PREVALENSI DAN DAMPAK SOSIAL OVERACTIVE BLADDER

dokumen-dokumen yang mirip
Overactive Bladder. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

Curriculum Vitae. : Dr. BUDI IMAN SANTOSO, SpOG-K

: ENDAH SRI WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INKONTINENSIA URIN PADA WANITA

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

I. PENDAHULUAN. kualitas hidup. Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak (Price

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

Perubahan Kualitas Hidup Penderita Pembesaran Prostat Jinak Pasca-prostatektomi Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

ABSTRAK (STUDI PUSTAKA) Inkontinensia Urin

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

ANGKA KEJADIAN LUTS YANG DISEBABKAN OLEH BPH DI RSUP PROF. DR. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. Monako dengan rata-rata usia 90 tahun (Mubarak, 2012). atau World Health Organization (WHO) tahun 1999 meliputi: Usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

Curriculum Vitae Riwayat Akademis: Jabatan saat ini:

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

IDENTIFIKASI PASIEN TERMINAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik yang mengalamipeningkatan prevalensi setiap tahunnya.

- Cara persalinan sebelumnya*) : 1. Spontan pervaginam ( Normal )

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Curriculum Vitae Name: Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Education: FKUI tahun 1980 Pasca Sarjana Spesialis Obstetri Ginekologi FKUI tahun 1987 Konsultan Uroginekologi tahun 2003 Working Experience: 1989 sekarang Staf Pengajar Dept. Obsgyn FKUI/ RSCM 2004 sekarang Kepala Divisi Uroginekologi, Dept. Obsgyn, FKUI/ RSCM

Organization: Anggota IDI Anggota POGI President Elect PKMI Sekretaris Pengurus Besar PERKINA Anggota International Uro-Gynecological Association (IUGA) Anggota International Continence Society (ICS) Direktur P2KS

PREVALENSI DAN DAMPAK SOSIAL OVERACTIVE BLADDER Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia RS-Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN Overactive Bladder merupakan penyakit yang sering diabaikan oleh pasien dan dokter. Namun dikatakan bahwa Overactive Bladder merupakan suatu penyakit yang dapat mengganggu kehidupan banyak wanita maupun pria.

OVERACTIVE BLADDER Definisi Overactive Bladder (OAB) Prevalensi Diagnosis, frekuensi dan penalaksanaan Pengaruh OAB pada Kualitas Hidup

OVERACTIVE BLADDER Definisi overactive bladder (OAB)

TERMINOLOGI 2002 ICS : OVERACTIVE BLADDER Overactive bladder (OAB) adalah kumpulan gejala: Urgensi, dengan atau tanpa urge incontinence, biasanya disertai dengan frekuensi dan nokturia Gejala ini merupakan akibat dari otot detrusor yang terlalu aktif Pemeriksaan urodinamik memperlihatkan adanya kontraksi otot detrusor yang tidak terkendali Istilah OAB dipakai apabila tidak terbukti ada infeksi atau patologi yang lain. Abrams P et al. Neurourol Urodyn. 2002;21:167-178.

DEFINISI 2002 ICS Urgensi : keinginan yang sangat kuat untuk berkemih yang datang secara mendadak, dan sulit ditahan. Peningkatan frekuensi berkemih: lebih dari 8 kali sehari. Nokturia: Pasien terbangun pada malam hari untuk berkemih ( lebih dari 1 x ) Abrams P et al. Neurourol Urodyn. 2002;21:167-178

DIAGNOSIS SIMPTOMATIK OAB PADA POPULASI UMUM Frekuensi: 22% Urgensi: 15% Urge incontinence: 3% Stewart W et al. World J Urol. 2002. Available at: http://link.springer.de/link/service/journals/00345.

INKONTINENSIA Survey terbaru di US (n = 5204),16.5% populasi umum memenuhi kriteria OAB SUI Mixed SUI/UUI (2.7%) UUI: OAB basah (6.1%) OAB kering urgensi frekuensi nokturia (10.3%) SUI: stress urinary incontinence UUI: urge urinary incontinence Stewart W et al. World J Urol. 2002. Available at: http://link.springer.de/link/service/journals/00345.

OVERACTIVE BLADDER Data Prevalensi Beban karena OAB

PREVALENSI OAB HAMPIR SEBANYAK SINUSITIS 40 35 30 25 Juta 20 15 10 5 0 Sinusitis kronik 1 Overactive Bladder 2 Arthritis 1 Hay fever/ Rinitis alergi 1 Heart disease 1 Kolesterol tinggi 1 Asma 1 Bronkitis kronis 1 Diabetes 1 1. National Center for Health Statistics. Vital health stat 10;1994. 2. Stewart W et al. World J Urol. 2002. Available at: http://link.springer.de/link/service/journals/00345.

53% WANITA ASIA MENGALAMI GEJALA OAB 70 65 Survey Kuesioner dari 5,502 wanita di 11 negara Asia Persentase Wanita dengan Gejala OAB 60 50 40 30 20 10 55 Urgensi dan frekuensi merupakan LUTS tersering OAB yang banyak tidak diobati 21 21 0 Urgensi Frekuensi Incontinence Mencari Pengobatan LUTS : Lower Urinary Track Symptoms Lapitan MC, Chye PL. Int Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct. 2001;12:226-231.

KEPADA SIAPAKAH WANITA ASIA MENGKONSULTASIKAN OABNYA? Herbalist 1% 15% 2% 14% Dokter Umum PUSKESMAS Spesialis Perawat Lain-lain Tidak terspesifikasi 26% 34% 8% N = 5,502 Lapitan MC, Chye PL. Int Urogynecol J Pelvic Floor Dysfunct. 2001;12:226-231.

PREVALENSI GEJALA OAB DI KOREA Prevalensi (%) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Wawancara telephone pada 2.005 orang dewasa >40 tahun 17 18 16 22 6 11 34 44 Pria Wanita Frekuensi Urgensi Urge Incontinence Nokturia Sumber: The Korean Continence Society.

FREKUENSI DAN URGENSI GEJALA YANG PALING BANYAK DITEMUI 100 85% N = 16,776 Prevalensi* (%) 80 60 40 20 54% 36% 0 Frekuensi Urgensi Urge Incontinence *Keluhan pasien Milsom I et al. BJU Int. 2001;87:760-766.

DIAGNOSIS Diagnosis atas dasar simptom atau keluhan serta hasil pemeriksaan, yaitu : frekuensi, urgensi dan atau disertai urge serta urinalisis normal

Penatalaksanaan Obat obatan : 1. Antimuskarinik : Oxybutynin, Emepronium, propantheline, hyoscyamine Baru : tolterodine (uji klinik fase III menurunkan frekuensi berkemih sebesar 20% serta menurunkan episode inkontinensia sebesar 45%) 1. Kerja campuran : trospium, propeverine, imipramine 2. Kerja langsung : Flavoxate Bladder drill Operasi (bila konservatif gagal)

PENATALAKSANAAN OVERACTIVE BLADDER DENGAN DIAGNOSA BANDING STRES INKONTINENSIA BERDASARKAN GEJALA Gejala-gejala Overactive bladder Stress incontinence Urgensi Ya Tidak Frekuensi Ya Tidak Ngompol saat aktivitas fisik seperti batuk, bersin dll Jumlah urin yang keluar setiap episode inkontinensia Sampai ketoilet tepat waktu saat kebelet kencing Tidak Banyak Tidak Ya Sedikit Terbangun malam hari untuk kencing Biasanya Jarang Ya Tidak ada perbaikan gejala setelah terapi awal dalam 2-3 bulan Terdapat hematuria tanpa infeksi pada analisa urin Gejala-gejala timbul karena gangguan pengosongan kandung kemih (aliran terhenti, aliran lemah, akhir kencing menetes). Adanya kelainan neurologis atau penyakit metabolik yang tidak dapat dijelaskan Rujuk bila : Terapi bila : Ada frekuensi dengan urgensi, urge incontinence dan analisa urin normal Ada frekuensi dengan urgensi dan analisa urin normal

Dampak Psikososial Individu Gejala fisiologi : Gelisah / Marah marah Apatis / ketergantungan Merasa bersalah/ Merasa terhina Merasa malu/ Depresi Perasaan pada diri sendiri : Kehilangan kepercayaan diri/ menghargai diri sendiri Gangguan seksual Kurang perhatian pada higiene perorangan Interaksi sosial : Berkurangnya aktivitas sosial Menjauhkan diri dari lingkungan Terisolasi secara sosial Kemunduran psikologik dan fungsional.

Keluarga Merasa beban dalam memberikan perawatan dan menimbulkan stress emosional. Merusak hubungan antara manusia Menimbulkan kekuatiran dalam bidang ekonomi Potensial untuk disiksa dan disia siakan

OVERACTIVE BLADDER Dampak OAB pada kualitas hidup OAB bisa menyebabkan dampak negatif yang serius

Kesehatan Meningkat Kesehatan Normal 65 60 55 50 45 OAB adalah Kondisi Serius yang Mempengaruhi Kualitas Hidup 40 Kesehatan Menurun 35 30 Fungsi Fisik Kondisi Fisik Nyeri Tubuh Kesehatan Umum Vitalitas Fungsi Sosial Kondisi Emosional Kesehatan Mental Kobelt G et al. BJU Int. 1999;83:583-590.

OAB Lebih Berdampak Terhadap Kualitas Hidup Daripada Diabetes Berdampak Lebih Besar pada QoL Skor SF-36 Fungsi fisik Kondisi Fisik Nyeri Tubuh Kesehatan Umum Vitalitas Fungsi Sosial Kondisi Emosional Kesehatan Mental Orang Normal Diabetes Depresi Overactive Bladder Komaroff AL et al. Am J Med. 1996;101:281-290. Kobelt-Nguyen G et al. 27th Annual Meeting of ICS, 1997.

OAB Dengan Inkontinensia Menurunkan Kualitas Hidup 100 90 Overactive bladder dengan inkontinensia Kontrol 80 Skor 70 60 50 Fungsi Fisik Kondisi Fisik Nyeri Tubuh Persepsi Kesehatan Fungsi Sosial Kesehatan Mental Liberman JN et al. Urology (2001) 57:1044-1050.

Kesimpulan 1 Menurut definisi ICS yang paling baru untuk OAB: Gejala klinik merupakan dasar dalam pembuatan diagnosis dan pengobatan awal untuk dokter umum. Overactive bladder merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia Prevalensi OAB meningkat dengan bertambahnya usia Gejala yang paling sering adalah gejala keluhan saluran kemih bagian bawah

Kesimpulan 2 OAB mempengaruhi semua aspek kualitas hidup. Pada umumnya sudah cukup untuk memulai pengobatan OAB setelah dibuat diagnosa OAB yang berdasarkan kepada gejala klinik dan pemeriksaan fisik Pemeriksaan Urodinamik biasanya tidak perlu untuk penderita-penderita OAB

Kesimpulan 3 Pengobatan OAB meliputi pengobatan perilaku, obat-obatan dan operasi Obat-obat anti Muskarinik merupakan obat utama pada pengobatan OAB Pada penelitian klinik di Asia, tolterodine IR lebih efektif, lebih dapat ditoleransi oleh pasien dibandingkan dengan oxybutynin IR pada penderita OAB

Maaf saya harus segera ke toilet