II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

dokumen-dokumen yang mirip
VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR- FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI BERDASARKAN STATUS PETANI

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

III KERANGKA PEMIKIRAN

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Mengenai Usahatani

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

III KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EKONOMI USAHATANI PADI ORGANIK DI PRIGEN PASURUAN

EFESIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA PELAKSANAAN PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

BAB IV. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI PRA IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN LAHAN PANGAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

ANALISIS DAMPAK SOSIAL EKONOMI TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI PHT PERKEBUNAN TEH RAKYAT. Oleh : Rosmiyati Sajuti Yusmichad Yusdja Supriyati Bambang Winarso

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CAISIM (Brassica chinensis L.) Abstract PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penguasaan dan Pengusahaan Lahan Pola Penguasaan Tanah dan Reforma Agraria

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI DALAM USAHATANI

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

VIII ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

VII ANALISIS PENDAPATAN

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TEBU LAHAN KERING

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

EFISIENSI PEMANFAATAN INPUT PRODUKSI USAHATANI PADI LADANG DI KECAMATAN BUNGKU UTARA KABUPATEN MOROWALI

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Petani Pendapatan yang diterima seorang petani dalam satu musim/satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang petani yang mengusahakan pada luasan lahan yang sama dari musim ke musim menerima pendapatan yang berbeda-beda juga dari tahun ke tahun. Berbagai faktor mempengaruhi pendapatan petani, namun ada beberapa faktor yang tidak dapat diubah, yaitu iklim dan jenis tanah. Kemampuan petani untuk mempengaruhi iklim dan jenis tanah sangat terbatas. Sedangkan luas lahan, efisiensi kerja dan efisiensi produksi masih ada dalam batas kemampuan petani untuk mengubahnya (Soeharjo dan Patong, 1977). Slamet dan Rafael (1984) dalam laporan penelitiannya menunjukkan bahwa secara umum petani pemilik-penggarap lebih efisien dalam menggunakan faktorfaktor produksi, terutama penggunaan benih dan pupuk serta obat, dan sedikit kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja luar keluarga bila dibandingkan dengan petani penggarap. Sedangkan hasil analisis efisiensi secara teknis faktorfaktor produksi tanah dan tenaga kerja keluarga maka terlihat bahwa petani pemilik-penggarap lebih efisien menggunakan tanah dan tenaga kerja keluarga dibandingkan petani penggarap. Maka dapat disimpulkan bahwa status atas tanah mempunyai pengaruh dalam efisiensi penggunaan faktor produksi atau produktivitas padi sawah. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Porajouw (1990), diperoleh hasil bahwa petani penyakap lebih efisien dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi usahatani padi sawah dibandingkan dengan petani pemilik. Lebih 9

efisiennya petani penyakap disebabkan alokasi tenaga kerja yang lebih tinggi daripada petani pemilik. Selain itu, efisiensi ekonomis tertinggi diperoleh petani penyakap dibandingkan petani pemilik-penggarap. Sedangkan hasil penelitian Handayani (2006) diketahui bahwa pendapatan dan profitabilitas yang diperoleh dari usahatani milik jauh lebih menguntungkan dibandingkan usahatani bukan milik (sakap). Hal ini dapat dilihat dari nilai (imbangan penerimaan dan biaya) R/C rasio pada usahatani milik lebih besar daripada usahatani bukan milik (sakap) karena pada usahatani bukan milik harus mengeluarkan biaya bagi hasil yang mencapai 60 persen dari total biaya 2.2 Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Menggunakan Model Cobb- Douglas Berdasarkan analisis pendapatan usahatani padi sawah dan padi ladang, petani memperoleh pendapatan yang positif atas biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini berarti dapat menutupi seluruh biaya produksi atau biaya total usahatani. Hasil analisis efisiensi ekonomi terhadap faktor-faktor produksi padi menunjukkan bahwa kondisi produksi padi di Desa Kragilan belum optimal. Rasio antara (Nilai Produk Marginal) NPM dan (Biaya Korbanan Marginal) BKM dari masing-masing faktor produksi menunjukkan hasil yang tidak sama dengan satu, yang berarti bahwa jumlah penggunaan faktor produksi harus ditingkatkan atau diturunkan untuk memperoleh hasil yang optimal (Retmawati 2005). Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi yang dilakukan oleh Irawati (2006) di daerah penelitian diketahui bahwa petani non-program pendapatan atas biaya tunai dan total lebih tinggi dibandingkan dengan petani program PTT. Dilihat dari nilai R/C rasio pada saat kondisi optimal, petani program juga lebih menguntungan dari petani non-program PTT dengan nilai 10

masing-masing 2,49 dan 2,01. Analisis pada penelitian ini menggunakan model Cobb-Douglas. Baik petani program maupun non-program PTT belum efisien dalam penggunaaan faktor-faktor produksi. Hal ini terlihat dari nilai NPM/BKM yang tidak sama dengan satu. Analisis pendapatan dan biaya usahatani menggambarkan biaya total yang dikeluarkan oleh petani program PTT di Desa Cijengkol lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya total petani Desa Mulyasari. Kondisi ini disebabkan biaya sewa lahan yang berbeda di antara dua daerah yang mempunyai karakteristik geografis yang berbeda. Penggunaan faktor-faktor produksi baik petani PTT di Desa Mulyasari dan Desa Cijengkol belum mencapai kondisi optimal/efisien, karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Berdasarkan perbandingan tingkat pendapatan terlihat bahwa penggunaan faktor produksi usahatani masih bisa ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan dengan R/C rasio pada biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio aktual (Disti, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2007) tentang analisis pendapatan dan efisiensi produksi usahatani padi sawah diketahui bahwa penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi di daerah penelitian belum mencapai efisien dan optimal karena rasio antara NPM dan BKM untuk setiap faktor produksi tidak sama dengan satu. Untuk faktor produksi luas lahan, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk ZA, pestisida, dan tenaga kerja, rasio NPM dan BKM lebih dari satu. Rasio NPM dan BKM untuk faktor produksi benih dan Kcl memiliki rasio yang lebih kecil dari satu. Rasio NPM dan BKM dari kedua faktor produksi tersebut memiliki nilai negatif yang disebabkan oleh nilai elastisitas (koefisien regresi) faktor produksi yang negatif. 11

Diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh Gopur (2009) mengenai efisiensi produksi caisin bahwa faktor-faktor produksi yang mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi caisin yaitu pestisida cair dan tenaga kerja, sementara untuk faktor produksi benih, pupuk kimia, pupuk kandang dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata. Kesimpulannya yaitu, bahwa pada kegiatan usahatani caisin, penggunaan input seperti pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida cair, pestisida padat dan tenaga kerja belum efisien sehingga penggunaan harus ditambah. Sementara untuk input benih tidak efisien karena penggunaannya sudah berlebih. Yulistia (2009), dengan penelitian mengenai analisis pendapatan dan efisensi produksi usahatani belimbing dewa peserta primatani menyimpulkan bahwa hadirnya primatani di kota Depok khususnya di Kelurahan Pasir Putih belum memberikan dampak yang terlalu besar terhadap tingkat pendapatan petani peserta primatani. Hal ini diketahui dari pendapatan usahatani Belimbing Dewa per hektar per tahun atas biaya tunai dan biaya total petani non peserta primatani pada tahun 2008 lebih besar jika dibandingkan dengan petani peserta primatani. Usahatani belimbing Dewa yang dijalankan petani peserta primatani dan non peserta primatani sudah menguntungkan bagi petani. Hal ini terlihat dari nilai R/C rasio pada petani primatani dan non primatani yang lebih besar dari satu. Namun tingkat penggunaan faktor produksi pada petani primatani belum mencapai kondisi optimal yang ditandai dari hasil rasio NPM/BKM yang tidak sama dengan satu. Status petani berdasarkan lahan yang digarapnya mempengaruhi tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi atau produktivitas padi sawah. 12

Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa petani pemilik penggarap lebih efisien dalam penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan petani penggarap. Kenyataan ini disebabkan oleh rasa tanggung jawab petani sawah atas miliknya selain itu luas garapannya relatif kecil dan tidak terpencar-pencar sehingga kontrolnya lebih baik dibanding petani penggarap yang mengusahakan beberapa bidang milik orang lain. Pendapatan yang diperoleh petani pemilik penggarap lebih besar dibandingkan petani penggarap karena petani penggarap harus mengeluarkan biaya bagi hasil yang mencapai 60 persen dari biaya total atau mengeluarkan biaya sewa lahan. Model yang sering digunakan dalam analisis efisiensi faktor produksi adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Maka dengan kata lain efisiensi dengan keuntungan maksimal tercapai pada saat nilai NPM sama dengan BKM. Sedangkan untuk mengukur tingkat pendapatan petani pada umumnya digunakan analisis R/C rasio. Semakin besar nilai R/C rasio menunjukan semakin semakin besar penerimaan usahatani yang diperoleh dibanding biaya yang dikeluarkan untuk produksi usahatani. 13