KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

KONTRIBUSI EKONOMI PRODUKTIF WANITA NELAYAN TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa Lembar Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas laut seluas 64,85% dari

BAB III HASIL PENELITIAN. batasan wilayah sebelah Utara Desa Blorok, sebelah Selatan Desa Kedungsuren,

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

DEFINISI OPERASIONAL

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB VI KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN PROFIL USAHA

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

PERANAN WANITA DALAM USAHA INDUSTRI MAKANAN KHAS MELAYU RIAU

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

VI. ANALISIS PERAN GENDER DALAM RUMAHTANGGA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN GENDER UNTUK BEKERJA DI LUAR USAHATANI KELUARGA

INTEGRASI GENDER DALAM PENGEMBANGAN POTENSI KEMITRAAN YANG BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PESISIR REMBANG. Ngadenan Anik Nurhidayati

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

BAB VII RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tercapainya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Transkripsi:

31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tersebut. Status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan kepemilikan, kemampuan dalam keberhasilan menjalankan usaha serta pencapaian pemenuhan kebutuhan (Ardi 2012). Kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini di antaranya adalah jumlah tanggungan, jenis usaha perikanan, curahan waktu, pendapatan, dan pengeluaran Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan dalam rumah tangga responden dilihat sebagai besarnya beban dalam penafkahan. Sesuai Undang-undang PPh No. 35 Tahun 2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), jumlah tanggungan dalam setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal tiga orang. Jumlah tanggungan kurang dari tiga orang maka bebannya rendah. Jumlah tanggungan sama dengan tiga orang maka bebannya sedang. Jumlah tanggungan lebih dari tiga orang maka bebannya tinggi. Tabel 12 Persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan dalam rumah tangga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Jumlah tanggungan Nelayan (%) Pengolah hasil perikanan (%) Pembudidaya ikan (%) Total (%) Rendah (< 3 orang) 40 10 40 30 Sedang (= 3 orang) 24 40 20 28 Tinggi (> 3 orang) 36 50 40 42 Total (%) 100 100 100 100 Hasil pengambilan data menunjukkan bahwa rumah tangga di Desa Tanjung Pasir mengalami pengelompokan beban tanggungan yang cukup merata. Persentase terbanyak dialami oleh rumah tangga dengan tanggungan tinggi sebesar 42 persen. Anggota rumah tangga di dalamnya memiliki banyak anak dan beberapa responden tidak hanya satu keluarga dalam satu rumah tangga. Rumah tangga dengan tanggungan sedang cenderung hanya memiliki dua orang anak (28 persen). Rumah tangga dengan tanggungan rendah sebesar 33 persen yang cenderung merupakan pasangan muda ataupun hanya tinggal pasangan tua saja. Jika dilihat dari setiap jenis usaha perikanan, rumah tangga pengolah hasil perikanan dan sebagian rumah tangga pembudidaya memang memiliki jumlah tanggungan yang tinggi (50 persen dan 40 persen). Sedangkan untuk rumah

32 tangga nelayan dan sebagian rumah tangga pembudidaya ikan, jumlah tanggungan cenderung rendah (40 persen). Berdasarkan data yang ada dan hasil wawancara mendalam, penyebab jumlah tanggungan yang tinggi karena masih adanya pandangan konservatif bahwa banyak anak banyak rezeki, namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang diperoleh. Jenis Usaha Perikanan Usaha perikanan yang terdapat di Desa Tanjung Pasir adalah (1) nelayan, baik harian maupun mingguan; (2) pengolah hasil perikanan, merupakan kelompok Batari (Bandeng Tanpa Duri) yang dikelola oleh ibu-ibu dan cukup sering mengadakan kegiatan pengolahan dalam setahun; serta (3) pembudidaya ikan, yang pelakunya melakukan kegiatan dengan sewa tambak atau penggarap. Tabel 13 Persentase responden berdasarkan jenis usaha perikanan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Jenis usaha perikanan Perempuan (%) Laki-laki (%) Total (%) Nelayan 0 56 56 Pengolah hasil perikanan 22 0 22 Pembudidaya ikan 0 22 22 Total (%) 22 78 100 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa mayoritas rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir menggantungkan hidupnya sebagai nelayan dimana seluruh pelakunya adalah laki-laki (56 persen). Dalam usaha pengolahan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah perempuan (22 persen). Sedangkan dalam pembudidayaan ikan, seluruh pelaku usahanya adalah laki-laki (22 persen). Dapat disimpulkan bahwa jenis kegiatan penangkapan dan budidaya dilakukan hanya oleh laki-laki, sedangkan pengolahan oleh perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan di Desa Tanjung Pasir enggan melakukan kegiatan melaut dan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah. Selain itu alasan kekuatan fisik yang tidak sepadan dengan laki-laki, membuat perempuan dalam rumah tangga perikanan di desa ini memutuskan untuk melakukan kegiatan rumah tangga saja. Curahan Waktu Menurut Teori Analisis Harvard, kegiatan dalam rumah tangga dibagi menjadi kegiatan reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan. Setiap bidang kegiatan harus idealnya mengalami pembagian waktu yang seimbang. Kegiatan sosial kemasyarakatan tidak disertakan dalam penghitungan dan hanya sebagai data pendukung saja. Curahan waktu dalam kegiatan reproduktif dan produktif dilihat sebagai inti dari kegiatan keseharian setiap individu. Tabel 14 menunjukkan bahwa curahan waktu perempuan dalam kehidupan sehari-hari cenderung berlebihan. Waktu yang berlebihan ini artinya adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara kegiatan reproduktif dan produktif. Kegiatan yang dilakukan biasanya adalah mengurus rumah, anak, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Curahan waktu sedang bagi perempuan sebesar 40 persen

33 disebabkan kegiatan pencarian nafkah yang dilakukan melalui pembukaan usaha dilakukan seiring dengan kegiatan reproduktif seperti mengurus anak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Hampir semua perempuan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir berjualan gado-gado, dan biasanya dilakukan ketika siang hari atau menjelang akhir pekan, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Beberapa usaha lain yang dilakukan adalah berjualan kue keliling, membuka warung, dan sebagainya. Curahan waktu bagi laki-laki dalam rumah tangga perikanan dinyatakan 100 persen berlebih. Hal ini disebabkan laki-laki semuanya mencari nafkah, dan dalam hal ini di bidang perikanan. Waktu yang digunakan dalam sehari habis untuk melaut dan ketika berada di rumah cenderung tidak ikut melakukan kegiatan reproduktif. Tabel 14 Persentase responden berdasarkan curahan waktu perempuan dan laki-laki di sektor publik dan domestik di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Perempuan Laki-laki No. Curahan Waktu % % 1. Sedang 40.0 0.0 2. Berlebihan 60.0 100.0 Total 100.0 100.0 Berikut ini adalah diagram kegiatan dalam aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan. Pembagian waktu yang dilakukan berdasarkan waktu bagi 45 rumah tangga perikanan (25 rumah tangga nelayan, 10 rumah tangga pengolah, dan 10 rumah tangga pembudidaya) untuk melihat perbedaan waktu dan kegiatan yang dilakukan oleh istri/perempuan dan suami/laki-laki dalam sehari (24 jam). Dilakukan pengambilan satu sampel dari masing-masing jenis rumah tangga perikanan Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Melaut Bersosialisasi dengan tetangga Persiapan untuk melaut Istirahat Gambar 2 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga nelayan

34 Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Mencari nafkah utama (di luar bidang perikanan) Bersosialisasi dengan tetangga Perjalanan menuju tempat kerja Istirahat Mencari nafkah tambahan Gambar 3 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pengolah hasil perikanan Keterangan: Mengasuh anak Mencuci dan menyetrika pakaian Memasak Membersihkan lantai Mengaji Mengurus tambak Bersosialisasi dengan tetangga Istirahat Mencari nafkah tambahan Gambar 4 Diagram curahan waktu dalam rumah tangga pembudidaya ikan Berdasarkan hasil ketiga diagram (Gambar 2-4), terlihat bahwa dalam setiap jenis rumah tangga perikanan, masih adanya ketimpangan dalam pembagian waktu antara suami dan istri. Hal ini disebabkan suami hanya fokus terhadap pencarian nafkah tanpa melakukan banyak kegiatan reproduktif. Sedangkan istri, dalam satu hari lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan reproduktif dan juga beberapa istri dalam rumah tangga yang melakukan usaha. Masih terjadinya ketimpangan antar aspek sehingga adanya ketidakseimbangan curah waktu antara aspek reproduktif, produktif, dan sosial-kemasyarakatan baik suami maupun istri dalam rumah tangga perikanan. Berikut ini tabel yang

35 menjelaskan masing-masing kegiatan dalam bidang reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan dalam rumah tangga perikanan. Tabel 15 Curahan waktu responden dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Reproduktif Curahan waktu (jam) P L Memasak 1.5 0.0 Mencuci dan menyetrika baju 2.0 0.0 Membersihkan lantai 1.0 0.0 Mengurus anak 10.0 2.0 Total (jam) 14.5 2.0 Sosial-kemasyarakatan Curahan waktu (jam) P L Pengajian 2.0 2.0 Arisan 0.5 0.0 Kerja bakti 5.0 3.0 Total (jam) 7.5 5.0 Tabel 15 merupakan bermacam aktivitas yang dilakukan dalam bidang reproduktif dan sosial kemasyarakatan oleh perempuan dan laki-laki. Mayoritas dalam ruamh tangga masing-masing jenis usaha perikanan terjadi pembagian tugas yang serupa. Oleh karena itu dilakukan generalisasi dalam tabel. Curahan waktu dalam bidang produktif dan sosial kemasyarakatan cenderung lebih banyak dilakukan oleh perempuan dalam rumah tangga perikanan. Mayoritas laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk pencarian nafkah, khususnya dalam hal ini di laut/tambak. Oleh karena itu, perempuan memiliki peran yang lebih besar dalam mengurus rumah dan anak dalam kesehariannya. Terjadi perbedaan pembagian peran/aktivitas di bidang produktif dalam setiap jenis usaha perikanan yang dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Curahan waktu responden dalam bidang produktif berdasarkan jenis kelamin di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Produktif Nelayan (jam) Pengolah hasil perikanan (jam) Pembudidaya ikan (jam) Total (jam) P L P L P L P L Mencari nafkah utama 0.0 10.0 3.0 13.0 0.0 11.0 3.0 11.3 Membuka usaha 11.0 0.0 10.5 6.0 7.0 0.0 9.5 2.0 Mengikuti pelatihan 2.5 0.0 2.5 0.0 2.5 0.0 2.5 0.0 Total (jam) 13.5 10.0 16.0 19.0 9.5 11.0 15.0 13.3 Total curahan waktu perempuan dalam aktivitas produktif cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh desakan ekonomi dalam rumah tangga yang mengharuskan adanya upaya penambahan pendapatan

36 sehingga perempuan cenderung mengurus rumah dan anak diiringi dengan membuka usaha kecil-kecil di rumahnya seperti warung, penjualan makanan ringan, serta minuman sachet. Jika dilihat dari jenis aktivitas yang dilakukan, dalam kegiatan pencarian nafkah, curahan waktu laki-laki cenderung lebih besar. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan mengikuti pelatihan, curahan waktu perempuan cenderung lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan pencarian nafkah, laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan. Akses untuk melaut maupun mengurus tambak dipandang lebih layak jika dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan untuk kegiatan membuka usaha dan kegiatan pelatihan, perempuan cenderung mendapatkan akses yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat. Pendapatan Pendapatan adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu (Syamrilaode 2010). Pendapatan dalam rumah tangga sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian adalah pendapatan total dari kegiatan perikanan dan non perikanan oleh seluruh anggota dalam rumah tangga. Berdasarkan UMR Kabupaten Tangerang 2012, nilai rataratanya adalah Rp1 379 000. Diambil nilai tengah dari rata-rata tersebut untuk keperluan pengkategorian pendapatan dalam rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir. Tabel 17 Persentase responden berdasarkan pendapatan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 Pengolah hasil Pembudidaya Nelayan (%) No. Pendapatan perikanan (%) ikan (%) Total (%) P L P L P L P L 1. Rendah 24 0 60 0 50 0 44 0 2. Sedang 8 8 0 20 0 10 3 13 3. Tinggi 8 92 10 80 0 90 6 87 Total (%) 40 100 70 100 50 0 53 100 Disimpulkan bahwa hampir seluruh rumah tangga, bahkan jika dilihat berdasarkan jenis usaha perikanan, Desa tanjung Pasir tergolong berpendapatan tinggi (87 persen). Hal ini tidak sesuai dengan fakta yang ada dalam lokasi penelitian yang memperlihatkan bahwa keadaan ekonomi masyarakat Desa Tanjung Pasir tergolong cukup rendah. Kemungkinan besarnya pendapatan karena dilakukan kumulatif antara pendapatan yang harian dihitung menjadi bulanan, dan pendapatan yang mingguan juga dihitung menjadi bulanan. Perhitungan pendapatan yang didapat akan rendah apabila dihubungkan dengan pengeluaran. Jika dilihat berdasarkan setiap jenis usaha perikanan terpilah jenis kelamin, partisipasi perempuan sudah cukup banyak dalam upaya pencarian nafkah (40 persen, 70 persen, dan 50 persen). Pendapatan nelayan yang rendah dibantu perekonomiannya oleh perempuan meskipun hasil yang didapat relatif rendah (24 persen). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya rumah tangga nelayan yang sangat miskin di Desa Tanjung Pasir. Pendapatan pengolah hasil perikanan

37 tergolong rendah (60 persen) karena kegiatan tidak dilakukan secara rutin dan hanya ketika ada pemesanan saja. Pendapatan tambahan yang rendah, mayoritas didapat dari hasil berjualan gado-gado yang dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu setiap minggunya. Sedangkan dalam rumah tangga pembudidaya ikan, partisipasi perempuan lebih tinggi dalam pencarian nafkah, meskipun pendapatan yang dihasilkan rendah (50 persen). Terlihat bahwa dalam setiap rumah tangga, masih rendahnya pendapatan yang dihasilkan oleh perempuan (44 persen) dibandingkan tingginya pendapatan laki-laki (87 persen) dalam rumah tangga perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya akses dalam pencarian nafkah bagi perempuan. Masih banyaknya rumah tangga dimana jika hanya mengandalkan pendapatan laki-laki/suami saja, kebutuhan belum tentu dapat tercukupi semuanya. Pengeluaran Pengeluaran adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam periode tertenu untuk memenuhi kebutuhan (AIM 2009). Penghitungan dilakukan berdasarkan pengeluaran dalam rumah tangga, baik untuk keperluan kegiatan perikanan maupun non perikanan (kebutuhan rumah tangga dan anak). Pengkategorian merujuk pada UMR Kabupaten Tangerang, seperti yang telah dilakukan untuk penghitungan dalam variabel pendapatan. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 No. Pengeluaran Nelayan (%) Pengolah hasil Pembudidaya perikanan (%) ikan Total 1. Rendah 4 10 0 5 2. Sedang 28 20 40 29 3. Tinggi 68 70 60 66 Total (%) 100 100 100 100 Disimpulkan bahwa pengeluaran rumah tangga perikanan (nelayan, pengolah, dan pembudidaya) di Desa Tanjung Pasir tergolong tinggi (66 persen). Pengeluaran yang besar diakibatkan perlunya modal yang besar dalam sekali melaut atau mengurus tambak. Usaha penangkapan, membutuhkan biaya yang besar dalam umpan, kail, BBM, dan bekal sehari-hari selama meluat. Dalam usaha pengolahan pun demikian, dibutuhkan sekitar 50 kilo bandeng dalam pembuatannya untuk sekali pemesanan. Dalam usaha pembudidayaan, baik benih, pakan, maupun vitamin cukup besar biayanya. Ditambah dengan masing-masing rumah tangga perikanan memiliki jumlah tanggungan yang mayoritas tinggi, menyebabkan adanya pengeluaran rumah tangga yang cukup besar. Pendapatan yang tinggi nyatanya diiringi juga dengan pengeluaran yang tinggi, misalnya biaya hidup selama di laut dengan berhutang ke warung, bahan bakar mesin, dan keperluan lainnya. Oleh karena itu, berikut ini (Tabel 19) merupakan data pendapatan bersih rumah tangga perikanan di Desa Tanjung Pasir.

38 Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang tahun 2012 No. Tingkat Pendapatan Bersih Σ % 1. Pendapatan rendah (< Rp 1 000 000) 31 68.9 2. Pendapatan sedang (Rp 1 000 000 - Rp 1 700 000) 13 28.9 3. Pendapatan tinggi (> Rp 1 700 000) 1 2.2 Total 45 100.0 Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih di Desa Tanjung Pasir, khususnya dalam rumah tangga perikanan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan pendapatan yang tinggi diiringi pula dengan pengeluaran yang tinggi. Beberapa rumah tangga menyadari bahwa perlu adanya pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari...dagang gini ya saya kepengen sendiri aja daripada ga ngapangapain di rumah. Kalo cuma nunggu dari si bapak aja ya kurang. Duit bisa dipake buat anak, makan, macem-macem. Lumayan kalo lagi untung ya sehari bisa dapet Rp 30000.. Ibu Badlah, 30 tahun. Tidak semua perempuan dalam rumah tangga perikanan berinisiatif dalam melakukan usaha pencarian nafkah tambahan. Masih melekatnya stereotipe yang menganggap bahwa kewajiban perempuan adalah mengurus rumah dan anak. Tidak adanya larangan dari suami untuk bekerja membantu dalam perekonomian rumah tangga, namun tidak banyak yang melakukan pancarian nafkah tambahan