BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kennedy Klasifikasi Kennedy pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Edward Kennedy pada tahun Klasifikasi Kennedy merupakan metode klasifikasi yang paling umum digunakan saat ini karena sederhana, mudah diaplikasikan pada seluruh kondisi kehilangan sebag sebagian ian gigi, dapat segera menentukan tipe kehilangan sebagian gigi, dan dapat menentukan tipe dukungan GTSL (dukungan gigi atau dukungan gigi dan mukosa). Kennedy membagi kehilangan gigi sebagian menjadi empat kelas secara umum. Daerah edentulus diluar klasif klasifikasi ikasi yang telah ditentukan, dikategorikan sebagai modifikasi.1 Klasifikasi Kennedy diuraikan sebagai berikut:1 1. Klas I : daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pad pada kedua sisi rahang (bilateral) (Gambar 1.a). 1.a) 2. Klas II : daerah tidak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada tetapi berada hanya pada salah sat satu u sisi rahang saja (unilateral) (Gambar 1.b). 3. Klas III : daerah tidak bergigi terletak di antara gigi gigi-gigi gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anterior dan unilateral (Gambar 1.c). 4. Klas IV : daerah tidak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigigigi gigi yang masih ada dan an melewati garis tengah rahang (Gambar 1.d). a b c d Gambar ar 1. Klasifikasi Kennedy; a. Klas I; b. Klas II; c. Klas III; d. Klas K IV1

2 9 Aturan dalam penggunaan klasifikasi Kennedy adalah: 1 1. Klasifikasi ditentukan setelah ekstraksi gigi yang mungkin mengubah klasifikasi awal. 2. Molar ketiga tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak ada dan tidak akan digantikan 3. Molar ketiga dipertimbangkan dalam klasifikasi jika ada dan digunakan sebagai gigi penyangga 4. Molar kedua tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak ada dan tidak akan digantikan 5. Penentuan klasifikasi selalu dari daerah edentulus paling posterior 6. Daerah edentulus diluar klasifikasi dikategorikan modifikasi dan sesuai jumlah daerah edentulus 7. Luas daerah modifikasi tidak dipertimbangkan, hanya jumlah daerah edentulus tambahan 8. Tidak ada modifikasi pada klas IV 2.2 Gigitiruan Sebagian Lepasan Kerangka Logam Pengertian Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam merupakan gigitiruan yang terdiri dari basis kerangka logam yang terletak diatas linggir, dan resin akrilik yang diaplikasikan untuk meningkatkan estetis, mengembalikan kontur jaringan yang hilang, dan menahan anasir gigitiruan Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan GTSL kerangka logam antara lain: 1,16,17,29,30 1. Kaku, akurat, dan tidak berubah bentuk 2. Kuat, stabil, dan tahan lama 3. Lebih nyaman dipakai (karena dapat dibuat lebih tipis dari resin akrilik) 4. Semua bagian gigitiruan merupakan satu kesatuan dan homogen 5. Gaya-gaya yang timbul akibat pengunyahan dapat disalurkan lebih baik

3 10 6. Penghantar termis yang baik 7. Lebih higienis karena porositas pada permukaan logam lebih rendah dibandingkan resin akrilik, sehingga mengurangi akumulasi makanan dan plak serta mempertahankan jaringan yang sehat. Kekurangan GTSL kerangka logam antara lain: 1,16,17,29,30 1. Tidak estetis bila cangkolan logam terlihat 2. Sulit untuk dilakukan reline 3. Prosedur pembuatan yang sulit 4. Basis logam tidak sewarna dengan jaringan mulut sehingga mengganggu estetis Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi GTSL kerangka logam antara lain: Pasien dengan oral hygiene yang baik 2. Gigi penyangga dengan dukungan tulang alveolar yang baik Kontraindikasi GTSL kerangka logam yaitu tidak dapat diaplikasikan pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap kobalt dan kromium Komponen Komponen GTSL kerangka logam terdiri dari konektor mayor, konektor minor, sandaran, penahan langsung, resiprokal, penahan tidak langsung, basis yang mendukung anasir gigitiruan. 1 A. Konektor Mayor Konektor mayor merupakan komponen dari GTSL yang menghubungkan bagian-bagian gigitiruan yang terletak pada sisi kiri dan kanan rahang. Bagian-bagian lain dari gigitiruan terhubung secara langsung maupun tidak langsung pada konektor mayor. Komponen ini juga memberikan stabilitas untuk membantu menahan pergerakan dari tekanan fungsional. 1,29

4 11 Bentuk umum konektor mayor rahang atas adalah: 1,29 1. Batang palatal tunggal, dapat dibuat lebar (8 mm atau lebih disebut strap) atau sempit (kurang dari 8 mm disebut bar) tergantung pada lokasi dan kebutuhan untuk kekuatan dan dukungan gigitiruan. Indikasi penggunaan batang palatal tunggal adalah pada ruang edentulus bilateral yang pendek pada gigitiruan dukungan gigi (Gambar 2.a). 2. Plat palatal, menutupi palatum lebih luas daripada jenis lainnya. Plat palatal harus terletak di depan daerah posterior palatal seal. Indikasi penggunaan plat palatal adalah pada kondisi kehilangan lebih dari 6 gigi sehingga daerah palatum seluruhnya dimanfaatkan sebagai dukungan untuk mendapatkan kekakuan yang cukup (Gambar 2.b). 3. Batang palatal ganda, terdiri dari batang anterior dan posterior yang disatukan oleh konektor longitudinal pada masing-masing sisi. Indikasi penggunaan batang palatal ganda adalah pada torus palatinus yang besar dan tidak melewati batas antara palatum keras dan palatum lunak serta pada klas I dan klas II dengan dukungan yang baik dari gigi penyangga dan linggir alveolaris. Dari segi prinsip desain, batang palatal ganda secara mekanis dan biologis baik jika ditempatkan tanpa menekan jaringan (Gambar 2.c). 4. Plat palatal berbentuk U, disebut juga konektor tapal kuda. Merupakan desain konektor yang kurang baik dibandingkan konektor mayor rahang atas lainnya karena kurang kaku, tetapi plat palatal berbentuk U dapat dibuat lebih kaku dengan menggunakan beberapa gigi penyangga dan sandaran oklusal. Indikasi penggunaan plat palatal berbentuk U adalah pada torus palantinus yang besar dan meluas sampai batas posterior dari palatum keras. Pun (2010) menyatakan plat palatal berbentuk U merupakan konektor mayor yang paling umum digunakan (72,5%) (Gambar 2.d).

5 12 a b Gambar c d 2.Bentuk entuk konektor mayor rahan rahang atas; a. Batang atang palatal tunggal;; b. Plat palatal; c. Batang palatal ganda; d. Plat P palatal 1 berbentuk bentuk U Bentuk umum konektor mayor rahang bawah adalah:1,29 1. Batang lingual lingual,, merupakan bentuk paling sederhana. Tepi atas dari batang lingual terletak paling sedikit 4 mm dari margin gingiva dan lebih jauh bila memungkinkan. Secara klinis, penggunaan batang lingual dibatasi oleh kondisi anatomis rongga mulut. Indikasi penggunaan batang lingual adalah ketika ada ruang yang cukup antara sulkus lingual alveol alveolar dan jaringan gingiva lingual (Gambar 3.a). 3.a) 2. Plat lingual, merupakan batang lingual yang meluas sampai diatas singulum gigi anterior. Tepi atas harus ditemp ditempatkan atkan pada sepertiga tengah permukaan lingual gigi anterior. Dari segi prinsip desain, plat lingual lebih biologis dibandingkan batang lingual ganda karena lebih kecil kemungkinan terperangkapnya sisa-sisa sisa makanan. Indikasi penggunaan plat lingual adalah pada ada klas I dimana linggir alveolaris mengalami resorpsi vertikal yang parah parah.. Plat lingual digunakan pada kasus kehilangan 6 gigi atau lebih agar mendapatkan kekakuan yang cukup sehingga menghasilkan dukungan dan distribusi tekanan yang baik.28 Plat lingual lebih sering digunakan pada kasus free end (klas I dan klas II) dibandingkan batang lingual.15 Pun (2010) menyatakan plat lingual merupakan konektor mayor yang paling umum digunakan (59,4%). (Gambar 3.b) 3.b). 3. Batang lingual ganda, terdiri dari bat batang ang lingual dan sebuah batang tambahan yang terletak diatas singulum gigi anterior. Dapat ber berfungsi fungsi sebagai penahan tidak langsung dan stabilisasi. Indikasi penggunaan batang lingual ganda

6 13 adalah pada diastema yang lebar diantara gigi anterior sehingga pla platt lingual kurang estetis karena logam dapat terlihat dari depan (Gambar 3.c). 4. Batang labial, tepi atas terletak 4 mm dibawah margin gingiva permukaan labial dan bukal dan lebih jauh jika memungkinkan. Tepi bawah terletak pada vestibulum permukaan labial dan bukal pada batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. Indikasi penggunaan batang labial adalah pada kasus dengan gigi anterior yang terlalu miring ke lingual sehingga batan batang g lingual tidak dapat digunakan (Gambar 3.d). a b c d Gambar 3. Bentuk entuk konektor mayor rahang bbawah; a. Batang lingual; b. Plat lingual; c. Batang lingual ganda; d. B Batang labial1 B. Konektor Minor Konektor minor adalah komponen yang merupakan penghubung antara konekor mayor atau basis GTSL dan komponen lain dari gigitiruan, seperti sepe cangkolan, penahan tidak langsung langsung,, sandaran oklusal, atau sandaran singulum.1,29 Selain mengubungkan bagian bagian-bagian bagian gigitiruan, konektor minor memiliki fungsi lain yaitu:1,29 1. Memindahkan tekanan fungsional ke gigi penyangga. 2. Memindahkan efek dari penahan, sandaran, dan komponen penyeimbang ke seluruh gigitiruan. C. Penahan Langsung Penahan langsung adalah komponen yang terletak pada gigi penyangga, berfungsi mencegah lepasnya gigitiruan dan memberi retensi pada gigitiruan. Pada

7 14 umumnya terdiri dari lengan retentif, lengan resiprokal, sandaran, dan konektor minor. 1,29 Dua tipe umum penahan langsung yaitu penahan intra koronal dan penahan ekstra koronal. Penahan intra koronal adalah penahan yang terletak dalam batas kontur anatomi mahkota gigi penyangga. Penahan intra koronal pada umumnya disebut kaitan internal atau presisi. Penahan ekstra koronal adalah penahan yang dilekatkan pada permukaan gigi penyangga. Bentuk penahan ekstra koronal yang paling umum digunakan adalah cangkolan. 1,29 Berdasarkan desain, cangkolan dapat dibagi menjadi dua yaitu cangkolan oklusal dan cangkolan gingiva. Cangkolan oklusal yaitu cangkolan yang mengarah ke daerah gerong dari arah oklusal. Cangkolan gingiva yaitu cangkolan yang mengarah ke daerah gerong dari arah servikal. 1,29 Kelompok cangkolan oklusal antara lain: 1,29 1. Cangkolan Akers, merupakan bentuk dasar dari jenis sirkumferensial yang terdiri atas lengan bukal, lengan lingual dan sandaran oklusal. Cangkolan ini paling umum digunakan karena retentif dan stabil. Cangkolan akers tidak digunakan jika gerong retentif dapat dicapai lebih baik dengan cangkolan gingiva atau pada kondisi yang lebih mengutamakan estetis. Filiz (2001) serta Sadig dan Idowu (2002) menyatakan cangkolan Akers merupakan bentuk penahan langsung yang paling umum digunakan. 31 (Gambar 4.a). 2. Cangkolan mengarah belakang, merupakan modifikasi dari cangkolan cincin. Gerong dapat dicapai dengan sedikit bagian gigi yang tertutupi dan sedikit cangkolan logam yang terlihat (Gambar 4.b). 3. Cangkolan kail, lengan cangkolan diputar membalik untuk mencapai gerong retentif. Lengan cangkolan juga didesain untuk mencapai gerong proksimal dari oklusal. Indikasi penggunaan cangkolan kail adalah ketika gerong proksimal harus digunakan pada gigi penyangga posterior, gigi yang miring, atau perlekatan jaringan yang menghalangi penggunaan cangkolan gingiva (Gambar 4.c). 4. Cangkolan setengah-setengah, terdiri dari lengan retentif pada satu sisi dan lengan resiprokal dari sisi yang berlawanan. Indikasi penggunaan cangkolan

8 15 setengah-setengah setengah adalah ketika diperlukan retensi ganda dan hanya diaplikasikan diaplikasi pada desain GTSL unilateral (Gambar 4.d). 5. Cangkolan ganda, terdiri dari dua cangkolan sirkumferensial yang bergabung pada ada bagian akhir dari dua lengan resiprokal. Indikasi penggunaan cangkolan ganda adalah ketika diperlukan retensi dan stabilisasi tambahan, umumnya umumny pada gigitiruan dukungan gigi (Gambar 4.e). 6. Cangkolan embrasur, tterdiri dari dua lengan retentif,, dua lengan pemeluk dan dua sandaran oklusal. Indikasi penggunaan cangkolan embrasur adalah pada klas II dan klas III tanpa modifikasi yang tidak memiliki ruang edentulus pada sisi yang berlawanan nan untuk menempatkan cangkolan (Gambar 4.f). 7. Cangkolan cincin, merupakan cangkolan yang mengelilingi hampir seluruh permukaan gigi penyangga penyangga. Indikasi penggunaan cangkolan olan cincin adalah pada gerong proksimal yang tidak dapat dicapai dengan cara lain (Gambar 4.g). 4.g) a e b c f d g Gambar 4. Kelompok cangkolan ooklusal; klusal; a. Cangkolan akers; b. Cangkolan mengarah belakang; c. Cangkolan kail; d. Cangkolan setengahsetengah setengah; e. Cangkolan ganda; f. C Cangkolan angkolan embrasur; embra 1 f. Cangkolan angkolan cincin

9 16 Kelompok cangkolan gingiva antara lain: 1,29 1. Cangkolan T, daerah luas yang tertutupi oleh ujung cangkolan T jarang diperlukan untuk retensi yang adekuat (Gambar 5.a). 2. Cangkolan I, berkontak dengan gigi hanya pada bagian ujungnya. Lekukan pada cangkolan I harus ditempatkan paling sedikit 3 mmm dari margin gingiva (Gambar 5.b). 3. Cangkolan Y, area luas yang tertutupi oleh ujung cangkolan Y jarang diperlukan untuk retensi yang adekuat a b Gambar 5. Kelompok cangkolan gingiva; a. Cangkolan T; b. Cangkolan I 29 Kontraindikasi penggunaan cangkolan gingiva yaitu gigi yang terlalu miring ke bukal atau lingual, gerong jaringan yang terlalu besar atau vestibulum bukal yang terlalu dangkal. 1 D. Penahan Tidak Langsung Penahan tidak langsung merupakan komponen yang memberikan retensi terhadap gaya yang menekan ke arah gingiva. Komponen penahan tidak langsung harus ditempatkan sejauh mungkin dari basis perluasan distal sehingga dapat melawan gaya yang dapat melepaskan. Penahan tidak langsung berfungsi mengurangi ungkitan anteroposterior pada gigi penyangga, stabilisasi terhadap pergerakan horizontal gigitiruan melalui kontak antara konektor minor dengan permukaan gigi, stabilisasi terhadap pergerakan lingual pada gigi anterior yang mendukung penahan tidak langsung, sebagai sandaran untuk mendukung konektor mayor dan

10 17 mendistribusikan tekanan, dapat menjadi indikasi untuk kebutuhan reline pada gigitiruan perluasan distal. 1,29 Beberapa bentuk dari penahan tidak langsung yaitu: 1,29 1. Sandaran oklusal, merupakan bentuk penahan tidak langsung yang paling umum digunakan. Sandaran ini terletak pada permukaan oklusal dan sejauh mungkin dari basis perluasan distal sehingga dapat menahan gaya yang melepaskan. Pada GTSL klas I, sandaran oklusal pada umumnya terletak pada tepi marginal bagian mesial dari premolar pertama pada masing-masing sisi. 2. Sandaran kaninus, merupakan sandaran yang ditempatkan pada gigi kaninus. Sandaran kaninus sama dengan sandaran lingual atau sandaran insisal. Indikasi penggunaan sandaran kaninus adalah ketika tepi marginal bagian mesial dari premolar pertama terlalu dekat ke garis fulkrum. 3. Batang kontinu, secara teknis tidak termasuk penahan tidak langsung karena bersandar pada inklinasi lingual gigi anterior yang tidak dipreparasi. Batang kontinu ditempatkan diatas singulum gigi anterior. Batang kontinu lebih efektif sebagai penahan tidak langsung jika ditempatkan sandaran pada kedua ujungnya. 4. Plat lingual, secara teknis tidak termasuk penahan tidak langsung karena bersandar pada inklinasi lingual gigi anterior yang tidak dipreparasi. Tepi atas harus ditempatkan pada sepertiga tengah permukaan lingual gigi anterior. Plat lingual lebih efektif sebagai penahan tidak langsung jika ditempatkan sandaran pada kedua ujungnya. 5. Daerah modifikasi, sandaran oklusal pada gigi penyangga tambahan pada GTSL klas II dapat dijadikan sebagai penahan tidak langsung. Penggunaan daerah modifikasi tergantung seberapa jauh lokasi gigi penyangga tambahan dari garis fulkrum. Pada klas II modifikasi 1, gigi penyangga anterior pada sisi yang didukung gigi merupakan gigi penyangga tambahan, yang memberikan dukungan, retensi, dan menambah stabilisasi horizontal pada gigitiruan. 6. Dukungan rugae, beberapa ahli mempertimbangkan penutupan daerah rugae pada rahang atas termasuk penahan tidak langsung karena daerah rugae cukup kuat dan dapat berfungsi sebagai penahan tidak langsung pada GTSL klas I.

11 18 Penggunaan dukungan rugae sebagai penahan tidak langsung pada umumnya merupakan bagian dari desain plat palatal berbentuk U. Prostodontis menyarankan penggunaan penahan tidak langsung pada GTSL klas I dan klas II untuk mempertahankan stabilitas, dukungan, dan retensi yang merupakan faktor paling penting dalam keberhasilan jangka panjang. Penahan tidak langsung dibutuhkan pada seluruh GTSL perluasan distal yang menggunakan cangkolan sebagai penahan langsung. Pada rahang atas maupun rahang bawah, penahan tidak langsung paling umum digunakan pada klas I. Penahan tidak langsung lebih umum digunakan pada rahang bawah dibandingkan rahang atas. Penelitian Filiz (2001) menyatakan penggunaan penahan tidak langsung yaitu 35,95% pada klas I, 41,52% pada klas II dan 22,5% pada klas III. 31 E. Sandaran Sandaran merupakan komponen GTSL yang memberikan dukungan vertikal pada gigitiruan. Sandaran harus ditempatkan pada permukaan gigi yang sudah dipreparasi, disebut dengan dudukan sandaran. 1,29 Macam-macam bentuk sandaran yaitu: 1,29,32 1. Sandaran oklusal, sandaran yang ditempatkan pada permukaan oklusal gigi premolar atau molar. Menurut prinsip, konsep dan praktek dalam bidang prostodontik, sandaran oklusal berbentuk sendok dan preparasi dilakukan pada gigi penyangga dengan enamel yang sehat. Sandaran oklusal bertujuan untuk meminimalkan kerusakan jaringan lunak dari penggunaan GTSL. Pada gigitiruan dukungan jaringan atau mukosa, bila menerima tekanan yang besar pada mukoperiosteum maka dapat mempercepat resorpsi dan gigitiruan akan menekan sehingga mempengaruhi oklusi. 7,28 Dengan menggunakan sandaran oklusal maka tekanan oklusal disalurkan vertikal sepanjang aksis gigi penyangga. Sandaran oklusal berfungsi sebagai dukungan vertikal pada gigitiruan, mempertahankan komponen gigitiruan pada posisinya, mempertahankan hubungan oklusi yang baik dengan mencegah gigitiruan berubah posisi, mencegah gigitiruan menekan jaringan,

12 19 mengarahkan dan mendistribusikan tekanan oklusal pada gigi penyangga. Mahmood (2001) menyatakan persentase GTSL kerangka logam yang memiliki sandaran oklusal (87,5%) lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki sandaran oklusal (12,5%) dan Pun (2010) menyatakan persentase GTSL kerangka logam yang memiliki sandaran oklusal (98,8%) lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki sandaran oklusal (1,2%). 7,28 (Gambar 6.a). 2. Sandaran oklusal yang diperluas, merupakan sandaran oklusal yang diperluas lebih dari setengah lebar mesiodistal gigi, sepertiga lebar bukolingual gigi, dan ketebalan untuk logam minimal 1 mm. Indikasi penggunaan sandaran oklusal yang diperluas adalah pada klas II modifikasi 1 dan klas III Kennedy dimana gigi penyangga yang paling posterior adalah molar yang miring ke mesial (Gambar 6.b). 3. Sandaran oklusal interproksimal, dudukan sandaran dipreparasi seperti sandaran oklusal individu, perbedaannya preparasi bagian lingual diperluas untuk menambah kekuatan tanpa mengisi terlalu banyak ruang interproksimal dengan konektor minor (Gambar 6.c). 4. Sandaran oklusal internal, digunakan untuk mendapatkan dukungan oklusal dan stabilisasi horizontal (Gambar 6.d). 5. Sandaran lingual, ditempatkan pada bagian singulum dari gigi anterior (pada umumnya kaninus). Sandaran lingual lebih estetis daripada sandaran insisal (Gambar 6.e). 6. Sandaran insisal, ditempatkan pada tepi insisal dari gigi anterior atau pada sudut insisal dari kaninus, pada dudukan sandaran yang telah dipreparasi (Gambar 6.f).

13 20 a b d d c e e f f Gambar 6. Bentuk entuk ssandaran; a. Sandaran oklusal; b. Sanda andaran oklusal yang diperluas; c. S Sandaran oklusal interproksimal; d.. Sandaran oklusal internal; e. Sandaran lingual; f. Sandaran insisal1 F. Basis Basis gigitiruan adalah komponen yang mendukung anasir gigitiruan dan menerima gaya fungsional dari oklusi serta memindahkan gaya fungsional ke struktur pendukung rongga mulut.1,29 Syarat basis gigitiruan yang ideal antara lain:1 1. Adaptasi ke jaringan akurat, dengan perubahan volume yang kecil 2. Permukaan yang rapat dan tidak mengiritasi 3. Penghantar termis 4. Ringan di dalam mulut 5. Cukup kuat, tahan terhadap fraktur atau distorsi 6. Mudah dibersihkan 7. Estetis 8. Dapat dilakukan reline 9. Biaya yang murah Pun (2010) menyatakan bahwa dari 570 sampel, 73,3% merupakan GTSL kerangka logam, 22,4% merupakan GTSL akrilik, dan 4,2% merupakan GTSL

14 21 fleksibel. Jumlah GTSL akrilik dan fleksibel lebih sedikit dibandingkan kerangka logam disebabkan laboratorium yang menerima pembuatan 45% dari total sampel, membuatkan GTSL untuk Marquette University School of Dentistry. Universitas tersebut hanya membuat GTSL kerangka logam kecuali untuk kasus tertentu dan laboratorium tersebut menyatakan tidak menerima pembuatan GTSL non logam. 7 Filiz (2001) menyatakan persentase GTSL kerangka logam pada rahang bawah (55,9%) lebih besar dibandingkan rahang atas (44,1%), Sadig dan Idowu (2002) menyatakan persentase GTSL kerangka logam pada rahang bawah (51,1%) lebih besar dibandingkan rahang atas (48,9%), dan Pun (2010) menyatakan persentase GTSL kerangka logam pada rahang bawah (50,2%) lebih besar dibandingkan rahang atas (49,8%). Gigi anterior rahang bawah paling bertahan di dalam rongga mulut dan kasus free end lebih banyak terdapat pada rahang bawah. 7,15,31 Mahmood dan Sidek (2001) menyatakan pada rahang atas, klas III memiliki persentase terbesar dibandingkan klas II. 28 Pun (2010) menyatakan persentase GTSL kerangka logam rahang atas terbesar adalah klas III Gigitiruan Sebagian Lepasan Fleksibel Pengertian Bahan basis GTSL fleksibel adalah nilon termoplastik (poliamida). 21,22 Nilon tidak dapat patah, berwarna alami seperti gingiva, dapat dibuat cukup tipis, serta dapat membentuk basis gigitiruan dan cangkolan. 6,23 Nilon merupakan kandidat pengganti logam yang baik karena keseimbangan kekuatan, elastisitas, dan ketahanan terhadap panas yang baik. 33 Gigitiruan jenis ini lebih estetis karena dibuat tanpa cangkolan logam. 21

15 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan GTSL fleksibel antara lain: 20,21,22,24,34 1. Estetis karena translusensi dari bahan GTSL fleksibel memperlihatkan warna jaringan dibawahnya, sehingga gigitiruan hampir tidak terlihat, serta tidak menggunakan cangkolan logam maupun kawat yang dapat terlihat di permukaan gigi. 2. Bahan GTSL fleksibel kuat maka dapat dibuat lebih tipis sehingga nyaman untuk digunakan dan secara estetik disukai. 3. Gigitiruan sebagian lepasan fleksibel menunjukkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan teknik konvensional karena dibuat dengan menggunakan teknik injeksi. 4. Basis gigitiruan beradaptasi dengan baik pada daerah gerong karena fleksibel. 5. Bahan ini biokompatibel karena bebas dari monomer sisa dan logam, yang merupakan penyebab utama dari reaksi alergi pada bahan GTSL konvensional. 6. Bahan GTSL fleksibel dapat mengatasi fraktur midline pada gigitiruan 7. Bahan GTSL fleksibel memiliki fleksibilitas yang baik seperti titanium, oleh karena itu jika ada sedikit pembengkokan, gigitiruan akan kembali ke posisi dan bentuk semula 8. Tidak perlu modifikasi pada gigi penyangga yang ditempatkan sandaran oklusal seperti pada cangkolan logam 9. Rebase mungkin dilakukan Kekurangan GTSL fleksibel antara lain: 20,21,24,33 1. Kurang stabil pada kasus free end seperti klas I dan klas II Kennedy 2. GTSL fleksibel memiliki stabilitas warna yang rendah. 3. Terlepasnya anasir gigitiruan dari basis karena bahan dasar poliamida tidak berikatan secara kimiawi dengan anasir gigitiruan akrilik atau porselen, sehingga hanya menggunakan ikatan mekanis. 4. Tidak dapat dilakukan repair atau reline. Pada kasus seperti itu, direkomendasikan melakukan rebase. 5. Tidak menghantarkan panas dan dingin seperti logam

16 23 6. Gigi yang tersisa harus dalam kondisi periodontal yang baik, karena GTSL fleksibel memanfaatkan celah dengan teknik Retento-Grip Tissue-Bearing untuk mendapatkan retensi 7. Biaya laboratoris lebih mahal Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi untuk GTSL fleksibel: 6,20,24 1. Pada kasus single denture 2. Pasien yang memilih untuk tidak menggunakan gigitiruan cekat 3. Pada kasus yang sulit seperti pasien anak-anak 4. Pasien yang alergi terhadap akrilik 5. Pada pasien yang memiliki riwayat GTSL patah berulang. 6. Orang-orang dengan kebutuhan khusus seperti atlet, polisi, pemadam kebakaran, anggota militer, tahanan dan petugas penjara, atau orang-orang yang mungkin terkena cedera fisik. Kontraindikasi untuk GTSL fleksibel: 20,21 1. Overbite dalam (4mm atau lebih) karena gigi anterior dapat lepas pada gerakan yang menyimpang. 2. Sedikit gigi yang tersisa dengan gerong yang minimal untuk retensi 3. Jarak inter oklusal pada daerah posterior kurang dari 4mm 4. Bilateral free end perluasan distal dengan linggir tajam atau torus lingual pada rahang bawah 5. Bilateral free end perluasan distal pada rahang atas dengan linggir alveolar yang mengalami atrofi parah 6. Pasien dengan dimensi vertikal yang rendah dan mahkota yang pendek tidak sesuai untuk kasus GTSL fleksibel

17 Komponen Komponen GTSL terdiri dari konektor mayor, konektor minor, sandaran, penahan langsung, resiprokal, penahan tidak langsung, basis yang mendukung anasir gigitiruan.1 A. Konektor Mayor dan Konektor Minor Konektor pada GTSL fleksibel merupakan basis yang fleksibel sehingga kekakuannya lebih rendah dibandingkan kerangka logam.21 B. Penahan Langsung Bentuk cangkolan GTSL fleksibel antara lain: 1. Cangkolan Wrap Wrap-around : perluasan sadel yang dibuat pada servikal gigi penyangga di sebelah gigi yang hilang (Gambar 7.a). 2. Cangkolan Spur : ditempatkan pada gigi penyangga dekat margin gingiva dengan bentuk segitiga mengikuti papilla interdental (Gambar 7.b). 3. Cangkolan Anchor : bentuk cangkolan diperpanjang sampai dua gigi (Gambar 7.c). a b c Gambar 8. Bentuk cangkolan GTSL fleksibel; a. Wrap around; b. Spur;; c. Anchor25 C. Penahan Tidak Langsung Bentuk tuk penahan tidak langsung yang umum digunakan pada GTSL fleksibel adalah sandaran oklusal, yang merupakan satu kesatuan dengan basis fleksibel.

18 25 D. Basis Bahan basis GTSL fleksibel adalah nilon termoplastik (poliamida). 21,22 Nilon tidak dapat patah, berwarna alami seperti gingival, fleksibel dapat dibuat cukup tipis, serta dapat membentuk basis gigitiruan dan cangkolan. 6, Kombinasi GTSL Fleksibel dengan Kerangka Logam Pengertian Alternatif GTSL yang dapat digunakan pada kasus free end yang membutuhkan estetis adalah kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam. Cangkolan dan sadel terbuat dari nilon termoplastik dan komponen lainnya terbuat dari logam sehingga diperoleh keuntungan estetis dari nilon termoplastik pada cangkolan dan stabilitas maksimum serta kekuatan dari kerangka logam. 6,26 Kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam diindikasikan pada kasus free end Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam antara lain: 6 1. Menghilangkan sore spots yang rekuren, karena kerangka logam menahan pergerakan dan tekanan dari cangkolan 2. Estetis karena cangkolan sewarna dengan jaringan gingiva sehingga hampir tidak terlihat Kekurangan kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam antara lain: 6 1. Sulit diaplikasikan pada kondisi dimana ruang antar lengkung kecil karena ketebalan pada gigi diperlukan untuk retensi mekanis 2. Permukaan yang lebih kasar dan sulit dipoles karena penggunaan nilon termoplastik sebagai cangkolan dan sadel free end Indikasi Indikasi kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam yaitu pada kasus

19 Desain Dokter gigi bertanggung jawab penuh dalam mendesain GTSL disebabkan dokter gigi yang memahami kondisi biologis rongga mulut pasien dan faktor lain yang berhubungan dengan desain GTSL. Hal ini sesuai dengan pernyataan The Academy of Prosthodontics bahwa perencanaan perawatan, preparasi gigi penyangga, dan mendesain GTSL merupakan tanggung jawab dokter gigi. Desain GTSL harus didasarkan pada prinsip desain yang bijaksana serta pemeriksaan klinis yang teliti. Desain GTSL untuk masing-masing individu pasien juga didasarkankan pada kondisi gigi yang tersisa dan kondisi rongga mulutnya. Edukasi desain GTSL yang melibatkan dokter gigi dan tekniker disarankan untuk dilakukan agar menambah pengetahuan konsep dasar desain GTSL dan meningkatkan komunikasi antara dokter gigi dan tekniker. 28 Keberhasilan pembuatan gigitiruan kerangka logam dapat ditinjau dari dua aspek yang saling berhubungan erat yaitu aspek klinis dan aspek laboratoris. Klinisi (dokter gigi) dan laboratorium gigi (tekniker gigi) mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan mutu gigitiruan kerangka logam yang dihasilkan. Ada beberapa aspek penting yang merupakan tanggung jawab klinisi (dokter gigi) dalam pembuatan gigitiruan kerangka logam yaitu persiapan gigi geligi yang tinggal yang harus dilakukan sebelum pembuatan gigitiruan, mempersiapkan model kerja yang akurat dan pembuatan desain gigitiruan yang dituangkan dalam perintah kerja (work authorization). Surat perintah kerja merupakan sarana penghubung antara dokter gigi dan tekniker. Dalam pembuatan gigitiruan kerangka logam, tekniker gigi bertanggung jawab terhadap rangka logam yang dihasilkan. Rangka logam ini harus sesuai dengan desain yang digambarkan pada surat perintah kerja atau model kerja ataupun instruksi yang disampaikan secara lisan atau tertulis. Demikian juga pemakaian logam harus sesuai dengan pesanan dokter gigi Tahap Desain Desain GTSL harus dikembangkan secara sistematis dan dibuat pada model diagnostik yang akurat berdasarkan tahap desain GTSL, yaitu menentukan kelas dari

20 27 masing-masing daerah tidak bergigi, dukungan gigitiruan, jenis konektor, dan jenis penahan. 1,36 Tahap menentukan desain: 1,36 1. Menentukan klas dari masing-masing daerah tidak bergigi Daerah tidak bergigi pada suatu lengkung gigi dapat bervariasi dalam hal panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan mempengaruhi rencana pembuatan desain gigitiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor maupun dukungannya. 2. Menentukan dukungan gigitiruan Dukungan GTSL dapat berasal dari gigi atau gigi dan mukosa. Dukungan terbaik untuk GTSL hanya dapat diperoleh bila faktor-faktor berikut ini diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu keadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasangi gigitiruan. 3. Menentukan jenis konektor Konektor mayor harus bersifat kaku sehingga gaya yang diaplikasikan dapat terdistribusi secara efektif pada komponen pendukung. Untuk GTSL resin akrilik, konektor yang dipakai biasanya berbentuk plat. Pada GTSL kerangka logam, bentuk konektor bervariasi dan dipilih sesuai indikasinya. 4. Menentukan jenis penahan Ada dua jenis penahan untuk GTSL yaitu penahan langsung dan penahan tidak langsung. Beberapa faktor perlu diperhatikan untuk menentukan penahan yang akan dipilih, yaitu dukungan dari sadel, stabilisasi dari gigitiruan, dan estetis Prinsip Desain Dalam pembuatan desain GTSL, dokter gigi harus mempertimbangkan kenyamanan pasien, estetis, aspek biomekanis dari gigitiruan, dan prognosis dari gigi penyangga. Konsep dan desain dari gigitiruan dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan mekanis dari GTSL. Beberapa prinsip desain GTSL antara lain: 14

21 28 1. Biomekanis Komplikasi utama dari GTSL adalah kegagalan mekanis antara lain fraktur konektor mayor atau minor dan sandaran oklusal, serta deformasi atau fraktur cangkolan retentif. Resorpsi linggir dibawah perluasan distal dan keausan anasir gigitiruan dapat mengakibatkan gigitiruan dan oklusi tidak stabil. Para ahli menyatakan bahwa distribusi gaya yang lebih baik didapat dari konektor mayor yang kaku dan kontak yang rapat antara gigitiruan dengan gigi, yaitu sandaran oklusal, cangkolan resiprokal dan guiding planes. 2. Statis-dinamis Konsep statis-dinamis dari desain GTSL kerangka logam memperhatikan distribusi dari gaya vertikal dan horizontal pada gigi-gigi penyangga dan mukosa, pencegahan yang perlu dilakukan agar tidak terlalu membebani membran periodontal dari gigi penyangga, dan untuk mempertahankan gigitiruan yang stabil. 3. Biologis Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam didesain agar memenuhi konsep biologis yaitu mengurangi efek pemakaian GTSL jangka panjang yang merusak, seperti karies atau jaringan periodontal. 4. Estetis Pertimbangan estetis pada desain GTSL kerangka logam yang utama adalah dengan membuat bagian-bagian GTSL kerangka logam tidak terlihat. 5. Kenyamanan Pertimbangan kenyamanan pasien pada desain GTSL adalah desain gigitiruan tanpa pergerakan yang berlebih selama penggunaan, tidak mengiritasi lidah dan tidak terperangkap sisa makanan Desain GTSL Kerangka Logam Dalam mendesain GTSL yang bertujuan untuk mendapatkan gigitiruan yang stabil, penting untuk mempertimbangkan prinsip biomekanis dihubungkan dengan kondisi rongga mulut yang spesifik. Gigitiruan bergerak sebagai respon dari tekanan fungsional dari pengunyahan, maka dokter gigi harus dapat mengetahui kemungkinan

22 29 pergerakan sebagai respon dari tekanan fungsional dan diharapkan dapat mendesain komponen dari GTSL untuk mengontrol pergerakan tersebut. 1 Pada saat GTSL berfungsi, gaya yang timbul dapat didistribusikan dan diarahkan, serta efek yang terjadi dapat diminimalkan dengan desain GTSL yang baik. Desain yang baik termasuk pemilihan dan penempatan komponen dengan oklusi yang harmonis. 1 Desain GTSL kerangka logam disesuaikan dengan tahap desain yaitu: 1 1. Menentukan klas Gigitiruan sebagian lepasan klas I Kennedy merupakan gigitiruan perluasan distal yang bilateral, yang memperoleh dukungan utama dari jaringan dibawah basis dan juga dukungan dari gigi penyangga. Gigitiruan sebagian lepasan klas II Kennedy memperoleh dukungan utama dari jaringan dibawah basis dan juga dukungan dari gigi penyangga. Gigitiruan sebagian lepasan klas III Kennedy memperoleh dukungan sepenuhnya dari gigi penyangga. 2. Menentukan dukungan Gigitiruan sebagian lepasan klas III Kennedy merupakan GTSL dukungan gigi. Dukungan dari GTSL dukungan gigi didasarkan pada dukungan alveolar dari gigi penyangga, morfologi mahkota dan akar gigi, kekakuan GTSL kerangka logam, dan desain sandaran oklusal. Melalui pemeriksaan klinis dan interpretasi ronsen foto, dokter gigi dapat mengevaluasi gigi penyangga dan menentukan apakah gigi penyangga dapat menyediakan dukungan yang cukup. Gigitiruan sebagian lepasan yang tidak didukung gigi pada kedua ujung ruang edentulus, mendapat dukungan dari gigi dan mukosa dibawahnya. Efektivitas dukungan mukosa bergantung pada enam faktor yaitu kualitas dari linggir sisa, perluasan linggir sisa yang akan ditutupi oleh basis gigitiruan, ketepatan dan jenis bahan cetak, ketepatan basis gigitiruan, karakteristik desain dari komponen GTSL kerangka logam, dan beban oklusal yang akan diterima.

23 30 3. Menentukan konektor Konektor mayor harus ditempatkan dengan baik sehubungan dengan gingiva dan jaringan yang bergerak, dan harus didesain secara kaku. Kekakuan pada konektor mayor diperlukan untuk distribusi gaya dari dan kepada komponen pendukung. Penggunaan plat palatal berbentuk U jarang diindikasikan pada kondisi torus palatinus yang besar dan meluas sampai batas antara palatum keras dan palatum lunak. Penggunaan batang palatal tunggal yang sempit tidak dianjurkan. Batang palatal ganda baik secara mekanis dan biologis jika ditempatkan tanpa menekan jaringan. Plat palatal yang luas lebih dipilih karena kekakuan dan stabilitas yang baik tanpa merusak jaringan. Batang lingual harus berbentuk half-pear dan bagian tepi atas harus lancip, serta dibebaskan secukupnya tetapi tidak berlebihan dari jaringan dibawahnya. Tepi bawah batang lingual atau plat lingual harus membulat untuk menghindari iritasi jaringan di bawahnya ketika gigitiruan bergerak saat berfungsi. Penggunaan plat lingual diindikasikan ketika gigi anterior rahang bawah mengalami penyakit periodontal, pada klas I Kennedy dimana linggir sisa mengalami resorpsi parah, pada kondisi dasar mulut terlalu dekat ke gingiva lingual dari gigi anterior sehingga batang lingual tidak dapat ditempatkan tanpa menekan jaringan gingiva. Pada penggunaan plat lingual, komponen logam yang berkontak dengan margin gingiva dan gingiva yang berdekatan, harus dibebaskan secukupnya. Pembebasan jaringan yang berlebihan harus dihindari karena jaringan cenderung mengisi kekosongan sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan abnormal. Hanya diperlukan pembebasan jaringan yang minimal untuk menghindari tertekannya jaringan. Konektor minor yang menghubungkan sandaran dan cangkolan ke konektor mayor merupakan komponen penyeimbang. Komponen penyeimbang dari GTSL kerangka logam adalah komponen kaku yang membantu dalam stabilisasi GTSL dari pergerakan horizontal. Konektor minor harus memiliki ketebalan yang cukup agar kaku tetapi tidak terlalu tebal agar tidak mengganggu lidah. Hal ini berarti bahwa konektor minor sebaiknya berada pada embrasur interdental jika memungkinkan.

24 31 4. Menentukan Penahan Penahan untuk GTSL dukungan gigi memiliki dua fungsi yaitu untuk menahan gigitiruan dari gaya yang melepaskan tanpa merusak gigi penyangga, dan untuk membantu dalam menahan kemungkinan terlepasnya gigitiruan. Cangkolan tidak boleh menekan jaringan gingiva. Cangkolan tidak boleh memberikan torsi yang berlebih pada gigi penyangga selama digunakan dan dilepaskan. Cangkolan harus ditempatkan dekat daerah gerong untuk mendapatkan retensi yang cukup, dan harus didesain dengan ketebalan dan kontak minimum pada gigi. Penahan untuk GTSL perluasan distal, ketika menahan GTSL harus lentur bila basis GTSL bergerak kearah jaringan saat berfungsi. Penahan juga berfungsi sebagai stress-breaker. Penahan langsung harus didesain sehingga beban oklusal akan berpindah langsung ke aksis gigi penyangga, dan bukan sebagai ungkitan. Penahan tidak langsung harus ditempatkan sejauh mungkin di depan garis fulkrum jika akan difungsikan dengan penahan langsung, untuk membatasi pergerakan basis perluasan distal menjauhi jaringan basal. Penahan tidak langsung harus ditempatkan pada dudukan sandaran yang dipreparasi pada gigi penyangga yang mampu menahan gaya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas penahan tidak langsung, yaitu: 1. Sandaran oklusal pada gigi penyangga harus ditahan pada dudukan sandaran oleh lengan retentif dari penahan langsung. Jika sandaran ditahan pada dudukannya, rotasi pada aksis akan terjadi sehingga mengaktifkan penahan tidak langsung. Jika sandaran berpindah, maka tidak akan ada rotasi pada fulkrum sehingga penahan tidak langsung menjadi tidak aktif. 2. Jarak dari garis fulkrum. Tiga daerah yang harus dipertimbangkan, yaitu panjang dari basis perluasan distal, lokasi garis fulkrum, dan seberapa jauh penahan tidak langsung ditempatkan dari garis fulkrum 3. Kekakuan konektor yang mendukung penahan tidak langsung, harus bersifat kaku jika ingin penahan tidak langsung berfungsi dengan baik. 4. Efektivitas dari permukaan gigi pendukung. Penahan tidak langsung harus ditempatkan pada dudukan sandaran yang tepat dimana pergerakan gigi tidak akan

25 32 terjadi. Gigi yang miring dan gigi yang lemah tidak dapat digunakan untuk mendukung penahan tidak langsung. Gambar 7. Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam Desain GTS TSL Fleksibel Desain GTSL fleksibel disesuaikan dengan tahap desain yaitu:1,37,38 1. Menentukan klas Gigitiruan sebagian lepasan klas I Kennedy merupakan gigitiruan perluasan distal yang bilateral, yang memperoleh dukungan utama dari jaringan dibawah basis dan juga dukungan dari gigi penyangga penyangga.. Gigitiruan sebagian lepasan klas II Kennedy memperoleh dukungan utama dari jaringan dibawah basis dan juga dukungan dari gigi penyangga. Gigitiruan sebagian lepasan klas III Kennedy memperoleh dukungan sepenuhnya dari gigi penyangga. 2. Menentukan dukungan Gigitiruan sebagian lepasan klas III Kennedy merupakan GTSL dukungan gigi. Dukungan dari GTSL dukungan gigi didasarkan pada dukungan alveolar dari gigi penyangga, morfologi mahkota dan akar gigi, kekakuan GTSL kerangka logam, dan desain sandaran oklusal. Melalui pemeriksaan klinis dan interpretasi ronsen foto, dokter gigi dapat mengevaluasi gigi penyangga dan menentukan apakah gigi penyangga dapat menyediakan dukungan yang cukup. Gigitiruan iruan sebagian lepasan yang tidak didukung gigi pada kedua ujung ruang edentulus, mendapat dukungan dari gigi dan linggir dibawahnya. Efektivitas Efektivi dukungan mukosa bergantung pada enam faktor yaitu kualitas dari linggir sisa,

26 33 perluasan linggir sisa yang akan ditutupi oleh basis gigitiruan, ketepatan dan jenis bahan cetak, ketepatan basis gigitiruan, karakteristik desain dari komponen GTSL, dan beban oklusal yang akan diterima. 3. Menentukan konektor Konektor pada GTSL fleksibel merupakan basis yang fleksibel sehingga kekakuannya lebih rendah dibandingkan kerangka logam. 4. Menentukan penahan Penahan pada GTSL fleksibel merupakan cangkolan dengan bahan nilon termoplastik yang fleksibel dan estetis. Pada pembuatan GTSL fleksibel diperlukan survey zone, bukan survey lines, karena survey zone digunakan untuk menghasilkan stabilitas dan retensi. Survey zone disebut juga circumferential guide plane. Tipe cangkolan pada GTSL fleksibel wrap around, spur dan anchor Desain Kombinasi GTSL Fleksibel dengan Kerangka Logam Desain kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam disesuaikan dengan tahap desain yaitu: 1,39 1. Menentukan klas Gigitiruan sebagian lepasan klas I Kennedy merupakan gigitiruan perluasan distal yang bilateral, yang memperoleh dukungan utama dari jaringan dibawah basis dan juga dukungan dari gigi penyangga. Gigitiruan sebagian lepasan klas II Kennedy memperoleh dukungan utama dari jaringan dibawah basis dan juga dukungan dari gigi penyangga. Gigitiruan sebagian lepasan klas III Kennedy memperoleh dukungan sepenuhnya dari gigi penyangga. 2. Menentukan dukungan Gigitiruan sebagian lepasan klas III Kennedy merupakan GTSL dukungan gigi. Dukungan dari GTSL dukungan gigi didasarkan pada dukungan alveolar dari gigi penyangga, morfologi mahkota dan akar gigi, kekakuan GTSL kerangka logam, dan desain sandaran oklusal. Melalui pemeriksaan klinis dan interpretasi ronsen foto, dokter gigi dapat mengevaluasi gigi penyangga dan menentukan apakah gigi penyangga dapat menyediakan dukungan yang cukup.

27 34 Gigitiruan sebagian lepasan yang tidak didukung gigi pada kedua ujung ruang edentulus, mendapat dukungan dari gigi dan linggir dibawahnya. Efektivitas dukungan mukosa bergantung pada enam faktor yaitu kualitas dari linggir sisa, perluasan linggir sisa yang akan ditutupi oleh basis gigitiruan, ketepatan dan jenis bahan cetak, ketepatan basis gigitiruan, karakteristik desain dari komponen GTSL, dan beban oklusal yang akan diterima. 3. Menentukan konektor Penentuan konektor untuk kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam sama halnya dengan GTSL kerangka logam. Konektor mayor pada GTSL kerangka logam memberikan kekakuan pada kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam. Kerangka logam dibuat dari aloi kobalt-kromium. 4. Menentukan penahan Gigitiruan sebagian lepasan fleksibel meningkatkan estetiss dari GTSL kerangka logam dengann mengganti cangkolan retentif pada bagian anterior dengan cangkolan nilon sebagai bagian dari perluasan sayap basis ke anterior. Hal ini untuk menghindari penggunaan cangkolan logam di anterior agar mendapatkan estetis yang baik. Gambar 9. Kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka loga m 39

28 35

29 36

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas BAB 4 PEMBAHASAN Penderita kehilangan gigi 17, 16, 14, 24, 26, 27 pada rahang atas dan 37, 36, 46, 47 pada rahang bawah. Penderita ini mengalami banyak kehilangan gigi pada daerah posterior sehingga penderita

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) 1 PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL) PENDAHULUAN Anasir gigitiruan merupakan bagian dari GTSL yang berfungsi mengantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar).

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar). 1 PENCETAKAN Setelah dilakukan perawatan pendahuluan dan luka pencabutan sudah sembuh maka terhadap pasien dapat dilakukan. Sebelumnya terlebih dahulu dijelaskan kepada pasien, bahwa dalam pengambilan

Lebih terperinci

Gigi molar,premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian mesial dan distalnya

Gigi molar,premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian mesial dan distalnya Macam-macam desain cengkeram (Klammer) Posted by De Haantjes van Het Oosten in Apr 09, 2012, under Artikel Kedokteran Gigi, Ilmu Prostodonsia, Menu Dento Inkubator Desain cengkeram menurut fungsinya dibagi

Lebih terperinci

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG CHIHARGO, DRG PPDGS PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 KASUS Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun datang ke instalasi

Lebih terperinci

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus kehilangan gigi terjadi pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 1,8%, pada usia 55-64 tahun sebesar 5,9%,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. lengkung geligi sebagian. Restorasi prostetik ini sering disebut juga removable

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. lengkung geligi sebagian. Restorasi prostetik ini sering disebut juga removable BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan 2.1.1 Pengertian Gigi Tiruan Sebagian Lepasan GTSL adalah setiap prostesis yang menggantikan beberapa gigi dalam satu lengkung geligi sebagian. Restorasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi Klas I Angle Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle, yang

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi BAB 2 MALOKLUSI KLAS III 2.1 Pengertian Angle pertama kali mempublikasikan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi apabila tonjol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehilangan Seluruh Gigi Kehilangan seluruh gigi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya. Kehilangan seluruh gigi adalah parameter umum

Lebih terperinci

SINDROM KOMBINASI MAKALAH

SINDROM KOMBINASI MAKALAH SINDROM KOMBINASI MAKALAH Disusun oleh: Drg. LISDA DAMAYANTI, Sp. Pros. NIP: 132206506 BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2009 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR

Lebih terperinci

MACAM-MACAM CENGKERAM KAWAT DAN CENGKERAM LOGAM TUANG PADA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPAS

MACAM-MACAM CENGKERAM KAWAT DAN CENGKERAM LOGAM TUANG PADA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPAS MACAM-MACAM CENGKERAM KAWAT DAN CENGKERAM LOGAM TUANG PADA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPAS Cengkeram (cangklan/clasp/klammer/extracrnal retainer) merupakan bagian dari kmpnen gigi tiruan sebagian lepas, baik

Lebih terperinci

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat Kegagalan gigi tiruan cekat dapat terjadi karena A. Kegagalan sementasi. B. Kegagalan mekanis C. Iritasi dan resesi gingiva D. Kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan Diagnosis dalam ilmu ortodonti, sama seperti disiplin ilmu kedokteran gigi dan kesehatan lainnya memerlukan pengumpulan informasi dan data yang adekuat mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restorasi gigi pada perawatan endodonti yang mengabaikan integritas dari struktur

Lebih terperinci

Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan Pembuatan restorasi Pencabutan gigi

Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan Pembuatan restorasi Pencabutan gigi Penyelarasan Oklusal dan Pensplinan Periodontal Penyelarasan Oklusal Tindakan untuk mengembalikan hubungan fungsional yang menguntungkan bagi periodonsium Prosedur ( salah satu atau lebih ) Pengasahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut The Glossary of Prostodontics Term prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari tentang pemulihan, pemeliharaan fungsi mulut, kenyamanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien ortodonti adalah gigi berjejal. 3,7 Gigi berjejal ini merupakan suatu keluhan pasien terutama pada aspek estetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain kavitas Kelas II konvensional berbentuk box dan bahan restorasi resin komposit tidak selalu kompatibel karena (1) kebocoran tepi gingival (gingival marginal),

Lebih terperinci

2.2.1 Klarifikasi Istilah (Step 1) Semua isitilah dimengerti pada skenario sehingga tidak terdapapat isitilah yang harus diklarifikasi.

2.2.1 Klarifikasi Istilah (Step 1) Semua isitilah dimengerti pada skenario sehingga tidak terdapapat isitilah yang harus diklarifikasi. 3 BAB II ISI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kehilangan Gigi (Edentulous) Edentulous adalah kondisi dimana hilangnya seluruh gigi asli. Kehilangan gigi telah lama dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi berfungsi sebagai organ mastikasi saat menjalankan fungsinya harus berintegrasi dengan organ lainnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Area dentofasial sangat berpengaruh terhadap penampilan wajah seseorang. Kelainan di sekitar area tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan diri sehingga memotivasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan jaman membuat pemikiran masyarakat semakin maju dan cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan kesehatan, karena pengetahuan masyarakat tentang

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin

A. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin A. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin dikenal masyarakat, bukan hanya sebagai kebutuhan kesehatan tetapi juga keperluan estetik. Perawatan ortodontik

Lebih terperinci

Gambar 5: Komponen-komponen gigi tiruan jembatan

Gambar 5: Komponen-komponen gigi tiruan jembatan 3.1 Komponen gigi tiruan cekat dan prosedur pembuatannya Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut: 1. Retainer 2. Konektor 3. Pontik 4. Penyangga (abutment) Gambar

Lebih terperinci

BLOK PERAWATAN KURATIF DAN REHABILITATIF KEDOKTERAN GIGI II SKENARIO 2 LAPORAN TUTORIAL. Oleh Kelompok 3

BLOK PERAWATAN KURATIF DAN REHABILITATIF KEDOKTERAN GIGI II SKENARIO 2 LAPORAN TUTORIAL. Oleh Kelompok 3 BLOK PERAWATAN KURATIF DAN REHABILITATIF KEDOKTERAN GIGI II SKENARIO 2 LAPORAN TUTORIAL Oleh Kelompok 3 Dosen Pembimbing : drg. H. A. Gunadi, MS, Ph. D FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

Teknik altered cast untuk memperbaiki dukungan pada kasus free end gigitiruan sebagian kerangka logam

Teknik altered cast untuk memperbaiki dukungan pada kasus free end gigitiruan sebagian kerangka logam Teknik altered cast untuk memperbaiki dukungan pada kasus free end gigitiruan sebagian kerangka logam 1 Muhammad Nurung, 2 Moh. Dharmautama 1 Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsia 2 Bagian

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia seseorang akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu, keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigitiruan Sebagian Lepasan 2.1.1 Definisi Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi berjejal, tidak teratur dan protrusif adalah kondisi yang paling sering terjadi dan memotivasi individu untuk melakukan perawatan ortodontik. Motivasi pasien

Lebih terperinci

VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT)

VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT) VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT) Untuk dapat memahami dan mengerjakan preparasi pada gigi pegangan / pilar / abutment dengan benar, perlu kiranya pemahaman terlebih dahulu mengenai beberapa macam

Lebih terperinci

OLEH: Prof. Dr.Sudibyo, drg. Sp. Per. SU.

OLEH: Prof. Dr.Sudibyo, drg. Sp. Per. SU. OLEH: Prof. Dr.Sudibyo, drg. Sp. Per. SU. PERIODONTAL SPLINT SPLINT: MERUPAKAN ALAT STABILISASI DAN IMMOBILISASI GIGI GOYAH KARENA SUATU LESI, TRAUMA, ATAU PENYAKIT PERIODONTAL Splint Berguna Untuk: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maloklusi secara umum dapat diartikan sebagai deviasi yang cukup besar dari hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edentulus penuh merupakan suatu keadaan tak bergigi atau tanpa gigi di dalam mulut. 1 Edentulus penuh memberikan pengaruh pada kesehatan fisik dan mental yang berhubungan

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN ANAK

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN ANAK GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN ANAK Tanggalnya gigi sulung secara dini disebabkan oleh kerusakan gigi atau karena faktor genetik. Tanggalnya gigi mengakibatkan migrasi gigi tetangga dan antagonisnya untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang berada di antara gigi dan rahang serta merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retensi dan stabilisasi suatu gigi tiruan saling berkaitan. Retensi berkenaan dengan perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan, sedangkan stabilisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR WISATA DENTISTRY YOGYAKARTA 6 FEBRUARI 2009 Oleh Endah Mardiati, drg., MS., Sp.Ort 1 PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR DENTISTRY

Lebih terperinci

III. KELAINAN DENTOFASIAL

III. KELAINAN DENTOFASIAL III. KELAINAN DENTOFASIAL PEN DAHULUAN Klasifikasi maloklusi dan oklusi Occlusion = Oklusi Pengertian Oklusi adalah hubungan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah bila rahang bawah digerakkan sehingga

Lebih terperinci

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :

TUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : TUGAS PERIODONSIA 1 Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : 021311133072 1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi) Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan oklusi yang baik tanpa rotasi gigi dan diastema (Alawiyah dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan oklusi yang baik tanpa rotasi gigi dan diastema (Alawiyah dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan ortodontik merupakan prosedur jangka panjang yang bertujuan mendapatkan oklusi yang baik tanpa rotasi gigi dan diastema (Alawiyah dan Sianita, 2012).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Maloklusi Suatu kriteria untuk menetapkan tingkat kesulitan perawatan pada American Board of Orthodontic (ABO) adalah kompleksitas kasus. ABO mengembangkan teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Oklusi Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah 12 mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus Lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah

Lebih terperinci

PELAKSANA PENELITIAN : ARIYANI, DRG

PELAKSANA PENELITIAN : ARIYANI, DRG PREVALENSI PEMAKAI GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT YANG KEHILANGAN GIGI SERTA KUALITAS GIGITIRUAN YANG DIGUNAKAN PADA MASYARAKAT KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU PELAKSANA PENELITIAN : ARIYANI, DRG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Tiruan Cekat Gigi tiruan cekat, yang terdiri dari mahkota tiruan dan GTJ, adalah restorasi yang direkatkan dengan semen secara permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan,

Lebih terperinci

BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun

BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun BIONATOR DRG.NAZRUDDIN C.ORT. PH.D. 1 BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun 1970-1980. 2 Bionator Balters 3 BIONATOR Merawat retrusi mandibula Menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti merupakan alat ortodonti yang dicekatkan langsung pada gigi. Komponen fixed orthodontic terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi yang terjadi dapat dirawat dengan melakukan perawatan prostodontik. 1 Tujuan dari perawatan prostodontik adalah memperbaiki dan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehilangan gigi dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan lepasan maupun gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua yaitu gigi tiruan sebagian dan

Lebih terperinci

ORTODONTI III. H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D.

ORTODONTI III. H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D. ORTODONTI III H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D. 1 PERAWATAN PADA MASA GIGI PERMANEN. * Umumnya dilakukan pada umur 13 tahun keatas * Anomali sudah nyata terbentuk * Jalannya perawatan lebih sulit jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai perawatan selesai (Rahardjo, 2009). Hasil perawatan ortodontik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai perawatan selesai (Rahardjo, 2009). Hasil perawatan ortodontik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka. Perawatan ortodontik cekat Perawatan ortodontik cekat adalah alat yang dipasang secara cekat pada elemen gigi pasien sehingga alat tidak bisa dilepas oleh pasien

Lebih terperinci

PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH

PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH Pembuatan Gigi Tiruan Penuh dimaksudkan untuk memperbaiki fungsi mastikasi (pengunyahan), fonetik (pengucapan kata), estetik (penampilan), menghilangkan rasa sakit, memelihara

Lebih terperinci

1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah.

1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah. 1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect a. Pembuatan activator secara indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah. Membuat bite registration. Letakkan malam

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia 92 Fenny iriyanti & Moh. Dharmautama: GTSL pada kelainan periodontal Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada penderita kelainan periodontal (Fabrication of Removable partial denture in patient with

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis bahan restorasi di bidang kedokteran gigi semakin banyak tersedia dengan berbagai macam karakteristik, yaitu komposisi, sifat, struktur, kelebihan dan kekurangan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan penggunaan gigi tiruan meningkat pada kelompok usia lanjut karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk kehilangan gigi. Resorpsi

Lebih terperinci

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang TOPOGRAFI TULANG Kontur tulang yang normal mengikuti pola prominensia akar gigi geligi diselingi oleh depresi (lekukan) vertikal yang melandai ke arah tepi tulang Anatomi tulang alveolar bervariasi antar

Lebih terperinci

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN 1 HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi vertikal. Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Edentulus Penuh Edentulus penuh merupakan kondisi kesehatan gigi yang biasa terjadi pada usia lanjut, walaupun banyak survey yang menyatakan bahwa prevalensi kejadian ini mengalami

Lebih terperinci

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Tugas Paper Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Aditya Hayu 020610151 Departemen Prostodonsia Universitas Airlangga - Surabaya 2011 1 I. Sebelum melakukan penetapan gigit hendaknya perlu

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa BAB IV PEMBAHASAN Menurut Roberson (2006) tujuan dari restorasi adalah membentuk gigi seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa restorasi setelah perawatan endodontik yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang berkonsentrasi pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada gigi. Tujuan utama

Lebih terperinci

III. RENCANA PERAWATAN

III. RENCANA PERAWATAN III. RENCANA PERAWATAN a. PENDAHULUAN Diagnosis ortodonsi dianggap lengkap bila daftar problem pasien diketahui dan antara problem patologi dan perkembangan dipisahkan. Tujuan rencana perawatan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Prostodontik 2.1.1 Pengertian Prosthodontics atau Prosthetic Dentistry dan disebut juga dengan ilmu Prostodonsia adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi, yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Asimetri merupakan komposisi yang sering dikaitkan dalam dunia seni dan kecantikan, tetapi lain halnya dalam keindahan estetika wajah. Estetika wajah dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Lengkung gigi merupakan suatu garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan bawah. 7,9 Bentuk lengkung gigi ini berhubungan dengan bentuk kepala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Gigi-Geligi dan Oklusi Perkembangan oklusi mengalami perubahan signifikan sejak kelahiran sampai dewasa. Perubahan dari gigi-geligi desidui menjadi gigi-geligi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan ubungan rahang yang tidak normal sehingga tercapai oklusi, fungsi yang normal dan estetis wajah yang

Lebih terperinci

BEDAH TULANG RESECTIVE

BEDAH TULANG RESECTIVE BEDAH TULANG RESECTIVE DISUSUN OLEH : LIDIA PUTRI YANI LIDYA ARDIYANI W KELAS B FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF DR MOESTOPO (B) JAKARTA DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Dentokraniofasial Simetris berasal dari bahasa Yunani, yaitu symmetria yang berarti ukuran. Simetris dapat didefinisikan sebagai suatu kesesuaian dalam ukuran, bentuk,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya ekspektasi pasien, seorang dokter gigi dalam mengambil keputusan untuk merestorasi gigi tidak hanya mempertimbangkan masalah estetik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara

Lebih terperinci