample 1 Pasenan 1282 347 146 29 2 Napal Melintang 731 195 110 28 3 Napal Licin 1344 345 261 40 4 Batu Gane 1240 243 156 18 Total 9615 1774 1048 115 Sumber: Bappeda Kabupaten Musi Rawas, 2007 dan perhitungan 3.6. Analisis Data 3.6.1. Analisis Faktor Faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan masyarakat, baik faktor-faktor internal maupun faktor-faktor eksternal ditentukan untuk merumuskan konsep pemberdayaan yang akurat. Analisis faktor-faktor internal dan eksternal menggunakan analisis faktor. Secara teori persamaan ketidakberdayaan/keberdayaan dapat diturunkan dari fungsi faktor-faktor yang berpengaruh sepanjang faktor-faktor tersebut memenuhi syarat. Analisis faktor-faktor ketidakberdayaan masyarakat menggunakan metode analisis faktor, yang dibantu dengan program SPSS, dengan tujuan terpenting yaitu menjelaskan hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor. Langkah langkah analisis faktor adalah sebagai berikut:

44 1. Data hasil survei yang didapatkan dari masing-masing faktor internal maupun eksternal di input dalam program SPSS. 2. Setiap indikator memiliki nilai, kemudian nilai-nilai dari semua indikator digunakan untuk membentuk nilai dari faktor yang didukungnya. Analisis komponen utama diterapkan dalam proses pembentukan nilai faktor tersebut. Langkah langkah yang dilakukan dalam analisis komponen utama adalah sebagai berikut: a. Data indikator dari salah satu faktor yang ingin dicari score nya dianalisis, dimasukkan ke dalam software yang akan digunakan untuk melakukan analisis komponen utama. b. Setelah keluar output, dilihat nilai eigen value (akar ciri) nya. Jika nilai akar ciri lebih dari 1, maka komponen tersebut bisa menjadi komponen utama untuk faktor tersebut. Diulangi langkah a dan b untuk mancari nilai faktor lainnya. 3. Setelah masing-masing faktor memiliki nilai, maka dilakukan analisis faktor agar didapatkan faktor-faktor yang memang menjadi faktor internal dan eksternal. Langkah langkah yang dilakukan dalam analisis faktor adalah sebagai berikut: a. Memasukan semua data hasil dari AKU untuk faktor internal ke dalam software untuk melakukan analisis faktor. b. Setelah didapat keluaran (output); Pertama melihat nilai KMO. Jika nilai KMO lebih besar dari 0.5 maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan instrument penelitian ini dinyatakan cukup valid. Kedua, lihat nilai Barlett s, jika nilai signifikansinya lebih dari α = 0,05 maka instrument ini dinyatakan valid secara keseluruhan. Ketiga, melihat hasil analisis korelasi menggunakan Anti-image Correlation, jika nilai korelasinya lebih dari 0,5 atau mendekati 0,5 maka dapat disimpulkan bahwa semua faktor tersebut sudah memenuhi kriteria validitas menjadi faktor internal. c. Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk faktor eksternal, sehingga pada akhirnya akan didapatkan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi ketidakberdayaan masyarakat TNKS.

45 3.6.2. Analisis Strategi Pemberdayaan dengan menggunakan Metode AWOT Setelah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan analisis pemilihan konsep pemberdayaan masyarakat dengan melakukan pemilihan faktor-faktor strategis dengan masing-masing kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki serta sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan analisis kebijakan dengan pendekatan AWOT, yang merupakan gabungan antara pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) dan SWOT. AHP banyak digunakan pada keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty dalam Marimin, 2004). Tujuan integrasi ini adalah untuk meningkatkaan basis informasi kuantitatif dari proses-proses perencanaan strategis. Integrasi AHP ke dalam SWOT menghasilkan prioritas-prioritas yang ditentukan secara analitis berdasarkan faktorfaktor yang tercakup dalam SWOT dan membuat semua itu sepadan. SWOT memberikan kerangka dasar untuk pembentukan suatu analisis keputusan, sementara AHP membantu pembuatan SWOT lebih analitis, sehingga strategistrategi alternatif keputusan pemberdayaan dapat diprioritaskan. Tahapan metode A WOT sebagai berikut. 3.6.2.1. Tahapan Analisis SWOT Analisis SWOT ini merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk merumuskan strategi kebijakan pengambilan keputusan (decision making) yang diterapkan dalam suatu institusi. Secara umum, analisis SWOT terdiri atas faktor internal (IFAS, Internal Factor Analysis Strategic) dan faktor eksternal (EFAS, External Factors Analysis Strategic). Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam institusi itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktorfaktor yang bersumber dari luar institusi. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi institusi ke depan, analisis ini didasarkan kepada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun

46 secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Kekuatan (strength) adalah suatu kemampuan atau keunggulan internal yang dimiliki suatu institusi dalam melakukan kinerjanya. Kelemahan (weakness) adalah suatu keterbatasan atau kekurangan atau ketidakmampuan internal institusi dalam melalukan kinerjanya. Peluang (opportunities) adalah faktor eksternal yang bersifat positif dan mendukung atau menguntungkan untuk pengembangan kinerja institusi secara lebih baik lagi dimasa depan. Ancaman (threats) adalah tantangan, faktor eksternal yang bersifat negatif dan melemahkan atau tidak menguntungkan kinerja institusi di masa depan. Penyusunan strategi dikelompokkan dalam empat bagian yaitu: 1. Strategi Progresif (S) untuk menangkap peluang (O). 2. Strategi Diversivikasi (S) untuk menghadapi tantangan (T). 3. Strategi Turn Around (W) untuk menangkap peluang (T). 4. Strategi Defensif (W) dan memanfaatkan peluang (O). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut: 1. Tahap inventarisasi faktor internal (IFAS) dan eksternal (EFAS) Tahap ini merupakan tahap kegiatan pengumpulan dan pengklasifikasian dan pra-analisis data. Pada pengumpulan data awal, data digolongkan atas data eksternal dan data internal. Data eksternal meliputi: peluang (Opportunities) dan ancaman (Threath) diperoleh dari lingkungan luar yang mempengaruhi strategi manajemen institusi. Data internal meliputi kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) diperoleh dari lingkungan dalam institusi. Untuk memudahkan analisis, jumlah IFAS dan EFAS sebaiknya dibatasi 2-10 faktor saja yang merupakan isu pokok (crusial issues). Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara interview dan inventarisasi data institusi. 2. Tahap evaluasi faktor internal dan faktor eksternal (IFE DAN EFE) Pada tahap ini faktor internal dan faktor eksternal yang telah terhimpun dievaluasi nilainya dengan cara dilakukan scoring (skore) masing-masing untuk aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Skore dapat dilakukan dengan cara mengkuantifikasi komponen faktor-faktor tersebut menurut gradasinya, biasanya menggunakan metode abu-abu (grey scale methode) yang berisi kisaran

47 nilai ekstrim positif, ekstrim negative dan average. Dalam prakteknya biasanya tercerminkan dengan nilai kuantitatif 1-3, 1-5, 1-7. atau 1-19; dengan atribut kualitatif baik, sedang, jelek; sangat baik, baik, sedang, kurang dan tidak baik; sempurna baik, sangat baik, baik, sedang, kurang, tidak baik, sangat tidak baik, dan sempurna jelek. 3. Tahap Pembobotan (weighting): Pada tahap ini dapat menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dengan cara memberi nilai masing-masing alternative cara dengan kisaran nilai antara 0-1 dalam nilai absolute; 10-100 persen dan 100-1000 permil. Langkah-langkah pembuatan matriks IFE dan EFE sebagai berikut: a. Pada kolom 1, dilakukan penyusunan terhadap semua faktor internal dan eksternal, yang terbagi kedalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. b. Pada kolom 2, pemberian bobot masing-masing faktor mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting) (contoh penggunaan salah satu metode pembobotan dengan kisaran 0-1). Masing-masing faktor internal dan eksternal bobotnya 100% atau 1. Bobot 1 selanjutnya dibagi jumlah komponen, untuk nilai rata-rata. Kemudian, bobot sesungguhnya masing-masing komponen dinilai dengan metode perbandingan berpasangan dengan menggunakan professional judgement si penilai. c. Pada kolom 3, diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi institusi yang bersangkutan. Rentang nilai rating 1 berarti kurang berpengaruh sampai 5 berarti sangat berpengaruh. d. Kolom 4, diisi dengan cara mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. e. Penjumlahan total skor pembobotan untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. f. Meletakkan nilai skor pada kuadran yang sesuai untuk menentukan alternatif strategi yang tepat

48 Tabel 8. Skala Perbandingan Berpasangan Intensitas Definisi pentingnya 1 (0,1) Kedua komponen sama pentingnya 3 (0,3) Komponen yg satu sedikit lebih penting ketimbang yg lainnya 5 (0,5) Komponen yg satu sangat penting ketimbang yg lainnya 7 (0,7) Satu komponen jelas lebih penting dari komponen yg lainnya 9 (0,9) Satu komponen mutlak lebih penting ketimbang komponen lainnya 4. Penentuan posisi strategi pada matriks IFE dan EFE SWOT 5. Tahap pengambilan keputusan: pemaknaan dan penentuan strategi Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, dapat dikemukakan 4 strategi dengan menggunakan analisis SWOT sebagai berikut: 1). STRATEGI SO: Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Jika kedua faktor tersebut dikombinasikan maka akan menjadi pendukung bagi strategi yang dikembangkan; 2). STRATEGI ST:Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman; 3). STRATEGI WO:Strategi meminimalkan kelemahan melalui pemanfaatan peluang yang ada; 4). STRATEGI WT:Strategi WT adalah strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman yang ada. Diagram Analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 4. PELUANG KELEMAHAN 3.Mendukung strategi Turn Around 4.Mendukung strategi Defensif 1.Mendukung strategi Progresif 2.Mendukung strategi Diversifikasi KEKUATAN ANCAMAN Gambar 4. Diagram Analisis SWOT

49 3.6.2.2. Analisis Hierarchy Process Setelah analisis SWOT dilakukan, selanjutnya adalah analisis dengan menggunakan AHP. Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Prosess AHP), pertama kali dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty (1970) dengan maksud untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisisr, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004). Secara grafis, persoalan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, sub kriteria dan alternatif. Dari berbagai kriteria dan sub kriteria serta alternatif di atas, akan diberikan bobot relatif dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparasion) secara konsisten, sehingga akan diperoleh suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif tersebut. Faktor-faktor proses pemberdayaan masyarakat di kawasan TNKS yang telah diidentifikasi dan diselesaikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Dengan maksud untuk mempersepsikan gagasan, mengidentifikasikan dan mengkomunikasikan secara realistis yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya. Kemudian bagian ini diuraikan ke dalam bagian-bagian yang lebih spesifik dan

50 seterusnya secara terstruktur (Saaty 1991). Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Saaty (1983) dalam Marimin (2004) memberikan kriteria nilai dengan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala Saaty seperti tertuang dalam Tabel 8. Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan jugment yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Analisis data baik data hasil wawancara dengan menggunakan analisis pairwise comparisons maupun data struktur hirarki keputusan dilakukan dengan menggunakan rumus matematik dalam paket program AHP. Data hasil penelitian diolah untuk mengetahui konsistensi indeks dan konsistensi ratio matrik pendapat individunya. Selanjutnya dilakukan pengolahan data hingga menghasilkan vektor prioritas sistem untuk menghasilkan masing-masing alternatif. Analisis hasil masing-masing level diselesaikan dengan expert choice 2000, yang merupakan program komputer yang dapat menyelesaikan persoalan dengan metode AHP. Semua langkah-langkah manual AHP dapat dikerjakan dengan software ini, mulai dari pembuatan grafis hasil brainstorming, struktur hierarki, pengisian nilai kriteria sampai menghasilkan grafik dan tampilan data yang diinginkan.