Wahyu Imam Santoso (1), Iwan Kustiwan, (2) Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RUMAH SUSUN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 18 /PERMEN/M/2007

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

IDENTIFIKASI POLA PEMANFAATAN FASILITAS SOSIAL DI LINGKUNGAN PERUMAHAN TERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG

1.1. LATAR BELAKANG. Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK di CENGKARENG JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

4. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang


PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

: Achmad Aldiansyah Npm : Kelas : 3 EA 32 Pembimbing : Supriyo Hartadi W, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KONSEP OPTIMALISASI BUILDING PERFORMANCE DALAM PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Lokasi Studi : Rumah Susun Sukaramai, Medan

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM

Transkripsi:

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Berdasarkan Preferensi Penghuni (Studi Kasus Rusunami Gateway, Pesanggrahan Jakarta Selatan) Wahyu Imam Santoso (1), Iwan Kustiwan, (2) (1) Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB (2) Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB Abstrak Semakin langkanya ketersediaan lahan di dalam/pusat kota menyebabkan nilai lahan di kawasan ini semakin tinggi. Oleh karena itu pembangunan rusunami kemudian banyak dilakukan pada kawasan pinggiran kota. Sebagai sebuah lingkungan hunian, rusunami termasuk yang berada di kawasan pinggiran kota idealnya perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dan mendukung pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya para penghuninya. Namun demikian secara umum penyediaan fasilitas pada rusunami belumlah memadai (Simanungkalit, 2009). Sementara itu diduga para penghuni rusunami akan menggunakan berbagai landasan pertimbangan yang bersifat personal, rasional atau irasional dalam mencari pemenuhan kebutuhan yang dapat memuaskannya. Ukuran kepuasan tersebut tidak hanya dapat diukur dengan pengeluaran biaya secara nyata namun oleh faktor-faktor lain yang lebih kompleks (Sutriadi, 1996) sehingga dengan demikian penghuni rusunami tidak selalu akan memilih fasilitas yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Ketidaksesuaian (mismatch) antara kebutuhan fasilitas dan penyediaannya dengan demikian dapat terjadi dan hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penggunaannya. Studi ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan fasilitas lingkungan yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan fasilitas umum oleh penghuni rusunami beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk mencapai tujuan studi tersebut dilakukan observasi, wawancara kepada pengelola, penghuni rusunami, penyebaran kuesioner kepada 100 penghuni rusunami, serta pengumpulan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah pembobotan, penilaian persentase, analisa Chi-Kuadrat dan tabulasi silang. Berdasarkan hasil data primer diketahui bahwa sebagian besar penghuni rusunami memilih menggunakan fasilitas peribadatan, perdagangan dan olahraga di rusunami oleh karena faktor jarak tempuh. Sementara itu sebagian besar penghuni rusunami menggunakan fasilitas pendidikan dan kesehatan di luar rusunami karena faktor kepercayaan (trust) terhadap mutu atau kualitas pelayanan yang diberikan pada kedua fasilitas tersebut. Kata-kunci : faktor, fasilitas, penggunaan, penghuni, rusunami Pengantar Perkembangan jumlah penduduk perkotaan saat ini menyebabkan kebutuhan perumahan bagi penduduk perkotaan meningkat dengan pesat. Namun demikian peningkatan kebutuhan perumahan tidak dapat diimbangi dengan kondisi lahan perkotaan yang semakin terbatas ketersediaannya. Kondisi tersebut menyebabkan harga lahan khususnya di pusat/dalam kota semakin meningkat harganya sehingga menyulitkan sebagian penduduk perkotaan untuk memperoleh hunian yang layak dan terjangkau. Salah satu upaya untuk mengatasi Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 435

Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel persoalan tersebut adalah melalui pembangunan rumah susun di pusat kota. Kebijakan pembangunan rumah susun di pusat kota diambil karena zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota dan memiliki aksesibilitas tinggi sehingga dilengkapi dengan berbagai infrastruktur pendukung. Doxiadis (1972) menyebut bahwa unsur ruang pusat (central part) sebagai bagian dari permukiman merupakan bagian dari kawasan kota yang berfungsi melayani segenap bagian-bagian kawasan kota, berupa dukungan fungsi-fungsi dasar yaitu pusat administrasi kota dengan lapangan atau balai pertemuan, tempat ibadah dan pasar. Namun demikian bagi pelaku pembangunan, rusunami yang sesungguhnya diperuntukkan bagi MBR dipandang kurang menguntungkan jika dbangun di dalam/pusat kota yang nilai lahannya tinggi. Pada sisi lain Pemerintah juga membatasi harga jual rusunami sehingga dipandang semakin mengurangi margin keuntungan pelaku pembangunan. Oleh karena itu pada perkembangannya banyak rusunami yang dibangun pada kawasan pinggiran kota sehingga tidak sesuai dengan arahan dan kebijakan Pemerintah. Wilayah pinggiran kota (suburbia) atau suburban tersebut lahir akibat pertumbuhan kota keluar (Daldjoeni, 1997) dan banyak dihuni oleh orang-orang yang bekerja di dalam kota. Kondisi rusunami di kawasan pinggiran kota umumnya juga dihuni oleh penduduk perkotaan yang bekerja atau banyak melakukan aktivitasnya di dalam/pusat kota. Sebagai hunian, rusunami perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas guna memenuhi kebutuhan penghuninya dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di rumah susun. Namun pada umumnya penyediaan fasilitas pada rusunami belum memadai (Simanungkalit, 2009). Pembatasan harga jual tertinggi rusunami oleh Pemerintah untuk menjaga keterjangkauan MBR dianggap semakin mengurangi margin keuntungan pelaku pembangunan. Oleh karena itu penyediaan fasilitas lingkungan rusunami secara umum tidak dapat dipenuhi sepenuhnya karena ada beberapa fasilitas yang dikurangi bahkan ditiadakan. Sementara itu diduga para penghuni rusunami akan menggunakan berbagai landasan pertimbangan yang bersifat personal, rasional atau irasional dalam mencari pemenuhan kebutuhan yang dapat memuaskannya sehingga tidak selalu fasilitas yang terdekat yang akan digunakan oleh para penghuni rusunami tersebut. Kondisi tersebut dapat menimbulkan permasalahan dalam penggunaan fasilitas lingkungan rusunami karena adanya ketidaksesuaian (mismatch) antara penyediaan fasilitas dan kebutuhan penghuni rusunami sebagai penggunanya. Teori klasik pusat pelayanan (Central Place Theory) mengatakan bahwa suatu areal pelayanan dilayani oleh satu pusat pelayanan dan luas areal pelayanan tersebut sebanding dengan hirarki skala pelayanan dan jangkauan pelayanannya. Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan tersebar di dalam wilayah dengan pola berbentuk heksagon (segi enam). Gambar 2.1 Pola Berbentuk Heksagon (Segi Enam) Christaller Sumber: Alexander, 1963 dalam Jayadinata (1999) Sebagaimana dikemukakan oleh Christaller bahwa manusia akan mengalami proses dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia akan mencari suatu pusat pemenuhan kebutuhan yang terdekat, murah, dan mudah dicapai serta sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara itu dalam Teori Perilaku Konsumen juga dikenal mengenai konsep preferensi penduduk pada suatu fasilitas atau pusat pelayanan tertentu. Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendapatan, selera konsumen, dan 436 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

harga barang disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, studi ini mengacu pada permasalahan penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang belum banyak diketahui. Pertanyaan mendasar yang dapat dikemukakan yaitu: bagaimanakah penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota dan apakah faktor-faktor yang mempengaruhinya?. Tujuan studi ini dengan demikian diarahkan untuk mengkaji penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan rumah susun sederhana milik dan perencanaan fasilitas lingkungan rusunami. Metode Studi ini menggunakan metoda penelitian kuantitatif yaitu metoda penelitian yang didasarkan pada survey. Berdasarkan tujuannya studi ini bertipe eksplanatori atau menjelaskan suatu permasalahan atau topik baru yang sangat sedikit diketahui. Dalam studi ini menggunakan sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Teknik sampling dalam menentukan sampel penelitian tersebut menggunakan teknik Non Probability Sampling yaitu Sampling Insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Jika penghuni yang ditemui cocok sebagai sumber data maka selanjutnya kepada penghuni tersebut diminta untuk menjadi responden dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan dalam kuesioner, namun jika penghuni sarusun yang ditemui tidak sesuai/cocok untuk dijadikan sampel penelitian maka peneliti beralih ke unit-unit sarusun lainnya hingga diperoleh sampel yang representatif. Wahyu Imam Santoso Sebelum memilih sampel penelitian terlebih dahulu ditentukan jumlah sampel yang dibutuhkan dalam studi ini dengan menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan rumus tersebut dengan menggunakan nilai kritis (d) 10% maka besarnya jumlah sampel (n) yang diambil berjumlah minimal 86 sampel namun untuk mengantisipasi kesalahan pengambilan sampel maka jumlah sampel ditambah hingga mencapai 100 orang. Dalam studi ini menggunakan studi kasus penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni Rusunami di kawasan pinggiran kota yaitu Rusunami Gateway Pesanggrahan Jakarta Selatan. Rusunami ini diambil sebagai studi kasus dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling secara purposive. Metode Pengumpulan Data Guna menjawab tujuan dan sasaran studi dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder yang selanjutnya dapat diolah maupun dianalisa sehingga dapat berguna untuk menjawab tujuan dan sasaran studi. Data primer dalam studi ini merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari responden melalui pengisian kuesioner, pengamatan langsung di lapangan (observasi) maupun wawancara kepada pengelola rusunami. Data sekunder yang diperlukan berupa peraturan penghunian Rusunami Gateway Pesanggrahan, denah wilayah studi, peraturan maupun kebijakan Pemerintah terkait rumah susun. Metode Analisis Data Untuk mengidentifikasi penyediaan fasilitas lingkungan pada wilayah studi dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kondisi penyediaannya dan membandingkan dengan standar untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya. Teknik analisa data penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami adalah dengan cara mempersentasekan jumlah total jawaban responden atas pilihan lokasi dan frekuensi penggunaan fasilitas lingkungan. Analisa data persepsi penghuni terhadap fasilitas lingkungan yang digunakannya menggunakan persentase jawaban responden terhadap Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 437

Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel kriteria-kriteria jarak tempuh, waktu tempuh dan kondisi fasilitas. Data preferensi fasilitas yang dibutuhkan responden diolah menggunakan teknik pembobotan. Fasilitas lingkungan yang dipilih oleh responden sebagai prioritas pertama diberi bobot 5, prioritas kedua diberi bobot 4, prioritas ketiga diberi bobot 3, prioritas keempat diberi bobot 2, dan prioritas kelima diberi bobot 1. Bobot masing-masing fasilitas lingkungan yang diberikan oleh keseluruhan responden kemudian dijumlahkan untuk diperoleh nilai totalnya sehingga dengan demikian dapat ditentukan urutan prioritas kebutuhan fasilitas lingkungan di wilayah studi. Diskusi Berdasarkan observasi diketahui bahwa kondisi penyediaan fasilitas lingkungan di Rusunami Gateway Pesanggrahan adalah sebagai berikut: Fasilitas pendidikan yang tersedia di Rusunami Gateway Pesanggrahan berupa sebuah fasilitas pendidikan tingkat pra sekolah yang terletak di lantai dasar Blok B dengan luas lantai 40 m2 dan disediakan serta diselenggarakan oleh pemilik unit non hunian. Fasilitas kesehatan pada rusunami berupa sebuah praktik dokter umum yang terletak di lantai dasar Blok D dan praktik dokter gigi di lantai dasar Blok A yang disediakan dan dikelola oleh pemilik unit non hunian dengan luas lantai masing-masing 20 m2. Fasilitas peribadatan yang terdapat di rusunami berupa 2 (buah) mushola yang terletak masing-masing di lantai besmen Blok A dengan luas lantai 24 m2 dan lantai dasar Blok C dengan luas lantai 66 m2 dan seluruhnya disediakan oleh pelaku pembangunan. Pada rusunami tersedia fasilitas perdagangan berupa 2 (dua) buah warung di lantai dasar Blok A dan di lantai dasar Blok D yang keduanya memiliki luas lantai yang sama yaitu 17 m2 serta toko di lantai besmen Blok A dengan luas lantai 45 m2. Fasilitas umum yang disediakan oleh pelaku pembangunan rusunami berupa ruang terbuka, sebuah fasilitas olahraga kolam renang, tempat parkir kendaraan dengan jumlah total 165 lot parkir. Dengan demikian diketahui tingkat kesesuaian penyediaan fasilitas lingkungan Rusunami Gateway Pesanggrahan dengan standar perencanaannya sebagai berikut: Penyediaan fasilitas pendidikan di rusunami belum sepenuhnya memenuhi standar perencanaan. Beberapa ketentuan dalam standar tersebut telah terpenuhi yaitu lokasi, dan jarak pencapaian maksimum namun tidak memenuhi persyaratan luas lantai, kesesuaian jenis fasilitas yang perlu disediakan. Sementara itu jenis fasilitas pendidikan yang perlu disediakan belum seluruhnya dapat dipenuhi yaitu sekolah dasar. Penyediaan fasilitas kesehatan di rusunami tidak sesuai dengan standar perencanaan karena tidak sesuai antara jenis fasilitas yang perlu disediakan berupa posyandu dan balai pengobatan dengan jenis fasilitas yang tersedia yaitu fasilitas praktik dokter umum dan dokter gigi. Jika mengacu pada jumlah penghuni rusunami maka fasilitas praktik dokter umum dan praktik dokter gigi belum perlu untuk disediakan. Penyediaan fasilitas peribadatan oleh pelaku pembangunan belum sepenuhnya sesuai dengan standar perencanaan karena tidak seluruh blok rusunami dilengkapi dengan fasilitas peribadatan harian dimaksud. Sementara itu fasilitas peribadatan yang tersedia telah memenuhi persyaratan luas lantai dan lokasi. Penyediaan fasilitas perdagangan berupa warung telah sesuai dengan standar untuk lokasi dan jarak pencapaian maksimalnya. Sementara itu toko jika mempertimbangkan jumlah penghuni rusunami maka tidak termasuk fasilitas perdagangan yang perlu disediakan untuk saat ini. Penyediaan fasilitas umum berupa ruang terbuka dan tempat parkir tidak sesuai dengan standar perencanaannya sementara fasilitas olahraga berupa kolam renang sesungguhnya bukan merupakan jenis fasilitas yang dipersyaratkan bagi rumah susun sederhana. Tempat parkir kendaraan 438 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

tidak memenuhi ketentuan rasio dan perletakannya sementara ruang terbuka telah sesuai untuk persyaratan lokasinya namun tidak memenuhi ketentuan jumlah kapasitas pengguna yang dapat ditampung. Penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni Rusunami Gateway Pesanggrahan adalah sebagai berikut: Sejumlah 51% penghuni rusunami memilih menyekolahkan anaknya pada fasilitas pra sekolah di luar Rusunami Gateway Pesanggrahan, 34% penghuni menggunakan fasilitas pra sekolah di dalam rusunami dan 14% penghuni memilih fasilitas sejenis sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya untuk keperluan yang sama. Sejumlah 54% penghuni rusunami memilih menggunakan fasilitas kesehatan berupa dokter yang berpraktik di luar rusunami, 27% penghuni menggunakan dokter di dalam rusunami untuk keperluan yang sama dan 11% penghuni lainnya masih tetap menggunakan dokter sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Fasilitas kesehatan berupa puskesmas hanya digunakan oleh 3% penghuni, sementara 5% penghuni lainnya lebih memilih rumah sakit atau pengobatan alternatif. Berdasarkan frekuensinya, 61% penghuni mengunjungi fasilitas kesehatan yang digunakannya setiap hari bila membutuhkan, 35% penghuni menggunakannya secara sesekali dan 4% penghuni secara sering. Dalam beribadah 56% penghuni rusunami memilih beribadah di dalam unit hunian sarusunnya, 41% penghuni beribadah pada mushola di dalam rusunami dan 3% penghuni menggunakan masjid/mushola di luar rusunami. Dengan demikian tidak ada satupun penghuni rusunami yang menggunakan fasilitas peribadatan sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Sebagian besar penghuni rusunami (73%) menggunakan fasilitas peribadatan dengan sering, 21% penghuni menggunakannya setiap hari dan 6% secara sesekali. Sejumlah 76% penghuni rusunami menggunakan fasilitas perdagangan berupa Wahyu Imam Santoso warung/toko di dalam rusunami, 23% penghuni memilih fasilitas sejenis di luar rusunami dan hanya 1% penghuni menggunakan fasilitas sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Berdasarkan frekuensinya sebanyak 69% penghuni rusunami berbelanja kebutuhan pokok setiap hari, 30% melakukannya dengan sering dan hanya 1% penghuni melakukannya secara sesekali. Sejumlah 55% penghuni rusunami menggunakan fasilitas olah raga di rusunami, 40% penghuni berolah raga di luar rusunami dan 5% penghuni memanfaatkan fasilitas sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Hanya 5% penghuni rusunami yang berolah raga secara rutin setiap hari, 33% menggunakan fasilitas olah raga secara sering dan 62% memanfaatkan fasilitas olah raga yang dipilihnya secara sesekali. Persepsi penghuni Rusunami Gateway Pesanggrahan terhadap fasilitas yang digunakannya adalah sebagai berikut: Penilaian sebagian besar penghuni rusunami atas kriteria kondisi fisik, kualitas pelayanan, daya tampung dan pemeliharaan perawatan fasilitas pendidikan adalah baik dengan persentase; 50% penghuni rusunami menilai baik kriteria kondisi fisik, 51% penghuni untuk kriteria kualitas pelayanan, 37% penghuni untuk kriteria daya tampung, dan 33% penghuni untuk kriteria pemeliharaan perawatannya. Hanya kriteria kelengkapan fasilitas pendidikan yang mendapat penilaian kurang baik oleh sebagian besar penghuni rusunami (34%). Untuk fasilitas kesehatan sebagian besar penghuni rusunami tidak dapat memberikan penilaiannya terhadap kriteria kelengkapan fasilitas (35%) dan pemeliharaan perawatan (39%). Sementara itu untuk kriteria kondisi fisik (44%) dan kualitas pelayanan (38%) sebagian besar penghuni rusunami memberi penilaian baik. Untuk fasilitas peribadatan seluruh kriteria penilaiannya memperoleh penilaian baik dari sebagian besar penghuni rusunami. Sebanyak 67% penghuni menilai baik kondisi fisik dan pemeliharaan perawatan fasilitas peribadatan Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 439

Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel yang digunakannya, 61% untuk keleluasaan penggunaan, 59% untuk kelengkapan fasilitas dan 58% untuk daya tampungnya. Sebagian besar penghuni rusunami memberikan penilaian baik untuk kriteria kelengkapan fasilitas (53%), pemeliharaan perawatan (55%), kondisi fisik (69%) dan kualitas pelayanan (60%). Pada fasilitas olah raga sejumlah 53% penghuni rusunami menilai kurang baik untuk kelengkapan fasilitas dan pemeliharaan dan perawatannya sementara 48% penghuni memberi penilaian yang sama untuk daya tampungnya. Sementara itu sebanyak 45% penghuni rusunami memberi penilaian baik terhadap kondisi fisik fasilitas olah raga yang digunakannya dan 44% penghuni rusunami mempersepsikan baik terhadap keleluasaan penggunaan fasilitasnya. Preferensi penghuni rusunami terhadap kebutuhan fasilitas lingkungan di Rusunami Gateway Pesanggrahan adalah: Prioritas kebutuhan fasilitas lingkungan sesuai dengan preferensi penghuni berdasarkan urutan nilai pembobotan adalah fasilitas umum (328), fasilitas kesehatan (269), fasilitas peribadatan (246), fasilitas perdagangan (228), dan fasilitas pendidikan (186). Hasil tersebut menunjukkan bahwa fasilitas umum merupakan prioritas utama kebutuhan penghuni akan fasilitas lingkungan di Rusunami Gateway Pesanggrahan. Sementara itu preferensi penghuni terhadap jenis-jenis fasilitas lingkungan yang dibutuhkannya berdasarkan urutan nilai persentase dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah tempat parkir (12,29%), masjid (10,6%), mushola (8,43%), toko (8,43%), TK (7,95%), warung kebutuhan pokok (6,75%), Pre School (6,51%), warung makan (5,30%), dokter spesialis (4,82%), dokter umum (4,10%), apotik (4,10%), SD (3,61%), dokter anak (2,89%), kolam renang (2,41%), area bermain (2,17%), klinik 24 jam (2,17%), ruang terbuka (1,93%), tempat fitness (1,69%), lapangan badminton (1,69%), gereja (1,20%), dan ruang pertemuan (0,96%). Dengan demikian berdasarkan persentase tersebut diketahui bahwa tempat parkir adalah jenis fasilitas lingkungan yang paling dibutuhkan oleh penghuni Rusunami Gateway Pesanggrahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami yaitu: Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan lokasi fasilitas pendidikan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,595) dan waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,578). Berdasarkan alasannya diketahui bahwa pertimbangan sebagian besar penghuni rusunami memilih fasilitas pendidikan bagi putra/putrinya adalah karena jarak fasilitas pendidikan tersebut dekat dengan unit sarusunnya. Namun demikian ada faktor kepercayaan (trust) dalam penggunaan fasilitas pendidikan tersebut karena meskipun alasan utama yang mengemuka adalah kedekatan jarak namun justru sebagian besar penggunaan fasilitas tersebut tidak dilakukan pada fasilitas yang terdekat di rusunami melainkan pada fasilitas sejenis di luar rusunami. Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,467), waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,448), dan persepsi penghuni rusunami terhadap kualitas pelayanan yang diberikan di fasilitas kesehatan dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,444). Alasan terbesar penghuni rusunami memilih fasilitas kesehatan tersebut adalah karena dokter pada fasilitas kesehatan yang dipilihnya memiliki kualitas yang baik sehingga dengan demikian faktor kepercayaan (trust) adalah yang utama. Indikasinya meskipun sebagian besar penghuni rusunami lebih memilih menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih dekat dengan hunian namun hal itu tidak dilakukan pada fasilitas kesehatan di rusunami yang lebih sedikit mendapat penilaian yang baik oleh para penghuni rusunami jika 440 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

dibandingkan dengan fasilitas kesehatan lainnya. Faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami adalah pekerjaan dengan tingkat keeratan hubungan rendah (0,374). Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas peribadatan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,707), waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,604), kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,576) dan pemeliharaan dan perawatan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,574). Faktor-faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas peribadatan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,428), waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,593), kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,664) dan pemeliharaan dan perawatan dengan tingkat keeratan hubungan kuat (0,635). Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas perdagangan oleh penghuni rusunami adalah usia dengan tingkat keeratan hubungan rendah (0,295), jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,480) dan waktu tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,457). Ditinjau dari alasan penghuni rusunami memilih lokasi fasilitas perdagangan diketahui bahwa kedekatan fasilitas dimaksud dengan unit sarusun merupakan alasan yang terbesar. Faktor-faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas perdagangan oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,576) dan pekerjaan dengan tingkat keeratan hubungan rendah (0,383). Faktor-faktor berpengaruh terhadap pilihan lokasi fasilitas olah raga oleh penghuni rusunami adalah jarak tempuh dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,447), kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,534) dan pemeliharaan Wahyu Imam Santoso dan perawatan dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,447). Faktor-faktor berpengaruh terhadap frekuensi penggunaan fasilitas olah raga oleh penghuni rusunami adalah kelengkapan fasilitas dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,497) dan pemeliharaan dan perawatan dengan tingkat keeratan hubungan sedang (0,456). Kesimpulan Pada bagian ini dapat disampaikan beberapa kesimpulan secara umum yaitu: Sebagian besar penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota memilih menggunakan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang terdapat di luar rusunami (eksternal) sementara sebagian penghuni lainnya menggunakan fasilitas sejenis yang tersedia di rusunami (internal) atau fasilitas sebagaimana pada tempat tinggal sebelumnya. Sementara itu lebih banyak penghuni rusunami yang menggunakan fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan fasilitas olah raga di dalam rusunami (internal) daripada penghuni yang memanfaatkan fasilitas sejenis di tempat lain (eksternal). Pemilihan lokasi penggunaan fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan fasilitas olah raga oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota lebih utama dipengaruhi oleh faktor jarak tempuh daripada faktor karakteristik sosial ekonomi dan persepsi penghuni rusunami terhadap kondisi fasilitas yang digunakannya. Sementara itu penggunaan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota lebih dominan dipengaruhi oleh faktor kepercayaan (trust) pada mutu dan pelayanan fasilitas yang diterimanya daripada faktor jarak dan waktu tempuh serta karakteristik sosial ekonomi penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota. Penggunaan fasilitas lingkungan rusunami oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota cukup tinggi karena kedekatan jarak fasilitas dimaksud dari unit hunian sehingga Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 441

Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel oleh karena itu sangat diperlukan penyediaan fasilitas lingkungan rusunami di kawasan pinggiran kota yang memenuhi standar dan lebih memperhatikan kebutuhan atau aspirasi penghuni rusunami guna mendukung pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya di rusunami. Rekomendasi Berdasarkan temuan studi dan kesimpulan di atas selanjutnya diusulkan beberapa rekomendasi sebagai berikut: Pelaku pembangunan perlu melakukan penyesuaian dalam penyediaan fasilitas lingkungan rusunami sesuai dengan standar perencanaan dan mempertimbangkan aspirasi penghuni rusunami. Pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan penghunian rusunami bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar tepat sasaran mengingat bias sasaran kepenghunian rusunami dapat menyebabkan ketidaksesuaian (mismatch) antara penyediaan fasilitas lingkungan rusunami dan kebutuhan penggunanya. Pemerintah daerah perlu segera menjalankan mekanisme pencadangan tanah (land banking) dan didukung dengan master plan kota sehingga rusunami dapat dibangun pada lokasi yang strategis sesuai dengan rencana tata ruang kota. Perlu segera dibentuk badan pengatur rumah susun yang salah satu tugasnya membantu memasarkan unit rusunami agar lebih memastikan unit-unit sarusun bersubsidi dapat dimiliki oleh MBR sehingga mengurangi bias sasaran kepenghunian rusunami. Untuk mendorong kepenghunian rusunami oleh MBR maka Pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi peraturan dan budaya hidup pada rumah susun. Pemerintah daerah perlu menjabarkan kebijakan nasional penyelenggaraan rumah susun dalam Perda Rumah Susun yang sesuai dengan kondisi daerahnya masingmasing. Dengan demikian dapat menjadi pedoman yang operasional dalam penyelenggaraan pembangunan rumah susun di daerah. Untuk mengurangi kecenderungan pemanfaatan fasilitas-fasilitas lingkungan bagi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu maka pengelola rusunami perlu membuat peraturan pemanfaatan fasilitas lingkungan rusunami sehingga dapat digunakan untuk kepentingan bersama, mensosialisasikan peraturan tersebut serta memberi sanksi tegas bagi setiap pihak yang melanggar. Sebagaimana kajian pada bab terdahulu diketahui bahwa terdapat faktor kepercayaan (trust) dalam penggunaan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan oleh penghuni rusunami. Hasil penelitan menunjukkan bahwa sebagian besar penghuni rusunami lebih memilih menggunakan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang terdapat di luar rusunami daripada fasilitas sejenis di rusunami. Dalam rangka meningkatkan penggunaan fasilitas pendidikan dan kesehatan di rusunami oleh penghuni maupun pengguna di luar rusunami maka pengelola kedua fasilitas tersebut perlu melakukan upaya-upaya: - Menyediakan tenaga pendidik dan tenaga kesehatan yang berkualitas untuk menciptakan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang lebih setara dengan fasilitas sejenis di luar rusunami. - Melengkapi fasilitas pendidikan dan kesehatan dengan kelengkapan atau peralatan penunjang yang lebih baik. - Meningkatkan kapasitas ruang kelas bagi fasilitas pendidikan agar dapat menampung peserta didik dengan jumlah yang lebih besar. - Menambah waktu operasional fasilitas kesehatan sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan intensitas pelayanan kesehatan. - Meningkatkan pemeliharaan dan perawatan pada fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan karena hal ini merupakan faktor yang juga dipertimbangkan oleh penghuni rusunami 442 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

dalam memilih kedua jenis fasilitas tersebut. - Meningkatkan promosi atau menyelenggarakan program-program yang menarik minat penghuni rusunami untuk menggunakan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan di rusunami. - Membuka akses fasilitas rusunami untuk masyarakat selain penghuni rusunami. Namun agar kenyamanan dan keamanan rumah susun tetap terjaga maka setiap akses menuju zona privat atau lantai hunian seperti lift atau tangga diberi pengamanan dari akses pihak luar yang tidak berkepentingan. Pemerintah perlu melakukan revisi terhadap SNI 03-7013-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana atau membuat standar baru mengenai perencanaan PSU rumah susun sederhana yang substansinya mengacu pada Undang-Undang Rumah Susun terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. Beberapa masukan terhadap SNI tersebut di atas adalah sebagai berikut: - Perlu diatur bahwa penyediaan fasilitas lingkungan merupakan kewajiban dari pelaku pembangunan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. - Penyediaan fasilitas lingkungan di rumah susun harus mempertimbangkan kebutuhan penyandang disabilitas dan lansia sehingga perlu dipersyaratkan penyediaan fasilitas dan aksesibilitas seperti ram atau jalur pemandu (guiding block) untuk menciptakan lingkungan rumah susun yang inklusif dan aksesibel bagi semua golongan. Persyaratan jumlah penduduk minimal (treshold) untuk penyediaan fasilitas olah raga perlu ditinjau kembali karena fasilitas ini tetap memiliki peran penting dalam menjaga kondisi kebugaran dan kesehatan penghuni rumah susun meskipun pada rumah susun yang lebih kecil jumlah penghuninya. Dalam perencanaan fasilitas olah raga perlu memperhatikan ketersediaan lahan untuk Wahyu Imam Santoso pembangunan rumah susun, sehingga jenis fasilitas yang disediakan tidak perlu membutuhkan lahan yang luas namun memiliki jumlah peminat atau pengguna yang lebih besar. Perlu diatur persyaratan penyediaan pos pemadam kebakaran sebagai upaya mitigasi bencana dan proteksi terhadap ancaman bahaya kebakaran dan pos polisi untuk penjagaan kemanan terutama bagi rumah susun yang memiliki kepadatan tinggi dan jumlah unit hunian sarusun yang besar. Guna menjaga keterjangkauan kelompok sasaran pembangunan rumah susun khususnya bagi MBR dan menjamin ketersediaan PSU rumah susun maka Pemerintah dan pemerintah daerah perlu terus mengembangkan bantuan perumahan melalui pemberian subsidi pembiayaan bagi MBR atau bantuan pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU) rumah susun atau kombinasi keduanya. Pemerintah perlu segera menyusun standar pelayanan minimal (SPM) PSU rumah susun sesuai dengan peraturan perundangan rumah susun yang terbaru yaitu Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun agar setidaknya pelayananan dasar PSU rumah susun dapat dirasakan oleh penghuni rusunami dan dipenuhi kewajibannya oleh pelaku pembangunan atau pemerintah daerah. Agar ketersediaan fasilitas lingkungan rumah susun dapat dipenuhi oleh pelaku pembangunan sesuai dengan ketentuan, pemerintah daerah wajib melakukan pengendalian pembangunannya melalui mekanisme Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) pada saat perencanaannya dan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung (SLF) pada paska konstruksi. Kelemahan Studi Kelemahan dalam studi ini yaitu: Dalam penelitan ini hanya menggunakan studi kasus tunggal untuk menggeneralisasikan kondisi penggunaan Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 443

Kajian Penggunaan Fasilitas Lingkungan Rusunami di Kawasan Pinggiran Kota Judul Artikel fasilitas lingkungan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Telaah preferensi penghuni terhadap fasilitas lingkungan hanya meninjau jenis fasilitas lingkungan yang dibutuhkan oleh penghuni rusunami di kawasan pinggiran kota namun tidak mengeksplorasi lebih jauh mengenai bagaimana kondisi fasilitas yang diinginkannya tersebut. Tidak seluruh variabel karakteristik penghuni rusunami seperti posisi, pendidikan, selera, gaya hidup, kepribadian dan referensi keluarga dimasukkan sebagai variabel penelitian yang jika variabel-variabel tersebut digunakan tidak menutup kemungkinan dapat memberikan hasil penelitian yang berbeda. Meskipun pertanyaan-pertanyaan terkait alasan pemilihan lokasi fasilitas lingkungan pada kuesioner telah bersifat semi terbuka namun responden hanya diperbolehkan untuk memberikan 1 (satu) jawaban walaupun terdapat kemungkinan jawaban lain yang ingin disampaikan untuk mempermudah proses analisis data. Hasil studi mungkin dapat berbeda jika responden memberi jawaban lebih dari yang ditentukan. Jawaban responden terkait pertanyaan jarak tempuh dan waktu tempuh fasilitas lingkungan yang digunakannya lebih berdasarkan estimasi responden daripada pengukuran yang pasti sehingga sangat dimungkinkan adanya perbedaan hasil jawaban jika dilakukan pengukuran secara tepat atas 2 (dua) pertanyaan tersebut. Meskipun dalam pengambilan sampel menggunakan nilai kritis 10% atau tingkat kepastian 90% tidak berarti memberikan gambaran hasil studi penggunaan fasilitas lingkungan yang paling akurat mengingat dengan demikian masih terdapat kemungkinan kesalahan dalam pengambilan sampel penelitian. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Iwan Kustiwan selaku pembimbing atas bimbingan dan arahan selama penelitian. Daftar Pustaka Daldjoeni, D. 1997. Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek. Penerbit Alumni, Bandung. Doxiadis, Constantinos A. 1972. Architectural Space in Ancient Greece. Cambridge, Mass: MIT Press. Jayadinata T, Johara. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. ITB Bandung. Simanungkalit, Panangian. 2009. Pemikiran Untuk Menyukseskan Program 1000 Menara Rusun Untuk Rakyat. Panangian School of Property. Jakarta. Sutriadi, Ridwan. 1996. Karakteristik Pemanfaatan Fasilitas Sosial oleh Penduduk Kawasan Pinggiran Kota Bandung. Tesis. Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana ITB. 444 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3