BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan merupakan aspek terintegrasi dari kualitas hidup yang baik. Banyak faktor yang terlibat pada fungsi seksual termasuk fisiologis, anatomis, budaya, psikologis, sosial dan beberapa faktor lainnya. Gangguan pada dasar panggul menyebabkan perubahan fungsi dan anatomis pada daerah vagina sehingga berpengaruh negatif terhadap fungsi seksual. Gangguan dasar panggul termasuk diantaranya benjolan pada vagina, inkontinensia urin atau fekal, prolaps organ panggul, nyeri panggul, perasaan berat atau tertekan pada panggul, kesulitan dalam pengosongan kandung kemih dan abnormalitas pengosongan traktus gastrointestinal. Keluhan ini dapat menonaktifkan hubungan seksual. Gangguan dasar panggul selain berpengaruh terhadap wanita itu sendiri, juga berpengaruh terhadap pasangan mereka. Karena prolaps organ panggul berefek pada penampilan fisik organ genital wanita terutama jika kondisinya memberat. Hal ini tampaknya dengan adanya prolaps organ panggul akan membuat wanita tersebut sadar diri (Ucar et al., 2016). Prolaps organ panggul umumnya terjadi pada wanita usia tua. Gambaran pada populasi cenderung menunjukkan bahwa hampir 25% dari semua wanita dan lebih dari 33% wanita usia tua melaporkan setidaknya satu gejala yang cocok dengan gangguan pada dasar panggul. Tujuan utama dari pembedahan pada prolaps organ panggul tidak hanya keberhasilan untuk memperbaiki anatomi akibat benjolan melainkan juga pengaruh pembedahan terhadap kualitas hidup. Peningkatan fungsi seksual, traktus urinarius dan traktus gastrointestinal merupakan pengukuran hasil yang penting ketika mengevaluasi terapi (Ucar et al., 2016). Beberapa studi epidemiologis menyatakan terjadi penurunan aktivitas seksual pada pria dan wanita seiring dengan bertambahnya usia. Wanita usia tahun yang masih berhubungan seksual aktif sekitar 86%, usia 56-60

2 2 tahun yang berhubungan seksual aktif sekitar 58% dan usia tahun yang berhubungan seksual aktif sekitar 39 % (Ghielmetti et al., 2006). Tindakan operasi ginekologi seperti vaginal total, prosedur inkontinensia, yang ditujukan untuk mengatasi keluhan utama pasien tetapi juga dapat mempengaruhi organ fungsi seksual. Terutama pada pasien-pasien uroginekologi dilaporkan frekuensi hubungan seksual berkurang dibandingkan sebelumnya. Alasannya karena dispareunia, keluar urin saat berhubungan seksual, penurunan libido, depresi atau malu (Ghielmetti et al., 2006). Melalui operasi ginekologi, pada satu sisi kita memperbaiki fungsi anatomi panggul wanita, tetapi pada sisi lain kita berpotensi untuk mencederai saraf dan struktur anatomi lainnya dan memacu timbulnya jaringan parut pada vagina sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi seksual. Kita sering tidak mengetahui apakah disfungsi seksual telah ada sebelumnya atau disebabkan karena intervensi tersebut (Ghielmetti et al., 2006). Indikasi terbanyak dilakukannya pada wanita postmenopause dan jumlahnya berkisar % dari seluruh tindakan pada semua kelompok umur yaitu prolaps organ panggul. Keadaan ini jarang menyebabkan morbiditas atau mortalitas yang berat tetapi cukup banyak menimbulkan keluhan pada traktus genital bagian bawah, traktus urinarius, dan traktus gastrointestinal yang dapat mempengaruhi aktivitas keseharian dan kualitas hidup wanita (Jelovsek et al., 2007). Meskipun mekanisme terjadinya prolaps organ panggul pada wanita dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan perbaikan dengan operasi belum sepenuhnya dimengerti, terdapat beberapa bukti yang mendukung bahwa abnormalitas struktur jaringan ikat merupakan faktor predisposisi (Ewies et al., 2003). Beberapa hasil penelitian menilai fungsi seksual setelah perbaikan dengan pembedahan masih kontroversi. Sebagian peneliti menyatakan adanya peningkatan fungsi seksual sedangkan yang lainnya menyatakan penurunan fungsi seksual (Pauls et al., 2007).

3 3 Penelitian yang dilakukan menitikberatkan pada perbandingan kejadian disfungsi seksual pra dan pascaoperasi vaginal total dan. Untuk membantu penilaian kualitas fungsi seksual pasien, instrumen yang dapat digunakan diantaranya adalah Female Sexual Function Index (FSFI). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan kejadian disfungsi seksual pra dan pascaoperasi vaginal total-? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian disfungsi seksual pra dan pascaoperasi vaginal total F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam ilmu kesehatan tentang kejadian disfungsi seksual pra dan pascaoperasi vaginal total- di RSUP dr Sardjito dan RSUD Tjitrowardoyo Purworejo. G. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terhadap fungsi seksual pasien terkait tindakan vaginal total pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian tentang kualitas fungsi seksual pasien yang pernah dilakukan yaitu:

4 4 TABEL 1. Tabel Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil 1 Lermann et al (2013) Comparison of prevalence of hypoactive sexual desire disorder (HSDD) in women after five different hysterectomy procedures 2 Celik (2008) The effect of hysterectomy and bilateral salpingooophorectomy on sexual function in post menopausal women Membandingkan prevalensi hypoactive sexual desire disorder (HSDD) setelah lima prosedur yang berbeda Menganalisis pengaruh dan bisalpingoooforektomi terhadap female sexual function index pada wanita pasca menopause Tidak ada perbedaan bermakna diantara kelima kelompok Histerektomi menyebabkan efek yang kurang baik pada fungsi seksual dalam 6 bulan dan efek negatif ini tidak dapat diperbaiki dengan terapi estrogen pada per abdominal dan bisalpingoooforektomi

5 5 Lanjutan TABEL 1 No Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil 3 Pauls (2007) Sexual function after vaginal surgery for pelvic organ prolapse and urinary incontinence Menilai fungsi seksual setelah operasi vaginal dan untuk menentukan pengaruh fungsi seksual pasca operasi pada wanita yang juga mengalami prosedur anti inkontinensi dibandingkan Fungsi seksual tidak berubah setelah operasi rekonstruksi vaginal meskipun terjadi perbaikan fungsi dan anatomi, kerugiannya diakibatkan karena dispareunia dengan yang tidak mengalami prosedur tersebut 4 Proposal penelitian Perbandingan Kejadian disfungsi seksual pra dan vaginal total dan Mengetahui perbedaan kejadian disfungsi seksual pra dan vaginal total dan serta faktor lain yang dapat mempengaruhinya Hasil penelitian yang diharapkan yaitu terdapat perbedaan kejadian disfungsi seksual pascaoperasi vaginal total -