Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa pada Mutu Karet Krep

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Asap Cair Berbahan Baku Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Koagulan pada Kualitas Karet Krep

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])

I. METODOLOGI PENELITIAN

Aplikasi Asap Cair dan Arang Hitam Hasil Pirolisis Tempurung Kelapa dalam Produksi Karet

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT

TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

PETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asap cair adalah hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran baik

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

PENGARUH BERBAGAI JENIS PENGGUMPAL PADAT TERHADAP MUTU KOAGULUM DAN VULKANISAT KARET ALAM

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

Pengaruh Konsentrasi Stimulan dan Intensitas Sadap pada Produksi Lateks Tanaman Karet Seedling (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

PRODUKSI DAN KUALITAS LATEKS PADA BERBAGAI JARAK TANAM TANAMAN KARET. Jl. Slamet Riyadi, Broni Jambi Telp

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pengendalian Kualitas Produk SIR 3L di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab III Bahan dan Metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS

KARAKTERISASI KONDISI PENGGUMPALAN DAN MUTU KARET YANG DIGUMPALKAN DENGAN KOAGULAN DEORUB FORMULA BARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

UJI BERBAGAI JENIS BAHAN BAKU TERHADAP MUTU ASAP CAIR YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES PIROLISIS

PENGUJIAN MUTU KRITEX SP SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS

SNI Standar Nasional Indonesia. Bahan olah karet ICS. Badan Standardisasi Nasional

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

RANCANG BANGUN ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR SERBUK GERGAJI TERHADAP MUTU FISIK BAHAN OLAH KARET (BOKAR) SELAMA PENYIMPANAN. (Skripsi) Oleh.

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

Desikator Neraca analitik 4 desimal

PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS

DOK.KTI 721. Proceeding of. Second Added Value Of Energy Resources. 2 nd AvoER Palembang, Juli 2009

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

Bab III Metodologi Penelitian

PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PENGOLAHAN KARET MENTAH

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

III. METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

PENGARUH BERAT ARANG CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MUTU KARET SKRIPSI JANUARMAN SINAGA

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

BAB III METODE PENELITIAN. sebenarnya (True Experiment Research). Menurut (Wiyono dan Burhanuddin,

Laporan Teknologi Pengolahan Komodit Perkebunan Hulu Pengolahan Lateks. oleh: Faranita Lutfia Normasari

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

BAB III METODE PENELITIAN

Pembuatan Gula Aren Cair dengan Pengaturan Kapur dan Suhu Evaporasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

PEMANFAATAN ASAP CAIR SEBAGAI BAHAN KOAGULAN PADA PENGOLAHAN KARET ALAM DI PTP NUSANTARA III KEBUN BANDAR BETSY KARYA ILMIAH FRAN HARTIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

BAB 3 METODE PERCOBAAN

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

Aplikasi Energi Surya Dalam Pengolahan Ribbed Smoke Sit (RSS) Dengan Menggunakan Asap Cair Sebagai Pengumpulan dan Pengawet Karet SIT di Palembang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

Transkripsi:

Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif... Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa pada Mutu Karet Krep (Utilization of Liquid Smoke and Active Carbon From Coconut Shell on Rubber Crepe Quality) Dina Martrias 1), Rachmad Edison 2), Dedi Supriyatdi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan dan 2) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung. Jl. Soekarno-Hatta No 10 Rajabasa, Bandar Lampung, Telp (0721) 703995, Fax : (0721)787309 ABSTRACT Rubber (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) is one of important agriculture comodity on Indonesia. Wide area of Indonesia rubber agriculture on 2013 are 3,5 million hectares. With 3,2 million tones production maked Indonesia at second level ocupasi because low quality of block rubber. This research objective are getting liquid smoke dosage and active carbon as latexs coagulant. Research used randomized completely block design (RCBD) with 12 treatments and repeat 3 times. Liquid smoke dosage with 1:1 dilution and 2,60 ph are 6%, 8%, 10% and active carbon dosage 1% and 2% with formiat acid as a control. Latek coagulating process rubber production and rubber crepe quality testing suitable with SIR did in procesing factory and SIR quality testing laboratory Way Berulu PTPN VII, Pesawaran, Lampung. This research carried out November 2014 until January 2015. The results of this research showed more high liquid smoke dosage and active carbon from coconut shell can effect time of lateks coagulation fasier in 4,8 minutes. More high dosage of liquid smoke and active carbon treatment effected decrease of PRI and increase of latex waste level, dust level and evaporate substance level. Liquid smoke with 1:1 dilition and active carbon from coconut shell as latex coagulant showed dust level higher, so the latex are not suitable with SIR. The higher value because tar composition of liquid smoke from coconut shell. Keywords: active carbon coconut shell, liquid smoke, rubber crepe quality PENDAHULUAN Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan salah satu komoditas perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja, devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Luas perkebunan karet Indonesia pada tahun 2013 seluas 3,5 juta ha (Badan Pusat Statistik, 2013). Produksi karet Indonesia pada tahun 2013 mencapai 3,2 juta ton memiliki peringkat kedua di dunia setelah Thailand (Gapkindo 2013). Hal ini disebabkan oleh rendahnya mutu bongkar Indonesia. Posisi ini menempatkan Indonesia memiliki pangsa pasar 28% dari produksi karet alam dunia. Pemerintah telah menganjurkan penggunaan asam formiat dan asam asetat sebagai bahan penggumpal lateks dan pengolahan karet. Namun harga yang relatif mahal serta ketersediaanya Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10 1

Jurnal Agro Industri Perkebunan yang terbatas sehingga sulit untuk dijangkau oleh petani, sehingga sebagian besar petani karet Indonesia membuat bahan olah karet dengan menggunakan bahan penggumpal seperti tawas, pupuk TSP, dan cuka para (H 2 SO 4 ) yang membuat mutu olahan karet menjadi rendah.oleh karena itu perlu adanya alternatif lain sebagai bahan penggumpal seperti asap cair. Asap cair merupakan hasil kondensasi daari pirolisis kayu yang mengandung sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti sellulosa, hemisellulosa dan lignin (Darmaji, 1996). Dari proses produksi asap cair menggunakan alat pirolisis dapat diperoleh hasil samping berupa arang yang terbentuk pada akhir proses dan tar. Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang hitam ini dapat digunakan sebagai bahan pengisi dalam pengolahan karet, untuk memperkuat sifat fisik dan menekan biaya pengolahan dengan memperbesar volume dapat ditambahkan bahan pengisi (Baker, 1984 dalam Harahap, 2008). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Bengkel Mekanisasi PertanianPoliteknik Negeri Lampung untuk pembuatan asap cair dari tempurung kelapa. Untuk proses pembekuan lateks, produksi karetdan Pengujian Mutu karet krep sesuai Standard Indonesian Rubber (SIR) dilakukan di pabrik pengolahan karet dan laboratorium uji mutu SIR Way Berulu PTPN VII, Pesawaran, Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November2014 sampai Januari 2015. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Alat dan bahan pengkoagulasian lateks; beaker glass, buret, ph-meter, pengaduk, creeper, stopwatch, nampan, saringan 40 mesh, lateks segar, arang aktif, dan asap cair Polinela. 2. Alat dan bahan penyeragaman contoh uji; gilingan laboratorium, neraca, lembar plastik, kantong plastik, dan gunting. 3. Alat dan bahan penentuan kadar kotoran; neraca analitik, thermometer, wadah, buret otomatis, wadah labu, erlenmeyer, desikator, pemanas infra merah, pemegang saringan, gilingan laboratorium, neraca, lembar plastik, gunting, penjepit, oven, pemegang labu erlenmeyer, sarung tangan asbes, saringan, slide proyektor, botol semprot, pembersih saringan, terpentin mineral, peptiser, dan silica gel. 4. Alat dan bahan penentuan kadar abu; neraca, pembakar listrik, tang, mufle furnace, porselin desikator, dan silica gel. 5. Alat dan bahan penentuan kadar zat menguap; neraca analitik, cawan porselin, tang, desikator, oven, gunting, dan silica gel. 2 Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10

Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif... 6. Alat dan bahan penentuan nilai PRI; gilingan laboratorium, pengukur tebal, Wallace punch, Wallace rapid plastimeter, alat pengukur waktu, oven, tatakan contoh, dan kertas sigaret. Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan 12 perlakuan dan diulang 3 kali. Adapun perlakuanya sebagai berikut: A 0 A 1 A 2 A 3 A 4 A 5 A 6 A 7 A 8 A 9 = Kontrol (Asam Formiat) + Tanpa Arang Aktif = Kontrol (Asam Formiat) + 1% w/v Arang Aktif = Kontrol (Asam Formiat) + 2% w/v Arang Aktif = 6% v/v Asap Cair + Tanpa Arang Aktif = 6% v/v Asap Cair + 1% w/v Arang Aktif = 6% v/v Asap Cair + 2% w/v Arang Aktif = 8% v/v Asap Cair + Tanpa Arang Aktif = 8% v/v Asap Cair + 1% w/v Arang Aktif = 8% v/v Asap Cair + 2% w/v Arang Aktif = 10% v/v Asap Cair + Tanpa Arang Aktif \A 10 = 10% v/v Asap Cair + 1% w/v Arang Aktif A 11 = 10% v/v Asap Cair + 2% w/v Arang Aktif Persiapan Asap Cair 1. Asap cair tempurung kelapa produksi POLINELA dengan alat pirolisis sebanyak 25 kg tempurung kelapa menghasilkan asap cair sebanyak 8,75 liter, dan dikemas dalam drigen 20 liter diukur ph nya. 2. Asap cair tempurung kelapa yang akan diaplikasikan sebagai bahan koagulan phnya diukur kembali. Persiapan arang aktif 1. Pada proses pirolisis produksi asap cair tempurung kelapa 25 kg didapat hasil samping yang berupa arang aktif sebanyak 7,5 kg. 2. Arang aktif tempurung kelapa yang ingin digunakan sebagai bahan pengisi terlebih dahulu ditumbuk hingga halus. 3. Hasil tumbukan arang aktif selanjutnya diayak dengan saringan berukuran 200 mesh. 4. Hasil saringan tersebut di timbang dengan dosis arang yang telah ditentukan yaitu 1% dan 2% atau sebanyak 2,5 g dan 5 g. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengenceran asap cair, penelitian pendahuluan, dan pengkoagulasian lateks. Pengkoagulasian lateks dengan menggunakan Asap Cair dan sebagai kontrol menggunakan Asam Formiat. Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10 3

Jurnal Agro Industri Perkebunan Variabel Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap variabel ph, lama waktu penggumpalan, Kadar Karet Kering (KKK), kadar kotoran, kadar abu, zat menguap dan PRI. HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Penggumpalan (menit) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan masing masing penggumpalan yaitu asap cair dan arang arang aktif tempurung kelapa berpengaruh nyata atau signifikan pada waktu penggumpalan. Semakin banyak asap cair yang digunakan maka semakin cepat waktu penggumpalan. Hal ini ditunjukan pada volume 8% dan 10%. Tabel 1. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada waktu penggumpalan (menit) Perlakuan Rerata (menit) 8,0 b 6,3 bc 5,0 c 10,3a 7,3 b 7,3 b 6,6 bc 5,1 c 4,8 d Sementara pada pemberian dosis arang aktif memberikan pengaruh yang nyata, semakin tinggi dosis arang aktif yang diberikan maka waktu penggumpalan semakin cepat. Terlihat pada dosis 1% menghasilkan waktu penggumpalan 6 menit dan dosis 2% menghasilkan waktu 5-4 menit. Proses waktu merupakan penentu terhadap mutu, semakin lama lateks menggumpal maka akan banyak kotoran dan mikroorganisme yang masuk ke dalam lateks sehingga akan menyebabkan kualitas lateks tersebut mutunya rendah (Ompusunggu, 1987). Senyawa dari asap cair yang berperan penting dalam proses penggumpalan lateks adalah senyawa asam dan phenol (Pranoto et al., 2001; Solichin dan Anwar, 2006; BPTP Jambi, 2010). Kandungan asam inilah yang mempercepat waktu penggumpalan pada lateks. 4 Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10

Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif... Keasaman Lateks (ph) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa Hasil pengujian nilai tengah (Tabel 2) menunjukkan pengaruh yang nyata pada keasaman lateks (ph). Penambahan dosis asap cair dan arang aktif tempurung kelapa yang lebih banyak menunjukkan keasaman lateks rendah. Tabel 2. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada keasaman lateks (ph) Perlakuan Rerata 5,6a 5,5 b 5,5b 5,3 d 5,3 d 5,3 d 5,3 d Analisis nilai tengah menunjukkan bahwa nilai ph sejalan dengan penambahan dosis asap cair dan arang Aktif tempurung kelapa. Untuk memperoleh karet, partikel-partikel karet yang terdapat didalam lateks dipisahkan. Pada prinsipnya, penggumpalan terjadi akibat terganggunya faktor penunjang kestabilan sistim koloid lateks seperti penurunan ph. Penurunan ph akan menyebabkan lateks tersebut cepat menggumpal seperti yang ditulis oleh Ompusunggu (1987) dengan adanya penurunan ph maka akan mengganggu kestabilan atau kemantapan lateks sehingga mengakibatkan lateks menggumpal. Jika dibandingkan dengan kontrol menggunakan asam formiat didapatkan asap cair yang diberi arang hitam lebih unggul dalam penurunan ph. Menurut Wulandari (1999) komponen asam didalam asap cair terdiri dari berbagai unsur asam yaitu asam asetat, asam butirat, asam propinat, dan Asam isovalerat. Sedangkan asam formiat hanya memiliki satu untur asam yaitu asam semut. Kadar Karet Kering (KKK) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa Hasil uji nilai tengah (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis asap cair dan arang aktif tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap kadar karet kering (KKK). Penambahan arang aktif dengan dosis yang lebih banyak menunjukkan kadar karet kering semakin meningkat. Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10 5

Jurnal Agro Industri Perkebunan Tabel 3. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada Kadar Karet Kering (KKK) Perlakuan Rerata (%) 26,64 e 26,20 de 26,73 cd 25,73 e 26,73 cd 27,57 a 25,72 e 26,94 bc 27,35 ab 26,04 e 26,82 bc 27,56 a Uji nilai tengah menunjukkan peningkatan nilai kadar karet kering di pengaruhi oleh arang aktif. Semakin banyak penambahan arang aktif pada lateks, maka kadar karet kering semakin meningkat. Menurut Triwijoso et al. (1989) lateks kebun mempunyai nilai KKK sebesar 30-40%. Jika kondisi yang tidak ada hujan selama 24 jam dan cuaca cerah maka lateks kebun dapat mencapai 35%. Kadar Kotoran pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa Hasil perhitungan nilai tengah (Tabel 4) menunjukkan bahwa pemberian dosis asap cair dan arang aktif tempurung kelapa berpengaruh nyata atau signifikan. Tabel 4. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada kadar kotoran Perlakuan Rerata (%) 0,04 d 0,87 c 0,96 c 0,84 c 0,97 c 1,15 b 0,73 c 0,91 c 1,54 a 0,76 c 1,06 b 1,36 a 6 Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10

Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif... Analisis nilai tengah menunjukanpeningkatan kadar kotoran. Diduga bahwa asap cair yang digunakan masih mengandung tar yang tinggi sehingga berakibat dengan meningkatnya jumlah kadar kotoran. Seperti yang diungkapkan Tahir (1992) bahwa asap cair masih mengandung lignin, abu, selulosa, dan nitrogen yang dapat meningkatkan kadar kotoran. Kadar Abu pada Dosis Asap Cair dan Arang Hitam Tempurung Kelapa Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 5) menunjukkan bahwa permberian dosis asap cair dan arang aktif berpengaruh nyata atau signifikan. Tabel 5. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada kadar abu Perlakuan Rerata (%) 0,41 b 0,56 b 0,62 a 0,46 c 0,54 b 0,57 b 0,47 c 0,56 b 1,59 b 0,44 c 0,51 b 1,57 b Analisis nilai tengah menunjukkan bahwa penambahan dosis asap cair dan arang hitam menghasilkan nilai yang lebih tinggi. hal ini juga diduga karena asap cair tempurung kelapa yang digunakan masih terlalu pekat dan masih tercampur dengan tar. Tar yang tinggi menyebabkan meningkatnya nilai kadar abu. Menurut Tahir (1992) pada asap cair grade 3 masih banyak mengandung kadar abu yang mencapai 0,6%. Kadar Zat Menguap pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 6) menunjukkan bahwa pemberian dosis asap cair berpengaruh nyata atau signifikan terhadap kadar zat menguap. Analisis nilai tengah menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian asap cair dan arang aktif maka kadar zat menguap semakin tinggi. Tingginya tingkat zat menguap di duga dipengaruhi oleh tingkat pengeringan karet yang kurang maksimal. Tingginya tingkat zat menguap seperti yang dijelaskan oleh Pasaribu (2008) bahwa olahan karet yang kurang kering akan menyebabkan kadar zat menguap yang semakin tinggi. Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10 7

Jurnal Agro Industri Perkebunan Tabel 6. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada kadar zat menguap Perlakuan Rerata (%) 0,66 c 0,81 b 0,97 ab 0,79 b 0,96 ab 1,11 a 0,76 c 0,83 b 1,97 ab 0,86 b 0,93 ab 1,07 ab Plasticity Retention Index (PRI) pada Dosis Asap Cair dan Arang Aktif Tempurung Kelapa Hasil perhitungan uji nilai tengah (Tabel 7), menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan dosis asap cair dan arang aktif. Penurunan pada nilai PRI diduga karna penambahan dosis asap cair yang semakin tinggi. Akibat dari penambahan dosis diduga terjadi kenaikan jumlah zat cair yang ditambahkan pada proses koagulasi dan penurunan konsentrasi senyawa anti oksidan alamiah dalam karet. Tabel 7. Uji nilai tengah pengaruh asap cair dan arang aktif pada PRI Perlakuan Rerata (%) 87,10 a 88,26 a 87,83 a 86,51 a 86,02 a 87,72 a 86,72 a 87,19 a 87,39 a 85,90 a 83,78 a 84,25 a 8 Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10

Martrias: Penggunaan Asap Cair dan Arang Aktif... Uji nilai tengah menunjukkan bahwa penggunaan dosis asap cair dan arang aktif tidak berpengaruh terhadap nilai PRI, dapat dilihat bahwa nilai yang diperoleh hampir sama dengan nilai yang dihasilkan oleh asam formiat. Terjadinya penurunan diduga disebabkan karena adanya penambahan dosis asap cair. Menurut Wahyudi (2008), kenaikan jumlah zat cair yang ditambahkan pada proses koagulasi lateks akan menurunkan konsentrasi zat-zat non karet didalam lateks seperti terlarutnya asam-asam amino, protein, dan amina yang berfungsi sebagai anti oksidasi dan selanjutnya menurunkan nilai PRI olahan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian penggunaan asap cair tempurung kelapa dan bahan pengisi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Asap cair tempurung kelapa pengenceran 1:1 dengan dosis 10% menunjukkan waktu penggumpalan tercepat. 2. Pemberian asap cair pengenceran 1:1 dan arang aktif tempurung kelapa tidak memenuhi mutu karet SIR karena kadar abu dan kadar kotoran tinggi. Saran Dari hasil pembahasan yang telah disimpulkan, saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain: 1. Perlu dilakukan pemisahan asap cair dengan tar dan penyaringan asap cair tempurung kelapa terlebih dahulu sebelum dicampurkan di dalam lateks sehingga dapat mengurangi endapan kadar abu dan kadar kotoran yang terdapat di asap cair grade 3. 2. Penambahan air pada proses pengenceran asap cair tempurung kelapa lebih dinaikan lagi konsentrasinya agar asap cair tempurung kelapa sampai mencapai ph penggumpalan 4,7-5,2. DAFTAR PUSTAKA BPTP Jambi. 2010. Teknologi Pembekuan Lateks dengan Daerub. Leaflet. Balai Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jambi. 2 hlm. Darmaji, P. 1996. Kadar benzopyren produk-produk asapan tradisional. Prosiding Seminar Nasional Makanan Tradisional. Hotel Jayakarta, Yogyakarta. Harahap, H. 2008. Pengaruh pengisi CaCo 3 dan temperatur vulkanisasi terhadap sifat-sifat mekanikal film lateks karet. Jurnal Penelitian Rekayasa 1(2): 43-46. Pasaribu, O. S. 2008. Analisis Kadar Kotoran (Dirt Content) dan Kadar Abu (Ash Content) pada Karet Remah SIR 20 PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate, Tbk. Dolok Menangir- Serbelawan. http://respository.usus.ac.id/bitstream/123456789/13936/1/09e00103.pdf. [Diakses 23 November 2013]. Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10 9

Jurnal Agro Industri Perkebunan Solichin, M. dan A. Anwar. 2006. Daerub K Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya Bau Busuk Karet. Tabloid Sinar Tani. Jakarta. Tahir, I. 1992. Pengambilan asap cair secara destilasi kering pada proses pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa. http://word-to-pdf.abdio.com. [Diakses 17 September 2013]. Triwijoso, S.U. dan Oerip Siswantoro. 1989. Pedoman teknis pengawetan dan pembekuan lateks Hevea. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Bogor. http://jtpunmul.files.wordpress,com/2011/06/jtp-vol4-3.pdf. [Diunduh 17 April 2013]. Wahyudi, F. 2008. Pengaruh kombinasi bahan olah karet terhadap tingkat konsistensi Plastisitas Retention Index (PRI) Karet Remah SIR 20 di PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Menangir. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ /09E00092.pdf. [Diunduh 10 Desember 2013]. Wulandari, Ratna, P. Darmajdi, dan U. Santoso. 1999. Sifat antioksidan asap cair hasil redestilasi selama penyimpanan. Prosiding Seminar. Nasional Pangan Yogyakarta. 14 September 1999. 10 Jurnal AIP Volume 3 No. 1 Mei 2015: 1-10