BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sepeda motor merupakan salah satu sarana. transportasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

KUESIONER. Identitas Responden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB III METODOLOGI III - 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atika Permata Sari, 2015

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 %

BAB I PENDAHULUAN. xiii

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena yang sering dijumpai di Kota Bandung diantaranya yaitu banyaknya pengguna sepeda motor di jalan raya, khususnya di jam-jam tertentu, seperti saat jam orang-orang berangkat kerja dan keberangkatan anak-anak kesekolah. Seperti pada rentang waktu antara jam 6.00-9.00 pagi, sepanjang mata memandang kebanyakan sepeda motor yang terlihat berlalu-lalang di jalan. Banyak orang memilih sepeda motor dikarenakan, selain harga lebih murah dibanding dengan harga mobil, lebih cepat dan tidak melelahkan dibanding sepeda. Data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, jumlah kendaraan di Bandung tahun 2011 sebanyak 1.320.749 unit. Jumlah terbanyak sepeda motor (72 persen), disusul mobil (10,4 persen). Untuk proporsi penggunaan moda transportasi, masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi, yaitu sepeda motor (55,78 persen) dan mobil (30,96 persen). Pilihan pada angkutan umum hanya 13, 25 persen. Data Dinas Perhubungan Kota Bandung juga menyebutkan, pertumbuhan volume kendaraan 10 15 persen pert-tahun (Kompas, 20/1/2013). Tidak dapat dipungkiri, penggunaan sepeda motor untuk beragam aktivitas keseharian menjadi kebutuhan masyarakat seperti berangkat ke sekolah, ke kantor, ke kampus, mengantar anak sekolah, berbelanja kepasar, jalan-jalan keluarga, alat bantu transportasi (ojek, berjualan). Namun peningkatan jumlah kendaraan roda dua ini ternyata belum diimbangi dengan kesadaran dan pemahaman berlalu lintas yang padat dan macet menambah resiko kecelakaan yang terjadi dijalan raya dan hal ini tidak dapat diprediksi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan baik dikarenakan dari faktor alam maupun dari faktor manusia itu sendiri. Faktor manusia antara lain seperti : pengendara motor yang membawa muatan barang yang melebihi kapasitas, berhenti melebihi trotoar saat lampu merah, memakai pakaian yang minim ataupun ribet, kebut-kebutan di jalanan, 1

tidak memakai helm, bermain handphone saat berkendara, membonceng anak balita yang berusia 3 5 tahun, dan masih banyak lainnya. (Tribun Jabar, 2012). Seiring dengan kenaikan jumlah kendaraan sepeda motor, jumlah kelahiran juga meningkat yang mencapai 1,16% pada tahun 2010, akan tetapi pengguna sepeda motor semakin sering terlihat memboncengkan anak balita mereka saat mengendarai sepeda motor dijalanan. Yang dimana hal tersebut sangat membahayakan baik pengguna, penumpang maupun lingkungan sekitar. Seharusnya orang tua ataupun pengemudi perlu mempertimbangkan faktor keamanan dan keselamatan saat membonceng anak balita dengan sepeda motor. Dari aturan pemerintah yang diatur dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 106 ayat (9) menyebutkan bahwa Setiap orang yang mengemudi sepeda motor tanpa kereta disamping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 (satu) orang. Namun pengendara sepeda motor tetap melakukan hal tersebut yang membahayakan jiwa pengendara sepeda motor itu sendiri dan jiwa penumpangnya. Yang lebih membahayakan lagi adalah pengendara sepeda motor membawa anak balita sendirian ketika berkendara, yang dimana dapat mengurangi konsentrasi karena tangan kanan memegang setang sepeda motor dan tangan kiri memegang anak balita agar tidak jatuh (Agus Nugroho, 2014) Salah satu petugas yang bekerja dibagian Nim Laka Lantas, SATLANTAS POLRESTABES Bandung yang mengungkapkan bahwa Indonesia belum memiliki peraturan yang mengatur tentang masalah umur khususnya balita yang diboncengkan orang tua di sepeda motor. Untuk keselamatan dan keamanan balita itu kembali kepada bagaimana persiapan orang tua dalam mempersiapkan alat atau hal-hal pendukung untuk keselamatan dan keamanan anak balita itu sendiri. Perlindungan yang diupayakan orang tua tidak lebih dari mengikat anak balita dengan kain selendang atau mungkin dengan alat bantu penggendong anak balita. Jika membicarakan tentang kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan anak balita hingga meninggal dunia memanglah tidak sering terjadi, namun jika kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak balita itu sering dijumpai yang dimana anak balita tersebut termasuk korban luka ringan saja. Sebenarnya banyak faktor yang dapat mendukung hal tersebut terjadi, diantaranya tidak adanya alat yang 2

dikhususkan untuk anak balita itu sendiri saat dibawa berkendara di sepeda motor seperti helm yang tidak SNI. Masker, sarung tangan, dan kacamata untuk anak balita menjadi alternatif yang dapat digunakan oleh anak balita saat dibawa berkendara disepeda motor. Kecelakaan sepeda motor yang melibatkan dan bahkan mengakibatkan anak balita menjadi korbannya bisa diakibatkan oleh kelalaian orang tua dan ketidaksadaran orang tua, karena banyak hal dapat dilakukan oleh anak balita saat diatas sepeda motor seperti tidur, menengok kanan kiri, tangan tidak berpegangan kepada orang tua, anak balita menangis dan rewel saat diatas sepeda motor. Dan tercatat paling banyak yang melakukan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas adalah pengguna sepeda motor harian dibanding dengan pengguna sepeda motor lainnya. Sepeda motor harian itu pengguna sepeda motor yang biasanya digunakan masyarakat pengguna jalan dengan jenis motor matic dan motor bebek. Dan dari banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi banyak yang terjatuh dari kendaraan sepeda motor dan yang paling parah terjadi sehabis terjatuh bisa terlindas kendaraan lain yang sedang berlalu lalang dijalanan. Dari ungkapan petugas yang bekerja dibagian Nim Laka Lantas, SATLANTAS POLRESTABES Bandung ini didukung lagi dengan data kecelakaan lalu lintas yang ada di kepolisian SATLANTAS POLRESTABES Bandung, sepanjang tahun 2013 kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas cukuplah banyak. Dapatlah dilihat dari tabel 1.1. Tabel 1.1 Ranmor yang Terlibat Laka Lantas Tahun 2013 No Kesatuan Jumla Kendaraan yang Terlibat Laka Lantas Ket. h Laka Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Beban Bus Ran Sus 1. Polrestabes 838 1.000 440 100 22 15 - Bandung Jumlah 838 1.000 440 100 22 15 - Dilihat dari tabel diatas, penyumbang terbanyak kecelakaan lalu lintas di tahun 2013 adalah sepeda motor, yang mencapai 63%. Dipicu dengan jumlah sepeda motor yang lebih banyak dibandingkan dengan kendaraan lainnya. Tabel 1.2 memperlihatkan jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi ditahun 2013 yang dapat digolongkan menjadi 3 golongan korban. 3

Tabel 1.2 Jumlah Laka Lantas Tahun 2013 No. Kesatuan Jumlah Korban Kerugian Laka MD LB LR Materiil 1. Polrestabes 838 122 34 904 Rp. Bandung 1.156.190.050,- Jumlah 838 122 34 904 Rp. 1.156.190.050,- Ket. - - Berdasarkan data diatas, jumlah kecelakaan lalu lintas berjumlah 838, dengan korban meninggal dunia sebanyak 122 jiwa, luka berat sebanyak 34 jiwa, dan luka ringan sebanyak 904 jiwa. Dan tercatat kerugian materiil mencapai lebih dari 1 miliyar rupiah. Dari banyaknya jumlah kecelakaan lalu lintas diatas, dapat digolongkan korban berdasarkan usia. Dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.3 Korban Laka Lantas Berdasarkan Usia Tahun 2013 No. Kesatuan Usia Ket. 0-9 10-15 16-30 31-40 41-50 51 keatas 1. Polrestabes 12 44 434 193 149 159 - Bandung Jumlah 12 44 434 193 149 159 - Tabel diatas memperlihatkan bahwa jumlah korban terbanyak adalah usia 16 tahun sampai 30 tahun. Persentase korban usia 0 sampai 9 tahun hanya mencapai 1,2% saja, yang dimana anak balita termasuk dalam usia tersebut. Akan tetapi walaupun merupakan jumlah terendah dari korban alangkah baiknya jika tidak memakan korban, yang seharusnya anak balita itu dilindungi oleh orang tuanya. Dapat dilihat dari data-data diatas yang menjelaskan bahwa membawa anak balita saat berkendara menggunakan sepeda motor itu berbahaya namun masih sering dilakukan. Bila kegiatan membawa anak balita saat berkendara menaiki sepeda motor terus dilakukan, maka hal terburuk yang akan terjadi adalah semakin meningkatnya jumlah korban anak balita. Menjaga keselamatan anak balita merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh orang tua. Dan akhir-akhir ini banyak alat bantu anak balita ketika naik di sepeda motor mulai tampak, mulai dari produk yang berbentuk sabuk sampai produk senderan permanen untuk anak 4

balita. Namun ternyata dari berbagai alternatif fasilitas yang ada saat ini masih banyak orang tua yang belum memiliki alat bantu bonceng tersebut dan bahkan tidak sedikit juga orang tua yang tidak tau akan adanya produk tersebut. Produk ini sulit untuk didapatkan ditempat-tempat perlengkapan balita maupun di perlengkapan sepeda motor, kebanyakan dijual secara online dan kebanyakan dari orang tua tidak bisa membeli secara online dan tidak percaya sebelum melihat produk secara langsung adalah salah penyebab tidak laku nya alat bantu bonceng anak balita ketika naik sepeda motor. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah alat yang guna untuk membantu keselamatan anak balita ketika diatas sepeda motor yang dimana alat tersebut memiliki fasilitas yang memadai anak balita untuk merasa nyaman saat menggunakannya, yang kemudian secara langsung anak balita pasti akan merasa aman menggunakan alat tersebut. 1.2 Masalah Perancangan 1.2.1 Identifikasi Masalah 1. Banyaknya kecelakaan lalu lintas yang didominasi oleh sepeda motor. 2. Masih banyaknya orang tua yang membawa anak balita saat berkendara sepeda motor. 3. Anak balita menjadi korban kecelakaan lalu lintas sepeda motor. 4. Kurangnya alat bantu bonceng untuk anak balita ketika dibonceng di sepeda motor. 1.2.2 Perumusan Masalah Dalam tugas akhir ini, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan diangkat, adalah sebagai berikut : 1. Alat apa yang dapat mendukung dan memfasilitasi anak balita saat dibonceng di sepeda motor? 2. Bagaimana merancang sebuah alat bantu anak balita saat dibonceng di sepeda motor? 5

1.3 Ruang Lingkup 1.3.1 Batasan Masalah 1. Penelitian dan pengamatan dilakukan kepada masyarakat yang memboncengkan anak balita di sepeda motor. 2. Dikhususkan untuk pengendara motor yang memboncengkan satu anak balita. 1.4 Tujuan Perancangan Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, tujuan perancangan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kenapa banyak orang tidak menggunakan alat bantu bonceng khusus anak balita. 2. Untuk membantu pengemudi dan anak balita agar lebih aman saat naik sepeda motor. 1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat Bagi Penulis 1. Menambah wawasan dan keilmuan desain produk dibidang keselamatan. 2. Mendapatkan lebih banyak informasi yang sebelumnya tidak diketahui oleh penulis 3. Menjadikan penulis dapat memahami terhadap suatu permasalahan dan berfikir bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang ada. 4. Menambah pengetahuan terhadap bidang keilmuan lainnya. 1.5.2 Manfaat Bagi Pihak Terkait 1. Menekan jumlah kecelakaan lalu lintas, khususnya korban anak balita. 2. Membantu pengendara sepeda dan anak balita merasa lebih aman saat naik sepeda motor. 1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat Umum 1. Menciptakan produk alternatif dari produk yang sudah ada. 6

2. Memecahkan masalah tentang bahayanya orang tua membawa anak balita saat berkendara sepeda motor. 3. Membantu orang tua dalam penanganan keselamatan anak balita saat dibawa berkendara. 1.6 Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini ada beberapa hal yang penulis lakukan untukn mengumpulkan data dilapangan, yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hal ini dilakukan untuk pengumpulan data dan mencari pokok permasalahan yang nantinya akan dibuat solusinya.berikut tahapan dan proses pencarian data yang akan penulis lakukan : 1.6.1 Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduan, 2004 : 104) Tabel 1.4 Tahapan dan Tujuan Observasi Objek Observasi Tujuan Keterangan Polrestabes Bandung Mendapatkan data tentang peraturan lalu lintas. Mendapatkan data tentang penyebab kecelakaan lalu lintas. Mendapatkan data tentang korban kecelakaan lalu lintas. Mendapatkan data tentang jumlah korban kecelakaan lalu lintas Masyarakat Terkait Melihat seberapa banyak masyarakat yang terkait membawa anak balita ketika naik sepeda motor. Melihat dan mengetahui dengan cara apa masyarakat yang terkait membawa anak balita ketika naik sepeda motor (Sumber: Data Penulis) Selain melakukan pengamatan, penulis akan melakukan wawancara dan mengambil beberapa dokumentasi. Selain melakukan pengamatan, penulis akan melakukan wawancara dan mengambil beberapa dokumentasi. 7

1.6.2 Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden ataupun kepada narasumber. Metode ini dilakukan agar penulis dapat informasi secara langsung untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian. Tabel 1.5 Tahapan dan Tujuan Wawancara Objek Wawancara Tujuan Keterangan Polrestabes Bandung Mengetahui tentang banyaknya kecelakaan lalu lintas. Mengetahui tentang korban (anak balita) kecelakaan lalu lintas. Mengetahui aturan-aturan yang terkait dengan adanya anak balita yang dibonceng sepeda motor. Mengetahui apa solusi yang dilakukan oleh pihak polisi terhadap masalah ini Masyarakat Terkait Mengetahui apakah masyarakat paham akan bahayanya memboncengkan anak balita di sepeda motor. Mengetahui dengan cara apa masyarakat saat memboncengkan anak balita di sepeda motor. Mengetahui dengan alat bantu apa masyarakat saat memboncengkan anak balita (Sumber: Data Penulis) Selain melakukan wawancara, penulis juga akan mengambil beberapa dokumentasi. Selain melakukan wawancara, penulis juga akan mengambil beberapa dokumentasi. 1.6.3 Dokumentasi Menurut Sugiyono (2011 : 329-330). Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Yang biasanya dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dari semua proses diatas seperti wawancara nantinya akan dilengkapi dengan komentasi berupa gambar. 8

1.7 Metode Analisis Pada proses Perancangan Produk Keselamatan dan Keamanan Untuk Balita Ketika Naik Sepeda Motor, Peneliti menggunakan salah satu metode penelitian kualitatif karena Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara observasi/pengamatan, wawancara dan dokumetasi. 1.8 Kerangka Perancangan Metode pengumpulan data yang digunakan adalah seperti berikut : PERMASALAHAN PENGUMPULAN DATA LANDASAN TEORI 1. Latar Belakang 2. Identifikasi Masalah 3. Rumusan Masalah 4. Ruang Lingkup 5. Tujuan Perancangan 1. Pengamatan/Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi ANALISIS & INTEPRETASI Analisis Kualitatif TERM OF REFERENCE (TOR) DESIGN BLOKING SISTEM 1. Alternatif Produk 2. Batasan Perancangan 3. Pertimbangan Perancangan 4. Konsep Desain 5. Gambaran Produk DESAIN AWAL FINAL DESAIN Sketsa Alternatif 1. Studi Banding dengan Produk Sejenis 2. Pertimbangan Proses Produksi 3. Pertimbangan Estetika 4. Pertimbangan Ergonomi PEMBUATAN MOCK-UP/PROTOTYPE PENULISAN PENGANTAR KARYA Gambar 1.1 Gambar Kerangka Peramcangan (Sumber : Data Penulis) 9

Dari tabel kerangka perancangan diatas, penulis akan membuat sebuah produk yang dapat membantu keselamatan dan keamanan untuk anak balita ketika naik kendaraan bermotor. 1.9 Pembabakan BAB I. Pendahuluan Berisi latar belakang masalahan, permaalahan (identifikasi masalah, perumusan masalah), ruang lungkup (batasan masalah), tujuan perancangan, manfaat perancangan, metode pengumpulan data, metode analisis, kerangka perancangan, dan pembabakan. BAB II. Studi Pustaka Di Bab II ini akan berisi tentang literatur dengan permaalahan yang diteliti dan dibahas. Bagian kedua akan membahas tentang hubungan antar konsep yang menjadi kajian penelitian dan uraian kontribusi penelitian. BAB III. Empiris (Kenyataan di lapangan) Bab ini akan membahas tentang hasil survei lapangan cdengan melakukan pengambilan gambar, wawancara pada pihak terkait, dan kuisioner. BAB IV. Konsep Perancangan Bab ini menjelaskan langkah-langkah perancangan secara rinci meliputi: analisi kualitatif, deskripsi produk, pertimbangan aspek desain, product image, tabel kedekatan komponen, sketsa, penentuan final design dan proses produksi. BAB V. Kesimpulan Bab ini berisikan hasil kesimpulan dari proses perancangan dan saran untuk pengembangan selanjutnya. Daftar Pustaka 10

Berisi sumber-sumber acuan yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan. 11