BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Prevalensi asma semakin meningkat baik di negara maju maupun negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme alergi tersebut akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. immunoglobulin E sebagai respon terhadap alergen. Manifestasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi masyarakat yang menderita alergi. Suatu survei yang dilakukan oleh World

BAB VI PEMBAHASAN. Pada penelitian ini didapatkan insiden terjadinya dermatitis atopik dalam 4 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dermatitis yang paling umum pada bayi dan anak. 2 Nama lain untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Diah Arumsari Sanrisa Putri, Pembimbing I : Frecillia Regina, dr., Sp.A., IBCLC Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alergi merupakan respon imun yang abnormal dari tubuh. Reaksi alergi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB l PENDAHULUAN. disebut juga eksema atopik, prurigo besnier, neurodermatitis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia atau iritan, iatrogenik, paparan di tempat kerja atau okupasional

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 7. Peubah rancangan tempat tidur (TMP_TDR) Tempat tidur (1) (2) Kasur 1 0 Lainnya 0 1 Busa 0 0. Deskripsi Rerponden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pneumonia merupakan penyebab kematian tersering. pada anak di bawah usia lima tahun di dunia terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronik, kambuhan, dan sangat gatal yang umumnya berkembang saat

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Permasalahan. Alergen adalah zat yang biasanya tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Preeklamsia dan eklamsia merupakan masalah kesehatan yang. memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia adalah penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Rhinitis alergi merupakan peradangan mukosa hidung yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

BAB 1 PENDAHULUAN. selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan. peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Atopi, atopic march dan imunoglobulin E pada penyakit alergi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik atau eksema atopik merupakan penyakit inflamasi kulit

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asma merupakan penyakit kronis yang sering dijumpai pada anak. Prevalensi asma semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang sejak dua dekade terakhir. Prevalensi asma anak di Amerika Serikat berkisar 8,9% (NCHS, 2005). Salah satu penelitian multisenter oleh International Study of Asthma and Allergy in Children (ISAAC) melaporkan prevalensi asma pada anak usia 13-14 tahun 1,6%-36,8%, dengan prevalensi tinggi di Inggris, Selandia Baru, dan Australia serta prevalensi rendah di Indonesia, Eropa timur, Yunani, Cina, India, dan Etiopia (GINA, 2004). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan Indonesia (2007) melaporkan bahwa prevalensi nasional asma anak di Indonesia mencapai 2,2%. Data profil kesehatan propinsi DIY menunjukkan prevalensi asma anak sebesar 0,4 2,1%, dengan prevalensi tertinggi pada kelompok anak usia 5-14 tahun sebesar 1,4% (Riskesdas, 2007). Data kunjungan pasien asma anak RSUP Dr.Sardjito selama tahun 2011 adalah 162 (120 pasien) pada bagian rawat jalan, 627 kunjungan (187 pasien) pada instalasi rawat darurat, dan 57 kunjungan (52 pasien) pada rawat inap. Mortalitas akibat penyakit asma juga dilaporkan meningkat. NCHS (2003) melaporkan angka kematian akibat asma di Amerika Serikat sebesar 0,3 kematian per 100.000 anak per tahun. Ketidakoptimalan pengobatan jangka panjang asma 1

serta tertundanya pertolongan medis saat serangan asma dapat mempertinggi angka kematian akibat penyakit asma (GINA, 2004). Asma turut mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak dan remaja yang menderita asma dilaporkan mempunyai rata-rata kecepatan pertambahan tinggi badan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan populasi normal serta berisiko mengalami keterlambatan munculnya tanda seks sekunder. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perlambatan kecepatan pertumbuhan ini adalah onset awal saat muncul gejala asma, derajat keparahan asma, terapi glukokortikoid jangka lama, infeksi kronis, dan malnutrisi (Allen, 2008). Serangan asma, kejadian asma, berat ringannya penyakit, serta kematian akibat asma dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat atopi, paparan asap rokok, lingkungan, outdoor air pollution, infeksi saluran napas berulang, dan faktor perinatal. Beberapa penelitian mengenai faktor risiko asma melaporkan bahwa paparan alergen, paparan asap rokok dan riwayat atopi pada keluarga akan meningkatkan risiko asma secara bermakna (Kuiper, 2007; Celedon, 2007; Kihlstrom, 2002; Manfaati, 2000). Pencegahan asma dengan cara penghindaran faktor risiko diperlukan untuk menurunkan prevalensinya yang semakin meningkat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari kemungkinan pencegahan kejadian asma. Salah satu faktor protektif asma yang banyak diteliti adalah pemberian air susu ibu (ASI). Beberapa penelitian melaporkan pemberian ASI bersifat protektif terhadap kejadian asma pada anak dengan risiko atopi, meskipun hasilnya tidak konsisten 2

pada penelitian lainnya. selama 4-6 bulan pada beberapa penelitian kohort dilaporkan bersifat protektif secara bermakna terhadap asma pada usia 2, 4, dan 6 tahun pertama kehidupan (Kull, 2002; Kull, 2004; Oddy, 2004; Rothenbacher, 2005). selama 3 bulan berisiko meningkatkan kejadian asma secara bermakna dibandingkan anak yang mendapat ASI esklusif selama 3 bulan (Mei Mai, 2007). Karmaus (2008) melaporkan pemberian ASI selama 3 bulan disertai paparan asap rokok saat ibu hamil, dan riwayat infeksi saluran napas bawah berulang dalam 1 tahun pertama berisiko meningkatkan kejadian asma saat usia 4 dan 10 tahun secara bermakna. Sebuah survei yang dilakukan Herrick (2007) turut melaporkan sifat protektif ASI secara bermakna terhadap kejadian asma anak pada pemberian ASI minimal selama 1 tahun dibandingkan anak yang tidak pernah mendapat ASI. Beberapa penelitian lain mengenai efek ASI terhadap kejadian asma tidak menemukan adanya sifat protektif terhadap asma. Beberapa penelitian kohort belum dapat menyimpulkan sifat protektif pemberian ASI eksklusif selama lebih dari 1 bulan terhadap kejadian asma anak (Sears, 2002; Burgess, 2006; Fredikson, 2007; Matheson, 2007). Pemberian ASI dengan durasi yang lebih lama yaitu selama 6-12 bulan juga dilaporkan belum dapat disimpulkan bersifat protektif terhadap kejadian hay fever, asma, dan eczema pada anak dengan risiko atopi (Obihara, 2005). ASI selain mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan si bayi, juga mengandung faktor kekebalan yang dapat mencegah penyakit infeksi dan alergi. Komponen protektif dalam ASI antara lain imunoglobulin A sekretori 3

(siga), bifidus factor, faktor pertumbuhan untuk maturasi mukosa, zat anti bakteri seperti laktoferin, lisozim, dan laktoperoksidase, serta komponen imunitas seluler (Kalliomaki, 2001; Newburg, 2005;Guo,, 2008). Pemberian ASI diharapkan dapat memberikan efek protektif terhadap kejadian asma sehingga angka kejadian asma dapat diturunkan dan gangguan yang ditimbulkannya seperti gangguan tumbuh kembang dapat ditekan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat disimpulkan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Prevalensi asma semakin meningkat di negara maju dan berkembang, termasuk di Indonesia. 2. Asma mempunyai dampak terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak. 3. Beberapa faktor risiko dilaporkan berpengaruh terhadap serangan asma, kejadian asma, dan berat ringannya penyakit asma. 4. ASI mengandung faktor kekebalan yang dapat mencegah penyakit infeksi dan alergi. 5. Pemberian ASI dilaporkan bersifat protektif terhadap penyakit asma meskipun masih terdapat kontroversi. 6. Perlunya mengetahui hubungan lama pemberian ASI dengan kejadian asma pada anak. C. Pertanyaan Penelitian Apakah lama pemberian ASI berhubungan dengan kejadian asma pada anak? 4

D. Tujuan Penelitian Mengkaji hubungan antara lama pemberian ASI dengan kejadian asma pada anak. E. Manfaat Penelitian 1. Dalam bidang akademik dan ilmiah: sebagai bahan asupan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya mengenai upaya pencegahan dan identifikasi faktor risiko asma. 2. Dalam bidang pelayanan masyarakat: sebagai salah satu bahan informasi dalam program promosi upaya peningkatan pemberian ASI serta sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, dan unit pelayanan kesehatan swasta dalam menyusun strategi pelayanan kesehatan yang di dalamnya terdapat komponen pemberian ASI dan pencegahan penyakit asma pada anak. E. Keaslian Penelitian Penelusuran komprehensif dilakukan menggunakan Ebsco, Pubmed, American Academy of Pediatric, dan Cochrane dengan kata kunci: breastfeeding, breastmilk, human milk, dan asthma. Peneliti mendapatkan beberapa penelitian tentang hubungan antara pola pemberian ASI dan asma. Penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 1. Penelitian tentang efek ASI terhadap kejadian asma No Peneliti Judul Desain Partisipan Hasil 1. Sears Long-term relation n=1.037 anak Pemberian ASI selama 1 (2002) between di Dunedin, bulan tidak bersifat breastfeeding and Selandia Baru protektif terhadap kejadian development of asma pada anak dengan atopy and asthma in usia 3-26 risiko atopi saat usia 9 children and young tahun tahun dibanding tanpa adults pemberian 5

2. Kull (2002) 3. Kull (2004) 4. Oddy (2004) 5. Obihara (2005) 6. Rothenbacher (2005) 7. Burgess (2006) Allergic disease in infants Breast-feeding reduces the risk of asthma during the first 4 years of life The Relation of Body Mass Index to Asthma and Atopy in Children The Association of Prolonged Allergic Disease in Poor Urban Children Breastfeeding, soluble CD14 concentration in breast milk and risk of atopic dermatitis and asthma in early childhood: birth cohort study Breastfeeding Does Not Increase the Risk of Asthma at 14 Years Potong lintang n=4089 bayi di Stockholm, Swedia usia 2 tahun n=4089 bayi di Stockholm, Swedia usia 4 tahun n=2195 bayi di Perth, Australia dikuti sejak usia 6 tahun n= 861 anak di Capetown, Afrika Selatan n=803 bayi di Jerman diikuti sejak lahir hingga usia 2 tahun n=4964 bayi di Brisbane, Australia usia 14 tahun ASI{RR2,09(95% CI::1,19-3,68)} selama 4 bulan bersifat protektif terhadap asma hingga usia 2 tahun dibanding pemberian ASI < 4 bulan{rr 0,66 (95% CI: 0,51-0,87)} selama 4 bulan bersifat protektif terhadap asma hingga usia 4 tahun secara signifikan dibanding pemberian ASI <4 bulan{rr 0,72 (95% CI: 0,53-0,97)} selama 4 bulan bersifat protektif terhadap kejadian asma hingga usia 6 tahun dibanding pemberian ASI eksklusif <4 bulan {RR 0,48 (95% CI: 0,26-0,91)} Pemberian ASI selama 6 bulan belum dapat disimpulkan bersifat protektif terhadap penyakit asma {OR 0,67 (95% CI:0,31-1,49) selama 3-6 bulan bersifat protektif terhadap kejadian asma hingga usia 2 tahun pada anak dengan risiko atopi dibanding pemberian ASI eksklusif <3 bulan{rr 0,55(95% CI: 0,31-0,99) Pemberian ASI < 3 bulan belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko kejadian asma saat usia 14 tahun dibanding pemberian ASI 4 bulan{rr 1,03 (95% CI: 0,9-1,2)} 6

8. Fredikson (2007) 9. Matheson (2007) 10. Mei Mai (2007) 11. Herrick (2007) 12. Karmaus (2008) 13. Manfaati (2000) Childhood Asthma Breastfeeding Atopic Disease and The relationship of breast-feeding, overweight, and asthma in preadolescents The Association of Childhood Asthma: Result from the 2005 North Carolina Child Health Assessment and Monitoring Program Long-Term Effects of Breastfeeding, Maternal Smoking During Pregnancy, and Recurrent Lower Respiratory Tract Infections on Asthma in Children Hubungan Berbagai Kelainan Atopi dengan Penyakit Asma pada Siswa Sekolah Lanjutan Potong lintang Nested casecontrol Kasuskontrol n= 1984 bayi di Espoo, Helsinki usia 6 tahun n= 8583 bayi di Tasmania, Australia usia 44 tahun n=246 anak yang terdiagnosis asma di Manitoba, Kanada n=2044 anak berusia 2-12 tahun n= 1036 bayi diikuti dari usia 10 tahun n=454 siswa, 191 siswa sebagai kelompok kasus Pemberian ASI 4 bulan belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko kejadian asma saat usia 6 tahun dibanding pemberian ASI selama 4-6 bulan{rr 1,10(95% CI:0,92-1,32) selama 3 bulan belum dapat disimpulkan bersifat protektif terhadap kejadian asma saat usia 7 tahun dibanding non ASI eksklusif {RR 0,8 (95% CI: 0,6-1,0)} selama 3 bulan dan obesitas berisiko meningkatkan kejadian asma dibanding ASI eksklusif 3 bulan {OR 1,81 (95% CI: 1,11-2,95)} Pemberian ASI selama 1 tahun bersifat protektif terhadap penyakit asma dibanding tanpa pemberian ASI {OR 2,39 (95% CI:1,22-4,68)} Pemberian ASI 3 bulan disertai paparan asap rokok saat ibu hamil,dan riwayat infeksi saluran napas berulang dalam 1 tahun pertama berisiko meningkatkan kejadian asma saat usia 4 dan 10 tahun {RR 3,1(95% CI: 1,84-5,23)} Pemberian ASI belum dapat disimpulkan bersifat protektif terhadap kejadian asma siswa SMP dibanding tanpa pemberian ASI{OR 7

Tingkat Pertama di Kotamadya Yogyakarta 0,72(95% CI: 0,248-2,084)} Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan manfaat pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian asma, namun demikian masih dijumpai penelitian atau pendapat yang bersifat kontroversial. Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai hubungan antara lama pemberian ASI dan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian asma di Indonesia. 8