BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif meliputi pengumpulan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

BAB IV PROSEDUR KERJA

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

ABSTRAK. Kata kunci : Flavonoid, fase n-butanol, Averrhoa bilimbi Linn, oxalidaceae, penapisan fitokimia, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lampiran 3. Identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dari miselium dan filtrat kultur empat isolat L. edodes

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MINDI (Melia azedarach L)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental meliputi penyiapan alat,

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

19 BAB III METODOLOGI Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji pendahuluan golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak, dan analisis kandungan golongan senyawa kimia secara kromatografi lapis tipis. 3.1. Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, cawan penguap, termometer, mortir dan stamfer, oven listrik (Stork), penguap vakum putar (Buchi 461), neraca kasar (Ohaus), neraca listrik (Vibra), penangas air, eksikator, kamera, seperangkat alat destilasi pelarut, seperangkat alat kromatografi lapis tipis, kertas kalkir. 3.2. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hewan sponge Dysidea granulosa, Dysidea sp, Haliclona sp, Clathria sp, Xestospongia sp, Callyspongia sp. Semua bahan kimia yang digunakan, kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis, produksi E. Merck, n-heksana (hasil destilasi), etil asetat, metanol, kloroform, amonium hidroksida, asam asetat anhidrat, asam asetat glasial, etanol 70%, asam sulfat pekat, iodium, kalium iodida, bismut (III) nitrat, raksa (II)) klorida, antimon klorida, asam klorida encer, asam nitrat, kertas saring, aluminium foil, plat lapis tipis silikagel GF 254, air suling. 3.3. Pembuatan Larutan Pereaksi Pembuatan larutan pereaksi dilakukan menurut Depkes,1979; Depkes, 1989; Sutarno. Dkk,1993 dan Harborne,1987.

20 3.3.1. Larutan Pereaksi Bouchardat Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang dan dilarutkan dalam air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling sampai 100 ml. 3.3.2. Larutan Pereaksi Mayer Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida ditimbang dan dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian dicampur dan ditambahkan air suling hingga 100 ml. 3.3.3. Larutan Pereaksi Dragendorff Pembuatan pereaksi Dragendorff untuk pereaksi kualitatif, sebanyak 0,8 g bismut (III) nitrat ditimbang dan dilarutkan dala 20 ml asam nitrat pekat. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 50 ml air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan air suling sampai 100 ml. Pembuatan pereaksi Dragendorff untuk pereaksi penyemprot, larutan A : sebanyak 0,85 g bismutsubnitrat dilarutkan dalam campuran 40 ml air suling dengan 10 ml asam asetat. larutan B : sebanyak 8 g kalium iodidea dilarutkan dalam 20 ml air suling. Larutan penyemprot : masing-masing 5 ml larutan A dan larutan B dicampur dengan 20 ml asam asetat glasial dan dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.

21 3.3.4. Larutan Pereaksi Liebermann-Burchard Pembuatan pereaksi Liebermann-Burchard untuk pereaksi kualitatif, sebanyak 20 bagian asam asetat anhidrat dicampurkan dengan 1 bagian asam sulfat pekat. Pembuatan pereaksi Liebermann-Burchard untuk penyemprot, sebanyak 50 bagian kloroform dicampur dengan 20 bagian asam asetat anhidrat dan 1 bagian asam sulfat pekat. Larutan penyemprot ini harus dibuat baru. 3.3.5. Larutan Pereaksi Asam encer Sebanyak 22,6 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml. 3.3.6. Larutan Pereaksi Asam Sulfat 50 % Sebanyak 50 ml metanol ditambahkan dengan asam sulfat pekat hingga 100 ml. 3.3.7. Larutan Pereaksi Amonia encer Sebanyak 37,5 ml amonium hidroksida dilarutkan dengan air hingga 100 ml. 3.3.8. Larutan Pereaksi Carr-Price Sebanyak 20 g antimon klorida dilarutkan dalam kloroform hingga 100 ml. 3.4. Penyiapan dan Pengolahan sampel 3.4.1. Penyiapan sampel Pengambilan sampel dilakukan peneliti sebelumnya oleh saudara Yus Muhammad Zain secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan sponge yang serupa di daerah lain.

22 3.4. 2 Pengolahan Sampel Sponge filum Porifera yang telah diambil dari perairan direndam dalam etanol 70%, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibersihkan dari pengotoran, ditiriskan dan disebarkan diatas kertas stansil lalu ditimbang sebagai berat basah, selanjutnya dipotong-potong dan dikeringkan dalam lemari pengering. Setelah kering, sampel tersebut ditimbang sebagai simplisia. 3.4.5 Identifikasi Sampel Identifikasi sponge dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta atas nama Yus Muhammad Zain. Hasil identifikasi dapat dilihat pada lamp.1 hal 36. 3.4.6 Pemeriksaan Makroskopik Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap sponge dengan cara mengamati warna, bentuk, ukuran dan tipe sponge. Bentuk makroskopik hewan sponge dapat dilihat pada lamp.2 gbr10-15 hal 39-44. 3.4.7 Uji Pendahuluan Golongan Senyawa Kimia Uji pendahuluan golongan senyawa kimia terhadap serbuk simplisai meliputi pemeriksaan golongan senyawa steroida/triterpenoida dan alkaloida (Depkes RI, 1989; Farnsworth, 1966 dan Harborne, 1987). 3.4.8 Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan pada cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan 2 tetes pereaksi Liebermann Burchard. Apabila terbentuk warna

23 ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya steroida/triterpenoida. Hasil dapat dilihat pada lamp.3 tabel 1 hal 45. 3.4.9 Pemeriksaan alkaloida Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang dan ditambah 1ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut : 1. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning. 2. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat samapai hitam. 3. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Dr agendorff, akan terbentuk warna merah atau jingga. Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit 2 reaksi atau 3 percobaan diatas. Hasil dapat dilihat pada lamp.3 tabel 1 hal 45. 3.5 Pembuatan ekstrak 3.5.1 Pembuatan ekstrak n-heksana Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan pelarut n-heksana (Depkes 1979). Cara kerja : Serbuk simplisia direndam dengan n-heksana selama 3 jam dalam bejana tertutup, kemudian dimasukkan dalam perkolator. Lalu dituangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, mulut tabung perkolator ditutup dengan

24 aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan kemudian ditambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia, perkolasi dihentikan setelah perkolat tidak bereaksi dengan pereaksi Liebermann Burchard. Perkolat kemudian diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 o C hingga diperoleh ekstrak kental. Bagan ekstraksi serbuk simplisia secara perkolasi dapat dilihat pada lamp. 4 gbr 16 hal 46. 3.5.2 Pembuatan ekstrak kloroform Diekstraksi dengan pelarut kloroform dalam suasana alkalis (Bruneton, 1993 ). Cara kerja : Sebanyak 60 g serbuk simplisia dibasakan dengan amonia encer, ditambah kloroform dan disaring, filtrat yang diperoleh dipekatkan dan diekstraksi dengan asam klorida 3 kali, tiap kali dengan 10 ml asam klorida. Kemudian lapisan asam dibasakan dengan amonia encer dan diekstraksi dengan kloroform 3 kali, tiap kali dengan 10 ml kloroform dan lapisan kloroformnya diuapkan hingga diperoleh residu alkaloida kasar. Bagan ekstraksi serbuk simplisia dengan pelarut non polar dalam suasana alkalis dapat dilihat pada lamp. 4 gbr 17 hal 47. 3.6 Analisis Ekstrak 3.6.1 Analisis Ekstrak n-heksana secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Terhadap ekstrak kental n-heksana yang diperoleh dari 6 jenis sponge masing-masing dianalisis secara KLT menggunakan fase diam plat lapis tipis silikagel GF 254 sebagai fase gerak adalah campuran n-heksana : etil asetat

25 dengan beberapa perbandingan yaitu (10:0), (90:10), (80:20), (70:30), (60:40), (50:50), (40:60), (30:70), (20:80), (10:90) dan sebagai penampak bercak asam sulfat 50%, penampak bercak khusus steroida/triterpenoida yaitu Liebermann- Burchard dan Carr-Price. Cara kerja: Kedalam bejana kromatografi dimasukkan 10 ml larutan pengembang, dicampurkan sesuai dengan perbandingannya. Bejana ditutup rapat dan dibiarkan sampai jenuh dengan uap larutan pengembang. Ekstrak yang akan dianalisis ditotolkan pada plat yang telah disiapkan, kemudian plat dimasukkan kedalam bejana dan ditutup rapat, pelarut dibiarkan naik membawa komponen yang ada sampai batas pengembang. Plat dikeluarkan dan dikeringkan diudara terbuka, dilihat dibawah lampu UV 254 nm, lalu disemprot dengan penempak bercak asam sulfat 50%, kemudian dipanaskan pada suhu 100-110 o C selama 15 menit, lalu diamati bercak yang terbentuk, dari kromatogram tersebut dipilih perbandingan pelarut yang paling baik dengan melihat pemisahan bercak. Dengan cara yang sama dilakukan dengan menggunakan penampak bercak khusus golongan steroida/triterpenoida yaitu Liebermann-Burchard dan Carr-Price. Gambar kromatogram ekstrak n-heksana dapat dilihat pada lamp.5 gbr 18-34 hal 48-63. 3.6.2 Analisis Ekstrak kloroform secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Terhadap ekstrak kloroform yang diperoleh dari 2 jenis hewan sponge masing-masing dianalisis secra KLT menggunakan fase diam plat lapis tipis silikagel GF 254 sebagai fase gerak adalah campuran kloroform : metanol : amonia (90:10:1) dengan menggunakan penampak bercak Dragendorff.

26 Cara kerja: Kedalam bejana kromatografidimasukkan 10 ml larutan pengembang, dicampurkan sesuai dengan perbandingannya. Bejana ditutup rapat dan dibiarkan sampai jenuh dengan uap larutan pengembang. Ekstrak yang akan dianalisis ditotolkan pada plat yang telah disiapkan, kemudian plat dimasukkan kedalam bejana dan ditutup rapat, pelarut dibiarkan naik membawa komponen yang ada sampai batas pengembang. Plat dikeluarkan dan dikeringkan diudara terbuka, dilihat dibawah lampu UV 254, lalu disemprot dengan penempak bercak Dragendorff, lalu diamati bercak yang terbentuk. Gambar kromatogram ekstrak kloroform dapat dilihat pada lamp.6 gbr 34-35 hal 64-65.

27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta adalah 8 jenis sponge filum Porifera, kelas Calcarea, jenis Dysidea granulosa, Dysidea sp, Haliclona sp, Clathria sp, Haliclona cymaeformis, Xestospongia sp, Callyspongia sp dan 3 spesies tidak diketahui namanya, yang diteliti adalah 6 jenis sponge yaitu Dysidea granulosa, Dysidea sp, Haliclona sp, Clathria sp, Xestospongia sp, Callyspongia sp. Hasil uji pendahuluan senyawa golongan kimia pada simplisia sponge filum Porifera menunjukkan adanya senyawa steroida/triterpenoida dan alakaloida. Ekstrak n-heksana diperoleh dengan cara perkolasi. Ekstrak kental n- heksana dari 6 jenis sponge filum Porifera dianalisis secara kromatografi lapis tipis sebagai fasa gerak adalah n-heksana : etil asetat dengan berbagai perbandingan, fase diam plat lapis tipis silikagel GF 254 dengan penampak bercak asam sulfat 50%, Liebermann-Burchard dan Carr-Price. Hasil kromatogram Dysidea granulosa dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik dan diperoleh 6 bercak setelah disemprot dengan asam sulfat 50% yaitu berwarna biru, ungu, merah ungu tua, coklat, kuning, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida yaitu ungu (Rf 0,27), merah ungu tua (Rf 0,57) dan merah ungu muda (Rf 0,91), dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,13). Kemudian dengan cara yang sama plat disemprot dengan penampak bercak

28 Carr-Price menghasilkan 5 bercak yaitu berwarna biru, ungu, merah, kuning dan merah dari warna bercak ini diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna ungu (Rf 0,27), merah (Rf 0,57), merah (Rf 0,91) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,13), demikian juga dengan penampak bercak Liebermann-Burchard, menghasilkan 5 bercak yaitu berwarna biru, ungu, ungu, kuning dan merah ungu muda dari warna bercak ini diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna ungu (Rf 0,27), ungu (Rf 0,57), merah ungu muda (Rf 0,91) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,13).. Hasil kromatogram Dysidea sp dengan perbandingan fase gerak (50:50) menghasilkan pemisahan bercak yang baik dan diperoleh 4 bercak setelah disemprot dengan asam sulfat 50% yaitu berwarna biru, coklat, merah ungu tua, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah ungu tua (Rf 0,63), merah ungu muda (Rf 0,93) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,24). Kemudian dengan cara yang sama plat disemprot dengan penampak bercak Carr-Price menghasilkan 3 bercak yaitu berwarna biru, merah, dan merah, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah (Rf 0,63), merah (Rf 0,93) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,24), demikian juga dengan penampak bercak Liebermann-Burchard, menghasilkan 3 bercak yaitu berwarna biru, ungu, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna ungu (Rf 0,63), merah ungu muda (Rf 0,93) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,24).

29 Hasil kromatogram Haliclona sp dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik dan diperoleh 5 bercak setelah disemprot dengan asam sulfat 50% yaitu berwarna biru coklat, merah ungu tua, coklat merah, dan merah ungu, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah ungu tua (Rf 0,57), merah ungu muda (Rf 0,94) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,16). Kemudian dengan cara yang sama plat disemprot dengan penampak bercak Carr-Price menghasilkan 3 bercak yaitu berwarna biru, merah, dan hijau, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah (Rf 0,57), merah (Rf 0,94) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,16), demikian juga dengan penampak bercak Liebermann-Burchard, menghasilkan 4 bercak yaitu berwarna biru, merah ungu tua, hijau, dan ungu, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah ungu tua (Rf 0,57), ungu (Rf 0,94) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,16). Hasil kromatogram Clathria sp dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik dan diperoleh 5 bercak setelah disemprot dengan asam sulfat 50% yaitu berwarna biru, ungu, merah ungu tua, kuning, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna ungu (Rf 0,27), merah ungu tua (Rf 0,71), merah ungu muda (Rf 0,86) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,14). Kemudian dengan cara yang sama plat disemprot dengan penampak bercak Carr-Price dan menghasilkan 5 bercak yaitu berwarna biru, ungu, merah, kuning

30 dan merah, dari warna bercak ini diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna ungu (Rf 0,27), merah (Rf 0,71), merah (Rf 0,86) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,14), demikian juga dengan penampak bercak Lliebermann-Burchard, menghasilkan 4 bercak yaitu berwarna biru, ungu, merah ungu tua, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna ungu (Rf 0,27), merah ungu tua(rf 0,71), merah ungu muda (Rf 0,86) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,14). Hasil kromatogram Xestospongia sp dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik dan diperoleh 4 bercak setelah disemprot dengan asam sulfat 50% yaitu berwarna biru, merah ungu tua, coklat, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah ungu tua (Rf 0,44), merah ungu muda (Rf 0,93) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,17). Kemudian dengan cara yang sama plat disemprot dengan penampak bercak Carr-Price dan menghasilkan 3 bercak yaitu berwarna biru (Rf 0,44), merah (Rf 0,93), dan merah, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah (Rf 0,44), merah (Rf 0,93) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,17), demikian juga dengan penampak bercak Liebermann-Burchard, menghasilkan 2 bercak yaitu berwarna biru, merah ungu tua, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah ungu tua (Rf 0,44), merah ungu muda (Rf 0,93) dan 1 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,17).

31 Hasil kromatogram Callyspongia sp dengan perbandingan fase gerak (80:20) menghasilkan pemisahan bercak yang baik dan diperoleh 5 bercak setelah disemprot dengan asam sulfat 50% yaitu berwarna biru, biru, coklat, merah ungu tua, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah ungu tua (Rf 0,46), merah ungu muda (Rf 0,94) dan 2 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,07), biru (Rf 0,17). Kemudian dengan cara yang sama plat disemprot dengan penampak bercak Carr- Price dan menghasilkan 4 bercak yaitu berwarna biru, biru, merah, dan merah, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah (Rf 0,46), merah (Rf 0,94) dan 2 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,07), biru (Rf 0,17). demikian juga dengan penampak bercak Liebermann-Burchard, menghasilkan 5 bercak yaitu berwarna biru, biru, coklat tua, merah ungu tua, dan merah ungu muda, dari warna bercak ini diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida yaitu berwarna merah ungu tua (Rf 0,46), merah ungu muda (Rf 0,94) dan 2 bercak senyawa steroida yaitu berwarna biru (Rf 0,07), biru (Rf 0,17). Ekstraksi alkaloida dengan pelarut kloroform dalam suasana alkalis. Ekstrak kloroform dianalisis secara kromatografi lapis tipis sebagai fase gerak adalah kloroform : metanol : amonia (90:10:1), fase diam plat lapis tipis silikagel GF 254 dengan penampak bercak Dragendorff. Hasil kromatogram Dysidea granulosa diperoleh 2 bercak senyawa alkaloida yaitu berwarna jngga, dan untuk Haliclona sp juga diperoleh 2 bercak senyawa alkaloida.

32 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil uji pendahuluan senyawa golongan kimia pada simplisia sponge filum Porifera menunjukkan adanya senyawa steroida/triterpenoida dan alakaloida. Hasil analisis ekstrak n-heksana secara kromatografi lapis tipis (KLT) dari 6 jenis hewan sponge filum Porifera adalah untuk Dysidea granulosa, dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik yaitu diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida dan 1 bercak senyawa steroida, untuk Dysidea sp, dengan perbandingan fase gerak (50:50) menghasilkan pemisahan bercak yang baik yaitu diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida dan 1 bercak senyawa steroida, untuk Haliclona sp, dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik yaitu diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida dan 1 bercak senyawa steroida, untuk Clathria sp, dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik yaitu diperoleh 3 bercak senyawa triterpenoida dan 1 bercak senyawa steroida, untuk Xestospongia sp, dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik yaitu diperoleh 2 bercak senyawa triterpenoida dan 1 bercak senyawa steroida, untuk Callyspongia sp, dengan perbandingan fase gerak (70:30) menghasilkan pemisahan bercak yang baik yaitu diperoleh 2 bercak senyawa senyawa triterpenoida dan 2 bercak senyawa steroida.

33 Hasil Analisis ekstrak kloroform secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari 2 jenis hewan sponge filum Porifera, adalah untuk Dysidea granulosa, menghasilkan 2 bercak senyawa alkaloida yaitu berwarna jngga, dan untuk Haliclona sp juga diperoleh 2 bercak senyawa alkaloida. 5.2 Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengisolasi dan menentukan struktur senyawa steroida/triterpenoida dan alkaloida yang terdapat pada sponge filum Porifera tersebut.