MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan organisasi dan masyarakat disebut sebagai integrasi dalam. manajemen sumber daya manusia.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. informasi (IT), PT. Industri Telekomunikasi Indonesia yang disingkat (INTI) Persero, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, hal tersebut juga akan. Kondisi tersebut mendatangkan peluang-peluang bisnis yang dapat

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

KETERLIBATAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PADA POLITEKNIK LP3I JAKRTA KAMPUS BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan dalam suatu organisasi merupakan aset terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari ( Ryff, 1995). Ryff (1989) mengatakan kebahagiaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi banyak organisasi, karyawan yang berbakat merupakan landasan

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. Para manajer memiliki peran strategis dalam suatu organisasi. Peran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Perdagangan dunia menuntut perusahaan-perusahaan yang sudah ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan baik perusahaan industri dan jasa, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

MANAJEMEN OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil penelitian perilaku Nilai Budaya Telkomsel pada karyawan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, serikat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia hanya akan terselenggara dengan efisien

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BABl PENDAHULUAN. Sektor perbankan memiliki peranan yang sangat penting, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini sudah mengarah pada human capital, dimana sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan kepada karyawan, jika mereka melakukan pekerjaan sesuai dengan target-target

BAB I PENDAHULUAN. bahkan manusia tidak akan bertahan hidup. Demikian juga dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap perusahaan yang merupakan sebuah organisasi bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali berdiri di Indonesia. PT

MOTIVASI KERJA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI FAKULTAS DAKWAH IAIN AR-RANIRY

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi yang semakin maju ini, terdapat persaingan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kerja yang dimilikinya (Djastuti, 2011). Handayani (2008) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM yang ada (Ambarwati, 2002), karena itu Sumber daya Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. listrikan Indonesia. PLN merupakan satu-satunya perusahaan milik negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia industri dan organisasi (Lingtangsari, Yusuf & Priyatama, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya tingkat persaingan menyebabkan perusahaan. dalam menghadapi persaingan. Strategi yang tepat

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. jasa tersebut berkualitas atau tidak, dengan harapan perusahaan asuransi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri untuk lebih memperhatikan kepuasan kerja dan pemberian gaji

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

EMPLOYEE ENGAGEMENT Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia 1

MENINGKATKAN EMPLOYEE ENGAGEMENT Beberapa pakar organisasi menjelaskan bahwa level keterikatan karyawan (employee engagement) berbanding lurus dengan kinerja perusahaan. Dengan demikian, perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan engagement karyawan mereka. Tak luput juga PT Perkebunan Nusantara XII. Guna mengetahui indeks keterikatan karyawan maka PT Perkebunan Nusantara XII melakukan survei employee engagement. Kegiatan ini telah dilakukan sejak tahun 2013 kepada karyawan pimpinan yaitu Manajer Wilayah, Manajer Kebun, Kepala Bagian, Wakil Manajer, Asisten Tanaman, Asisten Teknik dan Pengolahan, Asisten AKU dan Staf di kantor Direksi/Wilayah termasuk didalamnya Pejabat Sementara (Pjs). Selain itu, survei ini dilakukan seiring adanya program Kementerian BUMN tentang Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU). Dimana salah satu kriteria yang diukur dalam penilaian KPKU tersebut adalah keterikatan (engagement) tenaga kerja. Barangkali banyak diantara kita belum mengetahui apa Engagement, tujuannya untuk apa, bagaimana mengetahui engagement karyawan, manfaatnya apa dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan terkait engagement ini. Apa itu Engagement? Keterikatan (engagement) tenaga kerja mengatur bagaimana perusahaan mengembangkan dan menila keterikatan tenaga kerja, dengan tujuan memungkinkan bisa mendorong seluruh tenaga kerja berkontribusi secara efektif dan memberikan kemampuan terbaik mereka. Disamping itu juga membantu mengembangkan kinerja tinggi, mencakup kompetensi inti, dan membantu mencapai rencana kerja dan menjamin keberlanjutan perusahaan. Definisi yang cukup terkenal untuk employee engagement salah satunya adalah dari yang disebutkan dalam The Academic Literature oleh Schmidt et al. (1993). adalah keterlibatan atau kerikatan karyawan dengan organisasi atau perusahaan yang membuat mereka memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan sehingga dapat merasakan kepuasan bekerja di perusahaan tersebut. Menurut T. Hani Handoko keterikatan karyawan menjelaskan seberapa besar seseorang merasa bergairah (passion) dan merasa senang (excitement) dalam bekerja. Karyawan yang merasa terikat adalah yang merasa benar-benar terlibat dan memiliki antusias akan pekerjaan dan organisasinya. Keterikatan adalah kemauan dan kemampuan untuk 2

berkontribusi terhadap keberhasilan perusahaan yakni pada kondisi karyawan mau berupaya keras menuntaskan pekerjaannya, kalau perlu dengan lembur, menggunakan segenap pikiran dan energinya. Employee engagement juga sering disebut work engagement atau worker engagement, yaitu sebuah konsep manajemen bisnis yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki engagement tinggi adalah karyawan yang memiliki keterlibatan penuh dan memiliki semangat bekerja tinggi dalam pekerjaannya maupun dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan jangka panjang. Apa benefitnya bagi Perusahaan? Dengan mengetahui tingkat engagement karyawan dan memeliharanya untuk tetap tinggi maka secara umum perusahaan atau organisasi akan diuntungkan dengan berbagai hal seperti : Dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan karena mereka merasa senang berkarya di perusahaan tersebut. Membantu mempertahankan karyawan terbaik, karena mereka tidak mudah tergiur dengan tawaran perusahaan lain. Membantu pencapaian target perusahaan, karena beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya employee engagement dengan pencapaian target perusahaan membuktikan kebenaran hipotesanya bahwa korelasinya adalah sangat positif. Seorang praktisi manajemen menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat keterikatan maka akan semakin tinggi kinerja organisasi tersebut. Hal tersebut menjelaskan bahwa banyak keuntungan yang dihubungkan dengan level keterikatan yang tinggi, yaitu: 1. Meningkatkan produktivitas 2. Meningkatkan keuntungan perusahaan 3. Kualitas kerja yang tinggi 4. Meningkatkan efisiensi kerja 5. Turnover yang rendah 6. Mengurangi ketidakhadiran 7. Meminimalkan kecurangan dan kesalahan karyawan 8. Meningkatnya kepuasan pelanggan 9. Meningkatnya kepuasan karyawan 10. Mengurangi waktu yang hilang akibat kecelakaan kerja 11. Meminimalkan keluhan EEO atau Employee Employment Opportunity 3

Bagaimana mengetahui engagement karyawan? Bagaimana perusahaan atau organisasi mengetahui seberapa besar atau kuatnya keterikatan karyawan terhadap perusahaan atau organisasi, diperlukan pengukuran. Metoda pengukuran yang paling banyak digunakan adalah GALLUP Q12 EMPLOYEE ENGAGEMENT. Metode memformulasikan pengukuran dan sistem umpan balik kepada perusahaan yang akan mengidentifikasikan elemen-elemen komitmen karyawan yang berkaitan langsung bottom line, yaitu: 1. Employee Retantion Rate 2. Customer 3. Loyalty 4. Profitability 5. Productivity 6. Safety Tiga tipe komitmen karyawan menurut Gallup adalah: 1. Engaged Karyawan yang engaged adalah seorang pembangun (builder). Mereka selalu menunjukkan kinerja dengan level yang tinggi. Karyawan ini akan bersedia menggunakan bakat dan kekuatan mereka dalam bekerja setiap hari serta selalu bekerja dengan gairah dan selalu mengembangkan inovasi agar perusahaan berkembang 2. Not Engaged Karyawan dalam tipe ini cenderung fokus terhadap tugas dibandingkan untuk mencapai tujuan dari pekerjaan itu. Mereka selalu menunggu perintah dan cenderung merasa kontribusi mereka diabaikan. 3. Actively Disengaged Karyawan tipe ini adalah penunggu gua cave dweller. Mereka secara konsisten menunjukkan perlawanan pada semua aspek. Mereka hanya melihat sisi negatif pada berbagai kesempatan dan setia harinya, tipe actively disengaged ini melemahkan apa yang dilakukan oleh pekerja yang engaged. Pengukuran Employee Engagement Index di PT Perkebunan Nusantara XII Kuesioner pengukuran Employee Engagement Index terdiri dari 12 item pernyataan, sedangkan Kepuasan Kerja Karyawan hanya 1 item. Masing-masing pernyataan terdapat 5 opsi jawaban yaitu (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Netral, (4) Setuju dan (5) Sangat Setuju. Opsi Netral diberikan untuk mengakomodir peserta pengukuran yang masih relatif baru yaitu 1 bulan di unit kerjanya saat ini. 4

Kriteria Penilaian Employee Engagement Index Kategori Skor Keterangan Engaged Total Skor 48-60 Karyawan dalam kategori ini memiliki loyalitas dan secara psikologis merasakan keterikatan kepada perusahaan. Karyawan tersebut lebih produktif dan cenderung tetap bergabung dengan perusahaan. Not Engaged Total Skor 36-47 Karyawan dalam kategori ini mungin saja produktif, namun tidak merasa terikat secara psikologis dengan perusahaan. Karyawan tersebut cenderung kurang optimal dalam bekerja dan berpotensi untuk keluar dari perusahaan. Actively Disengaged Total Skor 12-35 Karyawan dalam kategori ini secara fisik hadir di tempat kerja, namun tidak secara psikologis. Karyawan tersebut merasa tidak bahagia dengan situasi kerjanya dan menularkan ketidakbahagiaan yang dirasakan kepada rekan kerja yang lain. Bagaimana Keterikatan Karyawan PTPN XII terhadap Perusahaan? Hasil pengukuran EEI tahun 2014, kategori engaged sebesar 77%, kategori not engaged sebesar 22% dan actively disengaged sebesar 1%. Sebanyak 77% karyawan memiliki loyalitas dan secara psikologis merasakan keterikatan kepada Perusahaan. Karyawan tersebut lebih produktif dan cenderung tetap bergabung dengan Perusahaan. Karyawan yang tergolong not engaged sebanyak 22% yang berarti karyawan tersebut mungkin saja produktif namun tidak merasa terikat secara psikologis. Karyawan-karyawan tersebut cenderung kurang optimal dalam bekerja dan berpotensi untuk mengundurkan diri (keluar) 5

dari Perusahaan. Sedangkan karyawan yang tergolong actively disengaged sebesar 1% yang mana, karyawan-karyawan tersebut secara fisik hadir di tempat kerja namun tidak secara psikologis. Karyawan-karyawan tersebut juga merasa tidak bahagia dengan situasi kerjanya dan menularkan ketidakbahagiaan yang dirasakan kepada rekan kerja yang lain. Dengan demikian, persentase terjadi kenaikan sebesar 9% untuk kategori engaged, terjadi penurunan 8% untuk kategori not engaged dan terjadi penurunan 1% untuk kategori actively disengaged. Meningkatkan Employee Engagement Berbagai pakar engagement menilai bahwa tingkat keterikatan karyawan terdiri dari 2 hal : 1. Engagementterhadap profesi/bidang tugasnya Kecintaan karyawan terhadap profesinya akan menyebabkan level engagement karyawanmenjadi lebih baik. Ditambah dengan engagement terhadap perusahaan yang juga bagus, maka level engagement karyawan secara keseluruhan menjadi lebih tinggi. Secara kasat mata, level turnover dari perusahaan khususnya dari karyawan kunci (key person) akan sangat rendah atau bahkan nol. Dengan demikian, penempatan karyawan harus sesuai dengan potensi, minat dan bakat agar menghasilkan keterikatan yang tinggi terhadap profesinya. 2. Engagement terhadap perusahaan tempat bekerja. Engagement terhadap perusahaan tak lepas juga dari bagaimana perusahaan memahami harapan dan aspirasi para karyawan. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan, dimana sentimen pasar dan informasi tentang praktik terbaik dalam manajemen SDM di perusahaan-perusahaan lain akan mempengaruhi harapan dan aspirasi karyawan tersebut. Meningkatkan employee engagement bukanlah suatu proses yang mudah namun harus dilakukan. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan employee engagement antara lain : 1. Kepemimpinan Sebagai pemimpin dalam suatu perusahaan seharusnya melakukan introspeksi diri. Hal ini lebih dikarenakan ada pula riset yang dilakukan dalam usaha meneliti employee engagement dengan menemukan bahwa keterikatan karyawan merupakan sebuah refleksi dari perasaan karyawan terhadap atasannya. Jika karyawan tersebut memiliki rasa respectyang tinggi terhadap atasannya maka hal tersebut tentunya akan mempengaruhi engagement dari karyawan tersebut. Semakin ideal kepemimpinan 6

seorang pimpinan perusahaan maka keterikatan karyawan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya. 2. Dukungan perusahaan Dukungan perusahaan terhadap karyawan dapat berbagai bentuk antara lain pelatihan iklim kerja yang kondusif, apresiasi dari atasan, kesempatan untuk berkembang, dan juga komunikasi internal yang efektif dalam tim kerja. Semakin besar dukungan perusahaan terhadap karyawan maka akan semakin tinggi keterikatan karyawan terhadap tempat kerjanya. Berdasarkan hasil analisis per dimensi Employee Engagement tahun 2013-2014 dapat dilihat bahwa dimensi Grow dan Belong memiliki nilai rata-rata tertinggi dibanding dimensi lainnya. Pada dimensi Grow berarti karyawan memandang positif terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan Perusahaan telah memberikan kesempatan kepada karyawan untuk belajar dan berkembang. Pada dimensi Belong berarti karyawan merasa bahwa mereka menilai pendapatnya didengarkan di tempat kerja, selaras dengan misi perusahaan, merasa mempunyai spirit yang sama dalam bekerja sehingga mereka akan memutuskan apakah mereka harus merasa memiliki tempat kerjanya tersebut. Sedangkan pada dimensi Give memiliki nilai rata-rata yang rendah. Hal ini berarti karyawan merasa bahwa kontribusi atas kinerjanya kurang mendapatkan penghargaan yang sesuai dari Perusahaan. 7

Dengan demikian ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh PT Perkebunan Nusantara XII berkaitan dengan skor dimensi yang masih rendah antara lain : 1. Meningkatkan nilai rata-rata pada dimensi Give Sesuai hasil pengukuran diperoleh bahwa karyawan merasa kontribusi atas kinerjanya kurang mendapatkan penghargaan yang sesuai dari Perusahaan. Guna mengatasi kondisi ini maka perlu dilakukan beberapa hal yaitu : a. Meningkatkan peran Atasan dalam menumbuhkan semangat memberi melalui penghargaan atau pun perhatian atas upaya-upaya yang sudah dilakukan karyawan. Pentingnya coaching dan mentoring yang dilakukan oleh atasan kepada karyawan. Coaching dilakukan atasan untuk memberikan arahan kepada karyawan atas tujuan kinerja yang harus diraih sekaligus memberikan motivasi apabila kinerja yang diraih masih jauh dari harapan. b. Mengembangkan recognition dan reward programs Recognition dan reward programs yang perlu dikembangkan adalah Performance Management System dan output-nya adalah merit system. Merit system yang disusun berdasarkan kinerja dan kompetensi. Dengan demikian maka penghargaan yang diberikan oleh Perusahaan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan kinerja yang dikontribusikan kepada Perusahaan. 2. Meningkatkan nilai rata-rata pada dimensi Belong Sesuai hasil pengukuran diperoleh bahwa karyawan pendapat dan opini mereka kurang dianggap penting dan bermanfaat bagi Perusahaan. Guna mengatasi kondisi ini maka perlu meningkatkan partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan. Melibatkan karyawan dalam rapat Bagian serta memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian, karyawan akan merasa didengar dan dihargai oleh atasan ataupun Perusahaan. 8