KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN E-CURRENCY DI INDONESIA Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Keamanan Sistem Informasi Dosen :Irawan Afrianto M.T. Disusun Oleh : Kelas : KSI-4 10113076 Bayu Firmawan Paoh PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2017 i
ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 2 1.3 Tujuan Penulisan... 3 BAB II PEMBAHASAN... 4 II.1 Pengertian E-Currency... 4 II.2 Keuntungan E-Currency... 6 II.3 Kerugian E-Currency... 7 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN... 9 III.1 Kesimpulan... 9 III.2 Saran... 10 DAFTAR PUSTAKA... 11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan uang elektronik atau yang dikenal juga dengan nama e-currency atau e- currency sudah cukup banyak dalam keseharian masyarakat Indonesia. Misalnya, kartu prabayar yang dikeluarkan oleh sejumlah bank, akun steam wallet untuk membeli game secara online, dan sebagainya [1]. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang ragu-ragu dalam menggunakannya sehingga penggunaan e-currency belum maksimal. Oleh sebab itu, diharapkan pelaku industri perbankan dan teknologi bisa bergandengan tangan demi memasyarakatkan e-currency karena jumlah pengguna ponsel lebih banyak ketimbang jumlah masyarakat yang mempunyai akses ke perbankan. Dalam acara IndoTelko Forum yang bertajuk New Wave of Less Cash Society: Indonesian Chapter, yang berlangsung di Jakarta, Kamis (21/11/2013), dipaparkan data perkembangan transaksi e-currency. Uang elektronik sejauh ini masih banyak digunakan untuk transaksi yang sifatnya kecil dalam hal nominal (micropayment). Tapi, jangan salah, sekalipun begitu, besaran transaksi e-currency sudah mencapai Rp 6,7 miliar per hari hingga akhir 2013 ini. Bila dirunut ke belakang, pada tahun 2009, jumlah transaksi e-currency sebanyak 48 ribu kali dalam setahun, dengan nilai transaksi Rp 1,4 miliar per hari. Tahun 2012 tercatat ada 219 ribu transaksi dalam setahun, dengan nilai Rp 3,9 miliar per hari. Dalam kurun waktu tersebut, pertumbuhan transaksi e-currency mencapai 120 persen secara tahunan. Akan tetapi, penggunaan uang elektronik ini masih terbatas di kalangan tertentu saja. Dari 60 juta jumlah nasabah bank di Tanah Air, hanya 15 juta orang yang terbiasa dengan transaksi non-tunai. Itu pun masih tergolong pengguna tahap dasar [2]. Ada sejumlah faktor yang membuat penggunaan e-currency belum maksimal. Survei e-currency yang diadakan oleh IndoTelko Forum terhadap 2 ribu responden menemukan sejumlah fakta. Pertama, pemahaman akan e-currency masih belum seragam. Secara kepedulian terhadap uang digital, pengguna mengetahui produk ini meskipun definisi yang mereka tahu berbeda-beda, ujar Doni Darwin, Founder IndoTelko Forum. Sebanyak 44 persen responden memandang bahwa e-currency adalah layanan elektronik atau mobile money dari operator, 23 persen berpendapat bahwa e-currency adalah nama produk untuk membayar dengan pulsa ponsel. Sebesar 15 persen responden berpikiran e-currency adalah produk tabungan bank bekerja sama dengan operator. Delapan persen malah berpikir bahwa e- 1
2 currency itu layanan isi ulang pulsa. Sebanyak 6 persen berpandangan e-currency adalah produk pinjaman uang dari bank hasil kerja sama dengan operator. Sisanya, yakni 4 persen responden tidak tahu apa itu e-currency. Yang menarik untuk diketahui juga, sebagian besar responden (54 persen) masih ragu-ragu dalam menggunakan e-currency [3]. Sebanyak 23 persen responden mempertanyakan keamanan transaksi, 17 persen mengaku khawatir akan lebih susah mengontrol pengeluaran uang, 14 persen masih ragu karena operator bukan penyedia layanan finansial, 14 persen mempertanyakan penanganan bila terjadi komplain pada layanan. Dan sebanyak 9 persen responden meragukan kecepatan bertransaksi, 9 persen masih ragu akan biaya transaksi, 6 persen kurang percaya akan kualitas jaringan operator, dan 6 persen responden khawatir apakah e-currency akan rumit pemakaiannya [3]. Melihat kendala-kendala itu, pihak IndoTelko pun menyambut baik akan regulasi e- currency yang bakal hadir. Namun, dengan hadirnya regulasi baru tentang e-currency yang akan segera diterbitkan oleh Bank Indonesia, para pemain di industri telekomunikasi dan perbankan seharusnya bisa lebih mudah lagi untuk bersinergi menggenjot pertumbuhannya, ucap dia. BI diketahui akan segera menerbitkan regulasi itu, setelah melakukan uji coba branchless banking di 8 provinsi bersama 5 bank dan 3 operator telekomunikasi. Uji coba yang bergulir sejak Mei hingga bulan ini, dikhususkan untuk layanan pembayaran dengan mengedepankan infrastruktur telekomunikasi yang sudah lebih dulu mendapatkan pasar pengguna. Penarikan dana sendiri tetap melalui agen perbankan yang ditunjuk dengan selektif dan ketat oleh pihak yang terlibat dalam proyek. Sementara regulasi ditargetkan terbit akhir tahun ini dan mulai diterapkan pada tahun depan. BI pun mencatat, jangkauan infrastruktur telekomunikasi telah mencapai 95 persen, dan didukung oleh 240 juta pengguna ponsel, serta 2 juta agen retailer komunikasi. Instrumen pembayaran berupa uang elektronik berbasis server jumlahnya telah mencapai 12,5 juta. Dan di sisi perbankan, ditaksir sebanyak 52 persen rumah tangga Indonesia belum mempunyai simpanan di lembaga keuangan. Melalui survei ini kami sarankan semua ekosistem yang terlibat di uang digital ini berjalan beriringan, dan melepas sekat-sekat pembatas agar less cash society benar-benar terwujud [3]. 1.2 Rumusan Permasalahan Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah adalah apa potensi e-currency terhadap ekonomi di Indonesia.
3 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui potensi e-currency terhadap perkembangan ekonomi di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN II.1 Pengertian E-Currency Selaju dengan perkembangan zaman, gaya hidup masyarakat pun semakin bergantung pada kehadiran teknologi informasi yang mempermudah segalanya menjadi lebih praktis, efisien, dan bisa jadi lebih ekonomis dibanding dengan gaya hidup sebelum adanya teknologi informasi. Hal ini terjawab dengan hadirnya e-currency. Penggunaan uang elektronik (e-currency) tumbuh signifikan. Penerbit e-currency juga terus bertambah. Namun, penerbit memerlukan usaha keras agar produk ini lebih banyak dikenal masyarakat. E-currency adalah produk stored-value atau prepaid, di mana sejumlah nilai uang tersimpan dalam peralatan elektronis. Nominal uang yang tersimpan secara elektronis dilakukan dengan menukarkan sejumlah uang atau melalui pendebitan rekening bank yang lalu disimpan dalam peralatan elektronis. Dengan alat elektronis yang sudah tersimpan dana, nasabah dapat melakukan berbagai transaksi, salah satunya untuk pembayaran tiket busway TransJakarta, pembayaran tiket Kereta Api, pembayaran tiket jalan tol, dan masih banyak lagi yang lainnya. pengertian e-currency mengacu pada definisi yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS) dalam salah satu publikasinya pada bulan Oktober 1996. Dalam publikasi tersebut e-currency didefinisikan sebagai stored-value or prepaid products in which a record of the funds or value available to a consumer is stored on an electronic device in the consumer s possession (produk stored-value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang dimiliki seseorang). Lebih lanjut dijelaskan bahwa nilai uang dalam e-currency akan berkurang pada saat konsumen menggunakannya untuk pembayaran. Disamping itu e-currency yang dimaksudkan disini berbeda dengan singlepurpose prepaid card lainnya seperti kartu telepon, sebab e-currency yang dimaksudkan di sini dapat digunakan untuk berbagai macam jenis pembayaran (multipurposed). E-currency yang dimaksudkan disini juga berbeda dengan alat pembayaran elektronis erbasis kartu lainnya seperti kartu kredit dan kartu debet. Kartu kredit dan kartu debet bukan merupakan prepaid products melainkan access products [4]. Secara umum perbedaan karakteristik antara prepaid product dan access product adalah sebagai berikut: 1. Prepaid Product (e-currency) 4
5 Adapun ciri dari Prepaid Product adalah sebagai berikut : a. Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-currency, atau sering disebut dengan stored value. b. Dana yang tercatat dalam e-currency sepenuhnya berada dalam penguasaan konsumen. c. Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic value dari kartu e-currency milik konsumen kepada terminal merchant dapat dilakukan secara off-line. Dalam hal ini verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point of sale), tanpa harus on-line ke komputer issuer. 2. Access product (kartu debet dan kartu kredit) Adapun ciri dari Access Product adalah sebagai berikut : a. Tidak ada pencatatan dana pada instrumen kartu. b. Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank, sepanjang belum ada otorisasi dari nasabah untuk melakukan pembayaran. c. Pada saat transaksi, instrumen kartu digunakan untuk melakukan akses secara on-line ke komputer issuer untuk mendapatkan otorisasi melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah, baik berupa rekening simpanan (kartu debet) maupun rekening pinjaman (kartu kredit). Setelah di-otorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung didebet. Dengan demikian pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dan kartu debet mensyaratkan adanya komunikasi on-line ke komputer issuer. Selain produk e-currency sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, saat ini, khususnya di Indonesia mulai bermunculan inovasi produk-produk pra-bayar yang secara fungsional mirip dengan e- currency, namun secara teknis, karakteristiknya berbeda dengan karakteristik e-currency yang dimaksudkan dalam kajian ini. Contohnya adalah model prabayar yang umumnya dikembangkan oleh perusahaan telekomunikasi dimana nilai uang tidak disimpan di dalam kartu (bukan stored value) melainkan disimpan dalam server database perusahaan telekomunikasi yang menerbitkan kartu pra-bayar tersebut. Dalam hal ini perintah perpindahan dana untuk pembayaran harus dilakukan secara on-line ke server penerbit melalui short messaging services (SMS). Model prabayar ini sebenarnya adalah pengembangan dari bentuk pulsa yang kemudian dikembangkan untuk dapat digunakan untuk berbagai macam pembayaran.
6 II.2 Keuntungan E-Currency Beberapa manfaat atau kelebihan dari penggunaan e-money dibandingkan dengan uang tunai maupun alat pembayaran non-tunai lainnya [5], antara lain : 1. Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil (micro payment), disebabkan nasabah tidak perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. Selain itu, kesalahan dalam menghitung uang kembalian dari suatu transaksi tidak terjadi apabila menggunakan e-currency. 2. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan e-currency dapat dilakukan jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu kredit atau kartu debit, karena tidak harus memerlukan proses otorisasi on-line, tanda tangan maupun PIN. Selain itu, dengan transaksi off-line, maka biaya komunikasi dapat dikurangi. 3. Electronic value dapat diisi ulang kedalam kartu e-currency melalui berbagai sarana yang disediakan oleh issuer. Dalam acara IndoTelko Forum yang bertajuk New Wave of Less Cash Society: Indonesian Chapter, yang berlangsung di Jakarta, Kamis (21/11/2013), dipaparkan data perkembangan transaksi e-currency. Uang elektronik sejauh ini masih banyak digunakan untuk transaksi yang sifatnya kecil dalam hal nominal. Tapi jangan salah, sekalipun begitu, besaran transaksi e-currency sudah mencapai Rp 6,7 miliar per hari hingga akhir 2013 ini. Bila dirunut ke belakang, pada tahun 2009, jumlah transaksi e-currency sebanyak 48 ribu kali dalam setahun, dengan nilai transaksi Rp 1,4 miliar per hari. Tahun 2012 tercatat ada 219 ribu transaksi dalam setahun, dengan nilai Rp 3,9 miliar per hari. Dalam kurun waktu tersebut, pertumbuhan transaksi e-currency mencapai 120 persen secara tahunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari manfaat dan kepraktisan akan e-currency. Meskipun dilihat dari latar belakang masalah masih ada sejumlah faktor yang membuat penggunaan e-currency belum maksimal. Menurut Doni Darwin, Founder IndoTelko Forum, Survei e-currency yang diadakan oleh IndoTelko Forum terhadap 2 ribu responden menemukan sejumlah fakta. Pertama, pemahaman akan e-currency masih belum seragam. Secara awareness terhadap uang digital, pengguna mengetahui produk ini meskipun definisi yang mereka pahami berbeda-beda. Melihat kendala-kendala itu, pihak IndoTelko pun menyambut baik akan regulasi e-currency yang bakal hadir. Namun, dengan hadirnya regulasi baru tentang e-currency yang akan segera diterbitkan oleh Bank Indonesia, para pemain di industri telekomunikasi dan perbankan seharusnya bisa lebih mudah lagi untuk bersinergi menggenjot pertumbuhannya. BI diketahui akan segera menerbitkan regulasi itu, setelah
7 melakukan uji coba branchless banking di 8 provinsi bersama 5 bank dan 3 operator telekomunikasi. Uji coba yang bergulir sejak Mei hingga bulan ini, dikhususkan untuk layanan pembayaran dengan mengedepankan infrastruktur telekomunikasi yang sudah 2.558.329 kartu. Menurut catatan BI, nilai float fund yang tersimpan pada instrumen e-currency pada Oktober 2009 mencapai Rp 70,5 miliar. Nilai ini naik 4 persen atau sebesar Rp 2,8 miliar dari Agustus 2009 yang hanya Rp 67,67 miliar. Sedangkan volume penggunaan e-currency. Pada Oktober mencapai 1,6 juta transaksi, atau lebih rendah dibanding volume di bulan September 2009, yang sebesar 2 juta transaksi. Adapun nilai transaksi di Oktober merosot 19 persen dari Rp 68 miliar menjadi Rp 55 miliar. Saat ini jumlah penerbit kartu pembayaran alias e-currency ada sembilan institusi. Lima diantaranya bank dan sisanya non-bank. Peningkatan terbesar terjadi di PT Bank Mega, PT Bank Mandiri, dan PT Telkom, hal ini diungkapkan oleh Ariwibowo, Kepala Biro Pengembangan dan Kebijakan Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran BI. Perkembangan e-currency bukan disebabkan oleh BI, namun disebabkan oleh perkembangkan teknologi informasi dan komunikasi yang mengendalikan pasar untuk menggunakan e-currency tersebut. E-currency menjadi salah satu alternatif pembayaran dalam segmen mikro seperti: pembayaran tol atau tiket. II.3 Kerugian E-Currency Seiring dengan populernya e-currency ini, Anda juga harus mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan e-currency sebagai pengganti uang kas ini [6]. Berikut beberapa hal yang harus Anda perhatikan. 1. Anda bisa melakukan berbagai transaksi tanpa membawa banyak uang fisik. Kedua, Anda bisa melakukan transaksi lebih cepat karena tinggal mengurangi nilai di e-currency sesuai dengan nilai transaksi, tak perlu menghitung berlembar uang. 2. Belum semua transaksi bisa memakai e-currency karena e-currency baru bisa dipakai di merchant yang bekerja sama dengan penerbit. Kedua, risiko seluruh uang hilang ketika pengguna kehilangan kartu atau piranti yang dipakai menyimpan e-currency. 3. Dilihat dari segi perencanaan keuangan, transaksi e-currency bisa digunakan untuk mengelola anggaran secara digital. Jadi, begitu menerima gaji, Anda sekarang bisa langsung membaginya ke dalam amplop-amplop yang berwujud kartu e-currency. Anda bisa membagi amplop-amplop digital ini sesuai dengan keperluan Anda, misalnya amplop untuk bayar tol, amplop untuk biaya transportasi umum, amplop untuk pembayaran berbagai tagihan rumah tangga.
8 4. Disarankan bagi Anda untuk tidak terlalu banyak mengisi uang elektronik. Sebab, kartu e- currency mesti Anda fungsikan untuk membatasi pengeluaran. Apalagi, bila kartu hilang, uang Anda juga ikut hilang. Sebaiknya uang yang diletakkan di kartu ini tidak lebih dari Rp. 1 juta Rp. 2 juta per bulan. Atau sebisa mungkin dibatasi sesuai dengan jumlah kebutuhan saja. Beberapa bank yang menerbitkan kartu e-currency ini diantara adalah Bank Mandiri (e-toll card/), Bank BRI (Brizzi), Bank BCA (Flazz), Bank BNI (TapCash), Bank DKI (JakCard) dan Bank Mega (MegaCash).
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN III.1 Kesimpulan Penggunaan uang elektronik (e-currency) tumbuh signifikan. Penerbit e-currency juga terus bertambah. Namun, penerbit memerlukan usaha keras agar produk ini lebih banyak dikenal masyarakat. e-currency adalah produk stored-value atau prepaid, di mana sejumlah nilai uang (monetary value) tersimpan dalam peralatan elektronis. Nilai uang dalam e-currency akan berkurang pada saat konsumen menggunakannya untuk pembayaran. Di samping itu e-currency yang dimaksudkan di sini berbeda dengan single-purpose prepaid card lainnya seperti kartu telepon, sebab e-currency yang dimaksudkan di sini dapat digunakan untuk berbagai macam jenis pembayaran (multipurposed). E-currency yang dimaksudkan disini juga berbeda dengan alat pembayaran elektronis berbasis kartu lainnya seperti kartu kredit dan kartu debet. Kartu kredit dan kartu debet bukan merupakan prepaid products melainkan access products. Beberapa manfaat atau kelebihan dari penggunaan e-currency dibandingkan dengan uang tunai maupun alat pembayaran non-tunai lainnya, antara lain : 1. Lebih cepat dan nyaman dibandingkan dengan uang tunai, khususnya untuk transaksi yang bernilai kecil (micro payment), disebabkan nasabah tidak perlu menyediakan sejumlah uang pas untuk suatu transaksi atau harus menyimpan uang kembalian. Selain itu, kesalahan dalam menghitung uang kembalian dari suatu transaksi tidak terjadi apabila menggunakan e-currency. 2. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu transaksi dengan e-currency dapat dilakukan jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu kredit atau kartu debit, karena tidak harus memerlukan proses otorisasi on-line, tanda tangan maupun PIN. Selain itu, dengan transaksi off-line, maka biaya komunikasi dapat dikurangi. 3. Electronic value dapat diisi ulang ke dalam kartu e-currency melalui berbagai sarana yang disediakan oleh issuer. Diperkirakan pemakaian e-currency di masa datang berpotensi menggeser peran uang tunai dalam transaksi pembayaran bersifat retail. Pemakaian e-currency akan memberikan kelebihan dibanding dengan memakai uang tunai dan alat pembayaran non-tunai lainnya. Sebagai contoh, lebih cepat dan nyaman dibanding memakai uang tunai khususnya transaksi bernilai kecil, sebab si nasabah tak perlu mengeluarkan uang 9
10 pas atau menerima kembalian. Selain itu, dengan menggunakan e-currency tidak ada kesalahan hitung pengembalian uang saat melakukan transaksi. Kelebihan lain e-currency lainnya adalah waktu yang diperlukan menyelesaikan transaksi jauh lebih singkat dibandingkan transaksi dengan kartu debit, kartu kredit atau ATM. Sebab, pemakaian e-currency tak memerlukan otorisasi on-line, tanda tangan atau memasukkan kode PIN. Dengan transaksi off-line biaya dapat dikurangi. III.2 Saran Adapun saran untuk mengembangkan penulisan makalah ini adalah mengembangkan penulisan makalah dari sisi pemanfaatan teknologi e-currency yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan beberapa factor ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA [1] Ramadhan Triwijanarko. (2017, May) http://marketeers.com. [Online]. http://marketeers.com/penggunaan-e-money-di-indonesia/ [2] Tunggul Susilo. (2016, November) http://www.antarajatim.com. [Online]. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/121892/kolaborasi-kunci-suksespenerapan-uang-elektronik [3] SWAOnline. (2013, November) swa.co.id. [Online]. https://swa.co.id/swa/trends/technology/transaksi-e-money-capai-rp-39- miliarhari-bi-genjot-terus-cashless-banking [6] (2014, November) http://atmbersama.com. [Online]. http://atmbersama.com/id/info-and-tips/2014/11/28/untung-rugi-dalammenggunakan-e-money/ [4] http://www.bi.go.id. [Online]. http://www.bi.go.id/id/peraturan/sistempembayaran/documents/pbi_180916.pdf [5] Sigit Aditya. (2016, February) http://www.dream-media.org. [Online]. http://www.dream-media.org/keuntungan-dan-kelemahan-e-money/ 11