BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah barat dan utara, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi di sebelah timur, serta Kabupaten Cianjur di sebelah barat dan timur. Sedangkan ibu kota Kabupaten Bandung Barat berlokasi di Kecamatan Ngamprah, yang terletak di jalur Bandung-Jakarta. Undang-undang No.12 Tahun 2007 merupakan landasan dan payung hukum berdiri dan berjalannya roda pemerintahan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Menyangkut Ibu kota Kabupaten Bandung Barat sudah jelas tercantum dalam pasal 7 Undang-undang No.12 tahun 2007 yang berbunyi: ibu kota Kabupaten Bandung Barat berkedudukan di Kecamatan Ngamprah. Kendala yang masih dihadapi Kabupaten baru seperti Bandung Barat saat ini antara lain masih terbatasnya sarana dan prasarana untuk kebutuhan masyarakat yaitu terlihat pada minimnya jumlah sarana perbankan, koperasi, dan sarana kesehatan. Selain itu, panjang jalan pun masih sedikit. Kendala tersebut menimbulkan ongkos cukup tinggi. Alokasi biaya sebagian besar harus diprioritaskan untuk membangun sarana dan prasarana sosial serta fisik, agar aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan publik meningkat. 1

2 2 Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 mewarisi sekitar 1,4 juta penduduk atau lebih tepatnya dengan kepadatan 1.114,74 jiwa/km² dari 42,9% wilayah lama Kabupaten Bandung. Kapadatan penduduk suatu kabupaten ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi kelahiran, kematian dan perpidahan (migrasi). Kecepatan pertumbuhan penduduk menjadi ciri utama sebuah daerah berkembang. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk baik pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Besarnya pertambahan jumlah penduduk yang tidak diimbangi oleh penyediaan sarana dan prasarana akan menyebabkan kemiskinan dan kesulitan untuk berinteraksi. Untuk berinteraksi penduduk memerlukan sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan dalam bermasyarakat antara lain berupa sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan sekaligus pelatihan hidup berinteraksi yang diwujudkan melalui berbagai pembangunan sarana dan prasarana fisik seperti jalan dan alat transportasi. Pertumbuhan peduduk ini pula berpengaruh terhadap peningkatan kemiskinan, peningkatan pengangguran, peningkatan urbanisasi, Tuntutan penyediaan pangan meningkat, tuntutan penyediaan tempat tinggal meningkat, serta tuntutan penyediaan berbagai sarana dan prasarana pendidikan meningkat. Dengan jumlah penduduk yang tidak merata di Kabupaten Bandung Barat, pemerintah harus mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan penduduk Kabupaten Bandung Barat. Kualitas penduduk merupakan komponen penting dalam setiap setiap gerak pembangunan, sebab hanya dari penduduk berkualitas upaya pembangunan

3 3 dapat dilaksanakan dengan baik. Jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan kualitas yang memadai hanya akan menimbulkan masalah dan menjadi beban pembangunan. Untuk mengukur tingkat kualitas penduduk dapat dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat kesehatan serta pendapatan. Tentunya hal tersebut harus ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Mobilitas penduduk dalam memenuhi kebutuhannya dalam berinteraksi pun sangat membutuhkan sarana dan prasarana, contohnya untuk sarana dan prasarana transportasi seperti jalan dan trayek angkutan umum. Hal tersebut sangat mempengaruhi mobilitas penduduk untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Jumlah penduduk yang cukup besar, pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata adalah permasalahan penduduk yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Dampak dari permasalahan terebut menyentuh segala bidang. Mulai dari bidang sosial, ekonomi, keamanan, kesehatan, hingga ketenagakerjaan. Berikut ini adalah tabel luas wilayah per kecamatan di Kabupaten Bandung Barat :

4 4 Tabel 1.1 Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Luas Kecamatan (Km2) Ha (%) Lembang , Parongpong , Cisarua , Cikalongwetan , Cipeundeuy , Ngamprah** , Cipatat , Padalarang , Batujajar , Cihampelas , Cililin , Cipongkor , Rongga , Sindangkerta , Gununghalu* , Total 1.305, ,40 100,00 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 ( dalam BAPPEDA Kabupaten Bandung Barat ) Keterangan: * Kecamatan Terluas ** Kecamatan Terkecil Dari tabel di atas dapat dilihat luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar 1.305,774 km 2 atau sekitar ,40 ha, dengan Kecamatan terluas berada di Kecamatan Gunung Halu yaitu sebesar , 62 Ha, dan Kecamatan dengan luasan terkecil berada di Kecamatan Ngamprah yaitu sebesar 3.608, 58 Ha. Di bawah ini merupakan tabel pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bandung Barat :

5 5 Tabel I.2 Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Data Penduduk No Kecamatan Padalarang Batujajar Cipatat Ngamprah Cililin Sindangkerta Cipongkor Gununghalu Cikalongwetan Cipeundeuy Lembang Cisarua Parongpong Rongga Cihampelas Jumlah penduduk Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah pertumbuhan penduduk terbesar adalah Kecamatan Padalarang, ini dikarenakan peningkatan dan pemanfaatan sarana serta prasarana yang meningkat cukup cepat di Kecamatan Padalarang. Untuk Kecamatan Sindangkerta, Cisarua dan Parongpong dapat terlihat tidak terlalu besar pertumbuhan penduduk yang terjadi pada tiap lima tahunnya. Kabupaten Bandung Barat merupakan Kabupaten yang baru terbentuk selama 2 tahun, dan belum dirasakan pembangunannya oleh masyarakat sekitar. Bagaimana kebutuhan sarana dan prasarana fisik serta sosial seperti pendidikan, kesehatan dan transportasi di Kabupaten Bandung Barat, bagaimanakah letak persebaran untuk pembangunan sarana

6 6 prasarana tersebut sangat menarik untuk dilakukan penelitian, maka untuk memperjelas pembahasannya maka diambil judul Persebaran dan Kebutuhan Sarana Prasarana di Kabupaten Bandung Barat ( Studi berdasarkan data sekunder di Kecamatan Cikalong Wetan, Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Cisarua ) B. Rumusan Masalah Masalah Geografi adalah berkenaan dengan ketidakseimbangan asosiasi gejala atau variabel geografi yang pada sistem keruangan (Sumaatmadja, 1988;96). Adapun masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana persebaran dan kebutuhan sarana prasarana pendidikan di Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana persebaran dan kebutuhan sarana prasarana kesehatan di Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bandung Barat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas penulis merumuskan beberapan tujuan dari penlitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi persebaran dan kebutuhan sarana prasarana pendidikan di Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengidentifikasi persebaran dan kebutuhan sarana prasarana kesehatan di Kabupaten Bandung Barat.

7 7 3. Mengetahui kondisi sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bandung Barat. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Diperolehnya informasi mengenai persebaran sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan transportasi di Kabupaten Bandung Barat. 2. Menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam upaya untuk lebih mengembangkan wilayahnya. 3. Menjadi Bahan Informasi untuk keilmuan Geografi E. Definisi Operasional Peneitian ini berjudul Persebaran dan Kebutuhan Sarana Prasarana di Kabupaten Bandung Barat ( Studi berdasarkan data sekunder di Kecamatan Cikalong Wetan, Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Cisarua ). Agar lebih terarah dalam memaknai konsep-konsep yang ada dalam variabel penelitian ini akan di uraikan kedalam bentuk yang lebih operasional. Menurut Singarimbun (1987:76) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional merupakan petunjuk pelaksanaan untuk mengukur suatu variabel dalam suatu penelitian. Disini akan dijelaskan mengenai konsep yang ada dalam variabel penelitian ini, yaitu :

8 8 1. Kebutuhan Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Manusia memerlukan banyak kebutuhan, memerlukan banyak barang dan jasa untuk memenuhi barbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia semakin lama semakin banyak, tidak terbatas dan beragam. Hal ini disebabkan oleh banyak hal seperti : a. Sifat manusia yang tidak pernah merasa puas sehingga kebutuhannya semakin banyak. b. Mata pencaharian seseorang menyebabkan adanya kebutuhan yang berkaitan dengan profesi. c. Tingkat pendidikan, cara berfikir, dan peradaban manusia yang semakin maju menuntut kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana serta kebutuhan barang dan jasa. d. Perbedaan tempat tinggal mengakibatkan semakin bervariasi kebutuhan yang ingin dipenuhi. e. Pendapatan seseorang yang semakin besar mengakibatkan semakin banyak pula kenutuhan manusia yang ingin dipenuhi. f. Lingkungan masyarakat yang lebih maju menuntun kebutuhan yang semakin banyak pula untuk dipenuhi

9 9 2. Sarana dan Prasarana Menurut kamus Bahasa Indonesia, Sarana adalah segala sesuatu yang yang dapat yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, sedangkan prasarana adalah segala yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses baik itu usaha maupun pembangunan, proyek, dan sebagainya. Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang subtantif menunjang proses pelaksanaan dan membantu tercapainya tujuan kegiatan, baik berupa benda-benda fisik maupun benda-benda non fisik Secara jelas, sarana sebagai alat yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan kegiatan merupakan semua peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses kegiatan. Pelaksanaan prasarana disini terdiri dari dua cakupan, yaitu prasarana fisik dan sosial. Prasarana fisik merupakan (physical infrastructure) biasanya disediakan oleh sektor publik yaitu pemerintah.hal tersebut disebabkan sifat atau karakteristik yang ada dalam penyediaan prasarana fisik. Terpusatnya penyediaan prasarana fisik oleh pemerintah menyebabkan perencanaan dan pembangunan menjadi sangat bersifat sentralistis. Kuatnya birokrasi menyebabkan penyediaan prasarana oleh pemerintah menjadi sangat bersifat sektoral tanpa adanya koordinasi yang baik sehingga banyak terjadi tumpang tindih (over lapping) proyek antar suatu daerah. Prasarana dapat dikatakan pula sebagai fasilitas, dari bahasa Belanda, faciliteit, adalah prasarana atau wahana untuk melakukan atau mempermudah sesuatu.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT. 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses untuk mengoptimalkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses untuk mengoptimalkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses untuk mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pembangunan berkaitan dengan aspek fisik seperti sarana dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT I. UMUM Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Cakupan Wilayah Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 13 kecamatan dan 165 desa. Beberapa kecamatan terbentuk melalui proses pemekaran. Kecamatan yang

Lebih terperinci

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT STRUKTUR ORGANISASI BIDANG BINA PTK HASANUDIN, S.Pd., MM. Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Drs. M. MA MUN HIDAYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kemajauan suatu daerah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kedatangan wisatawan domestik dan mancanegara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial untuk dapat mencapai keberhasilan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan salah satu penerimaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Peranserta swasta sangat penting dalam tata ruang, khususnya pada sektor pariwisata. Perkembangan pariwisata terus meningkat di setiap tahun, dengan berkembang dan banyaknya pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aghnita Septiarti, 2014 Studi Deskriptif Sikap Mental Penduduk Miskin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aghnita Septiarti, 2014 Studi Deskriptif Sikap Mental Penduduk Miskin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara berkembang pasti dihadapkan dengan masalah kemiskinan dan tidak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan sumber

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 sebanyak 137.467 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 sebanyak 24 Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hidayat (2006) dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hidayat (2006) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki hutan tropik yang luas. Hutan tropik Indosesia memiliki tingkat

Lebih terperinci

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN Oleh: Ahmad Yani Abstrak: Pemekaran Bandung Barat dari Kabupaten Bandung semakin banyak dukungan. Menurut rencana

Lebih terperinci

Pemerintahan Government

Pemerintahan Government Government II 10 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Government 2.1 PEMERINTAHAN 2.1. GOVERMENT Pada Tahun 2012, Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 16 Kecamatan dengan Jumlah desa seluruhnya 165

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja Population and Labour Force III

Penduduk dan Tenaga Kerja Population and Labour Force III Penduduk dan Tenaga Kerja Population and Labour Force III Penduduk dan Tenaga Kerja 26 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Population and Labour Force 3.1 PENDUDUK 3.1 POPULATION Jumlah penduduk Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Padalarang yang secara administratif saat ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Bappenas. Peran Propinsi dalam Pembentukan Daerah Otonom Baru dan Fasilitasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Bappenas. Peran Propinsi dalam Pembentukan Daerah Otonom Baru dan Fasilitasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang merupakan salah satu jawaban dari reformasi 1998 telah menghasilkan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENYESUAIAN PANJAR BIAYA PERKARA PERDATA PADA KAMI, KETUA PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG

PERUBAHAN PENYESUAIAN PANJAR BIAYA PERKARA PERDATA PADA KAMI, KETUA PENGADILAN PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG =================== SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BALE BANDUNG ------------------------------------------------------------------------------- Nomor : W11.U-6/1687/HT.04.10/IX/2014

Lebih terperinci

PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT

PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT Lampiran 1: Geografi Kabupaten Bandung Barat PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT Sumber: Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat Wilayah Administratif Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SAGULING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SAGULING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SAGULING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bandung Barat 5.1.1. Keadaan Geografis Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) yaitu 1.305,77 km persegi, terletak

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT 1 Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Etnobotani 1. Definisi Etnobotani Etnobotani dalam terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara etnik (kelompok masyarakat) dengan botani (tumbuhan) di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi perhatian dunia dan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selalu sehat dan panjang umur menjadi dambaan setiap orang, sehingga mereka senantiasa berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang bisa mewujudkan keinginannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. Secara astronomis Kecamatan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001)

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001) LAMPIRAN Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001) SOSIAL TEMA SUBTEMA INDIKATOR Persen penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan Kemiskinan Indeks gini dari ketidaksamaan

Lebih terperinci

DATA POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

DATA POTENSI INVESTASI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT KECAMATAN DAN BIDANG NO USAHA 1 KECAMATAN LEMBANG 1. Pengembangan budidaya anggrek 2. Pembangkit listrik panas bumi tangkuban perahu. Pengembangan budidaya tanaman hidroponik LOKASI DATA POTENSI INVESTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan modern saat ini, aktivitas manusia semakin bertambah dan berkembang. Berkembangnya aktivitas manusia, maka berkembang pula sarana dan prasarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB IV. Perkembangan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Stasiun Padalarang. umum Kecamatan Padalarang 2) Gambaran perkembangan dan pengelolaan

BAB IV. Perkembangan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Stasiun Padalarang. umum Kecamatan Padalarang 2) Gambaran perkembangan dan pengelolaan BAB IV Perkembangan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Stasiun Padalarang Uraian dalam bab ini terdiri dari beberapa sub judul yaitu : 1) Gambaran umum Kecamatan Padalarang 2) Gambaran perkembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah Indonesia mulai menggagas sebuah gagasan ekonomi rakyat sebagai salah satu upaya pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2.1 Sejarah dan Perkembangan

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2.1 Sejarah dan Perkembangan BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1 Sejarah dan Perkembangan Sebelum terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah, pemekaran Kabupaten Bandung sudah menjadi wacana. Saat itu Gubernur Jawa Barat telah mengeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan wilayah pada umumnya selalu dihadapkan pada berbagai tuntutan sekaligus implikasi yang menyertai berkembangnya keragaman dari intensitas kegiatan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan dengan sumber dayanya yang tersebar di berbagai lokasi merupakan modal yang berharga bagi pembangunan nasional terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian di berbagai bidang saat ini adalah berkaitan dengan upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Definisi berkelanjutan

Lebih terperinci

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, hampir sebagian kota di Indonesia berkembang semakin pesat, di tandai dengan laju pertumbuhan dan persebaran penduduknya lebih terpusat kepada kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia bersama Negara lain di Asia seperti Cina dan India. Hal ini sangat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan suatu kota merupakan hasil dinamis berbagai unsur pembentukan kota, seperti masyarakat dengan kegiatan ekonominya, lingkungan tempat tinggal,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT 4.1 Administrasi Kabupaten Bandung Barat adalah daerah ke-26 Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 15 kecamatan dengan 165 desa. Ibukota Kabupaten Bandung berada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 86 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 86 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 86 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015

RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015 RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015 I. PENDAHULUAN Penyampaian ringkasan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ini merupakan kewajiban konstitusional

Lebih terperinci

Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat. Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari

Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat. Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat Endah Djuwendah, Eddy Renaldy, dan Hepi Hapsari Program Studi Agribisnis fakultas Pertanian Unpad Jl Raya Jatinangor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kota Cimahi dengan letak astronomis berdasarkan peta rupa bumi lembar Bandung dan Cimahi berada pada koordinat 107 0 30 30

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI. NOMOR : 115 TAHUN : 2011 SERI : D aa PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI. NOMOR : 115 TAHUN : 2011 SERI : D aa PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 115 TAHUN : 2011 SERI : D aa PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersusun dari beribu-ribu pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersusun dari beribu-ribu pulau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersusun dari beribu-ribu pulau yang didiami oleh berbagai macam suku bangsa serta adat istiadatnya. Dengan luas kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini secara garis besar membahas tinjauan mengenai gambaran wilayah studi yaitu Kota Soreang. Gambaran umum Kota Soreang dibagi dua bagian utama yaitu tinjauan eksternal

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN SERTA HIRARKI WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN SERTA HIRARKI WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN SERTA HIRARKI WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG BARAT Agricultural land conversion and its relation with land capability and regional

Lebih terperinci

Industri, Listrik, dan Air Minum Manufacturing, Electricity, and Water Supply

Industri, Listrik, dan Air Minum Manufacturing, Electricity, and Water Supply Industri, Listrik, dan Air Minum Manufacturing, Electricity, and Water Supply VI Industri, Listrik, dan Air Minum 232 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Manufacturing, Electricity, and Water Supply

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana infrastruktur jalan mempunyai peran yang sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, baik untuk pendistribusian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB IV Strategi Pembangunan Daerah

BAB IV Strategi Pembangunan Daerah BAB IV Strategi Pembangunan Daerah 4.1 Analisis Isu Strategis Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat saat ini dan kemungkinan permasalahan yang terjadi lima tahun ke depan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambar Umum Objek Observasi Sejarah Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambar Umum Objek Observasi Sejarah Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambar Umum Objek Observasi Puskesmas Tagog Apu beralamat di Jl. Raya Purwakarta Desa Tagog Apu, RT 01, RW 04, Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Pada ruas jalan Raya Purwakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini penduduk Kota Bandung berkembang semakin pesat. Beberapa faktor penyebab pertumbuhannya adalah memiliki fasilitas kota yang relatif lengkap sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat) BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang studi, rumusan persmasalahan, tujuan, sasaran dan manfaat studi, ruang lingkup studi yang mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perhubungan nasional pada hakekatnya adalah pencerminan dari sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan sebagai penunjang utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS

INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015 KERJASAMA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 KATA SAMBUTAN

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RGS Mitra 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RGS Mitra 1 of 7 Lampiran UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Keuangan dan Perbankan Finance and Banking

Keuangan dan Perbankan Finance and Banking Keuangan dan Perbankan Finance and Banking IX Keuangan dan Perbankan 288 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Finance and Banking 9.1 KEUANGAN DAERAH 9.1 REGIONAL FINANCE Perencanaan anggaran belanja

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di kawasan Metropolitan Bandung daerah ini berbatasan dengan: Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Garut Sebelah Barat : berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang penting. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang penting. Industri dapat menghasilkan berbagai kebutuhan hidup manusia, baik kebutuhan pokok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan perjalanan banyak mengalami perubahan dari sisi jumlah tetapi tidak diimbangi dengan kualitas pelayanannya.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA DETAIL, TATA RUANG KOTA DRIYOREJO KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan mempunyai fungsi tertentu, dimana kegiatan ekonominya, sektor dan produk unggulannya, mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci