2. Find the best evidence Mencari informasi berdasarkan penelitian bukti terbaik untuk menjawab pertanyaan dari langkah pertama melalui berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
* Dr (Ph.D), Farmakologi Klinik, dari Institute of Postgraduated Studies, Univ. Sains Malaysia, Malaysia

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

EVIDENC-BASED MEDICINE (EBM)

Penggunaan Web untuk perbaikan kearah Evidence-Based Policy. Laksono Trisnantoro Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM

LBM 3 PRAKTIKUM 2 EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) UNTUK FARMASI

EVIDENC-BASED MEDICINE (EBM)

Kebutuhan penelitian kebijakan kesehatan dan kemampuan perguruan tinggi. Fasilitator: Laksono Trisnantoro

Analisis Kebijakan Menuju Universal Coverage 2014:

EVIDENCE-BASED MEDICINE

How to Find Current Evidence Best Medicine. Oleh: Sukirno, S.IP., MA.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

Penggunaan Obat Herbal Berbasis Bukti (Evidence-Based Herbal Medicine)

EVIDENCE BASED MEDICINE (EBM) EVIDENCE BASED MIDWIFERY (EBM) LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

EVIDENCE-BASED MEDICINE

Daftar Pokok Bahasan. Lampiran 4 SKDI. Pokja Standar Pendidikan Dokter Indonesia. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

HOW I SHOULD STUDY as A MEDICAL STUDENTS? Widana Primaningtyas, dr. Medical Faculty of Sebelas Maret University

EKSPLORASI RISET KEPERAWATAN

Sumber Informasi Biomedis. dr. Diani Puspa Wijaya MMedEd Blok Introduksi 1.1

A. Latar Belakang Masalah

Evidence-Based Medicine: Memilih Terapi Berbasis Bukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46

Implementasinya dalampbl. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI

SILABUS MATA KULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Februari Kompetensi dasar Indikator Materi Pokok Strategi Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

What is Competence? Titi Savitri Prihatiningsih Department of Medical Education Gadjah Mada Medical School

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

LOG BOOK PRAKTIKUM BLOK 1.1 DASAR PROFESSIONALISME DOKTER

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi tindakan

IMPLEMENTASI DOKUMENTASI TERINTEGRASI DI RUANG HEMODIALISIS NIKEN D CAHYANINGSIH PD IPDI DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tata laksana dan metoda survey akreditasi

INTRODUCTION TO COURSE (RESEARCH METHODOLOGY)

BAB III METODOLOGI. Penulisan tesis ini berdasarkan atas metode pembahasan kasus (case study).

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan

Abstrak. Kata Kunci : Medical Expert System, Mycin PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATA KULIAH Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

APLIKASI KLINIK KESEHATAN ONLINE BERBASIS WEB

THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit sebagai sarana layanan masyarakat, sudah tentu memiliki aktifitas

PUSKESMAS GUNUNGPATI

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. paling sering mengalami cedera dan pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, hasil

Evidence-Based Medicine

Peran Farmasis: mendukung keberhasilan terapi

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI EKONOMI PADA PELAYANAN KESEHATAN

PENINGKATAN KESADARAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS TESIS

BAHAN AJAR Pertemuan ke 6

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam

SURAT KEPUTUSAN PEMIMPIN BLUD RSUD PROVINSI KEPULAUAN RIAU TANJUNGPINANG NOMOR : / SK-RSUD PROV / X / 2016 T E N T A N G

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA

sury4d1_md PMKP(Peningkatan Mutu STANDAR PMKP.3. PEMILIHAN INDIKATOR DAN PENGUMPULAN DATA (STANDAR: 3; 3.1; 3.2; 3.

CLINICAL PROCESS dan POMR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang paling penting bagi makhluk hidup. Tidak hanya manusia yang membutuhkan kesehatan tetapi hewan juga

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk:

Dody Firmanda. Ketua Komite Medik. RSUP Fatmawati, Jakarta. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

PENYUSUNAN KUESUIONER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan keterkaitan antara kategori attachment, patient-centered

Pengembangan rencana implementasi

Terminologi " evidence-based medicine" (EBM) meluas di kalangan kedokteran dengan kecepatan luar biasa pada 15 tahun terakhir

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DAN WAKTU TANGGAP PERAWAT DENGAN KUALITAS ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA.

Body of Knowledge dan Standar Kompetensi Dokter Manajemen Medik

Descey Natalia Simbolon* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan. * ABSTRACT

Clinical Indicators, Bagaimana Proses Pengembangannya di RS?

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR1438/MENKES/PER/IX/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 2 MVC dengan Fokus Pada Pelanggan

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

PANDUAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS PEKAUMAN

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

Concomitant Therapy with Cineole (Eucalyptole) Reduces Exacerbation in COPD: A Placebo-Controlled Double-Blind Trial

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

FASE I FASE II FASE III Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

VARIABEL KLIEN DAN MUTU RUMAHSAKIT. Mubasysyir Hasanbasri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

Cara Menjadi Affiliate di Amazon (Amazon Associate)

KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU

BAGAIMANA MELAKUKAN PENILAIAN PROSES PADA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI?

EBM Overview: Beberapa Konsep Penting Evidence-Based Medicine

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

Please download full document at Thanks

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesalahan dalam melakukan diagnosa penyakit adalah suatu resiko kritis yang harus

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN Dalam pengambilan keputusan klinis terdapat paradigma lama, yaitu pengambilan keputusan klinis berdasarkan intuisi, pengalaman klinis, maupun keadaan patofisiologis. Akan tetapi, dalam dekade terakhir ini terdapat pergesaran paradigma, yang semula masih memakai paradigma lama ataupun tradisional menjadi paradigma baru, yaitu pencarian bukti-bukti dan informasi yang berasal dari penelitian yang sistematis, biasa disebut Kedokteran Berbasis Bukti (Evidence-based Medicine EBM). Dalam paradigma lama, ketika pengambilan keputusan klinis masih berdasar intuisi atau keadaan patofisiologis, setiap jenis penyakit, mungkin akan mendapat perlakuan yang sama saja. Hal ini tentu juga tidak dapat disalahkan, asalkan outcome atau hasilnya pasien menjadi sembuh atau dapat diselamatkan. Akan tetapi, tidak semua yang berdasar intuisi, keadaan patofisiologis, ataupun textbook dapat dipertanggung jawabkan. Karena, kadang intuisi itu bisa menipu, keadaan patofisiologis pasien kurang jelas, dan textbook yang dipelajari sudah terlalu tua atau tidak relevan lagi. Maka, evidence-based medicine pun menjadi acuan yang digunakan dalam pengambilan keputusan klinis dalam dekade terakhir. Bahkan, di fakultas kedokteran pun mahasiswanya sudah belajar berdasar EBM. Dengan EBM, masalah pasien akan ditanggulangi dengan keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan fakta dan bukti yang benar, akurat, dan terkini. Sehingga pasien akan mendapat suatu cara atau penanganan klinis yang terbaik dan dapat dibuktikan tingkat keberhasilannya. Penerapan EBM dalam pengambilan keputusan klinis, harus berdasar bukti klinis eksternal yang terbaik dan tersedia, yang berasal dari riset yang sistematis. Akan tetapi, jika hanya mengandalakan pemilihan bukti yang terbaik pun tentu juga tidak relevan, jika tidak diimbangi dengan kemampuan klinis individunya. Sehingga, bukti-bukti klinis yang terbaik itu sebagai penunjang dari kemampuan klinis individu untuk melakukan penanganan pasien atau tindakan klinis terhadap pasien. 1

BAB II. ISI Evidence-based medicine adalah pengobatan dan pengambilan tindakan klinis yang dilakukan berdasarkan bukti yang benar, akurat, dan terkini dan dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Sacket et al. (dalam Glasziou dan Del Mar 2003: 3), EBM is the conscientious, explicit, and judicious use of current base evidence in making clinical decision about the care of individual patients. Selain dari definisi tersebut EBM dapat juga diartikan sebagai proses melihat kembali secara sistematis, menilai, dan menggunakan penelitian klinis untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi pasien. Pada pengertian ini menekankan pada proses melihat kembali secara sistematis, menilai, dan menggunakan bukti. Dalam Sacket et al. (2000: 1) EBM is the integration of best research evidence with clinical expertise and patient values. Pada definisi ini dapat diambil 3 elemen utama, yaitu Best research evidence (penelitian bukti terbaik), dapat diartikan tindakan klinis relevan dengan penelitian, seringkali dalam ilmu dasar kedokteran, tapi keistimewaannya dari tindakan klinis yang berpusat pada pasien menjadi tes diagnosa yang akurat dan teliti (termasuk penelitian klinis). Bukti baru dari penelitian klinis tidak dapat diterima sebelum dilakukan tes diagnosa dan percobaan, dan bukti baru tersebut akan menggantikan bukti sebelumnya, apabila lebih kuat, lebih akurat, lebih bermanfaat, dan lebih aman. Clinical expertise (keahlian klinis), dapat diartikan kemampuan untuk menggunakan keterampilan klinis kita, dan pengalaman sebelumnya, untuk secara cepat mengidentifikasi setiap pasien, mengenai keadaan kesehatan, diagnosa, resiko individu dan manfaat pengobatan, dan nilai personal dan harapan pasien. Patient values (menilai pasien), dapat diartikan sebagai pilihan yang unik, karena perhatian dan harapan setiap pasien bertemu dengan masalah klinis dan harus digabungkan dengan keputusan klinis yang bersifat melayani pasien. 2

Dan ketika ketiga elemen tadi (best research evidence, clinical expertise, patient values) digabungkan, maka akan didapatkan tindakan klinis yang optimal dan hasilnya kualitas hidup yang lebih baik. Dari semua definisi tersebut, semuanya tepat untuk mendeskripsikan EBM, tetapi dari berbagai referensi, hampir semuanya merujuk pada definisi Sacket. Definisi Sacket ini memang sangat menyuluruh atau mencakup semua aspek dalam pengambilan keputusan klinis dan dilakukan tindakan klinis setelahnya. EBM dalam pengambilan keputusan klinis, tidak langsung hanya menerapkan secara mentah apa yang telah didefinisikan oleh Sacket tesebut. Dalam penerapannya, EBM mempunyai lima langkah yang harus dilakukan. 1. Formulate an answerable question Pertama meyakinkan diri bahwa kita tidak tahu. Seperti yang kita ketahui sebelumnya kita tidak mungkin mengetahui segalanya. EBM memberi kita metode untuk menjawab pertanyaan, tanpa mempunyai pengetahuan sebelumnya dari apa yang ingin kita ketahui. Pertanyaan kadang membuka pikiran untuk mencari jawaban dalam literature adalah sebuah tantangan. Pisahkanlah pertanyaan itu dalam beberapa komponen, kemudian susun ulang lagi pertanyaan tersebut, jadi kita akan mudah dalam mencari jawabannya dalam langkah pertama EBM. Dalam memilah-milah pertanyaan digunakan PICO, yaitu Population/Patient, Intervention/Indicator, Comparator/Control, and Outcome. Population/patient adalah pertanyaan siapa orang yang diperiksa atau yang mendapat tindakan klinis. Intervention/Indicator adalah pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan (dalam melakukan tindakan klinis). Comparator/control adalah pertanyaan mengenai alternatif lain tentang tindakan klinis, selain tindakan utama. Outcome merupakan hasil yang diperoleh dari tindakan klinis yang dilakukan tadi. 3

2. Find the best evidence Mencari informasi berdasarkan penelitian bukti terbaik untuk menjawab pertanyaan dari langkah pertama melalui berbagai jurnal dan publikasi yang ada. Langkah kedua ini tampaknya yang lumayan sulit dilakukan, karena dengan banyaknya bukti tentang kedokteran yang keluar setiap tahunnya, sehingga hampir setengah dari bukti kedokteran tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi dalam beberapa tahun mendatang. Seperti yang diungkapakan Dr Sydney Burwell, Dekan Fakultas Kedokteran Harvard (dalam Sacket et al. 2000: 29) : My students are dismayed when I say to them Half of what you are taught as medical students will in 10 years have been shown to be wrong. And the trouble is, none of your teachers knows which half. Dalam pencarian sumber yang relevan, tentu saja textbook jadi acuan, tapi textbook yang ada saat ini ada yang sudah tidak relevan lagi. Maka sumber utama lainnya dapat dicari dari internet, tapi bukan berarti internet tidak punya kelemahan. Karena banyaknya situs dan artikel yang ada, maka kita diharapkan mengetahui sumber utama untuk mencari bukti terbaik. Menurut Glasziou dan Howse (2003: 43) ada dua sumber utama yang dapat kita gunakan untuk mencari bukti terbaik, yaitu a. PubMed http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi b. The Cochrane Library http://www.cochrane.org Dari kedua sumber tersebut, kita akan mendapatkan banyak sekali macammacam jurnal klinis dan penelitian. Macam-macam jurnal klinis diantaranya a. Etiologi Jurnal penelitian untuk mengetahui apakah suatu hal itu merupakan faktor suatu penyakit. 4

b. Diagnosis Jurnal penelitian untuk mengetahui apakah suatu prosedur pemeriksaan dapat digunakan atau untuk menegakkan diagnosis. c. Terapi Jurnal penelitian tentang efektivitas suatu obat ataupun intervensi medis lainnya. d. Prognosis Jurnal penelitian tentang prognosis suatu penyakit. 3. Critical appraisal Mempertimbangkan secara kritis, sistematis dan terintegrasi untuk menggunakan bukti tersebut dalam melakukan tindakan klinis terhadap pasien melalui telaah kritis. Dengan telaah kritis ini memungkinkan kita untuk : a. Mengevaluasi literatur ilmiah secara sistematik. b. Membedakan yang bermakna dan tidak. c. Menyingkirkan penelitian yang metodologinya tidak tepat. d. Memutuskan artikel yang akan digunakan dalam tindakan klinis. 4. Apply the evidence Setelah mendapatkan bukti yang terbaik dan telah ditelaah kritis bukti tersebut, maka pada langkah kali ini menerapkannya dengan mengintegrasikan kemampun klinis kita dengan keadaan pasien. 5. Evaluate the effectiveness and the efficiency Pada tahap terakhir ini kita diharapkan melakukan evaluasi dari keputusan klinis yang telah diambil. Apakah keputusan tersebut sudah efektif dan efisien. Dan bagaimana hasilnya bagi pasien, apakah berhasil atau tidak. 5

BAB III. SIMPULAN Dalam dekade terakhir ini terjadi pergeseran paradigma dalam pengambilan keputusan klinis, yang semula masih menggunakan intuisi, pengalaman, atau keadaan patofisiologis saja, sekarang telah berubah menggunakan evidence-based medicine (EBM). EBM adalah integrasi dari pencarian bukti terbaik dengan keahlian klinis dan kemampuan menilai pasien. Dengan EBM ini maka dalam pengambialn tindak klinis harus melalui tahapan yang telah ditentukan. Tahapannya terdiri dari formulate an answerable question, find the best evidence, critical appraisal, apply the evidence, dan Evaluate the effectiveness and the efficiency. Tujuan dilakukannya EBM dalam pengambilan keputusan klinis, adalah untuk mendapatkan tindakan klinis yang paling tepat bagi pasien, dan meminimilkan risiko yang didapat oleh pasien. Selain itu penerapan EBM dalam pengambilan keputusan klinis bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien itu sendiri. 6

DAFTAR PUSTAKA Belsey, J., Snell, T., 2001. What is Evidence-Based Medicine?. http://www.evidence-based-medicine.co.uk. Bracke, P.J., Howse, D.K., Keim, S.M., 2008. Evidence-based medicine search : a customizable federated search engine, Journal of the Medical Library Association, 96(2), 108-113. Glasziou, P., Del Mar, C., 2003. Evidence-based Workbook, London: BMJ Publishing Group. Hannes, K., Leys, M., Vermeire, E., Aertgeerts, B., Buntinx, F., Depoorter, A., 2005. Implementing evidence-based medicine in general practice: a focus group based study, http://www.biomedcentral.com/1471-2296/6/37. Knox, L., Forman, T., Abbott, A., 2003. An Introducion to Evidence-based Medicine, Department of Family Medicine, University of Southern California: USA. Permono, B., Saharso, D., Erny, 2002. Using learning module by appliying EBM and PBL methods as an effort to improve cognitive ability of medical students, Majalah Kedokteran Indonesia, 52: 11, 378-382. Sackett, D.L., Straus, S.E., Richardson, W.S., Rosenberg, W., Haynes, R.B., 2000. Evidence-based Medicine : How to Practice and Teach EBM (2 nd ed.), London: Churchill Livingstone. 7