BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

Perkembangan Ekonomi Makro

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2.1 Sejarah dan Perkembangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

A. Realisasi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

DATA POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Oleh karena itu berbagai negara yang ada di dunia

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

Profil Kabupaten Aceh Singkil

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

PENDAHULUAN. Latar Belakang

4.1. Letak dan Luas Wilayah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

Tabel 7.1 Luas Lahan Sawah Provinsi Jawa Barat Tahun (ha)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

Profil Kabupaten Aceh Tamiang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Profil Kabupaten Aceh Barat

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat. Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Seuntai Kata. Bandung, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gema Purwana

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016


DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT 4.1 Administrasi Kabupaten Bandung Barat adalah daerah ke-26 Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 15 kecamatan dengan 165 desa. Ibukota Kabupaten Bandung berada di Kecamatan Ngamprah. Dilihat dari sisi banyaknya desa, Kecamatan Lembang mempunyai jumlah desa terbanyak (16), adapun Kecamatan Parongpong dengan jumlah desa tersedikit (7). Secara geografis Kabupaten Bandung Barat terletak diantara 107 1,10' sampai dengan 107 4,40' Bujur Timur dan 6 3,73 sampai dengan 7 o 1,031 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sekitar 130.577 Ha (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007). Kecamatan terluas di kabupaten ini adalah Kecamatan Gununghalu dengan luas 16.079,62 Ha (12,29 %) dan Kecamatan Ngamprah dengan luas 3.608,58 Ha (2,76 %). Luas kecamatan dan jumlah desa di Kabupaten Bandung Barat tertera pada Tabel 9 berikut ini Tabel 9 Administrasi Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Luas Ha % Jumlah Desa Cililin 8.154,52 6,23 11 Cihampelas 4.662,71 3,57 10 Sindangkerta 12.034,79 9,20 11 Gununghalu 16.079,62 12,29 9 Rongga 11.312,00 8,65 8 Cipongkor 7.614,65 5,82 14 Batujajar 8.368,39 6,40 13 Lembang 9.826,54 7,44 16 Parongpong 4.339,38 3,45 7 Cisarua 5.536,41 4,24 8 Ngamprah 3.608,58 2,76 11 Padalarang 5.157,63 3,94 10 Cipatat 12.549,69 9,59 12 Cipeundeuy 10.124,66 7,74 12 Cikalongwetan 11.207,81 8,68 13 Total 130.577,40 100,00 165 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

55 Adapun batas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: Utara : Kecamatan Cikalong Kulon (Kabupaten Cianjur); Kecamatan Maniis, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Bojong, Kecamatan Wanayasa (Kabupaten Purwakarta); Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Cisalak (Kabupaten Subang) Timur : Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Soreang (Kabupaten Bandung); Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari (Kota Bandung); Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan (Kota Cimahi) Selatan : Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali (Kabupaten Bandung); Kecamatan Pagelaran (Kabupaten Cianjur) Barat : Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Mande (Kabupaten Cianjur) Secara detail, visualisasi Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini. 4.2 Fisik Dasar Wilayah 4.2.1 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu: kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi luas 48.339,4 Ha atau 36,9 % sedangkan kawasan budidaya pertanian 68.271,89 Ha atau 52,19 % dan kawasan budidaya non pertanian 12.536,45 Ha atau 9,58% dan lainnya 1.759,29 Ha atau 1,34%. Berdasarkan data perkembangan guna lahan di Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, dapat dilihat perkembangan luas lahan dari setiap kawasan telah terjadi konversi kawasan lindung menjadi budidaya baik perdesaan maupun perkotaan.

56

57 Tabel 10 Data Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2007 No JENIS GUNA LAHAN Total Luas (Ha) 2004 2007 Persentase (%) Total Luas (Ha) Persentase (%) A B KAWASAN LINDUNG 1 kawasan lindung 48,339.40 36.95 19,171.04 14.65 JUMLAH A 48,339.40 36.95 19,171.04 14.65 KAWASAN BUDIDAYA 1 Kebun Campur a. kebun campur 13,622.62 10.41 8,758.76 6.70 b. Perkebunan 13,453.61 10.28 9,562.95 7.31 c. Sawah 22,101.56 16.89 16,309.44 12.47 d. Sawah Tadah Hujan 60.66 0.05 19,342.69 14.79 e. Tegal/Ladang 19,003.55 14.53 24,472.31 18.71 JUMLAH B1 68,271.89 52.19 78,446.16 59.96 2 Budidaya Non Pertanian a. Bandara 4.85 0.00 4.85 0.00 b. Industri 465.86 0.36 2,270.73 1.74 c. Institusi/fasum 258.73 0.20 247.09 0.19 d. Jalan 1,965.69 1.50 2,000.00 1.53 e. Jalan Kereta Api 47.79 0.04 52.76 0.04 f. Lapangan Golf g. Pasar / Pertokoan 7.86 0.01 776.79 0.59 h. Perumahan 9,281.11 7.09 20,260.16 15.49 i. Stadion/ Lapangan 51.48 0.04 50.02 0.04 C LAINNYA j. Taman 20.66 0.02 35.11 0.03 k. Tambang 432.12 0.33 114.31 0.09 JUMLAH B2 12,536.45 9.58 25,812.82 19.73 JUMLAH B 80,807.44 61.77 104,256.98 79.69 1 Tanah Kosong 1,109.71 0.85 3,702.29 2.83 2 Rumput 107.65 0.08 3,689.94 2.82 3 Awan dan Bayangan 536.93 0.41 JUMLAH C 1,754.29 1.34 7,391.54 5.65 JUMLAH TOTAL A,B,C 130,821.73 100.00 130,821.73 100.00 Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Pada tahun 2004, kawasan lindung di Kabupaten Bandung Barat mencapai 48.339,40 ha atau mencapai 36,95% dari luas keseluruhan Kabupaten Bandung Barat. Namun Pada tahun 2007 sudah mengalami penurunan dan hanya tertinggal sebanyak 19.171,04 ha atau 14,65%. Kawasan budidaya pertaniaan di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2004 seluas 68.271,89 ha atau sekitar 52,19% dari luas Kabupaten Bandung

58 Barat. Namun pada tahun 2007 sudah sudah mencapai 78.446,16 ha atau sekitar 59,96% dari total keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar 10.174,27 ha. Kawasan terbangun di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2004 seluas 12.536,45 ha atau sekitar 9,58% dari luas Kabupaten Bandung Barat. Namun pada tahun 2007 sudah mencapai 25.812,82 ha atau sekitar 19,73% dari total keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar 13.276,372. Sedangkan untuk kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat pada umumnya terjadi permintaan akan lahan. Permintaan akan perubahan fungsi lahan untuk kawasan industri pada umumnya terjadi pada Kecamatan Padalarang, Batujajar dan Cipatat. Keseluruhan kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 berjumlah sebesar 2270,73 ha atau sebanyak 1,74% dari luas total Kabupaten Bandung Barat. 4.2.2 Sumber Daya Air Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai dengan sungai utamanya adalah Sungai (1) Citarum, (2) Cimahi, (3) Cibeureum, (4) Citarum Hulu, dan (5) Cikarial yang melewati Kecamatan (1) Cipongkor, (2) Cililin, (3) Cihampelas, dan (4) Batujajar. Seluruh Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Luas daerah tangkapan DAS Citarum ± 268.130 ha. Selain itu, di Kabupaten Bandung Barat seperti di Kecamatan Cikalongwetan, Cipatat, Batujajar, Gununghalu dan Rongga relatif kering dengan debit sungai rata-rata kurang dari 200 m 3 /det. Sedangkan di wilayah lainnya debitnya lebih dari 200 m 3 /det, antara lain kecamatan-kecamatan : Cisarua (3 buah sungai, total debit + 418 m3/det) Lembang (10 buah sungai, total debit +244 m3/det) Di Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 danau/situ alam dan 2 waduk, yaitu Situ Lembang dan Situ Ciburuy serta Waduk Saguling dan Cirata yang merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).

59 Situ Ciburuy yang terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m 3. Situ Lembang digunakan untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m 3 dengan daerah tangkapan situ tersebut diperkirakan 6,3 km 3. Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan Cipongkor. Waduk tersebut digunakan untuk PLTA, irigasi dan penyediaan air minum. Kapasitas waduk direncanakan 1.000 juta m 3. Waduk Cirata terletak ke arah hilir dari Waduk Saguling yang lokasinya berada di Kecamatan Cipeundeuy, volume direncanakan sekitar 2.000 juta m 3, dengan ketinggian muka air + 220 m/dpl. Menurut RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, sumber air bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu: 1. Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m 3 per bulan. Penyebaran zona kritis pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung Barat berada di Kecamatan Batujajar. 2. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum 100 m 3 per bulan. zona rawan untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Batujajar. Daerah resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Lembang dan Cisarua. 3. Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru diperbolehkan dengan debit 170 m 3 per hari dengan jumlah sumur terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah, dan Parongpong. 4. Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m 3 per bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan Lembang dan Cisarua. 5. Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan

60 maksimal 100 m 3 per bulan per sumur zona bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga. Setelah tahun 1970, penambahan jumlah sumur bor di wilayah Cekungan Bandung meningkat tajam sehingga debit air yang dieksploitasi juga meningkat. Penurunan muka air tanah statis yang cukup signifikan antara 3,0 m/tahun hingga 18,80 m/th terdapat di Kecamatan Padalarang, Ngamprah, dan Batujajar. Menurut air tanah dangkal di Cekungan Bandung sebesat 129 juta m 3 per tahun, sedangkan air yang meresap ke dalam tanah sebasar 369 juta m 3 per tahun. Ini berarti potensi air tanah dangkal masih bisa diandalkan. Namun muka air tanah dangkal ini setiap tahun mengalami penurunan yang perlu diwaspadai, yang menunjukan pengambilan air tanah dangkal yang tidak merata (Tabel 11). Tabel 11 Muka Air Tanah di Daerah Padat Industri No. Kecamatan Muka Air Tanah Periode Juni Juli 1997 (m.bmt) Perubahan Muka Air Tanah (m/tahun) 1 Batujajar 2,50 11,98-0.1 2 Padalarang dan Ngamprah 3,95 5,60-0.17 Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Penurunan muka air tanah cukup signifikan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, air yang meresap pada akifer tengah adalah sebesar 102,0 juta m 3 /tahun, sedangkan air yang diambil melalui deep well sebesar 215,0 juta m 3 /tahun, sehingga muka air tanah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pengendalian dan pembatasan pemakaian air tanah tengah harus sudah dilaksanakan (Tabel 12). Tabel 12 Muka Air Tanah Akuifer Tengah Muka Air Tanah Perubahan Muka Air No. Wilayah Kecamatan Kondisi Awal Periode Tanah (tahun) Juni Juli 1997 (m/tahun) 1 Batujajar -13.27 (1990) (-46.72) (-77.96) (-6.63) (-9.52) 2 Padalarang dan Ngamparah +6.70 (1921) (-2.46) (-27.08) (-1.76) (-6.31) 3 Lembang -8 (-19.80) (-42.30) (-0.28) (-5.30) Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029

61 Kawasan resapan air di Kabupaten Bandung Barat tersebar di Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Lembang. Berdasarkan hasil RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, kondisi eksploitasi sumber daya air tanah berlebih di Kabupaten Bandung pada tahun 2000 dan 2006, beberapa kecamatan telah mengalami eksploitasi berlebihan di mana tingkat esploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah. Dari data tersebut terlihat bahwa Kecamatan Batujajar dan Ngamprah adalah kecamatan yang eksploitasi air tanahnya berlebihan. Hal ini terjadi karena di kecamatan tersebut kegiatan industri banyak terdapat dan sebagian besar menggunakan air tanah dalam proses produksinya. Tabel 13 Kecamatan yang Mengalami Eksploitasi Sumber Daya Air Tanah No Kecamatan Eksploitasi Tahun 2000 Eksploitasi Tahun 2006 1 Padalarang + + 2 Batujajar - - 3 Cipatat + + 4 Ngamprah + - 5 Cililin + + 6 Sindangkerta + + 7 Cipongkor + + 8 Gununghalu + + 9 Cikalong Wetan + + 10 Cipeundeuy + + 11 Lembang + + 12 Cisarua + + 13 Parongpong + + Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Keterangan : ( - ) Tingkat eksploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah atau telah terjadi eksploitasi berlebihan ( + ) Tingkat eksploitasi air tanah belum melampaui daya dukung sumber daya air tanah dan masih mampu mendukung kegiatan 4.3 Perekonomian Daerah 4.3.1 Ekonomi Makro Kabupaten Bandung Barat merupakan suatu wilayah yang tidak terpisahkan dari wilayah yang lebih luas yang tentunya juga akan terkait dengan pembangunan ekonomi wilayah yang lebih luas tersebut. Sebagai bagian Provinsi Jawa Barat dan Metropolitan Bandung,

62 4.3.1.1 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Provinsi Jawa Barat PDRB Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2006 sebesar Rp 6.062.007,04 (juta) atau sekitar 2,35 % PDRB Provinsi Jawa Barat. Persentase ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa kabupaten yang ada. Kabupaten bekasi adalah daerah yang mempunyai kontribusi tertinggi (17,22 %) terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Tentunya besar kecilnya PDRB sangat tergantung dari luas wilayah dan aktivitas ekonomi yang berlangsung. Tabel 14 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 1 Kab Bogor 27.166.716,14 10,55 2 Kab Sukabumi 8.025.400,38 3,12 3 Kab Cianjur 7.668.758,79 2,98 4 Kab Bandung 15.996.752,74 6,21 5 Kab Bandung Barat 6.062.007,04 2,35 6 Kab Garut 9.749.337,80 3,79 7 Kab Tasikmalaya 5.131.902,14 1,99 8 Kab Ciamis 6.608.868,88 2,57 9 Kab Kuningan 3.929.205,71 1,53 10 Kab Cirebon 7.220.215,70 2,80 11 Kab Majalengka 4.175.794,59 1,62 12 Kab Sumedang 4.694.276,21 1,82 13 Kab Indramayu 13.241.604,37 5,14 14 Kab Subang 6.794.383,69 2,64 15 Kab Purwakarta 6.584.525,18 2,56 16 Kab Karawang 15.725.217,21 6,11 17 Kab Bekasi 44.358.433,46 17,22 18 Kota Bogor 4.402.803,61 1,71 19 Kota Sukabumi 2.129.548,61 0,83 20 Kota Bandung 23.043.103,77 8,95 21 Kota Cirebon 5.744.267,64 2,23 22 Kota Bekasi 13.073.244,18 5,08 23 Kota Depok 5.686.658,96 2,21 24 Kota Cimahi 5.367.983,87 2,08 25 Kota Tasikmalaya 3.718.498,28 1,44 26 Kota Banjar 1.236.466,17 0,48 Jumlah 257.535.975,14 100,00 Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 2007 4.3.1.2 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Metropolitan Bandung Metropolitan Bandung merupakan salah satu metropolitan utama di Indonesia. Kawasan ini ini meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Pada tahun

63 2006, Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribuszsi terhadap perkembangan perekonomian Metropolitan Bandung sebesar 10,99 %. Tabel 15 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat Terhadap PDRB Metropolitan Bandung Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontibusi (%) 1 Kota Bandung 23.043.103,77 41,77 2 Kota Cimahi 5.367.983,87 9,73 3 Kab Bandung 15.996.752,74 29,00 4 Kab Bandung Barat 6.062.007,04 10,99 5 Kab Sumedang 4.694.276,21 8,51 Jumlah 55.164.123,63 100,00 Sumber : Jawa Barat dalam Angka, 2007 4.3.1.3 Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Internal PDRB Kabupaten Bandung Barat tentunya dibentuk oleh sektor-sektor ekonomi yang ada. Dari 9 (sembilan) sektor yang ada, sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat, yaitu sebesar Rp 5.110.400,64 (juta) atau 47,10 %. Adapun sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar Rp 50.372,04 (juta) atau 0,46 %. Dapat dikatakan secara kasar, jika melihat dari struktur PDRB-nya, Kabupaten Bandung Barat sangat tergantung secara ekonomi pada sektor industri pengolahan. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16 Struktur PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Sektor PDRB (juta rupiah) % 1 Pertanian 1,176,470.08 10.84 2 Pertambangan dan Penggalian 50,372.04 0.46 3 Industri Pengolahan 5,110,400.64 47.10 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 750,971.05 6.92 5 Bangunan/Kontruksi 248,035.52 2.29 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,965,591.51 18.12 7 Pengangkutan dan Komunikasi 706,213.57 6.51 8 Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 285,361.53 2.63 9 Jasa Jasa 555,600.37 5.12 PDRB 10,849,016.31 100 Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007 4.3.1.4 Ekonomi per Kecamatan Kabupaten Bandung Barat

64 Masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki karakteristik perekonomian yang berbeda-beda. Ada beberapa kecamatan yang sangat dominan mendorong perekonomian Kabupaten Bandung Barat (ditandai dengan PDRB kecamatan yang relatif lebih besar); namun terdapat pula yang sangat lemah.. Untuk menlihat detail kontribusi PDRB per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Kontribusi PDRB Tiap Kecamatan Tahun 2006 Berdasarkan Atas Dasar Konstan Tahun 2000 No Kecamatan PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 1 Cililin 247.308,49 4,08 2 Cihampelas 235.185,16 3,88 3 Sindangkerta 178.292,02 2,94 4 Gununghalu 190.583,56 3,14 5 Rongga 116.950,23 1,93 6 Cipongkor 182.176,81 3,01 7 Batujajar 667.543,31 11,01 8 Lembang 640.123,45 10,56 9 Parongpong 286.573,75 4,73 10 Cisarua 253.999,30 4,19 11 Ngamprah 614.669,29 10,14 12 Padalarang 1.155.938,40 19,07 13 Cipatat 720.205,22 11,88 14 Cipeundeuy 190.291,01 3,14 15 Cikalongwetan 382.167,04 6,30 Jumlah 6.062.007,04 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007 Dari Tabel 17 di atas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Padalarang mempunyai kontribusi PDRB terbesar, yaitu Rp 1.155.938,40 (juta) atau 19,07 %. Kecamatan lainnya yang mempunyai kontribusi relatif besar adalah: (1) Cipatat, (2) Batujajar, (3) Lembang, (4) Ngamprah. Adapun kecamatan yang mempunyai PDRB relatif rendah adalah: (1) Rongga, (2) Sindangkerta, (3) Cipongkor, (4) Gununghalu, (5) Cipeundeuy. 4.3.1.5 Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

65 Pada dasarnya PDRB per kapita atau lebih jamaknya digunakan istilah pendapatan per kapita adalah rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan setiap penduduk. Meskipun seringkali digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk, namun komponen ini sebenarnya masih terlalu kasar untuk digunakan sebagai indikator riil kesejahteraan penduduk. Besarnya PDRB per kapita bervariasi di tiap kecamatan. PDRB per kapita berada di Kecamatan Padalarang, yaitu Rp 7.791.967,64 / jiwa. Adapun kecamatan yang memilki PDRB per kapita paling rendah adalah Kecamatan Rongga, yaitu Rp 2.093.855,95 / jiwa. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 No Kecamatan PDRB Per Kapita (Rp/Jiwa) 1 Cililin 2.916.648,86 2 Cihampelas 2.408.129,59 3 Sindangkerta 2.832.459,89 4 Gununghalu 2.631.351,96 5 Rongga 2.093.855,95 6 Cipongkor 2.217.341,89 7 Batujajar 6.254.856,55 8 Lembang 3.970.865,98 9 Parongpong 3.387.076,28 10 Cisarua 4.017.514,20 11 Ngamprah 4.617.615,65 12 Padalarang 7.791.967,64 13 Cipatat 6.127.424,49 14 Cipeundeuy 2.464.717,90 15 Cikalongwetan 3.511.790,05 Rata-Rata 4.161.651,37 Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007, Diolah 4.3.2 Ekonomi Sektoral 4.3.2.1 Industri Seperti telah dibahas pada sub-bab sebelumnya jika sektor industri merupakan sektor ekonomi yang dominan di Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan industri hanya memusat di beberapa kecamatan saja. Kawasan industri dan sentra

66 industri hanya terdapat di Kecamatan Padalarang, adapun LIK/PIK juga banyak terdapat di Kecamatan Padalarang. Jumlah industri besar dan sedang terbanyak berada di Kecamatan Padalarang. Beberapa jenis industri kecil yang paling banyak terdapat di Kabupaten Bandung Barat adalah anyaman (1.253 unit) dan makanan (1.410 unit). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19 Pemusatan dan Jumlah Industri Jumlah Industri (unit) No Kecamatan Industri Besar Industri Sedang Kulit Kayu Logam Anyaman Industri Kecil Gerabah Kain Makanan Lainnya 1 Cililin 0 0 0 4 0 589 0 0 219 0 2 Cihampelas 0 0 0 3 0 24 0 0 24 4 3 Sindangkerta 0 0 0 37 0 67 0 0 235 204 4 Gununghalu 1 0 1 64 0 79 0 0 87 4 5 Rongga 0 0 0 27 0 34 0 0 20 305 6 Cipongkor 0 0 0 35 0 201 0 0 391 0 7 Batujajar 48 9 0 3 0 1 0 0 16 10 8 Lembang 3 14 1 40 0 2 0 36 35 4 9 Parongpong 0 2 0 12 1 2 6 4 20 2 10 Cisarua 0 0 0 3 0 6 0 0 0 0 11 Ngamprah 10 10 0 6 0 38 0 15 133 5 12 Padalarang 108 59 1 5 2 7 5 5 33 0 13 Cipatat 4 10 1 26 1 1 10 0 2 0 14 Cipeundeuy 0 0 0 23 3 157 0 0 65 11 15 Cikalongwetan 2 3 0 23 8 45 0 0 130 17 Total 176 107 4 311 15 1253 21 60 1410 566 Sumber: PODES BPS Pusat, 2006 4.3.2.2 Perdagangan dan Jasa Sarana perdagangan yang paling banyak terdapat di kabupaten ini adalah toko kelontong yang berjumlah 12.919 unit dan tersebar di setiap kecamatan. Toko kelontong banyak terdapat di Kecamatan Lembang dengan jumlah 1.871 unit. Sarana perdagangan dengan jumlah paling sedikit adalah pasar non permanen dengan jumlah 42 unit dan hanya tersebar di 9 (sembilan) kecamatan. Tabel 20 Jumlah Sarana Perdagangan No Kecamatan Pasar Non Swalayan Restoran Kedai Toko

67 Permanen Makan Kelontong 1 Cililin 1 2 20 10 975 2 Cihampelas 3 0 16 5 1.001 3 Sindangkerta 4 0 5 18 961 4 Gununghalu 9 1 0 30 989 5 Rongga 8 1 0 100 290 6 Cipongkor 9 3 14 163 1.190 7 Batujajar 0 5 10 248 1.246 8 Lembang 6 19 68 280 1.871 9 Parongpong 0 8 25 82 690 10 Cisarua 0 2 11 375 1.244 11 Ngamprah 1 3 23 112 1.323 12 Padalarang 0 3 41 120 154 13 Cipatat 0 3 12 167 415 14 Cipeundeuy 0 2 26 368 412 15 Cikalongwetan 1 2 26 390 158 Jumlah 42 54 297 2.466 12.919 Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES. 2006 Sarana jasa yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Bandung Barat adalah koperasi dengan jumlah keseluruhan 157 unit yang tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Sindangkerta dan Rongga merupakan kecamatan yang hanya memiliki 1 (satu) jenis sarana jasa yaitu koperasi. Tabel 21 Jumlah Sarana Jasa No Kecamatan Hotel Penginapan Bank Umum Koperasi BPR 1 Cililin 0 0 1 12 1 2 Cihampelas 0 0 1 3 0 3 Sindangkerta 0 0 0 20 0 4 Gununghalu 0 0 2 15 1 5 Rongga 0 0 0 5 0 6 Cipongkor 0 0 2 16 0 7 Batujajar 52 11 0 5 3 8 Lembang 13 20 7 15 4 9 Parongpong 0 1 1 9 1 10 Cisarua 0 1 1 16 0 11 Ngamprah 0 1 8 13 1 12 Padalarang 0 1 1 11 2 13 Cipatat 0 0 1 12 1 14 Cipeundeuy 0 0 1 4 1 15 Cikalongwetan 0 0 1 5 1 Jumlah 65 64 35 25 157 Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES. 2006 4.3.2.3 Pertanian

68 Sektor pertanian akan dibagi dalam beberapa sub-sektor, yaitu: (1) tanaman pangan, (2) perkebunan, (3) peternakan, (4) perikanan, (5) kehutanan. A. Tanaman Pangan Padi dan Palawija Tanaman padi dan palawija ini terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kecang hijau, kacang tanah dan kacang merah. Komoditas padi merupakan komoditas produksi padi dan palawija yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 197.339 ton. Sedangkan produksi komoditas kacang hijau merupakan komoditas yang paling kecil yaitu sebesar 51 ton. Tabel 22 Produksi Komoditas Padi dan Palawija No Jenis Tanaman Produksi (ton) 1 Padi Sawah 197.339 2 Padi Ladang 17.886 3 Jagung 24.708 4 Ubi Kayu 81.904 5 Ubi Jalar 11.827 6 Kacang Kedelai 1.137 7 Kacang Hijau 51 8 Kacang Tanah 1.243 9 Kacang Merah 11.827 Jumlah 347.922 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Hortikultura Komoditas pada subsektor hortikultura terdiri dari 16 komoditas, yaitu bawang daun, bawang merah, bawang putih, kubis, tomat, cabe, kentang, sawi, kacang panjang, buncis, terung, ketimun, kangkung, bayam, labu siam dan wortel. Komoditas labu siam merupakan komoditas produksi hortikultura yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 668.461 ton. Adapun komoditas bawang putih sama sekali tidak terdapat di Kabupaten Bandung Barat. Tabel 23 Produksi Komoditas Hortikultura

69 No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Bawang Daun 96.735 2 Bawang Merah 5.576 3 Bawang Putih 0 4 Kubis 245.441 5 Tomat 213.998 6 Cabe 144.422 7 Kentang 52.244 8 Sawi 116.383 9 Kacang Panjang 79.318 10 Buncis 166.036 11 Terung 25.476 12 Ketimun 120.988 13 Kangkung 7.528 14 Bayam 22.748 15 Labu Siam 668.461 16 Wortel 20.988 Jumlah 1.986.342 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Buah-Buahan Sub-sektor buah-buahan terdiri dari 15 komoditas dengan buah pisang sebagai komoditas yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 359.185 ton, sedangkan produksi komoditas buah manggis merupakan komoditas yang produksinya paling kecil di yakni sebesar 64 ton. Tabel 24 Produksi Komoditas Buah-Buahan No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Pisang 359.185 2 Pepaya 3.630 3 Rambutan 23.273 4 Alpukat 51.125 5 Durian 7.837 6 Belimbing 1.383 7 Mangga 3.340 8 Jeruk 374 9 Nangka 20.609 10 Manggis 64 11 Nenas 19.166 12 Salak 2.502 13 Sawo 851 14 Sirsak 343 15 Sukun 397 Jumlah 494.079 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Tanaman Hias

70 Sub-sektor tanaman hias tediri dari 11 komoditas, yaitu anggrek, anthurium, gladiul, heliconia, krisan, mawar, melati, palem, sedap malam, gerbera, anyelir. Tanaman krisan mempunyai produksi terbanyak yaitu 801.800 tangkai. Tabel 25 Produksi Komoditas Tanaman Hias No Komoditas Produksi (tangkai) 1 Anggrek 22.752 2 Anthurium 187.900 3 Gladiul 8.838.000 4 Heliconia 124.500 5 Krisan 34.417.800 6 Mawar 7.961.700 7 Melati 2.000 8 Palem 13.650 9 Sedap Malam 6.314.875 10 Gerbera (Hebras) 4.117.520 11 Anyelir 1.133.450 Jumlah 63.134.147 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Tanaman Obat-Obatan Sub-sektor tanaman obat-obatan tediri dari 9 komoditas, yaitu jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temu lawak, keji beling, kapulga, mengkudu. Tanaman lengkuas mempunyai produksi terbanyak yaitu 5.508.831 kg. Tabel 26 Produksi Komoditas Tanaman Obat-Obatan No Komoditas Produksi (kg) 1 Jahe 3,562,750 2 Lengkuas 5,508,831 3 Kencur 298,261 4 Kunyit 1,893,442 5 Lempuyang 70,101 6 Temu Lawak 74,434 7 Keji Beling 91 8 Kapulaga 480 9 Mengkudu 20,038 Jumlah 11,428,428 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 B. Perkebunan

71 Komoditas sub-sektor perkebunan berjumlah 8 komoditas, yaitu karet, cacao, aren, kelapa, kopi, teh, cengkeh dan melinjo. Komoditas karet merupakan komoditas produksi perkebunan yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 520.407,53 ton. Sedangkan produksi komoditas cengkeh merupakan komoditas yang produksinya paling kecil yakni sebesar 66,38 ton. Tabel 27 Produksi Komoditas Perkebunan No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Karet 520.407,53 2 Cacao 374,63 3 Aren 124.850,00 4 Kelapa 797,40 5 Kopi 221,99 6 Teh 145,84 7 Cengkeh 66,38 8 Melinjo 60,39 Jumlah 646.924,16 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 C. Peternakan Komoditas sub-sektor peternakan terdiri dari 2 tipe ternak dengan 7 komoditas, yaitu ternak besar (sapi, kerbau, kuda, domba dan kambing) dan ternak kecil (ayam dan itik). Komoditas ayam merupakan komoditas yang jumlahnya paling besar yakni sebesar 3.011.097 ekor. Sedangkan kerbau merupakan komoditas yang jumlahnya paling kecil yakni sebesar 2.764 ekor. Tabel 28 Produksi Komoditas Peternakan No Jenis Ternak Besar & Kecil Jumlah (ekor) 1 Sapi 29.393 3 Kerbau 2.764 4 Kuda 2.754 5 Domba 325.202 6 Kambing 30.906 7 Ayam 3.011.097 8 Itik 83.157 Jumlah 3.485.273 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 D. Perikanan

72 Menurut tempat pemeliharaannya, produksi ikan di Kabupaten Bandung Barat terdiri dari kolam air tenang, mina padi, kolam jaring apung, dan perairan umum. Produksi perikanan yang terbesar di Kabupaten Bandung Barat berasal dari kolam jaring apung yaitu sebesar yaitu sebesar 18.204 ton. Sedangkan produksi ikan mina padi menghasilkan ikan paling kecil yaitu sebesar 112 ton. Tabel 29 Produksi Komoditas Perikanan No Tempat Pemeliharaan Produksi (ton) 1 Kolam Air Tenang 464,0 2 Mina Padi 112,0 3 Kolam Jaring Apung 18.204,0 4 Perairan Umum 524,2 Jumlah 19.304,2 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 E. Kehutanan Penggunaan lahan kawasan hutan di Kabupaten Bandung sebesar kurang lebih 26 %. Demikian juga dengan produksi hasil hutan berupa kayu pertukangan, kayu bakar dan getah pinus, rumput gajah. Tabel 30 Produksi Hasil Hutan No Komoditas Produksi Satuan 1 Getah Pinus 91.445 Kg 2 Rumput Gajah 1.981.075 Kg 3 Kayu Pertukangan 57.761.812 Batang 4 Hasil Hutan Lainnya 321.862.332 Batang Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 4.3.2.4 Wisata Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat banyak merupakan jenis wisata alam. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat ini dibagi menjadi 3 (tiga) zona. yaitu: (1) Bandung Utara. (2) Bandung Selatan dan (3) Bandung barat. Kecamatan Lembang merupakan kecamatan dengan objek wisata terbanyak, yaitu 10 obyek wisata. Ada 3 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang tidak mempunyai obyek wisata sama sekali, yaitu Kecamatan Rongga, Cihampelas, dan Batujajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini. Tabel 31 Objek Wisata Berdasarkan Zona

73 Zona Lokasi Nama Objek Wisata Bandung Utara Kecamatan Lembang Gunung Tangkubanparahu Bumi Perkemahan Cikole Penangkapan Buaya Cikole Maribaya Yunghun Situ Lembang Jaya Giri (Lintas Hutan)-Lembang Situ Umar THR Juanda. Gua Jepang Wisata Ilmiah Observatarium Boscha Curug Omas Kecamaatn Cisarua Curug Panganten Curug Cimahi Kecamatan Parongpong Taman Bunga Cihideung Taman Wisata Berkuda Bandung Selatan Kecamatan Sindangkerta Gunung Padang Bandung Barat Kecamatan Padalarang Situ Ciburuy Kecamatan Cipatat Gua Pawon Gua Terusan air Sanghiang Tikoro Waduk Saguling Pemandian Air Panas Cisameng Curug Jawa Kecamatan Ngamprah Air Panas Cibaligo Kecamatan Cikalongwetan Bumi Perkemahan Sela Gombong Perkebunan Teh Panglejar Kecamatan Cipendeuy Waduk Cirata Kecamatan Cililin Bumi Perkemahan Curug Sawer Obyek wisata Situs Batu Payung Obyek wisata Situs Mundinglaya Kecamatan Gununghalu Curug Malela Kecamatan Cipongkor Tiga Walilulloh Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Bandung Barat. 2006 Aksesibilitas menuju objek wisata bisa dilihat salah satunya dari jarak tempuh dari pusat kota (Kota Bandung). Setiap objek wisata mempunyai jarak tempuhnya masing-masing dimana Taman Bunga Cihideung merupakan objek wisata terdekat dari Kota Bandung dan objek wisata yang berada di Kecamatan Cipeundeuy mempunyai jarak paling jauh. Jarak tempuh menuju obyek wisata ini tentunya bisa mempengaruhi orang untuk mengunjungi obyek wisata yang ada. Namun menurut data yang ada, obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu mempunyai jumlah pengunjung terbanyak meski jaraknya relatif sangat jauh. Hal ini tentunya berkaitan dengan nilai historis, promosi, fasilitas, dan berbagai hal yang terkait lainnya sehingga membuat objek wisata menjadi menarik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 32 dan Tabel 33 berikut ini. Tabel 32 Nama dan Lokasi Objek Wisata

74 No Kecamatan Jarak dari Pusat Kota (Km) Nama Objek Wisata 1 Lembang 30 Gunung Tangkuban Perahu 2 Lembang 41 Wana wisata Cikole 3 Lembang 45 Jaya giri (lintas Hutan) 4 Lembang 44 Situ Lembang 5 Lembang 26 Maribaya 5 Lembang 20 Teropong Bintang Boscha 6 Lembang 26 Curug Omas 7 Lembang 20 Yunghun 7 Cisarua 18 Curug Panganten 9 Parongpong 17 Taman Bunga Cihideng 10 Sindangkerta 37 Gunung Padang 11 Padalarang 22 Situ Ciburuy 12 Cipatat 28 Goa Pawon 13 Cipatat 28 Air Panas Cisameng 14 Cipatat 28 Saguling 15 Cipatat 28 Curug Bedil 16 Cipatat 45 Sanghilang Tikoro 17 Cipatat 48 Waduk Saguling 18 Ngamprah 20 Air Panas Cibaligo 19 Cikalong Wetan 38 Wana Wisata Sela Gombong 20 Cipeundeuy 49 Waduk Cirata 21 Cililin 30 Bumi Perkemahan Curug Sawer 22 Cikalong Wetan 36 Perkebunan The Panglejar 23 Gununghalu 45 Curug Malela 24 Cipongkor 42 Tigawalilullah 25 Cipeundeuy 49 Gunung Kuda Sumber : Dinas Pariwisata kabupaten Bandung Barat. 2006 Tabel 33 Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata No Nama ODTW Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Nusantara Total 1 Gunung Tangkuban Perahu 16.232 232.635 248.867 2 THR Juanda 39.654 4.361 44.015 3 Wana Wisata Cikole - 6.549 6.549 4 Wana Wisata Jayagiri 6.161 377 6.549 5 Situ Lembang 17.669 98 17.767 6 Taman Wisata Maribaya 91.492 11.669 103.161 7 Observatorium Boscha 15.056 158 15.214 8 Curug Omas 87.576 8.897 96.473 9 Wisata Bunga Cihideung - - - 10 Taman Yunghun - - - 11 Taman Wisata Oray Tapa 2.011 19 2.030 12 Taman Wisata Batu Kuda 2.076 3 2.079 13 Situ Ciburuy 100 12.343 12.443 14 Gua Pawon - - - 15 Arum Jeram (Saguling) - - - 16 Sanghiang Tikoro - - - 17 Waduk Saguling - - - 18 Waduk Cirata - - - 19 Wana Wisata Curug Sawer - - - Jumlah 287.027 277.109 555.147 Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 4.3.2.5 Pertambangan dan Penggalian

75 Di Kabupaten Bandung Barat, bahan batuan dan tanah, berlangsung di beberapa tempat. Di beberapa lokasi, batuan dimanfaatkan sebagai bahan batu gali seperti terdapat di daerah Cililin dan Lembang. Batuan di Batujajar pada umumnya berupa batuan beku (lava intrusiv) yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan galian. Khusus untuk perbukitan Rajamandala kaya akan batu gamping sebagai bahan baku industri kapur, marmer dan semen serta terdapat pula batu andesit, kaolin dan pasir kuarsa. Tabel 34 Pertambangan Umum No Kecamatan Jumlah Luas Areal Jenis Tambang Perusahaan (Ha) A. Ekploitasi 1 Batujajar 10 Andesit 81,94 2 Cililin 5 Andesit 23,55 3 Cipatat 14 Marmer, Pasir, Kuarsa 118,97 4 Padalarang 10 Pasir, Kapur, Andesit 61,03 5 Cikalongwetan 1 Pasir 5,00 B. Eksplorasi 1. Cipatat 1 Pasir 1.573,20 Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 4.4 Sosial Kependudukan Pada dasarnya, bahasan tentang sosial kependudukan dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal utama, yaitu: (i) kependudukan, (ii) ketenagakerjaan. 4.4.1 Jumlah Penduduk Pada tahun 2007, jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat sebanyak 1.493.238 jiwa yang terdiri dari 758.670 laki-laki dan 734.568 perempuan. Kecamatan yang mempunyai paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan penduduk berjumlah 165.786 jiwa atau sebesar 11,10 % jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Rongga, yaitu 57.471 jiwa atau 3,85 % dari penduduk Kabupaten Bandung Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35 Jumlah Penduduk

76 Jumlah Penduduk (jiwa) No Kecamatan L P Total Distribusi (%) 1 Cililin 45.067 41.293 86.360 5,78 2 Cihampelas 49.084 49.331 98.415 6,59 3 Sindangkerta 33.030 31.477 64.507 4,32 4 Gununghalu 37.607 36.685 74.292 4,98 5 Rongga 28.516 28.956 57.471 3,85 6 Cipongkor 41.415 42.814 84.229 5,64 7 Batujajar 55.450 54.001 109.451 7,33 8 Lembang 87.511 78.274 165.786 11,10 9 Parongpong 44.642 42.267 86.909 5,82 10 Cisarua 31.957 31.749 63.706 4,27 11 Ngamprah 68.070 68.530 136.600 9,15 12 Padalarang 78.842 72.894 151.736 10,16 13 Cipatat 60.895 59.387 120.282 8,06 14 Cipeundeuy 40.790 41.254 82.044 5,49 15 Cikalong Wetan 55.794 55.656 111.450 7,46 Jumlah 758.670 734.568 1.493.238 100 Sumber: Suseda Kabupaten Bandung Barat 2007 Distribusi penduduk yang relatif rendah pada umumnya terdapat di Kecamatan Cipatat, Cipeundeuy, Cikalongwetan, Rongga, Sindangkerta dan Gununghalu atau yang relatif bercirikan perdesaan. 4.4.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Dengan luas 130.577,4 ha dan jumlah penduduk sebesar 1.493.238 jiwa, kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung Barat adalah 11 jiwa/ha pada tahun 2007. Banyak kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang mempunyai kepadatan di atas rata-rata, yaitu Kecamatan Cihampelas, Lembang, Parongpong, Ngamprah, Padalarang. Kecamatan Ngamprah sendiri mempunyai kepadatan tertinggi diantara lainnya, yaitu 37 jiwa/ha. Kecamatan Gununghalu adalah kecamatan dengan kepadatan terendah, yaitu 7 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 36 berikut ini. Tabel 36 Kepadatan Penduduk

77 No Kecamatan Luas (ha) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/ha) 1 Cililin 8154,52 86360 11 2 Cihampelas 4662,71 98415 21 3 Sindangkerta 12034,79 64507 5 4 Gununghalu 11312 74292 7 5 Rongga 7614,65 57471 8 6 Cipongkor 8368,39 84229 10 7 Batujajar 9826,54 109451 11 8 Lembang 9826,54 165786 17 9 Parongpong 4339,38 86909 20 10 Cisarua 5536,41 63706 12 11 Ngamprah 3608,58 133054 37 12 Padalarang 5157,63 151736 29 13 Cipatat 12549,69 120282 10 14 Cipeundeuy 10124,66 82044 8 15 Cikalongwetan 11207,81 111450 10 Jumlah 130577,4 1493238 11 Sumber: Suseda Kabupaten Bandung 2007, Diolah 4.4.3 Penduduk Menurut Angkatan Kerja Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas; bedanya penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak bekerja karena alasan sekolah. mengurus rumah tangga. dan lainnya. Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja, yaitu penduduk yang bukan merupakan angkatan berjumlah 905.218 jiwa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk angkatan kerja yang berjumlah 636.640 jiwa. Mayoritas penduduk bukan angkatan kerja adalah karena mengurus rumah tangga dengan jumlah 427.979 jiwa. Hal ini tentunya terkait dengan partisipasi wanita dalam aktivitas pekerjaan. Kecamatan Lembang merupakan kecamatan yang jumlah penduduk angkatan kerjanya terbanyak, yaitu 81.912. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk angkatan kerjanya paling sedikit adalah Kecamatan Cipongkor yaitu 28.348 jiwa. Pada dasarnya kategori angkatan kerja yang sedang mencari kerja adalah pengangguran terbuka. Adapun kategori angkatan kerja yang bekerja biasa disebut sebagai tenaga kerja. Dilihat dari jumlahnya, tampaknya tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung Barat relatif tinggi (rasio antara angkatan kerja

78 mencari kerja dengan angkatan kerja bekerja). Untuk lebih jelasnya pada Tabel 37. Tabel 37 Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja Angkatan Kerja (jiwa) Bukan Angkatan Kerja (jiwa) No. Kecamatan Bekerja Mencari Kerja Jumlah Sekolah Mengurus RT Lainnya Jumlah Jumlah 1 Cililin 25.862 3.489 29.351 12.074 23.961 10.152 46.187 71.508 2 Cihampelas 33.126 7.174 40.300 15.103 28.449 5.901 49.453 78.880 3 Sindangkerta 26.348 2.726 29.074 10.357 30.164 25.621 66.142 51.778 4 Gununghalu 25.997 8.669 34.666 8.912 22.389 9.649 40.950 64.043 7 Rongga 22.882 7.627 30.509 7.273 24.478 13.481 45.232 45.413 6 Cipongkor 26.991 1.357 28.348 12.940 19.550 3.411 35.901 66.232 7 Batujajar 36.210 6.722 42.932 15.423 25.900 34.846 76.169 89.832 8 Lembang 65.382 16.530 81.912 21.993 52.469 39.600 114.062 134.142 9 Parongpong 32.929 2.176 35.105 8.735 25.110 15.367 49.212 68.056 10 Cisarua 26.187 2.910 29.097 8.729 17.604 10.567 36.900 52.894 11 Ngamprah 54.714 6.244 60.958 21.474 35.170 11.208 67.852 111.931 12 Padalarang 53.448 2.056 55.504 18.260 36.780 16.334 71.374 123.373 13 Cipatat 35.234 12.259 47.493 18.686 32.588 24.115 75.389 98.497 14 Cipeundeuy 22.871 9.244 32.115 15.317 23.358 9.964 48.639 69.741 15 Cikalongwetan 38.925 20.351 59.276 12.462 30.009 39.285 81.756 89.211 Total 527.106 109.534 636.640 207.738 427.979 269.501 905.218 1.215.531 Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun 2007 4.4.4 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa tenaga kerja adalah angkatan kerja yang bekerja. Tenaga kerja dapat dikategorikan berdasarkan lapangan usaha, yaitu: (i) pertanian, (ii) industri, (iii) perdagangan, (iv) jasa, (v) lainnya. Jumlah tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian, yaitu 180.063 jiwa atau 34,16 %. Tenaga kerja pertanian terbanyak ada di Kecamatan Lembang (18.212 jiwa) dan Cisarua (18.140 jiwa). Jumlah tenaga kerja tersedikit adalah di sektor industri, yaitu 78.999 jiwa atau 22,76 %. Tenaga kerja industri paling banyak terdapat di Kecamatan Ngamprah (21.482 jiwa). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 38.

79 Tabel 38 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha No Kecamatan Jumlah Tenaga Kerja (jiwa) Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya Jumlah (jiwa) 1 Cililin 11.597 3.334 4.251 4.036 2,644 25.862 2 Cihampelas 7.339 8.660 7.186 3.947 5,994 33.126 3 Sindangkerta 15.055 1.197 3.251 3.252 3,592 58.988 4 Gununghalu 10.078 2.445 3.756 4.243 5,475 25.997 5 Rongga 16.258 483 2.110 2.973 1,058 505.399 6 Cipongkor 12.919 1.432 5.042 4.054 3,544 531.396 7 Batujajar 7.137 10.625 5.980 8.580 3,887 36.209 8 Lembang 18.212 3.612 10.797 12.969 19,792 65.382 9 Parongpong 8.869 1.500 6.986 9.884 5,691 101.591 10 Cisarua 18.140 390 4.747 2.450 459 874.337 11 Ngamprah 9.481 21.482 7.883 8.831 7,036 54.713 12 Padalarang 7.849 14.337 12.435 8.856 9,970 929.050 13 Cipatat 13.773 4.787 5.077 7.057 4,539 35.233 14 Cipeundeuy 10.409 256 2.985 7.282 1,939 278.615 15 Cikalongwetan 12.947 4.459 5.721 11.893 3,905 313.848 Jumlah 180.063 78.999 88.207 100.307 79.525 527.106 Persentase (%) 34.16 22.76 32.91 55.78 34.16 100 Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun 2007 4.5 Lembaga dan Keuangan Daerah 4.5.1 Lembaga Daerah Pada tahun 2008 awal. struktur organisasi pemerintahan daerah (SOPD) Kabupaten Bandung Barat terdiri atas 8 (delapan) dinas. 1 (satu) badan. 3 (tiga) sekretariat. dan 4 (empat) kantor. Setiap unit dalam struktur ini mempunyai fungsi dan wewenang membantu Bupati Kabupaten Bandung Barat untuk mewujudkan dan menjalankan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 39 Tabel 39 Struktur Organisasi Perangkat Daerah No Lembaga Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat Jumlah Pegawai (Jiwa) Dinas 1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 7631 2 Dinas Kesehatan dan Sosial 575 3 Dinas Pekerjaan Umum 164 4 Dinas Pertanian. Perkebunan. Peternakan dan Perikanan 170 5 Dinas Perhubungan. Pariwisata. Komunikasi dan Informasi 84 6 Dinas Perindustrian. Perdagangan. Koperasi dan Penanaman Modal 150 7 Dinas Kependudukan. Catatan Sipil. Tenaga Kerja dan Transmigrasi 159 8 Dinas Pendapatan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 100

80 Lanjutan Tabel 39 No Lembaga Pemerintahan Kabupaten Bandung Barat Jumlah Pegawai (Jiwa) Sekretariat 9 Seketariat Daerah 99 10 Sekretariat DPRD 25 11 Sekretariat KPU 13 Badan 12 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) 32 Kantor/Lain-Lain 13 Kantor Lingkungan Hidup 22 14 Kantor Kesatuan Bangsa. Politik dan Perlindungan Masyarakat 11 15 Kantor Perpustakaan. Arsip dan Data Elektronik 16 16 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 14 17 Inspektorat 26 18 Satuan Polisi Pamong Praja 27 19 Kecamatan (15) 319 Sumber: Badan Kepegawaian. Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bandung Barat 2008 4.5.2 Keuangan Daerah 4.5.2.1 Pendapatan Pada dasarnya struktur keuangan Kabupaten Bandung Barat terdiri dari (i) pendapatan. (ii) belanja. dan (iii) pembiayaan daerah. Sumber penerimaan (pendapatan) daerah. terdiri atas: (i) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari: Pajak Daerah. Restribusi Daerah. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah; (ii) Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Alokasi Umum (DAU). dan Dana Alokasi Khusus (DAK); (iii) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. meliputi: Hibah. Dana Darurat. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. serta Dana Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah lainnya. Secara keseluruhan. struktur pendapatan Kabupaten Bandung Barat masih banyak bergantung pada dana perimbangan. hal ini menyebabkan ketergantungan pada pusat terlalu besar. Tabel 40 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah No Uraian Jumlah (Rp) % 1 Pendapatan Asli Daerah 29.656.248.550 4,30 1.1 Pajak daerah 18.322.050.000 2,66 1.2 Retribusi daerah 9.195.108.550 1,33 1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 300.000.000 0,04 1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 1.839.090.000 0,27

81 Lanjutan Tabel 40 No Uraian Jumlah (Rp) % 2 Dana Perimbangan 545.553.887.056 79,06 2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 55.068.337.056 7,98 2.2 Dana alokasi umum 486.211.550.000 70,46 2.3 Dana alokasi khusus 4.274.000.000 0,62 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 114.805.994.549 16,64 3.1 Hibah 5.997.103.500 0,87 3.2 Dana darurat 0,00 3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 39.873.400.000 5,78 3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 4.051.044.400 0,59 3.5 Bantuan keuangan dari pemerintah daerah lainnya 64.884.446.649 9,40 Jumlah Pendapatan 690.016.130.155 100,00 Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2008 Dari Tabel 40 di atas dapat dilihat bahwa dominasi sumber penerimaan APBD Kabupaten Bandung Barat. adalah dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp 486.211.550.000.- (70,46 %). Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bandung Barat sendiri sejumlah Rp 29.656.248.550.- (4,30 %). Tentunya hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi kemandirian Kabupaten Bandung Barat khususnya dalam hal finansial. 4.5.2.2 Belanja Secara umum. belanja daerah dapat dibagi menjadi belanja langsung dan tidak langsung. Belanja langsung erat kaitannya dengan belanja rutin daerah termasuk belanja pegawai (Rp 403.747.014.875.-) yang menyedot sebagian besar pos ini. Adapun belanja langsung erat kaitannya dengan pelaksanaan program dan proyek di setiap SKPD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 41 Rincian Belanja Daerah No Uraian Jumlah (Rp) % 1 Belanja Tidak Langsung 496.890.586.682 70,96 1.1 Belanja pegawai 403.747.014.875 57,66 1.2 Belanja bunga 0 0,00 1.3 Belanja subsidi 0 0,00 1.4 Belanja hibah 30.694.000.000 4,38 1.5 Belanja bantuan sosial 18.377.850.000 2,62 1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa 20.719.170.000 2,96 1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa 15.399.300.000 2,20 1.8 Belanja Tidak Terduga 7.953.251.807 1,14

82 Lanjutan Tabel 41 No Uraian Jumlah (Rp) % 2 Belanja Langsung 203.320.400.800 29,04 2.1 Belanja pegawai 34.582.915.600 4,94 2.2 Belanja Barang dan Jasa 70.286.475.736 10,04 2.3 Belanja Modal 98.451.009.464 14,06 Belanja Daerah 700.210.987.482 100,00 Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2008 4.6 Kebijakan Pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat tentunya harus melihat dari kebijakan yang ada khususnya yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan wilayah, perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan tata ruang. Kebijakan yang akan dipaparkan adalah: (1) Rencana Tata Ruang Jawa Bali, (2) RTRW Provinsi Jawa Barat 2005-2010, (3) RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013, (4) RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, (5) RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025, (6) RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013. Dalam konteks regional, Kabupaten Bandung Barat bersama Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kota Bandung masuk dalam Metropolitan Bandung. Namun seringkali istilah Metropolitan Bandung juga disebut sebagai Bandung Raya. Untuk menyamakan definsi, dalam penelitian ini dipakai istilah Metropolitan Bandung. Metropolitan Bandung saat ini merupakan salah satu kawasan yang mempunyai peranan penting di tingkat regional Provinsi Jawa Barat dan nasional. 4.6.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali Dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali, Metropolitan Bandung mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan jenis pelayanan: (1) jasa pemerintahan, (2) pendidikan, (3) jasa perdagangan, (4) pariwisata, dan (6) industri. Khusus bagi kawasan perkotaan Metropolitan Bandung sebagai pusat pelayanan primer (selain Jabodetabek, Gerbangkertosusila, dan Perkotaan

83 Denpasar) fokusnya adalah upaya pengendalian pengembangan secara fisik dengan memperhatikan daya dukung lingkungannya. Adapun pembangunan sistem jaringan jalur kereta api di Metropolitan Bandung dikembangkan dengan prioritas tinggi. Oleh karena itu, kereta api merupakan sarana transportasi strategis bagi pengembangan wilayah. 4.6.1.1 Pengelolaan Ruang Ada beberapa hal penting menyangkut pengelolaan ruang di Metropolitan Bandung yang berkaitan dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat, yaitu pengelolaan pada: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya dengan mempertahankan keberadaan zona-zona resapan tinggi 2. Kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi CA Gunung Tangkuban Perahu (1.290 ha) 3. Taman wisata alam dan taman buru meliputi TWA Tangkuban Perahu (370 ha) 4. Kawasan rawan bencana lingkungan dengan mengendalikan perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya dari bencana gerakan tanah atau longsor 5. Kawasan perkebunan dimana Metropolitan Bandung masuk di dalamnya 6. Kawasan pariwisata memantapkan kota pusat pelayanan wisata 7. Kawasan industri yang meliputi upaya untuk memanfaatkan industri teknologi tinggi dan non polutif 8. Kawasan permukiman meliputi upaya untuk mengendalikan pengembangan metropolitan 9. Kawasan andalan dimana Metropolitan Bandung termasuk di dalamnya 4.7.1.2 Strategi Pengembangan Metropolitan Bandung Ada beberapa strategi pengembangan Metropolitan Bandung yang terdapat dalam RTR Jawa Bali. Beberapa strategi kurang terkait dengan Kabupaten Bandung Barat; beberapa ada yang terkait. Strategi pengembangan tersebut adalah sebagai berikut:

84 1. Mempertahankan fungsi Metropolitan Bandung sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah 2. Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Bandung sebagai kota inti dan kota-kota Cimahi, Soreang, dan Jatinangor sebagai kota satelit. 3. Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Cimahi sebagai pusat jasa dan perdagangan dan Soreang sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, agroindustri dan permukiman. 4. Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali (urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) di koridor Bandung-Soreang dan Bandung-Cimahi. 5. Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Bandung dengan kota-kota satelitnya melalui penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas pelayanan transportasi di sepanjang koridor Bandung-Soreang dan Bandung-Cimahi. 6. Mendorong pengurangan beban kota Bandung melalui relokasi kegiatankegiatan industri pada kawasan-kawasan industri di Kota Soreang. 7. Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antara kota inti dan kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Bandung. 8. Mengembangkan sistem transportasi masal yang sinergis dengan pusatpusat permukiman dan pengembangan kegiatan usaha. 9. Mencegah pertumbuhan kawasan perkotaan (terbangun) kota Bandung yang mengkonversi kawasan resapan air di bagian utara dan selatan Kota Bandung (750 m dpl). 10. Mendorong pengaturan dan pembatasan daerah pengambilan air tanah pada zona-zona konservasi air tanah di Cekungan Bandung. 11. Memantapkan kerterkaitan fungsional kota dengan kota-kota yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah di P. Jawa dan di luar P. Jawa.