A. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin dikenal masyarakat, bukan hanya sebagai kebutuhan kesehatan tetapi juga keperluan estetik. Perawatan ortodontik adalah salah satu jenis perawatan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan untuk mendapatkan penampilan dentofasial yang baik secara estetika, yaitu dengan memperbaiki susunan gigi berjejal, koreksi rotasi gigi-geligi, koreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik (William, 2000). Alat ortodontik terdiri dari dua jenis, yaitu alat lepasan dan alat cekat (William, 2000). Alat ortodontik lepasan didefinisikan sebagai alat yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Alat ini masih umum digunakan oleh dokter gigi di Indonesia terutama oleh general practitioner dengan biaya perawatan yang terjangkau dibandingkan dengan alat cekat yang membutuhkan biaya mahal dan keterampilan khusus. Menurut Isaacson (2002) alat ortodontik lepasan mulai digunakan sejak abad ke 19, namun akrilik dan stainless steel baru digunakan pada awal abad ke 20. Alat ortodontik lepasan terdiri dari tiga komponen utama yaitu plat dasar, komponen retentif, dan komponen aktif (Proffit dkk., 2007). Komponen aktif alat ortodontik lepasan merupakan elemen yang memberikan gaya pada gigi sehingga terjadi pergerakan. Komponen tersebut antara lain adalah spring (pegas), busur labial, sekrup dan elastik (Singh, 2007). Spring pada alat ortodontik lepasan mempunyai banyak variasi berdasarkan fungsi, salah satu diantaranya adalah 1
finger spring. Finger spring berfungsi untuk menggerakan gigi ke arah mesial atau distal. Finger spring biasanya digunakan untuk pergerakan gigi anterior, contohnya menutup diastema sentral dan space minor anterior (Phulari, 2011). Material spring yang paling baik adalah stainless steel dengan sifat yang elastis dan mudah dibentuk. Material tersebut tidak berasa dan tahan terhadap korosi di lingkungan mulut. Finger spring dibuat menggunakan kawat dengan diameter 0,5 atau 0,6 mm. Finger spring terdiri dari lengan aktif berupa ujung bebas yang memeluk gigi dengan panjang 12-15 mm, koil dengan diameter sekitar 3 mm, dan lengan retentif dengan panjang 4-5 mm yang tertanam pada plat dasar (Singh, 2007). Alat tersebut diaktivasi dengan cara membuka koil atau menggerakkan lengan aktif (Phulari, 2011). Pergeseran gigi memerlukan dorongan faktor mekanik dan faktor biologis untuk mendapatkan gaya yang optimal. Sistem gaya yang diberikan harus memperhitungkan besarnya gaya yang dihasilkan agar tujuan perawatan dapat tercapai. Gaya adalah massa dikalikan percepatan, satuannya adalah Newton atau gram milimeter/detik 2. Satuan Newton sering digantikan dengan gram dalam ortodontik klinis karena kontribusi dari percepatan ke besarnya gaya secara klinis adalah relevan (Nanda, 1997). Perawatan ortodontik dengan alat lepasan hanya dapat menghasilkan gerakan gigi yang terbatas. Kekuatan yang dihasilkan hanya dapat menggerakkan gigi secara tipping dan merupakan gerakan utama yang mungkin dihasilkan untuk alat tipe ini. Gerakan rotasi kemungkinan juga dapat dihasilkan oleh alat ini apabila menggunakan kekuatan kopel. Gerakan bodily, torquing apeks dan 2
uprighting sangat sulit atau tidak mungkin dapat dihasilkan oleh alat ortodontik lepasan ini, dan apabila dilakukan maka hasil gerakan tidak memuaskan (Foster, 1975). Proffit (2007) menyebutkan bahwa tekanan optimal yang dapat diaplikasikan untuk mendapatkan gerakan tipping adalah 50-75 gr/cm 2, torque 75-125 gr/cm 2, dan bodily 100-150 gr/cm 2. Menurut Zietsman (2000) tipping gigi berakar tunggal diperlukan kekuatan 30-50 gr dengan aktivasi sekitar 3 mm. Kekuatan untuk menggerakkan gigi dengan alat ortodontik lepasan antara lain adalah bergantung pada jenis kawat, ukuran diameter kawat, ukuran diameter koil, panjang lengan spring, dan besarnya jarak aktivasi spring. Diameter kawat dan panjang lengan kawat mempengaruhi kekuatan dan elastisitas kawat tersebut. Semakin besar diameter kawat, semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan tetapi elastisitas kawat berkurang, sedangkan semakin panjang lengan, maka kekuatan spring tersebut berkurang dan elastisitasnya meningkat (Bartzella, 2007). Pergerakan gigi dengan mekanika geser dapat dipengaruhi oleh panjang lengan spring. Kekuatan panjang lengan dapat mejadi hal yang mudah dimodifikasi dalam menentukan arah pergerakan gigi dengan menggunakan mekanika geser (Sia dkk., 2007). Menurut Phulari (2011), panjang lengan aktif pada finger spring adalah 12-15 mm dan menurut Lohakare (2008) adalah 13 mm. 3
B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah, timbul suatu permasalahan yaitu apakah terdapat perbedaan besar gaya geser yang dihasilkan oleh empat ukuran panjang lengan aktif finger spring? C. Keaslian Penelitian Zietsman dkk. (2000) telah menguji kekuatan palatal finger spring pada alat ortodontik lepasan untuk menggerakkan gigi, pada penelitian tersebut dikatakan bahwa diameter kawat finger spring mempengaruhi kekuatan yang dihasilkan. Sejauh peneliti ketahui, sampai saat ini belum ada penelitian mengenai perbandingan besar gaya geser antara empat ukuran panjang lengan aktif finger spring. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mempelajari perbandingan besar gaya geser yang dihasilkan oleh berbagai ukuran panjang lengan finger spring. 2. Mendapatkan ukuran panjang lengan aktif finger spring yang optimal untuk pergerakan gigi. 4
E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1. Menambah pengetahuan di bidang kedokteran gigi khususnya bidang ortodontik mengenai kekuatan panjang lengan aktif finger spring. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan panjang lengan aktif finger spring yang optimal bagi dokter gigi. 5