BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI"

Transkripsi

1 99 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal sebagai temuan studi yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Local Resident di Kota Bandung Mayoritas local resident berada pada kelompok usia produktif, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan berpenghasilan menengah ke atas. Hal ini menandakan bahwa local resident di Kota Bandung berpotensi cukup tinggi untuk berperan serta dalam pembangunan dan mendorong pertumbuhan kota. Sebagian besar local resident memiliki pekerjaan utama sebagai wiraswasta mengindikasikan bahwa local resident di Kota Bandung memiliki jiwa kewirausahaan yang cukup tinggi. Hal ini perlu untuk terus didorong oleh pemerintah agar kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dan tingkat pengangguran di Kota Bandung dapat dikurangi. Mayoritas local resident di Kota Bandung bermukim dan menjalankan aktivitasnya di Wilayah Pengembangan (WP) Cibeunying karena pusat aktivitas dan fasilitas yang lengkap berada di WP tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat ketidakmerataan pembangunan di Kota Bandung yang menjadi salah satu penyebab local resident merasa tidak puas terhadap pembangunan di Kota Bandung. 2. Karakteristik Local Business di Kota Bandung Sebagian besar local business di Kota Bandung telah menjalankan usahanya dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu, cukup banyak terdapat local business yang baru menjalankan usahanya kurang dari 5 tahun. Sebagian besar local business tersebut telah dari awal memulai usaha bisnis di Kota Bandung. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa

2 100 tingginya jiwa kewirusahaan local resident mendorong berkembangnya jumlah local business di Kota Bandung. Mayoritas local business di Kota Bandung menjalankan usaha bisnis dengan modal yang besar dan keuntungan yang diperoleh tergolong cukup besar. Hal tersebut menandakan bahwa terdapat kemungkinan prospek keuntungan yang besar bila membuka usaha bisnis di Kota Bandung. 3. Kecenderungan Mobilitas Local Resident dan Local Business di Kota Bandung Baik local resident maupun local business di Kota Bandung memiliki kecenderungan mobilitas yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari kecenderungan local resident dan local business untuk tidak pindah ke kota lain. Kecenderungan mobilitas local resident maupun local business yang rendah tersebut berkaitan dengan alasan untuk memilih bermukim atau menjalankan usaha bisnis di Kota Bandung dan kecenderungan kota-kota non metropolitan di Indonesia yang tidak berkompetisi untuk menarik resident dan business. Sebagian besar local resident memilih tinggal di Kota Bandung dengan alasan ingin tinggal bersama keluarga yang telah lama menetap di Kota Bandung. Faktor ketersediaan fasilitas atau lapangan kerja bukan merupakan alasan utama local resident memilih tinggal menetap di Kota Bandung. Sebagian besar local business memilih berlokasi usaha di Kota Bandung dengan alasan prospek keuntungan yang besar, meneruskan usaha bisnis keluarga dan alasan bermukim atau bertempat tinggal di Kota Bandung. Alasan prospek keuntungan yang besar tersebut pada dasarnya terkait dengan dengan banyaknya jumlah penduduk di Kota Bandung dan mayoritas penduduk di Kota Bandung berpenghasilan menengah ke atas sehingga potensial sebagai konsumen. Faktor ketersediaan fasilitas atau iklim usaha yang diciptakan pemerintah bukan merupakan alasan utama local business memilih berlokasi usaha di Kota Bandung.

3 Kondisi Pembangunan Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah Menurut Local Resident dan Local Business di Kota Bandung Mayoritas masyarakat lokal Kota Bandng baik local resident maupun local business berpendapat bahwa secara garis besar kondisi pembangunan di Kota Bandung sesudah otonomi daerah tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan sebelum otonomi daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah di Kota Bandung tampaknya belum dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyediaan fasilitas perkotaan dan belum berhasil mendorong peningkatan akuntabilitas pemerintah kota. Perubahan yang terlihat agak signifikan yaitu dalam hal tingkat persaingan antara pihak-pihak penyedia fasilitas perkotaan, biaya dalam mendapatkan fasilitas perkotaan maupun dalam pengadaan fasilitas perkotaan, jumlah dan variasi pelaku swasta serta variasi pendekatan dalam menyediakan fasilitas perkotaan. 5. Tingkat Kepuasan Local Resident dan Local Business terhadap Pembangunan di Kota Bandung Secara umum, local resident maupun local business di Kota Bandung merasa kurang puas dengan pembangunan di Kota Bandung, termasuk dalam hal penetapan pajak dan tanggapan pemerintah terhadap aspirasi yang disampaikan. Selain itu, sebagian besar local resident dan local business masih kurang puas dengan penyediaan fasilitas perkotaan, terutama jalan, drainase, air bersih, sampah, taman dan fasilitas pendidikan. 6. Karakteristik Local Resident dan Local Business di Kota Bandung dalam menyatakan preferensi terhadap pembangunan kota Dengan partisipasi, masyarakat lokal dapat menyatakan apa yang menjadi preferensinya terhadap pembangunan. Partisipasi local resident maupun local business di Kota Bandung umumnya masih pada implementasi program pembangunan dalam lingkup wilayah yang kecil yakni lingkungan RT/RW (belum dalam konteks wilayah Kota Bandung secara

4 102 luas). Secara umum, bentuk partisipasinya belum sampai pada perencanaan atau pengambilan kebijakan pembangunan kota. Menurut mayoritas local resident dan local business di Kota Bandung, preferensi mereka sangat penting untuk diperhatikan. Kecenderungan mobilitas local resident dan local business di Kota Bandung yang rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hanya sebagian kecil dari local resident maupun local business yang memilih untuk pindah ke kota lain apabila pembangunan ternyata tidak sesuai dengan preferensinya. Sebagian besar dari local resident maupun local business menerima saja pembangunan yang dilakukan atau menyuarakan preferensinya apabila pembangunan tidak sesuai dengan preferensinya. Hanya sedikit yang memanfaatkan Jaring Asmara atau Musrenbang sebagai media untuk menyuarakan preferensinya. 7. Prioritas Pembangunan Menurut Preferensi Local Resident dan Local Business Preferensi local resident terhadap pembangunan sumber daya manusia sama dengan preferensi local business, yaitu (dari yang paling penting sampai dengan paling tidak penting dalam pengalokasian dana) : 1. pendidikan 2. kesehatan 3. mental dan spiritual 4. laju pertumbuhan penduduk 5. pemerataan penduduk 6. pengembangan seni, budaya dan olahraga Preferensi local resident terhadap pembangunan ekonomi juga sama dengan preferensi local business, yaitu (dari yang paling penting sampai dengan paling tidak penting dalam pengalokasian dana) : 1. penambahan penyediaan lapangan kerja 2. pengembangan UKM 3. peningkatan daya beli masyarakat 4. peningkatan daya tarik investasi

5 103 Preferensi local resident terhadap pembangunan perumahan dan permukiman yaitu (dari yang paling penting sampai dengan paling tidak penting dalam pengalokasian dana): 1. penyediaan perumahan yang harganya dapat dijangkau oleh masyarakat 2. penyediaan utilitas yang memadai 3. pengendalian dan peremajaan permukiman kumuh Sedangkan menurut preferensi local business, ketiga variabel yang termasuk dalam aspek pembangunan perumahan dan permukiman menempati urutan yang sama. Preferensi local resident dan local business terhadap penyediaan utilitas hampir identik, bedanya local business menempatkan penyediaan utilitas air kotor/limbah lebih utama dibandingkan dengan utilitas drainase/jalan lingkungan. Berikut ini menunjukkan preferensi local resident terhadap penyediaan utilitas (dari yang paling penting sampai dengan paling tidak penting dalam pengalokasian dana): 1. persampahan 2. air bersih 3. drainase/jalan lingkungan 4. air kotor/limbah 5. listrik/telekomunikasi/energi Preferensi local resident terhadap pembangunan perumahan dan permukiman yaitu (dari yang paling penting sampai dengan paling tidak penting dalam pengalokasian dana): 1. penyediaan angkutan yang harganya dapat dijangkau oleh masyarakat 2. peningkatan kualitas/kuantitas angkutan umum 3. peningkatan kualitas/kuantitas terminal Sedangkan menurut preferensi local business, peningkatan kualitas/kuantitas angkutan umum menempati urutan yang paling utama

6 104 dalam pengalokasian dana, kemudian diikuti dengan penyediaan angkutan yang harganya dapat dijangkau oleh masyarakat. Menurut preferensi local resident dan local business, urutan pengalokasian dana untuk pembangunan sistem jaringan jalan yaitu (dari yang paling penting sampai dengan yang paling tidak penting dalam pengalokasian dana): 1. fasilitas pejalan kaki 2. jalan 3. perlengkapan jalan Preferensi local resident terhadap pembangunan perumahan dan permukiman yaitu (dari yang paling penting sampai dengan paling tidak penting dalam pengalokasian dana): 1. fasilitas pendidikan 2. fasilitas kesehatan 3. fasilitas ibadah 4. fasilitas seni, budaya dan olahraga 5. fasilitas taman 6. fasilitas pariwisata dan rekreasi 7. fasilitas pemadam kebakaran 8. fasilitas perbelanjaan Preferensi local business terhadap pembangunan perumahan dan permukiman untuk tiga urutan yang paling utama dan urutan terakhir sama dengan preferensi local resident. Untuk urutan keempat sampai dengan ketujuh yaitu fasilitas pariwisata dan rekreasi, fasilitas seni, budaya dan olahraga, fasilitas pemadam kebakaran dan fasilitas taman. Preferensi local resident dan local business terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup hampir identik, bedanya local business menempatkan pengendalian banjir lebih utama dibandingkan dengan pencemaran air/tanah/udara/suara. Berikut ini menunjukkan preferensi local resident terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

7 105 hidup (dari yang paling penting sampai dengan paling tidak penting dalam pengalokasian dana): 1. pemeliharaan kawasan lindung 2. pengendalian pencemaran air, tanah, dan udara 3. pengendalian banjir 4. pengendalian ruang terbuka hijau 5. pengendalian pemanfaatan ruang Preferensi local business terhadap urutan prioritas pembangunan untuk dua urutan yang paling utama sama dengan preferensi local resident, selanjutnya diikuti dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, transportasi, perumahan dan permukiman, sistem jaringan jalan, dan fasilitas umum/sosial. Sedangkan preferensi local resident terhadap urutan prioritas pembangunan yaitu (dari yang paling penting sampai dengan yang paling tidak penting dalam pengalokasian dana) : 1. sumber daya manusia 2. ekonomi 3. perumahan dan permukiman 4. transportasi 5. pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup 6. fasilitas umum/sosial 7. sistem jaringan jalan Preferensi local resident terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung pada dasarnya tidak identik untuk masing-masing WP. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakmerataan pembangunan di Kota Bandung, yaitu dalam bidang transportasi, perumahan dan permukiman, fasilitas umum/sosial, dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, pembangunan di Kota Bandung sebaiknya juga memperhatikan preferensi local resident pada tiap WP. Upaya yang dapat dilakukan untuk merefleksikan preferensi local resident dan local business tersebut dalam penyusunan prioritas pembangunan Kota Bandung yaitu melalui survey local preference dan analisis

8 106 rasionalnya serta melalui pelibatan masyarakat secara langsung, forum forum musyawarah, dan jajak pendapat. 5.2 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mayoritas local resident maupun local business di Kota Bandung tidak merasakan perubahan kondisi pembangunan yang lebih baik setelah otonomi daerah. Belum terlihat peningkatan akuntabilitas pemerintah kota dan fasilitas perkotaan yang tersedia masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh local resident dan local business. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar local resident dan local business tersebut merasa kurang puas dengan pembangunan di Kota Bandung. 2. Jika dilihat dari tingkat kepuasan local resident maupun local business terhadap pajak, bisa dikatakan bahwa penetapan pajak di Kota Bandung belum memenuhi prinsip keadilan, kepastian, dan kelayakan. Sebagian besar local resident maupun local business menilai besarnya pajak yang dibebankan kepada mereka terlalu tinggi dan kurang memperhatikan besarnya penghasilan atau keuntungan usaha. Selain itu, menurut mereka, penyediaan pelayanan di Kota Bandung dirasa masih belum optimal karena ada indikasi tindakan penyelewengan dana pajak oleh pemerintah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu meninjau kembali terhadap penetapan pajak yang telah dilakukan. 3. Karakteristik sebagian besar local resident maupun local business dalam memberikan respon terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan preferensinya adalah karakteristik voice dan loyalty. Hanya sebagian kecil yang memiliki karakteristik exit dikarenakan kecenderungan mobilitas yang rendah. Selain itu juga disebabkan oleh kecenderungan kota-kota di Indonesia yang tidak cukup kompetitif dalam penyediaan fasilitas dan lapangan kerja yang dapat menarik resident maupun business untuk menetap di suatu kota. Local resident dan local business juga tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai perkembangan kota-kota di Indonesia.

9 Karakteristik masyarakat lokal (baik local resident maupun local business) yang dominan voice dan loyalty suatu saat dapat berubah menjadi dominan karakteristik exit apabila pembangunan tetap dibiarkan tidak sesuai dengan preferensinya dan tidak dapat memberikan kepuasan yang maksimal baginya. Selain itu, masyarakat lokal bisa menjadi apatis, tidak mendukung imlementasi kebijakan pembangunan yang ditetapkan pemerintah atau tidak mau berpartisipasi dalam pembangunan. Maka dari itu, pemerintah kota perlu segera melakukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dengan memperhatikan preferensi masyarakat lokal. 5. Menurut preferensi local resident maupun local business, prioritas pembangunan Kota Bandung yang paling utama yaitu pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi. Penyediaan utilitas yang paling penting menurut preferensi local resident maupun local business yaitu persampahan dan air bersih. 6. Mengingat pentingnya preferensi lokal untuk diperhatikan dalam penyusunan prioritas pembangunan Kota Bandung terutama untuk mencapai alokasi sumber daya publik yang efisien, maka perlu dilakukan upaya untuk merefleksikan preferensi lokal tersebut. Perwujudan upaya tersebut tentu saja memerlukan komitmen yang kuat dari pemerintah dan partisipasi aktif dari masyarakat. Selain itu, pengalokasian dana pembangunan juga seharusnya disesuaikan dengan apa yang menjadi prioritas pembangunan menurut preferensi masyarakat lokal di Kota Bandung. 7. Prioritas pembangunan Kota Bandung saat ini sesuai dengan preferensi local resident dan local business yang menempatkan pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi sebagai urutan pertama dan kedua dalam prioritas pembangunan. Akan tetapi, masyarakat lokal masih belum puas dengan pembangunan di Kota Bandung dan menilai bahwa pembangunan belum efektif dan efisien. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa preferensi masyarakat terhadap aspek pembangunan selain sumber daya manusia dan ekonomi belum diperhatikan dan belum terefleksikan sepenuhnya dalam penyusunan prioritas pembangunan kota.

10 Rekomendasi Berdasarkan temuan studi dan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, rekomendasi yang dapat diberikan berkaitan dengan upaya alokasi sumber daya publik yang lebih efektif dan efisien dalam pembangunan adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah Kota Bandung diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas sektor publik, efisiensi dan efektivitas penyediaan fasilitas perkotaan. Selain itu, pemerintah Kota Bandung juga perlu berupaya mendorong masyarakat lokal untuk berpartisipasi aktif dalam menyatakan preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan atau dalam proses pembangunan di Kota Bandung (termasuk dalam perencanaan pembangunan dan pengambilan kebijakan). 2. Media partisipasi sebagai media yang dapat digunakan pemerintah untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan kota harus ditingkatkan efektivitasnya. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat lokal mengenai keberadaan media partisipasi tersebut dan bagaimana jalur pemanfaatannya atau mekanismenya. Di samping itu, pemerintah kota seharusnya dapat bersikap lebih responsif (tanggap) terhadap aspirasi masyarakat lokal dan berkomitmen menjalankan pembangunan sesuai dengan preferensi masyarakat lokal. Dengan demikian, pembangunan yang dilaksanakan dapat memberikan kepuasan yang maksimal bagi masyarakat lokal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. 3. Rencana pembangunan untuk tiap WP di Kota Bandung sebaiknya disusun dengan memperhatikan adanya perbedaan preferensi local resident pada tiap WP terhadap prioritas pembangunan kota. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar Prioritas penganggaran pembangunan di Kota Bandung sebaiknya dilakukan berdasarkan preferensi masyarakat lokal baik local resident maupun local business terhadap prioritas pembangunan, yakni seperti yang dapat dilihat pada Tabel IV.1.

11 109

12 110 Tabel V.1 Usulan Pengalokasian Dana Berdasarkan Preferensi Local Resident dan Local Business Terhadap Prioritas Pembangunan Kota No Urutan Bidang Prioritas Urutan Pengalokasian Dana Pembangunan 1 Sumber daya manusia - Pendidikan - Kesehatan - Mental dan spiritual - Pengendaian laju pertumbuhan penduduk - Upaya pemerataan penduduk - Pengembangan seni, budaya dan olahraga 2 Ekonomi - Penambahan penyediaan lapangan kerja - Pengembangan UKM - Peningkatan daya beli masyarakat - Peningkatan daya tarik investasi Sumber : Hasil Analisis, 2007 Selanjutnya, pemerintah dapat menyesuaikan alokasi dana pembangunan berdasarkan prioritas pembangunan yang disusun dengan mempertimbangkan kepentingan local resident dan kepentingan local business. Berikut ini dapat dilihat urutan prioritas pembangunan menurut preferensi local resident dan local business setelah pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi. Tabel V.2 Prioritas Pembangunan Menurut Preferensi Local Resident dan Local Business Prioritas Pembangunan Menurut No Preferensi Local Resident 1 Perumahan dan Permukiman 1. upaya penyediaan perumahan yang harganya dapat dijangkau oleh masyarakat 2. upaya penyediaan utilitas yang memadai 3. upaya pengendalian/ peremajaan kawasan Prioritas Pembangunan Menurut Preferensi Local Business Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 1. pemeliharaan kawasan lindung 2. pengendalian banjir 3. pengendalian pencemaran air, tanah, udara dan suara 4. pengendalian ruang terbuka

13 111 No Prioritas Pembangunan Menurut Preferensi Local Resident permukiman kumuh 2 Transportasi 1. penyediaan angkutan yang dapat dijangkau masyarakat 2. angkutan umum 3. terminal 3 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 1. pemeliharaan kawasan lindung 2. pengendalian pencemaran air, tanah, udara dan suara 3. pengendalian banjir 4. pengendalian ruang terbuka hijau 5. pengendalian pemanfaatan ruang 4 Fasilitas umum/sosial 1. sarana pendidikan 2. sarana kesehatan 3. sarana peribadatan 4. sarana seni, budaya dan olahraga 5. fasilitas taman 6. sarana pariwisata dan rekreasi 7. fasilitas pemadam kebakaran 8. fasilitas perbelanjaan 5 Sistem Jaringan Jalan 1. fasilitas pejalan kaki 2. jalan 3. perlengkapan jalan Sumber : Hasil Analisis, 2007 Prioritas Pembangunan Menurut Preferensi Local Business hijau 5. pengendalian pemanfaatan ruang Transportasi 1. angkutan umum 2. penyediaan angkutan yang dapat dijangkau masyarakat 3. terminal Perumahan dan Permukiman Upaya penyediaan perumahan yang harganya dapat dijangkau oleh masyarakat, upaya penyediaan utilitas yang memadai dan upaya pengendalian/peremajaan kawasan permukiman kumuh Sistem jaringan jalan 1. fasilitas pejalan kaki 2. jalan 3. perlengkapan jalan Fasilitas Umum/Sosial 1. sarana pendidikan 2. sarana kesehatan 3. sarana peribadatan 4. sarana pariwisata dan rekreasi 5. sarana seni, budaya dan olahraga 6. fasilitas pemadam kebakaran 7. fasilitas taman 8. fasilitas perbelanjaan

14 112 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan preferensi terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung antara local resident dan local business. Preferensi keduanya sangat penting untuk dipahami dan direfleksikan dalam penyusunan prioritas pembangunan serta dipertimbangkan dalam pengalokasian dana pembangunan Kota Bandung. 5.4 Kelemahan dan Keterbatasan Studi Studi ini memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan yang diharapkan dapat disempurnakan pada studi selanjutnya. Kelemahan dan keterbatasan dalam studi ini yaitu : 1. Penentuan jumlah sampel resident maupun business tidak disesuaikan dengan proporsi jumlah populasi yang sebenarnya, hanya ditentukan berdasarkan rumus Slovin dan pengambilan sampel kecil. Daftar populasi resident dan business yang digunakan juga tidak begitu valid sehingga bisa terdapat kesalahan dalam penentuan jumlah sampel secara acak proposional untuk masing-masing WP. Selain itu, karena banyak kendala dan kesulitan yang ditemui ketika mecoba menyebarkan kuesioner kepada responden secara acak, sehingga proses perolehan sampel juga tidak dapat dilakukan murni secara acak. 2. Penentuan variabel untuk masing-masing aspek prioritas pembangunan dan juga variabel yang menjadi prioritas pembangunan merupakan hasil perumusan penulis sendiri dari desk study yang telah dilakukan (studi literatur atau dokumen perencanaan pembangunan). Dengan demikian, terdapat kemungkinan ada variabel pembangunan yang tidak dimasukkan ke dalam prioritas pembangunan meskipun dalam operasionalisasinya terdapat pertanyaan terbuka kepada responden mengenai prioritas pembangunan tersebut. 3. Metode rank sum dan statistik uji Keselarasan Kendall dalam analisis data preferensi tidak dapat digunakan untuk mengetahui struktur data seperti nilai variansi preferensi atau distribusi data. Metode tersebut hanya bisa digunakan untuk melihat urutan preferensi. Dengan demikian, asumsi yang digunakan

15 113 adalah data terdistribusi normal dengan tingkat kepercayaan 95%, pilihan dilakukan secara konsisten oleh responden, data bersifat transitive dan acyclic. Transitive maksudnya ranking dari pilihan responden tidak akan berubah seandainya urutan pilihan diubah. Acyclic maksudnya urutan pilihan tidak akan berubah seandainya satu atau lebih pilihan alternatif dihilangkan. 4. Upaya merefleksikan preferensi local resident dan local business dalam penyusunan prioritas pembangunan yang ditawarkan sebenarnya sulit untuk diterapkan karena memerlukan pendataan yang akurat, serta dituntut kesediaan dari pemerintah untuk melaksanakannya dan partisipasi aktif dari masyarakat untuk menyatakan preferensinya. 5.5 Usulan Studi Lanjutan Mengingat kelemahan dan keterbatasan yang terdapat dalam studi ini, maka perlu dilakukan studi lanjutan yang dapat menyempurnakan dan memperdalam studi tentang prioritas pembangunan menurut preferensi local resident dan local business. Usulan studi lanjutan tersebut adalah : 1. Studi tentang seberapa besar tingkat keefektifan Musrenbang, Jaring Asmara atau forum musyawarah/aspirasi lainnya dalam mengidentifikasi preferensi masyarakat lokal terhadap pembangunan kota. 2. Kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan preferensi masyarakat lokal terhadap pembangunan kota. 3. Studi tentang seberapa besar tingkat efisiensi dan efektivitas yang dapat dicapai dengan diperhatikannya preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan kota.

BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG 38 BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG 3.1 Survey Preferensi Lokal Terhadap Prioritas Pembangunan Kota Bandung Penelitian mengenai preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Temuan-temuan yang diperoleh dari hasil studi mengenai penyediaan set pelayanan umum perkotaan yang sesuai dengan preferensi local business di Kota Depok

Lebih terperinci

BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG 92 BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG 4.1 Penyusunan Prioritas Pembangunan Kota Pada Era Otonomi Daerah Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses demokratisasi yang berlangsung sejak tahun 1998 memberikan pengaruh besar terhadap sistem pemerintahan di Indonesia. Proses yang menawarkan mekanisme keterbukaan

Lebih terperinci

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi pembangunan di Indonesia pada era otonomi daerah tidak dapat terpisahkan dari upaya perwujudan demokrasi dalam pembangunan. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK

BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK Analisis yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan primer telah menghasilkan informasi

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

PENILAIAN KEPUASAN TERHADAP FASILITAS NON FISIK PERKOTAAN

PENILAIAN KEPUASAN TERHADAP FASILITAS NON FISIK PERKOTAAN Berdasarkan analisis tingkat kean local business terhadap fasilitas pelayanan umum perkotaan yang sifatnya fisik, diperoleh informasi bahwa: jenis pelayanan yang cenderung memberikan kean yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS

BAB III DATA DAN ANALISIS BAB III DATA DAN ANALISIS 3.1 Data Penelitian mengenai Penyediaan Set Pelayanan Umum Perkotaan yang Sesuai dengan Preferensi Local Business di Kota Depok ini menggunakan dua jenis data, yaitu data sekunder

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR Untuk membangun framework teoritis yang jelas sebagai dasar dilakukannya penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan review terhadap beberapa literatur yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) uang oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

BAB VI KEBIJAKAN UMUM BAB VI KEBIJAKAN UMUM Visi sekaligus tujuan pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun 2005-2010 adalah SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS BERBASIS PERDAGANGAN DAN JASA sebagai landasan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses Perencanaan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, dimana hasil dari proses perencanaan ini dapat dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG A. Penataan Taman Kota Dalam Konteks Ruang Terbuka Hijau Pembangunan perkotaan, merupakan bagian dari pembangunan nasional, harus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Untuk mewujudkan misi pembangunan daerah Kabupaten Sintang yang selaras dengan strategi kebijakan, maka dibutuhkan adanya kebijakan umum dan program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep

Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Sumenep Tabel 6.1 Strategi dan Kabupaten Sumenep 2016-2021 Visi : Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional Tujuan Sasaran Strategi Misi I :

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NO. 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

JUDUL KAJIAN (PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN) BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN

JUDUL KAJIAN (PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN) BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN JUDUL KAJIAN (PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN) BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2016 No. Tahun Kegiatan 1. 2009 Pelaksanaan Evaluasi Kinerja bidang pendidikan - Kegiatan Jaringan Penelitian berbasis IT untuk

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Sebagai langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja Pemerintah Kota Depok, diperlukan perumusan suatu perencanaan strategik yang merupakan integrasi antara keahlian sumber

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman dalam

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : Menetapkan :

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi Bupati dan Wakil Bupati Muara Enim periode 2013-2018 ialah: Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Muara Enim yang Sehat, Mandiri, Agamis, dan Sejahtera di

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Indikator Konten Kuesioner

Indikator Konten Kuesioner Indikator Konten Kuesioner No Variabel Pertanyaan 1 Internal (Kekuatan dan Kelemahan) 1. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi (positioning) kawasan jasa dan perdagangan di Jalan Pamulang Raya, Kecamatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak memasuki era reformasi, perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia dituntut untuk lebih demokratis. Upaya penyelenggaraan pemerintahan daerah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, adapun visi Kabupaten Simeulue yang ditetapkan untuk tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum Pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun 2006 sebesar 1,43% dengan jumlah penduduk 1.434.025 jiwa. Oleh karena itu, Semarang termasuk 5 besar kota yang memiliki

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

6 NAMA UNIT ORGANISASI : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

6 NAMA UNIT ORGANISASI : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH NAMA UNIT ORGANISASI : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TUGAS POKOK : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, bidang penelitian dan pengembangan,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA MALANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA MALANG PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA MALANG No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1. Meningkatnya kualitas, aksesibilitas dan pemerataan pelayanan pendidikan 1. Angka

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V 29

RPJMD Kab. Temanggung Tahun V 29 TARGET INDIKATOR Rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (linmas) Rasio 1,64 1,59 1,59 1,60 1,60 1,62 1,62 1,62 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG SEBAGAI DAERAH AGRARIS BERWAWASAN LINGKUNGAN, MEMILIKI MASYARAKAT AGAMIS,

Lebih terperinci

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) Jenis : Tugas Akhir Mahasiswa Tahun : 2005 Penulis : Yovi Pembimbing : Dr.Ir. Haryo Winarso,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016

Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 Tabel 4.3. Prioritas Pembangunan, Program, Indikator dan Target Kinerja SKPD Tahun 2016 No. Prioritas Pembangunan Program/Pembangunan Indikator Kinerja Target SATUAN AWAL 2014 2015 2016 2017 2018 1 Percepatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi

Lebih terperinci

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 201 URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI : : 1 08 Lingkungan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pemerintah pusat sehingga dengan demikian pembangunan daerah diupayakan sejalan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 Disampaikan pada acara Forum Perangkat Kerja Perekonomian, MUSRENBANG 2017 Konsep Pertumbuhan Ekonomi DIY Ke Depan INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia pada tahun 1999 menjadi titik tolak tumbuh kembangnya desentralisasi fiskal yang sebelumnya menganut sistem sentralisasi. Pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA NGRAMBE

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Malang 2014 SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH 1 Penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJPD Provinsi Jawa Timur dengan memperhatikan

Lebih terperinci

TABEL 3.2 MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN

TABEL 3.2 MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN TABEL 3.2 MATRIKS NO 1. Pemantapan Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Produk Pertanian 1 Peningkatan peluang usaha dibidang agribisnis 2 Peningkatan ketahanan pangan pertanian 3 Peningkatan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah dibagi menjadi beberapa tahapan mulai dari Perencanaan Jangka Panjang, Jangka Menengah, dan Tahunan. Dokumen perencanaan jangka panjang

Lebih terperinci