UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION (STAD) DI SD NEGERI 15 KOTO BALINGKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

MENINGKATKANN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI PECAHAN KELAS IV SD NEGERI 129/I SIMPANG RANTAU GEDANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No. 2, ISSN

ISSN No Media Bina Ilmiah 39

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Oleh: IMA NUR FITRIANA A

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI TUMBUHAN HIJAU. Etmini

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB IV HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN APRESIASI HAM PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP 1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

PENERAPAN MODEL ASSURE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 AMBALRESMI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB. I PENDAHULUAN. pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TALKING STICK PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI 3 JATIPOHON GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENGELOLAAN PROSES DI SD NEGERI 10 MANDONGA JURNAL PENELITIAN OLEH: DEWI HERNIA NENGSIH G2G

Tugiyana 2 SDN 1 Kalitinggar Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEK MELALUI MODEL STAD PADA SISWA SMA. Moch. Saleh

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

Taofikoh NIP MTs Negeri Kendal

Umi Masitah Pendidikan Ekonom, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 akhirnya resmi diterapkan meskipun belum dilakukan di

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, 2007), hal 1. 2 Tim Pengembang Kurikulum, Panduan KTSP,( Jakarta: Depag, 2007), hal. 31.

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

Oleh Ngaenah Guru SD Negeri 4 Karangpaningal

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VIII-B SMPN 18 Mataram Melalui Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V.A SD NEGERI 07 BARUGA KOTA KENDARI JURNAL PENELITIAN OLEH: NURSIAH WAHAB NIM. G2G1 15 056 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V. SD NEGERI 07 BARUGA KOTA KENDARI OLEH: Hj. NURSIAH WAHAB 1 Abstrak: Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk: 1) Mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas belajar siswa kelas V.A SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD); 2) Mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas mengajar guru kelas V.A SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD); 3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V.A SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilaksananakan sebanyak dua siklus di mana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I pertemuan 1 sebesar 62,5% meningkat pada pertemuan 2 sebesar 70,83%. Pada siklus II pertemuan 1 meningkat 85,42% dan pada pertemuan 2 meningkat sebesar 95,83%; 2) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru. Pada siklus I pertemuan 1 sebesar 63,89% meningkat pada pertemuan 2 sebesar 81,94%. Pada siklus II pertemuan 1 sebesar 94,44% pada pertemuan 2 meningkat menjadi 100%; 3) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 73,33%, meningkat pada siklus II mencapai 93,33%. Dari temuan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru, dan hasil belajar siswa kelas V.A SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari. Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran IPS SD, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). 1 Konsentrasi Pendidikan dasar Program Studi Pendidikan IPS PPS UHO 2

A. PENDAHULUAN Semangat perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran adalah tanggung jawab bersama bangsa Indonesia, tetapi guru sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran dituntut untuk memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, seperti yang digariskan oleh pemerintah dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: Pendidikanan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggug jawab. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai bila guru dapat memahami fungsi dan perannya sebagai pelaksana pembelajaran di kelas. Dimana anak didik merupakan pusat perhatian dalam proses pembelaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berbagai upaya yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Begitu juga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar. Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Pembelajaran juga ditentukan oleh strategi maupun metode belajar mengajar yang digunakan oleh guru. Guru menyiapkan seluruh bahan ajaran dan guru pula yang menyampaikan serluruh bahan ajaran tersebut kepada siswa. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efisien dan efektif maka diperlukan pembelajaran yang tersusun secara sistematis yaitu dapat mengaktifkan siswa baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah (Ibrahim, 2003: 31). Persoalan yang dihadapi dalam menyelenggarakan proses pembelajaran IPS di SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari adalah rendahnya interaksi belajar, dan pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa, sehingga menimbulkan kurangnya motivasi dan minat siswa untuk belajar. Kondisi tersebut tentu berdampak pada kualitas pembelajaran dan hasil belajar IPS yang rendah. Diperlukan cara sehingga pembelajaran itu menjadi mudah dan menarik bagi siswa serta menciptakan interaksi yang membuat siswa bersemangat dan terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi persoalan di atas adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dipandang efektif untuk menumbuhkan minat, motivasi serta semangat belajar siswa, sehingga akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar yang diraihnya. Secara teoretik, melalui metode pembelajaran kooperatif, siswa dapat memperoleh beberapa manfaat seperti dalam memecahkan suatu masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan sendiri. Dalam kelompok siswa saling berinteraksi satu sama lain, saling mengisi dan berbagai pengalaman. Dengan cara yang demikian itu, siswa yang pasif akan perlahan menunjukkan keaktifannya dalam proses pembelajaran, begitu juga siswa yang aktif akan semakin bersemangat dalam proses pembelajaran. Wirasaputra dan Rosita (2007:142) mengasumsikan bahwa cara belajar kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan kreatifitas 3

siswa dalam proses pembelajaran. Sebab cara ini tidak hanya menuntut penguasaan pengetahuan siswa terhadap materi ajar, tetapi yang paling penting adalah kesadaran perlunya membangun pengetahuan, kebiasaan bekerjasama, dan keteraturan dalam kelompok. Melaui belajar kelompok juga dimungkinkan adanya dampak pengiring berupa sikap saling hormat, menghargai, keterikatan pada tugas bersama, kebiasaan berpikir dan interaksi sosial yang hangat. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dianggap lebih efektif mencapai tujuan pembelajaran, karena model ini sesuai dengan fitrah manusia sebagai mahluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi ( sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V.A di SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada Siswa Kelas V.A SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas ( class room action research). Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di Kelas V.A SD Negeri 07 Baruga Kota Kendari dan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2016/2017. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V.A tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 30 orang, terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Faktor yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1) faktor siswa ; 2) faktor guru; 3) faktor hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi serta refleksi. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diambil dari hasil tes belajar IPS siswa, dan data kualitatif diambil dari lembar observasi. Data dikumpulkan dari hasil tindakan yang dilakukan pada observasi proses pembelajaran dan tes hasil belajar. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah analisis kualitatif deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif-deskriptif digunakan untuk menjelaskan permasalahan tindakan yaitu berupa aktivitas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan jurnal yang dibuat oleh guru. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan dalam bentuk skor tes hasil belajar siswa. Data yang dianalisis dalam bentuk nilai siswa, rata-rata nilai siswa, ketuntasan belajar, keberhasilan aktifitas mengajar guru dan keberhasilan aktifitas belajar siswa. 4

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 1, diketahui dari 12 aspek yang diamati dengan skor maksimal 48 diperoleh skor 30 dengan persentase sebesar 62,5%, pada pertemuan 2 meningkat dengan jumlah skor 34 dan persentase sebesar 70,83%. Hasil aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran pada siklus I pertemuan 1, diketahui dari 18 aspek yang diamati dengan skor maksimal 72 diperoleh skor 46 dengan persentase sebesar 63,89%, pada pertemuan 2 meningkat dengan jumlah skor 59 dan persentase sebesar 81,94%. Data hasil belajar siswa pada Siklus I menunjukkan Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) baru mencapai 73,33% atau sebanyak 22 dari 30 orang siswa, dengan nilai rata-rata 76,50. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah, masih belum mencapai indikator keberhasilan yang di tetapkan yaitu 90% siswa mencapai nilai ketuntatasan dengan perolehan nilai 70 sesuai standar KKM yang ditetapkan. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus II pertemuan 1, diketahui dari 12 aspek yang diamati dengan skor maksimal 48 diperoleh skor 41 dengan persentase sebesar 85,42%, pada pertemuan 2 meningkat dengan jumlah skor 46 dan persentase sebesar 95,83%. Hasil aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran pada siklus II pertemuan 1, diketahui dari 18 aspek yang diamati dengan skor maksimal 72 diperoleh skor 68 dengan persentase sebesar 94,44%, pada pertemuan 2 meningkat dengan jumlah skor 72 dan persentase sebesar 100%. Data hasil tes evaluasi siswa siklus II menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada hasil tes siklus I, Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) hanya mencapai 52% atau sebanyak 13 orang siswa dengan nilai rata-rata 68,4. Sedangkan pada hasil tes siklus II, Ketuntasan Belajar Klasikal (%KBK) mencapai 92% atau sebanyak 23 orang siswa, dengan nilai rata-rata 82,2. 2. Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus di mana tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan satu kali evaluasi. Setiap satu kali pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit ( 3 jam pelajaran). Pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Implementasi tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari/tanggal: Kamis, 26 Januari 2017, pertemuan 2 dilaksananakan pada hari/tanggal: Kamis, 2 Februari 2017. Implementasi tindakan siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari/tanggal: Kamis, 9 Februari 2017, pertemuan 2 dilaksananakan pada hari/tanggal Kamis, 16 Februari 2017. Siklus I Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 1 diketahui masih rendah dengan persentase baru mencapai 62,50%. Hal ini disebabkan oleh karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) khususnya dalam aktivitas diskusi kelompok, sehingga siswa masih ragu dan tidak percaya diri untuk mengemukakan ide dan gagasannya, begitu pula dalam menanyakan hal-hal 5

yang belum dipahami pada materi yang diajarkan, akibatnya tidak semua siswa terlibat aktif dalam aktivitas diskusi kelompok. Sementara pada aktivitas mengajar guru, baru mencapai persentase sebesar 63,89%. Hal ini disebabkan guru belum dapat mengkoordinasikan waktu secara maksimal, sehingga masih ada langkah-langkah pembelajaran yang tidak dilaksanakan. Sikap guru yang kurang tegas menyebabkan masih ada siswa yang menolak untuk duduk pada kelompok yang sudah diatur, serta melaksankan tugas yang diberikan, seperti mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Selanjutnya, guru belum membimbing secara menyeluruh kelompok diskusi, sehingga tidak semua siswa terlibat aktif dalam aktivitas tersebut. Selain itu, guru belum melibatkan siswa di dalam menyimpulkan materi di akhir pembelajaran. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 2 terjadi peningkatan dari pertemuan sebelumnya dengan persentase sebesar 70,83%. Hal ini disebabkan oleh karena siswa mulai memperhatikan dam mulai terlibat pada kegiatan apersepsi walaupun masih ada siswa yang takut atau ragu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Demikian juga pada saat guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan menggunakan metode STAD. Masih ada satu kelompok yang keberatan atas anggota kelompok yang ditetapkan guru, tetapi karena guru sudah bersikap lebih tegas maka siswa duduk dalam kelompok yang sudah diatur. Dalam aktivitas tanya-jawab, siswa mulai percaya diri untuk menjawab maupun mengungkapkan gagasannya, begitu pula dalam menanyakan hal-hal yang belum dipahami pada materi yang diajarkan. Pada saat melakukan diskusi kelompok, tidak seluruh siswa terlibat aktif, selain itu masih ada 1 kelompok yang belum menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai waktu yang ditentukan. Pada aktivitas mengajar guru, juga terjadi peningkatan dibandikan pada pertemuan sebelumnya dengan persentase sebesar 81,94%. Hal ini disebabkan guru memotivasi siswa untuk giat dan bersemangat mengikuti pembelajaran, walaupun masih ada siswa yang terlihat kurang bersemangat. Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang diakan dilakukan siswa dengan model pembelajaran yang akan digunakan. Pada kegiatan inti guru sudah membimbing siswa namun masih kepada kelompok yang membutuhkan bantuan guru. Sikap guru juga sudah lebih tegas dalam hal pembagian kelompok, membimbing siswa dalam diskusi kelompok, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada kegiatan akhir guru sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan pembelajaran dan melakukan refleksi. Setelah melakukan dua kali pertemuan dilakukan tes untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberi tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil tes yang diberikan menggunakan soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 butir soal dan isian singkat sebanyak 5 butir soal, diperoleh hasil Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) baru mencapai sebesar 73,33% atau 22 dari 30 orang siswa dengan nilai rata-rata 76,50. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah, masih rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan yang di tetapkan yaitu 90% siswa mencapai nilai ketuntatasan dengan perolehan nilai 70 sesuai standar KKM yang ditetapkan. 6

Dari hasil refleksi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, diketahui kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pelaksanaan proses pembelajaran sebagai beriku: 1) guru belum dapat melaksanakan seluruh langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan maksimal; 2) guru belum dapat mengelola kelas secara maksimal serta mempersiapkan peserta didik dalam menerima materi pelajaran; 3) guru belum dapat memusatkan perhatian siswa agar menerima pelajaran dengan baik; 4) guru belum membimbing siswa secara keseluruhan selama proses pembelajaran, sehingga seluruh siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran; 5) guru belum melibatkan siswa dalam setiap aktivitas pembelajaran terutama dalam diskusi kelompok dan menyimpulkan hasil pembelajaran; 6) Guru belum bersikap tegas kepada siswa, sehingga masih ada siswa yang menolak untuk mengerjakan tugas di berikan seperti mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Bertitik tolak pada kekurangan-kekurangan yang tejadi dalam proses pembelajaran pada siklus I, serta belum terpenuhinya indikator kinerja ditetapkan, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran diketahui bahwa kekurangan-kekurangan sudah dapat teratasi pada tindakan siklus II. Pada pertemuan 1 persentase mencapai 85,42%, pada proses pembelajaran siswa terlihat antusias dan memperhatikan setiap penjelasan guru. Siswa juga sudah tidak takut atau ragu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru saat apersepsi. Siswa sudah duduk di dalam kelompok yang diatur guru, tidak ada lagi siswa yang menolak duduk di dalam kelompoknya. Dalam aktivitas tanya-jawab, siswa mulai percaya diri untuk menjawab maupun mengungkapkan gagasannya, begitu pula dalam menanyakan hal-hal yang belum dipahami pada materi yang diajarkan. Pada saat melakukan diskusi kelompok, sebahagian besar siswa sudah terlibat aktif di dalam kelompoknya, selain itu sudah menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai waktu yang ditentukan walaupun masih ada satu kelompok yang meminta sedikit penambahan waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Tidak ada lagi siswa yang menolak untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Semua Siswa mengerjakan soal Kuis secara individual sesuai petunjuk dan waktu yang ditetapkan. Diakhir pembelajaran, siswa sudah terlibat dalam menyimpulkan materi pelajaran. Hasil observasi aktivitas mengajar guru menunjukkan persentase sebesar 94,44%. Hal ini disebabkan oleh karena guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD sudah semakin baik. Pada kegiatan awal guru sudah melakukan pengelolaan kelas dan memastikan seluruh siswa siap untuk menerima pembelajaran. Guru melakukan apersepsi melalui aktivitas tanya jawab, memotivasi siswa untuk giat dan bersemangat mengikuti pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan aktivitas yang diakan dilakukan siswa dengan model pembelajaran yang akan digunakan. Pada kegiatan inti guru sudah membimbing siswa secara menyeluruh terhadap semua kelompok, bukan hanya kepada kelompok yang membutuhkan bantuan guru. Sikap guru juga sudah lebih tegas dalam hal pembagian kelompok, membimbing siswa dalam diskusi kelompok, dan 7

mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Guru memberikan skor peningkatan kelompok dan memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok dengan skor perolehan tertinggi. Pada kegiatan akhir guru sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan pembelajaran dan melakukan refleksi. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus II pertemuan 2 terjadi peningkatan dari pertemuan sebelumnya dengan persentase mencapai 95,83%. Hal ini disebabkan oleh karena siswa mulai terbiasa dan bisa mengikuti aktivitas pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pelaksanaan tindakan telah menunjukkan peningkatan yang memuaskan dan pelaksanaan aktivitas belajar siswa sudah efektif dan telah melebihi indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu 90% aktivitas pembelajaran dapat terlaksanan dengan baik. Hasil observasi terhadap aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran siklus II pertemuan 2, terjadi peningkatan dengan persentase mencapai 100%. Guru sudah melaksanakan seluruh aktivitas pembelajaran sesuai langkah-langkah di dalam rencana perbaikan pembembelajaran (RPP) yang telah disiapkan secara maksimal, dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Persentase aktivitas mengajar guru sudah melampaui indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu 90% aktivitas dapat terlaksana. Keberhasilan tindakan siklus II, baik dari aktivitas belajar siswa maupun aktivitas mengajar guru disebabkan oleh karena kelemahan-kelemahan pembelajaran pada tindakan siklus I dapat teratasi dengan baik. Perbaikan yang dilakukan guru untuk mengatasi kelemahan-kelamahan tersebut yaitu: 1) Kemampuan guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD); 2) Kemampuan guru dalam mengelola kelas serta mempersiapkan peserta didik dalam menerima materi pelajaran; 3) Guru harus mengelola kelas dengan lebih baik untuk memastikan kesiapan siswa menerima pembelajaran; 3) kemampuan guru dalam membimbing siswa selama proses pembelajaran, sehingga seluruh siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran; 4) guru harus melibatkan siswa dalam setiap aktivitas pembelajaran terutama dalam diskusi kelompok dan menyimpulkan hasil pembelajaran; 5) guru sudah bersikap lebih tegas, sehingga tidak ada lagi siswa yang menolak mengerjakan tugas yang diberikan. Peningkatan aktivitas guru dan siswa berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan tes evaluasi yang dilakukan pada siklus I, diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal siswa (KBK) sebesar 73,33% atau sebanyak 22 dari 30 orang siswa dengan nilai rata-rata 76,50. Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) pada siklus II mengalami peningkatan yaitu mencapai 93,33% atau sebanyak 28 dari 30 orang siswa, dengan nilai rata-rata 83,00. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 20%. Hasil yang diperoleh siswa ini menandakan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam proses pembelajaran IPS dapat lebih memotivasi siswa sehingga memberikan dampak 8

positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan dalam penelitian sudah tercapai yaitu 90% siswa memperoleh nilai 70,00, sesuai standar ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Untuk itu, penelitian ini dihentikan pada siklus II karen indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini telah tercapai. D. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan hasil pembahasan penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas V.A SD Negeri 07 Baruga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persentase keberhasilan aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan 1 sebesar 62,5% meningkat pada pertemuan 2 sebesar 70,83%. Pada siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus I dengan perolehan sebesar 85,42% pada pertemuan 1 meningkat sebesar 95,83% pada pertemuan 2; b. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas V.A SD Negeri 07 Baruga dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persentase keberhasilan aktivitas mengajar guru yang mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan 1 sebesar 63,89% meningkat pada pertemuan 2 sebesar 81,94%. Pada siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus I dengan perolehan sebesar 94,44% pada pertemuan 1 meningkat sebesar 100% pada pertemuan 2; c. Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas V.A SD Negeri 07 Baruga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 73,33% dengan nilai rata-rata 76,50, meningkat pada siklus II mencapai 93,33% dengan nilai rata-rata 83,33. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan dan temuan selama melaksanakan penelitian tindakan kelas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: a. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPS SD. Karena penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS sangat efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa; b. Kegiatan penelitian ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran IPS maupun mata pelajaran lainnya untuk mencari pemecahan masalah dari persoalan yang dihadapi guru maupun siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas. c. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang sesuai dengan mata pelajaran maupun materi pelajaran lainnya di mana model pembelajaran tersebut bisa menghasilkan hasil belajar yang maksimal. 9

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Arindawati, 2004, Cooperative Learning, Jakarta: Grasindo Baru Algensido Offset. Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Alternatif Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Hamalik, Oemar, 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim, R. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Isjoni. 2007, Cooperative Learning (Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok). Bandung. Afabeta. Iskandar. 2009. Penelitian tindakan Kelas. Ciputat: Gaung persada Press Sardiman, 2006. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Susanto Barroca, 2001, Cooperative Learning, Penerapan Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP. Jakarta: Pelangi Pendidikan. Taneo, S.P. 2010. Kajian IPS SD. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Wirasaputra & Rosita. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Modul 1-6. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 10