BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM. menjadikan sektor tersebut sebagai mata pencaharian masyarakat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

DAFTAR ANGKET. Bapak/ Ibu beberapa saat ditengah kesibukan dan pekerjaan Bapak/ibu sehari-hari.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

III. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi. memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Blora merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Karakter Demografi Petani Kedelai. mencakup jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan 12 varietas yang akan dilakukan oleh 10 kabupaten yang sentra produksi

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Wilayah Desa Penelitian PUAP

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga Terdiri dari 9 Desa yaitu : 1. Desa Bulila 2. Desa Mongolato 3. Desa Luhu 4. Desa Hulawa 5. Desa Pilohayanga 6. Desa Pilohanyanga Barat 7. Desa Dulohupa 8. Desa Dulamayo Selatan, dan 9. Desa Dulamayo Barat. 4.1.2 Letak dan Luas Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari Ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertopografi rendah dengan luas wilayah 100,47 Km 2 dan berjarak 19 m dari permukaan laut. Secara administrasi Kecamatan Telaga mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango dan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 23

Tabel 1. Luas dan Geografis Desa-Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 No Desa Luas (Km 2 ) Area Persentase 1 Bulila 0,74 1,27 2 Mongolato 0,96 1,64 3 Luhu 2,12 3,63 4 Hulawa 2,04 3,49 5 Pilohayanga 2,06 3,52 6 Dulamayo Selatan 22,00 37,46 7 Dulamayo Barat 25,02 42,81 8 Pilohayanga Barat 2,00 3,42 9 Dulohupa 1,50 2,57 Jumlah 54,38 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Pada Tabel 1, menunjukan bahwa Desa di Kecamatan Telaga yang memiliki luas area terbesar adalah Desa Dulamayo Barat. Luas Desa Dulamayo Barat ini sebesar 25,02 Km 2 (42,81%) sedangkan desa yang luas areanya terkecil adalah Desa Bulila yaitu sebesar 0,74 Km 2 (1,27%). Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 No Desa Jumlah Persentase penduduk 1 Bulila 2381 11,85 2 Mongolato 2635 13,12 3 Luhu 3772 18,77 4 Hulawa 3675 18,29 5 Pilohayanga 2350 11,70 6 Dulamayo Selatan 1285 6,40 7 Dulamayo Barat 1047 5,21 8 Pilohayanga Barat 1320 6,57 9 Dulohupa 1626 8,09 Jumlah 21091 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 24

Berdasarkan Tabel 2, terlihat banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan Telaga pada tiap-tiap desa. Adapun desa yang penduduknya lebih banyak adalah Desa Luhu, penduduk di Desa ini mencapai 3,772 jiwa (18,77%), dan desa yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 1,047 jiwa (5,21%). Tabel 3. Kepadatan Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Tahun 2011 No Desa Kepadatan Presentase Penduduk per km 2 1 Bulila 3,175 25,58 2 Mongolato 2,803 22,58 3 Luhu 1,788 14,40 4 Hulawa 1,833 14,77 5 Pilohayanga 940 7,57 6 Dulamayo Selatan 89 0,72 7 Dulamayo Barat 42 0,34 8 Pilohayanga Barat 660 5,32 9 Dulohupa 1,084 8,73 Jumlah 1741,68 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Tabel 3 menunjukan bahwa adanya perbedaan kepadatan penduduk di Kecamatan Telaga untuk tiap-tiap desa. Hal ini disebakan oleh program pemekaran desa. Desa yang penduduknya lebih padat yaitu Desa Bulila yang mencapai 3,175 km 2 (25,58%) sedangkan desa yang kepadatan penduduknya relatif kecil yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 42 km 2 (0,34%). 4.1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor camat Kecamatan Telaga bahwa jumlah penduduk di daerah penelitian ini sebanyak 21.091 jiwa dengan perincian dewasa berjumlah 10.535 jiwa dan anak-anak berjumlah 10.556 dengan jumlah kepala keluarga 5.850 KK. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. 25

Tabel 4. Keadaan Penduduk di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 No Jumlah Penduduk Jumlah (Jiwa) Persentase 1 Dewasa 10,535 49,95 2 Anak-anak 10,556 50,05 Jumlah 20,091 100,00 Sumber : Data Monografi BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 a) Tingkat Pendidikan Distribusi penduduk Kecamatan Telaga menurut pendidikan terdiri dari beberapa tamatan yaitu tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, akademi (D1-D3) dan sarjana. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (Jiwa) 1 SD 5.524 26,15 2 SLTP 2.452 11,61 3 SLTA 2.964 14,03 4 Akademi (D1-D3) 190 0,90 5 Sarjana 446 2,11 6 Pernah Sekolah Tapi tidak tamat 9.543 45,20 Jumlah 21,119 100 Sumber : Data Monografi BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Dari Tabel 5, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Telaga menurut tingkat pendidikan yang terbesar adalah pernah sekolah tapi tidak tamat yaitu sebanyak 9.543 jiwa (45,20%), dan yang paling terkecil adalah tamat akademi (D1- D3) sebanyak 190 jiwa(0,90%). 26

b) Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Kecamatan Telaga bervariasi, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan jasa lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut : Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persentase (Jiwa) 1 Pertanian 1,054 28,99 2 Kehutanan 172 4,73 3 Pertambangan/penggalian 33 0,91 4 Listrik dan air 7 0,19 5 Konstruksi 155 4,26 6 Perdagangan 586 16,12 7 Transportasi 300 8,25 8 Keuangan 4 0,11 9 TNI/Polri 63 1,73 10 Pegawai Negeri 495 13,61 11 Pegawai Swasta 252 6,93 12 Jasa Lainnya 515 14,16 Jumlah 3,636 100,00 Sumber : Data Monografi BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa lapangan usaha penduduk di Kecamatan Telaga bervariasi. Sebagian besar penduduk yang memiliki lapangan usaha dibidang pertanian mencapai 1,054 jiwa (28,99%), hal tersebut dikarenakan oleh adanya lahan pertanian yang lebih besar dibandingkan dengan pemukiman. Sedangkan lapangan usaha yang tidak terlalu banyak diminati penduduk yaitu pada bidang keuangan. Banyaknya penduduk yang memiliki minat dibidang ini sebanyak 4 jiwa (0,11%). hanya 27

4.2 Identitas Responden Identitas Responden merupakan gambaran serta latar belakang dari keseluruhan responden yang menjadi sampel penelitian. Identitas responden terdiri dari umur, status lahan, luas lahan, jumlah tanggungan, dan pengalaman berusahatani. 4.2.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengelola usahatani karena umur sangat mempengaruhi kemampuan petani untuk meningkatkan produktivitas. Tingkatan umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Umur Petani Sampel di Kecamatan Telaga No Kelompok Umur Jumlah Persentase (Jiwa) 1 31 36 3 3,80 2 37 43 22 27,85 3 44 50 23 29,11 4 51 56 10 12,66 5 57 63 10 12,66 6 64 70 9 11,39 7 >71 2 2,53 Jumlah 79 100,00 Sumber : Data diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 7, bahwa tingkatan umur responden di Kecamatan Telaga paling banyak yaitu yang berumur 44-50 tahun sebanyak 23 jiwa (29,11%), dan paling sedikit responden yang berumur diatas 71 tahun yaitu sebanyak 2 jiwa (2,53%). Artinya petani sampel memiliki potensi besar dalam mengelola usahataninya. 4.2.2 Status Kepemilikan Lahan Pengenalan dan pemahaman unsur pokok usahatani menjadi sangat penting, terutama yang menyangkut pemilikan dan penguasaan terhadap faktor-faktor. Kepemilikan akan memberikan kekuatan dan kekuasaan dalam kegiatan produksi 28

usahatani padi sawah. Status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Status Kepemilikan Lahan Petani Sampel No Status Lahan Jumlah Persentase (Org) 1 Sewa 3 3,80 2 Penggarap 33 41,77 3 Pemilik Penggarap 43 54,43 Jumlah 79 100,00 Sumber : Data diolah,2012 Pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa status lahan para responden di daerah penelitian bervariasi, yang paling banyak adalah petani pemilik penggarap yaitu 43 orang (54,43%), dan yang paling sedikit adalah petani yang menyewa lahan orang lain kemudian diolah sebanyak 3 orang (3,80%). Artinya status lahan pemilik penggarap lebih memberikan keuntungan. 4.2.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh petani yang menjadi sampel di Kecamatan Telaga, mulai dari yang tidak tamat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan ini dapat menggambarkan bagaimana pola pikir petani dalam mengelola usahatni padi sawah. Tingkat pendidikan petani disajikan pada Tabel 9 di bawah ini. 29

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Responden yang Menjadi Sampel Penelitian No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (Jiwa) 1 Tidak Tamat SD 5 6,33 2 SD 47 59,49 3 SLTP 11 13,92 4 SLTA 15 18,99 5 Akademi (D1-D3) 1 1,27 6 Sarjana 0 0 Jumlah 79 100,00 Sumber : Data diolah, 2012 Dari Tabel 9, dapat diketahui identitas responden menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yang terbesar adalah lulusan sekolah dasar (SD) sebanyak 47 jiwa (59,49%), dan sebanyak 1 jiwa (1.27%) adalah lulusan akademi D3. Berdasarkan presentase tersebut terlihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel relatif rendah. 4.2.4 Luas Lahan Luas lahan adalah salah satu hal yang menjadi objek teliti di Kecamatan Telaga. Karena lahan merupakan unsur pokok usahatani khususnya usahatani padi sawah, karena semakin besar lahan maka produksi padi semakin meningkat. Luas lahan usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah ini.\ 30

Tabel 10. Luas Lahan Petani Sampel No Luas Lahan Jumlah Persentase (ha) (Jiwa) 1 0,1 0,18 3 3,80 2 0,2-0,3 29 36,70 3 0,4 0,5 18 22,78 4 0,6 0,8 16 20,25 5 1 1,2 9 11,40 6 1,3 1,5 3 3,80 7 2 1 1,27 Jumlah 79 100,00 Sumber : Data diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 10 tentang luas lahan responden di daerah penelitian, yang paling besar yaitu responden yang memiliki luas lahan sebesar 0,2-0,3 ha sebanyak 29 orang (36,70%), 0,4-0,5 ha sebanyak 18 orang (22,78%), 0,6 0,8 ha sebanyak 16 orang (20,25), dan yang paling sedikit yaitu 2 ha sebanyak 1 orang (1,27%). 4.2.5 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga merupakan semua anggota keluarga petani yang hidupnya dibiayai oleh petani sampel. Adapun banyaknya tanggungan keluarga petani dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel No Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase (Jiwa) 1 2 3 15 18,99 2 4 5 47 59,49 3 6 7 12 15,19 4 8 9 2 2,53 5 10 11 3 3,80 Jumlah 79 100,00 Sumber : Data diolah, 2012 31

Pada Tabel 11, menunjukan bahwa jumlah tanggungan petani sampel di Keamatan Telaga Kabupaten Gorontalo paling banyak yaitu responden dengan jumlah tanggungan sebanyak 4 5 orang sebanyak 47 jiwa (59,49%), dan paling sedikit adalah keluarga responden dengan jumlah tanggungan lebih dari 8-9 orang yaitu sebanyak 2 jiwa (3,80%). 4.2.6 Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani adalah salah satu faktor tertentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin banyak memiliki pengalaman dalam mengelola usahataninya. Pengalaman berusahatani di Kecamatan Telaga ini dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini. Tabel 12. Pengalaman Berusahatani Petani Sampel No Pengalaman Berusahatani Jumlah Persentase (Tahun) (Orang) 1 2 9 15 18,99 2 10 17 8 10,13 3 18 25 23 29,11 4 26 33 18 22,78 5 34 41 11 13,92 6 42 49 0 0,00 7 50 57 3 3,80 8 58 66 1 1,27 Jumlah 79 100 Sumber : Data diolah, 2012 Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa petani sampel di Kecamatan Telaga yang paling dominan dalam hal pengalaman berusahatani adalah petani sampel dengan pengalaman usahatani selama 18 25 tahun yaitu sebanyak 23 orang (29,11%), dan yang kecil yaitu pengalaman usahatani petani sampel selama 58 66 tahun sebanyak 1 orang (1,27%). Hal ini menunjukan bahwa petani sampel di Kecamatan Telaga memiliki kemampuan dalam mengelola usahatani padi sawah. 32

4.3 Karakteristik Petani Sampel Karakteristik yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial ekonomi petani yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan. Untuk lebih jelasnya dapat diliht padatabel 13 dibawah ini : Tabel 13. Karakteristik Petani Responden yang Menjadi Sampel No Karakteristik Sosial Ekonomi Satuan Range Rata-Rata 1 Umur Tahun 31 72 50,14 2 Tingkat Pendidikan Tahun 0 15 4,55 3 Pengalaman Berusahatani Tahun 2 60 22,52 4 Jumlah tanggungan Tahun 2 11 4,76 5 Luas Lahan Ha 0,1-2 0,55 Sumber : Data diolah 2012 Umur rata-rata petani sampel berkisar antara 31-72 tahun dengan rata-rata 50 tahun, dari rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa petani sampel berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki petani tersebut dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan petani berkisar antara 0-15 tahun dengan rata-rata 5 tahun. Dengan demikian dapat diketahui wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak dalam rangka pengelolaan usahataninya masih tergolong rendah yaitu diperkirakan rata-rata tidak tamat SD. Pengalaman berusahatani petani sampel berkisar antara 2 60 tahun dengan ratarata 23 tahun. Dari rataan tersebut dapat diasumsikan bahwa pengalaman bertani petani sampel sudah cukup lama sehingga memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat baik dalam mengelola usahatani padi sawah, walaupun pendidikan rata-rata tidak tamat SLTP namun pengalaman tersebut dapat membantu petani untuk lebih baik dalam mengelola usahataninya. Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 2-11 jiwa dengan rata-rata 5 jiwa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan petani sampel 33

tidak begitu besar sehingga pendapatan usahatani dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih diperlukan. Luas lahan petani sampel berkisar antara 0,10-2 ha dengan rata-rata 0,5 ha. Data ini mengindikasikan luas lahan yang relatif kecil. 4.4 Penggunaan Sarana Produksi (Saprodi) Saprodi atau sarana produksi adalah salah satu faktor penting dalam sebuah usahatani. Dalam melakukan usahatani padi sawah ada beberapa sarana produksi yang digunakan diantaranya yaitu bibit, pupuk, dan obat-obatan (pestisida). Sarana produksi tersebut digunakan untuk dapat memperoleh hasil panen yang sesuai dengan yang diharapkan. 4.4.1 Benih Benih merupakan salah satu sarana produksi yang menunjang untuk keberhasilannya sebuah usahatani terutama untuk usahatani padi sawah. Di kecamatan Telaga tidak sedikit petani yang menggunakan varietas unggul. Tetapi ada juga benih yang didapat dari bantuan pemerintah. Dalam hal ini petani sampel di Kecamatan Telaga paling banyak menggunakan benih yang menurut para petani dapat memberikan hasil yang maksimal. Benih tersebut antara lain Mekongga, Ciguli, dan Infarisilo. Penggunaan dosis ketiga jenis benih ini pun berbeda-beda. Biasanya untuk 1 ha lahan petani menggunakan benih ± 5 sak atau 25 kg. 1 sak benih mempunyai berat bersih sebesar 5 kg atau dapat dirata-ratakan sebesar 52,64 Kg/Ha. 4.4.2 Pupuk Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun nonorganik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun 34

demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Pemberian pupuk oleh petani pada usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Dosis Pemberian Pupuk Responden Pada Usahatani Padi Sawah No Jenis Pupuk Jumlah (Kg)/Ha Persentase 1 Pelangi 34,07 6,77 2 Urea 251,22 49,94 3 Ponska 204,06 40,56 4 Organik 6,33 1,26 5 KCL 7,38 1,47 Jumlah 503,06 100,00 Sumber : Data diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa adanya perbedaan penggunaan dosis antara tiap-tiap pupuk. Jenis pupuk yang paling banyak digunakan adalah Urea, Ponska. Pupuk Urea yang digunakan pada usahatani padi sawah di Kecamatan Telaga sebanyak 251,22 Kg/Ha dan Ponska sebanyak 204,06 Kg/Ha. Hal ini karena penggunaan kedua jenis pupuk tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal untuk petani sampel. 4.4.3 Pestisida (Obat-obatan) Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, bakteri, 35

virus, atau mikrobia yang dianggap mengganggu tapi tak selalu beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Sebagian besar petani padi sawah di Kecamatan Telaga menggunakan pestisida untuk melindungi tanamannnya. Adapun pestisida yang digunakan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15. Dosis Pemberian Pestisida Responden Pada Usahatani Padi Sawah No Jenis Pestisida Jumlah (Liter) Persentase 1 Spontan 2 33,52 2 Klensect 2,02 33,86 3 Matador 0,19 3,18 4 Centatin 0,08 1,34 5 Pasta 0,36 6,03 6 Cypermax 0,83 13,91 7 Supermax 0,111 1,86 8 Skor 0,07 1,17 9 Darmabast 0,25 4,19 10 Obat keong 0,055 0,92 Jumlah 5,966 100,00 Sumber : Data diolah, 2012 36

Pada Tabel 15, terlihat bahwa jenis obat (pestisida) yang banyak digunakan adalah klensect yaitu sebanyak 2,02 liter/ha (33,86%). Selain itu petani sampel di Kecamatan Telaga juga menggunakan jenis obat spontan sebanyak 2 liter/ha. Penggunaan pestisida ini bertujuan untuk memelihara tanaman agar tetap tumbuh tanpa adanya serangan hama penyakit yang akan menimbulkan kerugian bagi petani. 4.5 Sistem Upah Tenaga Kerja Upah merupakan imbalan yang diterima petani atas jasa yang diberikan dalam kegiatan proses produksi usahatani padi sawah. Gaji sebenarnya juga upah, tetapi sudah pasti banyaknya dan waktunya. Artinya banyaknya upah yang diterima itu sudah pasti jumlahnya pada setiap waktu yang telah ditetapkan. Gaji merupakan upah kerja yang dibayar dalam waktu yang ditetapkan. Sebenarnya bukan saja waktu yang ditetapkan, tetapi secara relatif banyaknya upah itu pun sudah pasti jumlahnya. Sistem upah atau cara pemberian upah yang dilakukan oleh responden yaitu sebagai berikut: 1. Upah menurut waktu Upah menurut waktu adalah upah yang jumlahnya dihitung berdasarkan lamanya pekerjaan tersebut dilakukan. Lama pekerjaan atau waktu tersebut dapat dihitung berdasarkan jam, hari, atau bulan. Contohnya seorang petani dibayar per hari atau per minggu. Sementara itu, upah tiap bulan biasanya dibayarkan untuk petani yang mempunyai ikatan kerja dalam waktu lama. 2. Upah menurut hasil Upah menurut hasil atau upah satuan besarnya ditentukan oleh banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja tersebut dalam waktu tertentu. Misalnya, petani yang dibayar berdasarkan jumlah produksi gabah atau beras yang dihasilkan. 3. Upah borongan Upah borongan diberikan sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dengan pihak yang memberi pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Misalnya upah untuk pemupukan padi sawah adalah sebesar Rp 50.000/hari. 37

Sistem upah yang banyak digunakan responden yaitu upah menurut hasil. Para petani bekerja dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Upah petani pada tiap kegiatan produksi bervariasi. Adapun sistem upah yang digunakan petani padi sawah di Kecamatan Telaga berdasarkan kegiatan produksi yaitu sebagai berikut : 1. Pengolahan tanah Pada proses pengolahan tanah petani menggunakan sistem upah borongan. Hal ini dikarenakan kesepakatan kerja antara petani dan pekerja (buruh tani). Berdasarkan hasil kesepakatan tersebut maka pada kegiatan ini pekerja (buruh tani) diberi imbalan jasa sebesar Rp 200.000/0,2 ha. Pengolahan tanah ini biasanya di kerjakan oleh dua orang tenaga kerja pria dan tenaga kerja mesin. 2. Penanaman Untuk penanaman biasanya petani padi sawah diberi upah sebesar 200.000/0,2 ha. Pada kegiatan ini besarnya upah tersebut akan dibagi kembali dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Sistem upah yang digunakan pada kegiatan ini yaitu sistem upah borongan. Biasanya tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan penanaman akan kembali mengerjakan pekerjaannya pada kegiatan panen. 3. Pemupukan I, II, III Kegiatan pemupukan atau pemeliharaan ini menggunakan sistem upah menurut waktu. Tenaga kerja yang digaji untuk kegiatan ini mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan kemampuannya. Pada kegiatan pemupukan petani padi sawah di Kecamatan Telaga diberi upah sebesar 50.000/hari/orang. Karena pemupukan merupakan kegiatan yang tidak memakan waktu yang lama. 4. Penyiangan dan Pemberantasan Hama Penyakit Penyiangan dan pemberantasan hama penyakit merupakan kegiatan dimana petani diharuskan untuk membersihkan serta memelihara daerah persawahannya dari serangan rumput-rumput liar, hama penyakit atau sejenisnya. Upah pada kegiatan ini sama dengan upah tenaga kerja pada kegiatan pemupukan I, II, III yaitu sebesar 50.000/hari/orang. 38

5. Panen Pada kegiatan ini petani responden menggunakan sistem upah menurut hasil. Apabila petani menghasilkan produksi sebanyak 480 Kg/Ha maka upah yang diterima oleh para pekerja sebesar 80 Kg gabah. 1 kg gabah dapat dijual dengan harga Rp 30.000/Kg. Maka dapat dikatakan upah yang diterima oleh pekerja pada kegiatan panen adalah sebesar 2.400.000 dibagi dengan jumlah tenaga kerja. 4.6 Alokasi Tenaga Kerja Usahatani Alokasi tenaga kerja merupakan curahan jam kerja usahatani keluarga dan luar keluarga. Curahan jam kerja adalah waktu yang digunakan secara langsung oleh tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada proses pengelolaan usahatani padi sawah dalam bentuk curahan jam kerja selama satu kali musim tanam. Penggunaan tenaga kerja keluarga pada umumnya berakar pada keyakinan bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga dapat memberikan keuntungan terutama penghematan penggunaan tenaga kerja luar keluarga atau mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan. Sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat dikurangi. Petani di Kecamatan Telaga dalam mengelola usahatani padi sawah menganut pola 2 kali tanam dalam setahun. Kegiatan-kegiatan usahatani sangat menentukan besar kecilnya curahan tenaga kerja. Tahapan kegiatan tersebut antara lain : pengolahan tanah, penanaman, pemupukan I, penyiangan, pemupukan II, pemberantasan hama penyakit, pemupukan III, dan panen. 4.6.1 Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Kegiatan Usahatani Tenaga kerja usahatani adalah faktor produksi kedua selain modal, dan pengelolaan. Hal itu menunjukan posisi petani pada usahataninya, karena petani bukan hanya pengelola usahatani, tetapi juga tulang punggung keluarga sebagai sumber tenaga kerja utama usahatninya. Dalam hal ini kita mengenal jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja 39

manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Peran aktif tenaga kerja dalam rumah tangga dapat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani padi sawahnya. Semakin banyak tanggungan dalam rumah tangga maka semakin besar dorongan petani untuk meningkatkan usahanya dan semakin besar pula tenaga kerja keluarga yang membantu dalam kegiatan usahataninya, sehingga dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan. Pada lokasi penelitian ini tidak banyak petani yang meggunakan tenaga kerja dalam keluarga meskipun lahan sawah yang dimiliki hanya seluas 0,1 ha. Hal ini dikarenakan oleh kesibukan para petani sampel di luar sektor pertanian padahal potensi tenaga kerja yang tersedia di Kecamatan Telaga sangat besar akan tetapi tidak di pergunakan secara efektif, atau dapat dikatakan bahwa pada kegiatan produksi usahatani padi sawah di Kecamatan Telaga para tenaga kerja tidak menggunakan tenaga kerja wanita dan anak-anak. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerja pria mempunyai tenaga yang lebih besar dibandingkan tenaga kerja wanita. Gender adalah pembagian peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas menurut norma-norma adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Adapun penggunaan tenaga kerja di kecamatan telaga berdasarkan kegiatan produksi yaitu sebagai berikut : 1. Pengolahan Tanah Pada kegiatan ini banyak petani menggunakan tenaga kerja pria dan tenaga kerja mesin yang berasal dari luar keluarga. Banyaknya penggunaan tenaga kerja ini berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh petani. Lama pengerjaannya pun tergantung dari besarnya luas lahan. 40

2. Penanaman Pada kegiatan penanaman petani sampel masih menggunakan tenaga kerja pria yang berasal dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan pada kegiatan ini pula tergantung dari luas lahan yang akan diusahakan. 3. Pemupukan I Petani sampel hanya melakukan dua kali pemupukan. Kegiatan pemupukan dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Biasanya dalam sehari kegiatan pemupukan dilakukan selama 4 jam (2 jam pagi dan 2 jam sore). 4. Penyiangan Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja tergantung dari luas lahan yang diusahakan tanaman padi sawah. Biasanya pada kegiatan ini petani membutuhkan waktu selama 7 hari. 5. Pemupukan II dan III Pemupukan II dan III merupakan lanjutan kegiatan pemupukan I. pada kegiatan ini petani menggunakan tenaga kerja pria yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Waktu pelaksanaannya sama dengan waktu pada pemupukan I. 6. Pemberantasan Hama dan Penyakit Kegiatan Penyemprotan ini dilakukan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Waktu yang dibutuhkan pada kegiatan ini hanya memakan waktu selama kurang lebih 2 jam, karena pemberian obat dalam dosis yang berlebihan akan memberikan dampak buruk pada tanaman padi sawah. 7. Panen Panen merupakan kegiatan kedua dari tahap pasca panen. Kegiatan ini menggunakan tenaga kerja pria yang masih berasal dari dalam dan luar keluarga. Lama kegiatan panen tergantung dari luas lahan yang dimiliki oleh petani sampel. 41

4.6.2 Curahan Kerja Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah seluruh pekerja yang menjadi petani sampel usahatani padi sawah. Tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja pria (P), wanita (W), anak-anak (Aa), mesin (M), dan tenga kerja hewan (H). Dalam penelitian ini alokasi waktu kerja merupakan curahan waktu kerja oleh petani dan keluarga dalam kegiatan usahatani padi sawah. Perbedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan dalam usahatani berbeda-beda, misalnya pekerjaan mengolah tanah yang memerlukan tenaga kerja pria dan traktor. Begitu juga pada kegiatan penanaman yang memerlukan banyak tenaga kerja. Adapun curahan tenaga kerja petani sampel menurut jenis tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah No Kegiatan UT Tenaga Kerja (HOK) Total Persentase P W Aa M H 1 Pengolahan tanah 1,86 0 0 1,33 0 3,19 27,34 2 Penanaman 2,09 0 0 0 0 2,09 17,91 3 Pemupukan I 0,35 0 0 0 0 0,35 3,00 4 Penyiangan 0,62 0 0 0 0 0,62 5,31 5 Pemupukan II 0,35 0 0 0 0 0,35 3,00 6 Pemberantasan 0,35 0 0 0 0 0,35 3,00 Hama Penyakit 7 Pemupukan III 0,35 0 0 0 0 0,35 3,00 8 Panen 4,37 0 0 0 0 4,37 37,44 Jumlah 10,34 0 0 1,33 0 11,67 100,00 Persentase 88,60 0 0 11,40 0 Sumber : Data Diolah, 2012 Tabel 16 terlihat bahwa pada setiap kegiatan produksi usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja pria lebih banyak dibandingkan tenaga kerja lainnya, penggunaan tenaga kerja pria lebih besar dibandingkan tenaga kerja wanita dan anakanak. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tiap kegiatan usahatani berikut : 42

1. Pengolahan tanah Kegiatan pengolahan tanah ini merupakan kegiatan awal pada usahatani padi sawah. Pada kegiatan ini tenaga kerja pria (P) mencurahkan waktu kerjanya sebesar 1,86 HOK/Ha. Sedangkan untuk penggunaan tenaga kerja mesin (M), curahan waktu kerjanya hanya sebesar 1,33 HOK/Ha. Karena kegiatan ini berada menggunakan dua tenaga kerja yang berbeda maka total penggunan kedua tenaga kerja tersebut sebesar 3,19 HOK/Ha (27,34%). Lama pengolahan tanah yang dilakukan petani tergantung luas lahan yang dimiliki oleh petani tersebut. 2. Penanaman Penanaman merupakan salah satu kegiatan produksi dalam usahatani padi sawah yang banyak menggunakan tenaga kerja, baik itu tenaga kerja dal keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Pada kegiatan ini tenaga kerja pria (P) mencurahkan waktunya sebesar 2,09 HOK/Ha (17,91). Biasannya pada kegiatan ini pula waktu yang dicurahkan oleh tenaga kerja untuk 2 Ha lahan sawah itu selama 14 hari kerja. 3. Pemupukan I Kegiatan pemupukan adalah kegiatan pemeliharaan tanaman padi agar dapat tumbh dan memberikan hasil yang maksimal. Pada kegiatan ini petani sampel mencurahkan waktu kerjanya sebesar 0,35 HOK/Ha (3,00%). Kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga kerja pria (P) yang berasal dari dalam dan luar keluarga. Lama waktu kerja untuk kegiatan ini tergantung dari besarnnya lahan sawah yang diusahakan. 4. Penyiangan Penyiangan atau dapat dikatakan sebagai kegiatan pembersihan lahan sawah dari berbagai tanaman pengganggu yang akan merusak pertumbuhan padi sawah dilakukan oleh tenaga kerja pria (P) yang masih berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja pria ini mencurahkan waktu kerjanya sebesar 0,62 HOK/Ha (5,31%). Kegiatan ini biasanya dikerjakan selama 14 hari kerja untuk luas lahan yang mencapai 2 Ha. 43

5. Pemupukan II dan III Kegiatan ini merupakan kegiatan produksi lanjutan dari pemupukan I, curahan tenaga kerja pada kegiatan ini tidak jauh berbeda penggunaan waktunya dengan pemupukan I. Pada pemupukan II dan III tenaga kerja pria (P) mencurahkan waktunya sebesar 0,35 HOK/Ha (3,00%). Penggunaan tenaga kerjanya lebih banyak berasal dari dalam keluarga. Hal ini dikarenakan agar petani bisa mengurangi biaya upah untuk tenaga kerja luar keluarga. 6. Pemberantasan Hama dan Penyakit Tanaman padi sawah rentan dengan yang namanya hama dan penyakit. Untuk itu para petani sampel menggunakan kegiatan ini sebagai salah satu kegiatan produksi usahatani padi sawah. Penberantasan hama penyakit dilakukan petani agar tanaman tersebut terhindar dari hama atau penyakit yang bisa menyebabkan tanaman ini tidak tumbuh baik (rusak). Pada kegiatan ini petani mencurakan waktu kerjanya sebesar 0,35 HOK/Ha (3,00%). 7. Panen Panen adalah tahap akhir dari kegiatan produksi usahatani padi sawah. Kegiatan produksi inilah yang paling banyak menggunakan tenaga kerja pria (P) yang berasal dari luar keluarga karena dalam kegiatan ini ada beberapa kegiatan lain yang mengharuskan petani untuk lebih banyak menggunakan tenaga kerja. Selain itu penggunaan tenaga kerja yang relatif besar ini bekerja tergantung dari besarnya luas lahan yang dimiliki oleh petani. Penggunaan tenaga kerja pria (P) untuk kegiatan ini mencapai 4,37 HOK/Ha (37,44%). 4.6.3 Curahan Tenaga Kerja Berdasarkan Sumbernya 1. Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Usahatani Padi Sawah Pada umumnya petani sampel usahatani padi sawah menggunakan tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja keluarga digunakan agar dapat mengurangi 44

biaya pengeluaran bagi keluarga petani yang berupa upahan/gaji. Penggunaan tenaga kerja keluarga di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 berikut : Tabel 17. Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah No Tenaga Kerja Dalam Keluarga Curahan Kerja Persentase (HOK)/Ha 1 Pengolahan Tanah 3.84 17,20 2 Penanaman 1.01 4,52 3 Pemupukan I 2.48 11,11 4 Penyiangan 4.50 20,15 5 Pemupukan II 2.44 10,93 6 Pemberantasan Hama Penyakit 4.50 20,15 7 Pemupukan III 2.44 10,93 8 Panen 1.12 5,02 Jumlah 22.33 100,00 Sumber : Data Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga yang paling banyak berada pada kegiatan pemberantasan hama penyakit dan penyiangan yaitu sebesar 4,50 HOK/Ha (20,15 %), dan yang relatif kecil penggunaan tenaga kerja dalam keluarga ini berada pada kegiatan penanaman sebesar 1,01 HOK/Ha. Artinya petani sampel sedikit menggunakan potensi tenaga kerja dalam keluarga. 2. Curahan Tenaga Kerja Luar Keluarga Usahatani Padi Sawah Penggunaaan tenaga kerja luar keluarga usahatani padi sawah digunakan pada saat tenaga kerja dalam keluarga tidak mampu mengerjakan beberapa kegiatan produksi yang mengharuskan agar petani membutuhkan tenaga kerja lebih. Di lokasi penelitian penggunaan tenaga kerja luar keluarga sangat besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini. 45

Tabel 18. Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah No Tenaga Kerja Luar Keluarga Curahan Kerja Persentase (HOK) 1 Pengolahan Tanah 25.35 34,20 2 Penanaman 29.47 39,75 3 Pemupukan I 0.27 0,36 4 Penyiangan 2.82 3,80 5 Pemupukan II 0.28 0,38 6 Pemberantasan Hama Penyakit 0.59 0,80 7 Pemupukan III 0.23 0,31 8 Panen 15.12 20,40 Jumlah 74.13 100,00 Sumber : Data Diolah, 2012 Pada tabel 18, menunjukan bahwa potensi penggunaan tenaga kerja luar keluarga sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada tiga proses produksi yaitu pengolahan tanah, penanaman dan panen. Pada pengolahan tanah penggunaan tenaga kerja luar keluarga sebesar 25,35 HOK/Ha (34,20%), sedangkan untuk penanaman mencapai 39,75% atau sebesar 29,47 HOK/Ha dan panen sebesar 15,12 HOK/Ha (20,40%). Dengan adanya tenaga kerja luar keluarga ini petani menggunakan sistem upah, baik itu upah menurut waktu maupun sistem upah menurut hasil. 4.7 Komposisi Curahan Tenaga Kerja Dalam analisis ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya pencurahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang digunakan dalam suatu kegiatan usahatani. Untuk melihat besarnya curahan tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada tiap kegiatan usahatani padi sawah per petani dapat dilihat pada tabel 19 berikut : 46

Tabel 19. Komposisi Curahan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Luar Keluarga Petani Sampel No Kegiatan UT Curahan Kerja (HOK) LK DK Total 1 Pengolahan Tanah 25,35 3,84 29,19 2 Penanaman 29,47 1,01 30,48 3 Pemupukan I 0,27 2,48 2,75 4 Penyiangan 2,82 4,50 7.32 5 Pemupukan II 0,28 2,44 2,72 6 Pemberantasan HP 0,59 4,50 5,09 7 Pemupukan III 0,23 2,44 2,67 8 Panen 15,12 0,92 16,24 Jumlah 74,13 (76,85%) 22,33 (23,15%) 96,46 Sumber : Data diolah, 2012 Keterangan : LK : Luar Keluarga DK : Dalam Keluarga Berdasarkan Tabel 19, menunjukan bahwa dalam setiap tahapan kegiatan usahatani padi sawah terdapat perbedaan curahan tenaga kerja. Pada setiap kegiatan usahatani padi sawah petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga ini mencapai 74,13 HOK/Ha (76,85%). Sedangkan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 22,33 HOK/Ha (23,13%). Perbedaan penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga ini disebabkan oleh adanya tingkat kesibukan petani diluar sektor pertanian khususnya usahatani padi sawah. Perbedaan penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga ini disebabkan oleh adanya tingkat kesibukan petani diluar sektor pertanian khususnya usahatani padi sawah. Untuk melihat besarnya presentase curaha tenaga kerja dalam dan luar keluarga pada tiap kegiatan usahatani padi sawah dapat dilihat pada Tabel 20 berikut : 47

Tabel 20. Presentase Curahan Tenaga Kerja Petani Sampel Berdasarkan Sumber No Kegiatan UT Persentase Curahan Kerja (HOK) Total LK DK 1 Pengolahan Tanah 86,84 13,16 100 2 Penanaman 96,69 3,31 100 3 Pemupukan I 9,82 90,18 100 4 Penyiangan 38,52 61,48 100 5 Pemupukan II 10,29 89,71 100 6 Pemberantasan HP 11,59 88,41 100 7 Pemupukan III 8,61 91,39 100 8 Panen 94,26 5,74 100 Sumber : Data Diolah, 2012 Dari Tabel 20, menunjukan presentase penggunaan tenaga luar dan kerja dalam keluarga untuk tiap kegiatan usahatani padi sawah bervariasi. Presentase penggunaan tenaga kerja luar keluarga yang terbesar berada pada kegiatan penanaman sebesar 96,69 HOK/Ha, sedangkan yang paling kecil ada pada kegiatan pemupukan III yaitu sebesar 8,61 HOK/Ha. Untuk presentase penggunaan tenaga kerja dalam keluarga terbesar pada kegiatan pemupukan III yang mencapai 90,39 HOK/Ha. Sedangkan yang paling kecil berada pada kegiatan penanaman yaitu 3,31 HOK/Ha. Selisih tersebut diartikan sebagai penggunaan jumlah tenaga kerja keluarga lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga. 4.8 Konklusi Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, kajian ini difokuskan pada dinamika ketenagakerjaan yang khusus mengambil lokasi penelitian di pedesaan lahan sawah. Dinamika ketenagakerjaan mencakup keragaan struktur curahan/alokasi waktu kerja, tingkat upah serta komposisi penggunaan tenga kerja. Struktur curahan/alokasi waktu kerja tenaga kerja dibedakan menurut kegiatan produksi usahatani padi sawah. 48

Berdasarkan hasil penelitian lama waktu kegiatan produksi bervariasi dan tergantung dari besarnya luas lahan yang dimiliki. Dalam hal ini petani sampel di lokasi penelitian menggunakan tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Waktu yang dicurahkan tenaga kerja luar keluarga pada proses pengolahan tanah mencapai 25,35 HOK/Ha, penanaman 29,47 HOK/Ha, pemupukan I 0,27 HOK/Ha, penyiangan 2,82 HOK/Ha, pemupukan II 0,28 HOK/Ha, pemberantasan hama dan penyakit 0,59 HOK/Ha, pemupukan III 0,23 HOK/Ha, dan panen sebesar 15,12 HOK/Ha. Sedangkan waktu yang dicurahkan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan pengolahan tanah yaitu 3,84 HOK/Ha, penanaman sebesar 1,01 HOK/Ha, pemupukan I 2,48 HOK/Ha, penyiangan 4,50 HOK/Ha, pemupuka II 2,44 HOK/Ha, pemberantasan hama penyakit 4,50 HOK/Ha, pemupukan III 2,44 HOK/Ha, dan panen sebesar 0,92 HOK/Ha. Kegiatan produksi dari kedua sumber tenaga kerja tersebut menggunakan tenaga kerja pria. Untuk komposisi penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenisnya pada lokasi penelitian lebih banyak menggunakan tenaga kerja pria (P) dan mesin (M), penggunaan tenaga kerja pria pada usahatani padi sawah sebesar 10,34 HOK/Ha (88,60%) sedangkan penggunaan mesin hanya sebesar 1,33 HOK/Ha (11,40%). Pada hasil penelitian Simanjuntak (2007), bahwa tenaga kerja pria lebih banyak mencurahkan waktunya pada kegiatan usahatani padi sawah. Pada kegiatan usahatani tersebut tenaga kerja pria mencurahkan waktunya sebesar 54,6 HOK/Ha, sedangkan Tenaga kerja wanita hanya 11,38 HOK/Ha. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kecenderungan yang dilakukan oleh petani padi sawah yaitu semakin sedikit penggunaan tenaga kerja wanita, anak-anak dan hewan. Keadaan ini menunjukan bahwa petani padi sawah lebih banyak menggunakan tenaga kerja upahan (tenaga kerja luar keluarga) dibandingkan dengan tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini dibuktikan oleh tingginya penggunaan tenaga kerja pria dan tenaga kerja mesin. Rendahnya pemanfatan potensi tenaga kerja keluarga pada usahatani padi sawah ini merupakan suatu fenomena yang tidak mendukung asumsi Hernanto (1995), yang 49

mengatakan bahwa potensi tenaga kerja keluarga petani adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada satu keluarga petani. dengan kata lain jika penggunaan tenaga kerja keluarga tidak efektif maka hipotesis ini diterima dengan hasil penelitian bahwa pada usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga lebih besar dibandingkan tenaga kerja lainnya. 50