OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Lampiran 1. Hirarki Wilayah Kota Bekasi Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

STUDI ANALISIS KEBUTUHAN DAN PEMETAAN HUTAN KOTA DI KOTA BEKASI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Yoga Candra M, S.Pd*) Cecep Hermawan, M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

TARGET REALISASI S.D. REALISASI REALISASI S.D. NO UPTD URAIAN T.A MINGGU LALU % MINGGU INI % MINGGU INI. ( Rp )

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bekasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Lampiran 1. Hasil Analisis Skalogram Tahun 2003

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH ILMU HUTAN KOTA LANJUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil KTT bumi di Rio de Janeiro (1992) dan Johannesburg

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN DAN WISATA DI PURWODADI GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indikator Konten Kuesioner

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota merupakan suatu pusat dari populasi yang luas serta padat penduduknya, juga merupakan tempat masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi, sosial dan politik serta memiliki posisi geografi yang relatif tetap dan kekuasaan pemerintah yang spesifik. Kota juga merupakan kawasan pemukiman yang pada umumnya dibangun untuk masyarakat yang mendominasi tata ruang perkotaan dan telah memiliki berbagai infrastruktur yang dapat memenuhi kebutuhan warganya secara mandiri. Walaupun begitu, tata ruang perkotaan yang baik baru dapat terpenuhi jika terdapat penghijauan di pekarangan pemukiman maupun perkantoran. Menurut Jansson dan Lindgren (2012). Tata ruang perkotaan yang baik diutamakan pada keberadaan ruang terbuka publik seperti taman umum, taman bermain dan ruang terbuka hijau pemukiman. Penyediaan ruang terbuka hijau tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah, tetapi juga merupakan kewajiban masyarakat maupun pemerintah. Salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah ikut menciptakan RTH atau ruang terbuka hijau dilingkungan sekitarnya dalam bentuk pekarangan maupun taman di areal pemukiman. Selain itu masyarakat juga berkewajiban untuk merawat dan menjaga ruang terbuka yang sudah ada. RTH sendiri jika dimanfaatkan dengan baik dapat berfungsi secara estetis, hidrologis, klimatologis, protektif maupun sosial budaya (Hastuti, 2011). Sementara menurut Van Dill En (2011), kualitas suatu RTH berhubungan dengan kesehatan penghuni pemukiman sekitar RTH itu sendiri. RTH sendiri merupakan unsur utama dalam tata ruang kota. Menurut Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) RTH harus dibangun di antara struktur bangunan sebagai pelunak maupun penyejuk lingkungan. Pada prinsipnya, RTH diciptakan agar dapat menekan efek negatif yang ditimbulkan dari padatnya aktifitas perkotaan, seperti penurunan tingkat peresapan air, polusi dan peningkatan temperatur. Semakin sedikit Bayu Prasetyo Pambudi,2015 OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 jumlah RTH akan berakibat fatal, yaitu naiknya suhu bumi dan perubahan cuaca yang berakibat pada pemanasan global. Saat ini eksistensi RTH semakin berkurang dikarenakan adanya alih fungsi lahan RTH menjadi lahan pemukiman maupun perkantoran, adanya penebangan pohon-pohon di daerah perkotaan yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat juga dan tidak diikuti dengan upaya penanaman kembali dengan pohon yang baru berdampak juga pada berkurangnya RTH. Direktorat Jenderal Penataan Ruang menyatakan berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 mengenai tata ruang perkotaan, sebuah kota wajibnya memiliki RTH minimal 30% dari total luas wilayah. RTH yang dimaksud terbagi menjadi dua, yaitu RTH publik dan RTH privat dengan proporsi masing-masing 20% untuk RTH publik dan 10% untuk RTH privat. Penetapan besaran luas RTH ini berdasarkan dari pengembangan RTH kota. Upaya penataan wilayah perkotaan sesuai dengan pengembangan kota akan menciptakan keseimbangan serta keserasian antara lingkungan alam maupun lingkungan buatan atau binaan. Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006) juga menyatakan bahwa kota-kota di indonesia pada umumnya memiliki kesulitan dalam meningkatkan RTH kota sehingga beberapa kota di indonesia hanya sekedar mempertahankan RTH yang sudah ada walaupun belum memenuhi persentase 30% dari yang diwajibkan. Target untuk memenuhi persentase RTH konon semakin sulit untuk direalisasikan akibat adanya tekanan kebutuhan sarana dan prasarana kota. Seperti struktur bagunan dan pelebaran jalur jalan yang semakin meningkat yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk. Hal ini merupakan bukti kurang diperhatikannya eksistensi RTH dan bahkan sering dikorbankan. Padahal seharusnya RTH memiliki nilai ekologis maupun ekonomis tinggi bagi terwujudnya lingkungan kota yang sehat. Keberadaan RTH di perkotaan sering diabaikan baik oleh masyarakat maupun pemerintah, karena dianggap tidak memberikan keuntungan ekonomi dan ini berakibat kepada luas RTH yang semakin berkurang. Ini disebabkan karena meningkatnya kebutuhan lahan yang diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang meningkat akan memberikan pengaruh yang besar pada pemanfaatan lahan sehingga perlu perhatian khusus dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penyediaan ruang publik untuk masyarakat.

3 Dari sekian banyaknya jenis RTH yang ada di perkotaan, salah satunya adalah taman kota. Taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan,lengkap dengan fasilitas yang ada untuk kebutuhan masyarakat sebagai termpat rekreasi,selain menjadi tempat rekreasi,taman kota merupakan elemen kota yang memiliki banyak fungsi. Selain untuk mendapatkan keindahan taman juga berfungsi sebagai tempat bermain,berolahraga,pemelihara ekosistem tertentu serta pelembut arsitektur kota. Es Savas (2000) menyatakan bahwa taman kota ditempatkan sebagai public goodsyaitu natural resources atau man made featuresyang dapat dinikmati masyarakat secara gratis. Pemerintah di negara-negara maju pada umumnya sangat serius dalam memperhatikan aspek pertamanan. Di beberapa negara maju sudah banyak taman kota yang dikembangkan untuk kepentingan publik. Fokusnya ialah meningkatkan kualitas taman, menambah dan memperbaiki pepohonan, mengawasi kebersihan dan keamanan. Dalam pengelolaan taman kota tersebut bukan tanggung jawab pemerintah, melainkan melalui lembaga swadaya masyarakat yang bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat yang tinggal di sekitar taman kota. Saat ini taman kota merupakan hal yang wajib dibangun pemerintah setempat dalam memperindah tata ruang kota,tidak terkecuali dengan Kota Bekasi. Kota Bekasi memiliki wilayah yang relatif datar dan berbatasan langsung dengan provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota indonesia. Potensi daerah Kota Bekasi yang tidak memiliki hutan menyebabkan perkembangan kota menuju daerah perdagangan, jasa serta industri. Karena letak Kota Bekasi yang berbatasan langsung dengan ibukota,menyebabkan datangnya arus urbanisasi yang signifikan dari masyarakat yang ingin mengadu nasib di ibukota dan ini berdampak pada berkurangnya areal lahan RTH yang dialihfungsikan menjadi pemukiman penduduk yang semakin meluas. Menurut data BAPPEDA Kota Bekasi (2012),ketersediaan RTH di Kota Bekasi hanya sekitar 15% dari luas total kota seluruhnya yang berarti persentase jumlah RTH di Kota Bekasi masih sangat kurang dikarenakan dalam syarat syarat untuk memaksimalkan RTH,persentase RTH minimal harus 30% dari total luas kota yang ada, dan menurut data Dinas Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum Kota Bekasi tahun

4 2013, baru 4 kecamatan dari 12 kecamatan yang sudah memiliki taman dan jalur hijau, seperti tabel di bawah Ini: Tabel 1.1 Jumlah Taman dan Jalur Hijau di Kota Bekasi Kecamatan Jumlah Taman Luas(m 2 ) Jumlah Jalur Hijau Luas(m Luas Total Pondok Gede - - - - - Jati Sampurna - - - - - Pondok Melati - - - - - Jatiasih - - - - - Bantar Gebang - - - - - Mustika Jaya - - - - - Bekasi Timur 5 6.112.78 2 4.316.23 10.429.01 Rawa Lumbu 2 739.2 - - 739.2 Bekasi Selatan 5 3.483.49 8 6.549.29 10.032.78 Bekasi Barat 2 736 - - 736 Medan Satria - - - - - Bekasi Utara - - - - - TOTAL 14 11.071.47 10 10.865.52 21.936.99 2011 14 46.742.40 11 15.626 62.368.70 2010 15 46.742.37 2009 29 54.543.00 Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman dan PJU Kota Bekasi Kota Bekasi secara geografis tidak memiliki potensi hutan alam. Walaupun begitu Kota Bekasi memiliki potensi hutan kota dan taman kota. Berdasarkan data dari Dinas Pertamanan, Pemakaman & Penerangan Jalan Umum Kota Bekasi, luas hutan kota di Bekasi 3,5 Ha sementara taman kota seluas 6,27 Ha atau baru sekitar 0,05 % dari luas Kota Bekasi. Pada tahun 2012 hutan kota berkurang sebanyak 6000 m 2

Ha 5 dikarenakan pembangunan fly oversummarecon, sehingga luas hutan kota menjadi 2,9 Ha atau sekitar 0,01 %. Jumlah tersebut belum memenuhi peraturan PP No.63 tahun 2002 mengenai Hutan Kota yang menjelaskan bahwa persentasi luas hutan kota paling sedikit sekitar 10% dari wilayah perkotaan. Sementara menurut data yang disajikan pada tabel 1.1, Luas Taman Kota mengalami perubahan dimana pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 14,31 %. Namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang signifikan sebanyak 33,62% dan pada tahun 2012, persentase luas Taman Kota meningkat sebanyak 0,48% dari luas sebelumnya. Diagram 1.1 Luas Taman Kota Bekasi Tahun 2009-2012 7 6 5 4 3 2 1 0 6,24 6,27 5,45 4,67 2009 2010 2011 2012 Taman Kota Sumber : Dinas Pertamanan, Pemakaman & Penerangan Jalan Umum,2013 Dari persentase 6,27% luas taman kota yang ada di Kota Bekasi,Saat ini Kota Bekasi baru memiliki 5 taman kota,yaitu Taman GOR Bekasi,Taman Terminal Bekasi,Taman Alun Alun Kota Bekasi, Taman Pekayon dan Taman Kota Bantar Gebang. Masing masing taman pada awal tahun 2010 sampai sekarang sudah mengalami perbaikan infrastruktur,walaupun begitu berdasarkan observasi sebelumnya,masih ada beberapa permasalahan serius yang belum terpecahkan, salah satunya ialah kebersihan, perawatan fasilitas taman kota yang tidak intens serta kesadaran pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya yang masih rendah

6 serta adaya PKL yang berjualan di dalam taman menyebabkan ketidaknyamanan masyarakat yang mengunjungi taman kota menjadi persoalan penting dalam mengoptimalkan pemanfaatan taman kota. Berdasarkan hal tersebut,peneliti mencoba mengungkapkan permasalahan mengenai pemanfaatan taman kota sebagai ruang terbuka hijau ditujukan untuk masyarakat yang menggunakannya. Oleh karena itu peneliti akan menjabarkannya melalui judul OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI. A. Rumusan Penelitian Berdasarkan penjelasan yang sudah dijabarkan di latar belakang masalah,peneliti mengambil beberapa rumusan masalah,yaitu: 1. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan taman kota di Bekasi? 2. Bagaimana peran serta masyarakat dalam pemanfaatan taman kota di Bekasi? 3. Bagaimana respon pemerintah terhadap keberadaan taman kota di Bekasi? B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut,yaitu: 1. Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan taman kota di Bekasi 2. Mengidentifikasi peran masyarakat dalam pemanfaatan taman kota oleh masyarakat Bekasi 3. Mengidentifikasi respon pemerintah terhadap keberadaan taman kotadi Bekasi C. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut,yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perkuliahan untuk memperkaya ilmu sosial khususnya ilmu perencanaan wilayah serta ekologi lingkungan dalam hal ini mengenai tata ruang kota, penataan wilayah serta penjelasan mengenai flora dan fauna

7 dan hasil kajian diharapkan dapat dijadikan referensi guna penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan taman kota. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengelola dan pemerintah setempat dalam hal pemanfataan taman kota di Bekasi. D. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi memuat sistematika penulisan skripsi dengan memberikan gambaran dari kandungan setiap bab, urutan penulisannya, serta keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya dalam membentuk sebuah kerangka. Berikut ini merupakan struktur untuk penelitian ini: 1. BAB I BAB I merupakan pendahuluan dalam skripsi atau pada dasarnya merupakan bab perkenalan. Dalam penelitian ini, BAB I menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi di tempat penelitian. 2. BAB II BAB II berisi mengenai landasan teoritis dalam skripsi untuk memberikan konsep yang jelas terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 3. BAB III BAB III merupakan bagian yang berisi tentang alur penelitian dari mulai pendekatan penelitian yang digunakan, instrumen yang akan dipakai, tahapan pengumpulan data serta langkah langkah dalam analisis data. 4. BAB IV BAB IV berisi mengenai hasil temuan penelitian berdasarkan pengolahan dan analisis data yang disesuaikan dengan urutan rumusan permasalahan penelitian serta pembahasan dari hasil temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan sebelumnya. 5. BAB V BAB V berisi kesimpulan maupun rekomendasi yang berasal dari penafsiran peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus memberikan saran yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.