BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan salah satu tempat kehidupan manusia yang kompleks. Di dalamnya, kota mencakup seluruh kegiatan manusia dan mewadahinya ke dalam ruang-ruang tertentu berdasarkan fungsinya. Ruang-ruang tersebut biasanya disebut sebagai kawasan. Kumpulan individu yang melakukan kegiatan di dalam kawasan tersebut umumnya dikenal dengan masyarakat. Masyarakat ini merupakan aktor yang berperan dalam perkembangan suatu kota. Umumnya, kawasan-kawasan yang membentuk suatu kota dibedakan berdasarkan fungsinya. Dalam arahan penataan ruang, fungsi-fungsi kawasan tersebut terbagi dalam tiga fungsi, yaitu fungsi kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya yang terbagi menjadi kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman. Namun, dalam pemanfaatannya fungsi-fungsi kawasan dibedakan berdasarkan kegiatan yang ada di dalamnya, seperti fungsi permukiman, komersial, pendidikan, perkantoran, dan rekreasi. Kawasan pendidikan merupakan salah satu bentuk pemanfaatan ruang yang berfungsi untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Umumnya kawasan pendidikan meliputi, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP/sederajat), sekolah menengah akhir (SMA/sederajat), dan perguruan tinggi. Di beberapa wilayah, kawasan pendidikan merupakan kawasan yang memiliki peran penting dalam perkembangan wilayah, seperti di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan Ibukota dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota ini memiliki banyak sebutan, salah satu yang terkenal adalah Kota Pelajar. Sebutannya sebagai Kota Pelajar dikarenakan kota ini didominasi oleh pelajar dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara yang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Banyak tokoh-tokoh nasional yang dulunya juga menempuh pendidikan di kota ini. Selain itu, prestasi para pelajar dari berbagai sekolah dan 1
perguruan tinggi yang ada di kota ini juga mendukung sebutan Yogyakarta sebagai Kota Pelajar. Tercatat, terdapat 4 perguruan tinggi negeri (PTN) dan 124 perguruan tinggi swasta (PTS) yang tersebar di Kota Yogyakarta. Salah satu yang terkenal dan menjadi ikon pendidikan di Yogyakarta adalah Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia yang berada di Yogyakarta. UGM lahir pada tanggal 19 Desember 1949. Pada awalnya, UGM berlokasi di Kawasan Malioboro dengan bantuan tanah dan kursi dari Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX) untuk belajar. Namun, berkat usaha untuk mencapai keinginan yang besar, yaitu memiliki sebuah kawasan pendidikan yang terpadu, pemerintah berhasil mengumpulkan dana untuk membeli tanah seluas 85 ha di Bulaksumur pada tahun 1951 (UGM, 1999). Penempatan lokasi UGM di Bulaksumur ini disesuaikan dengan filosofi yang berkembang pada zaman itu, di mana Kampus UGM ditempatkan di lokasi yang berelevasi tinggi yang juga berfungsi sebagai recharge area dengan harapan akan menjadi sumber air bersih bagi penduduk Kota Yogyakarta, sehingga secara simbolis menjadikan UGM sebagai sumber inspirasi pengembangan IPTEKS bagi kehidupan masyarakatnya (Anonim, 2014). Seiring berjalannya waktu, Kampus UGM berkembang semakin pesat. Perkembangannya berhasil membentuk sebuah kawasan pendidikan terpadu di Bulaksumur. Hal tersebut ditunjukkan dengan perubahan luas lahan yang semula hanya 85 ha pada tahun 1951 mencapai 194 ha pada tahun 2012 (Dit. Renbang UGM, 2015). Dalam pengembangan tata ruangnya, UGM memiliki konsep yang juga dibalut dengan nilai-nilai filosofis, di mana masing-masing nilai tersebut memiliki makna tersendiri. Sejak berdirinya Kampus UGM, konsep tata ruang yang diterapkan terinspirasi dari konsep filosofi Hindu Bali, yaitu Sangha Mandala (Sastrosasmito, 2013). Hal ini seperti ditunjukkan pada pembangunan Gedung Pusat Kampus UGM yang diarahkan menghadap utara, di mana pembangunan ini mengacu pada pedoman struktur tata ruang konsep Tri Mandala yang berorientasi pada gunung-laut (kaja-kelod) yang juga digunakan sebagai pusat universitas yang dalam konsep tersebut termasuk dalam kategori Utama Mandala. Namun dalam 2
penerapan konsep filosofi Hindu Sangha Mandala ini, UGM juga memodifikasi dengan konsep Majapahit yang saat itu berkembang. Seperti pada penerapan bentuk arsitektural yang disesuaikan dengan arsitektural Jawa. Filosofi Sangha Mandala merupakan salah satu konsep yang diterapkan di UGM (Pernyataan Sudaryono, 2015) Dalam pengembangannya saat ini, UGM telah memiliki peraturan yang terkait dengan perlindungan terhadap penataan ruangnya, yaitu Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 2013 tentang Statuta UGM. Dalam peraturan tersebut dijabarkan bahwa terdapat beberapa tapak bangunan yang dilindungi meliputi beberapa aspek perlindungannya, yaitu aspek tata ruang (lansekap), tata infrastruktur, tata vegetasi, dan tata bangunannya. Perlindungan ini dilakukan untuk menjaga nilai filosofi yang merupakan identitas dan jati diri dari Kampus UGM. Melihat pengembangan UGM yang telah terjadi saat ini, nampaknya konsep dan filosofi yang seharusnya tercermin dalam penataan ruang kampus UGM mulai tergeser. Pergeseran ini terjadi akibat tuntutan perkembangan teknologi dan modernitas yang tinggi, tanpa dibekali pemahaman yang kuat terkait konsep dan filosofi yang seharusnya dijaga. Dulu pernah terjadi penggantian Cemara Tujuh di Selatan Gedung Pusat UGM yang semula punya nilai filosofis sebagai lambang Sapta Resi UGM (tujuh guru) dengan tanaman lain. Tetapi sekarang sudah dikembalikan. (Pernyataan Budiwati, 2015) Dari pernyataan Arifah Budiwati (2015), salah satu staf Direktorat Perencanaan dan Pengembangan UGM tersebut, nampak sempat terjadi pergeseran/perubahan yang menjadikan filosofi yang disimbolkan dan diciptakan oleh 7 Pohon Cemara tersebut hilang, meskipun saat ini telah dikembalikan dengan penanaman 7 pohon cemara. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Sudaryono (2015) yang menambahkan bahwa cemara tujuh di Selatan Gedung Pusat UGM juga merupakan pemertegas keberadaan Gedung Pusat. Hal ini nampak pada pencideraan filosofi dalam tata vegetasi UGM. Selain itu, dalam percakapan dengan seorang arsiparis UGM, Musclihah (2015) juga diungkapkan bahwa pembangunan Pertamina Tower yang melebihi tinggi bangunan Gedung Pusat sebagai gedung utama UGM dan memiliki 3
gaya arsitektur yang cenderung modern, tidak sesuai dengan identitas UGM. Hal ini nampak pada menghilangkannya makna Utama Mandala dari Gedung Pusat UGM dalam konsep filosofi Sangha Mandala dan ketidaksesuaiannya dengan filosofi nilai kerakyatan yang dimiliki UGM. Dilatarbelakangi oleh pergeseran-pergeseran yang terjadi di atas, peneliti agaknya meragukan konsistensi dari penerapan filosofi dan konsep tata ruang yang telah terjadi hingga saat ini. Dengan mengacu pada Konsep Sangha Mandala dan Statuta UGM Tahun 2013 sebagai peraturan tertinggi dalam pelaksaanaan kehidupan Kampus UGM, peneliti ingin memverifikasi dengan kondisi empiris di lapangan. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengangkat penelitian terkait konsistensi filosofi dan konsep tata ruang kampus UGM hingga saat ini dan seberapa jauh pergeseran yang telah terjadi. Penelitian ini penting karena filosofi dan konsep tata ruang dari kampus UGM merupakan bentuk identitas dan jati diri kampus UGM yang seharusnya dijaga dan dilestarikan. Terlebih filosofi dan konsep tata ruang ini telah termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 2013 tentang Statuta UGM. Maka dari itu, sebagai sivitas akademika UGM seharusnya tahu dan mampu memahami serta melestarikannya. Penelitian ini diharapkan nantinya akan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan tata ruang Kampus UGM ke depannya agar dapat tetap sejalan dengan nilai dan konsep serta tujuan yang merupakan dasar identitas dan jati diri Kampus UGM. 1.2 Pertanyaan Penelitian Untuk mengetahui seberapa jauh konsistensi filosofi nilai dan konsep tata ruang kampus UGM, peneliti merumuskan masalah yang ingin dibahas ke dalam dua pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Seperti apa konsistensi penerapan filosofi ke-ugm-an yang termuat dalam Statuta UGM Tahun 2013 pada kampus UGM saat ini? 2. Seperti apa konsistensi penerapan konsep tata ruang berdasarkan Konsep Sangha Mandala dan perlindungan tata ruang (Statuta UGM Tahun 2013) dalam kampus UGM saat ini? 4
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menggambarkan konsistensi penerapan (kemenerusan dan keterkaitan) filosofi ke-ugm-an yang termuat dalam Statuta UGM Tahun 2013 di kampus UGM saat ini. 2. Menggambarkan konsistensi penerapan (kemenerusan dan keterkaitan) konsep tata ruang kampus UGM berdasarkan Konsep Sangha Mandala dan perlindungan tata ruangnya (Statuta UGM Tahun 2013) saat ini. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pihak antara lain: 1. Bagi instansi pendidikan Universitas Gadjah Mada, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan deskripsi tentang filosofi dan konsep tata ruang kampus UGM yang memiliki makna dan menggambarkan jati diri kampus UGM, sehingga dalam pengembangan kampus UGM ke depannya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pertimbangan untuk mempertahankan dan memperkuat jati diri kampus UGM. 2. Bagi dunia akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur mengenai filosofi dan konsep tata ruang yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan referensi dan rujukan untuk berbagai kepentingan di dunia akademis. 3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pengetahuan bagi masyarakat tentang filosofi dan konsep tata ruang kampus UGM yang menggambarkan jati diri dari kampus UGM, sehingga dapat terus diperkuat dan dipertahankan. 5
1.5 Batasan Penelitian 1.5.1. Batasan Substansi Batasan substansi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan terkait gambaran konsistensi penerapan dan inkonsistensi filosofi ke-ugm-an secara persepsual dan wujud konsep perlindungan tapak bangunan dalam tata ruang Kampus UGM saat ini baik dilihat pada eksistensi fisik keruangannya maupun kegiatan di dalamnya berdasarkan konsep filosofi Sangha Mandala dan Statuta UGM tahun 2013. 1.5.2. Batasan Spasial Batasan spasial dalam penelitian ini adalah lingkungan kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 1.6 Keaslian Penelitian Berdasarkan beberapa referensi yang dilihat, disimpulkan bahwa penelitian yang diangkat ini belum pernah dilakukan. Namun, peneliti menggunakan beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan yang sekiranya memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi. Penelitian yang digunakan sebagai sumber referensi antara lain adalah hasil skripsi penelitian yang diteliti oleh Ginanjar Widodo pada tahun 2007 dengan judul Pergeseran Fungsi Boulevard UGM menjadi Ruang Publik. Peneliti menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi karena terdapat keterkaitan fokus dan lokus penelitian tersebut dengan fokus penelitian ini, yaitu terkait dengan dinamika perubahan dan unit lokus di salah satu tapak kawasan UGM yang dilindungi yaitu Boulevard. Selain itu, peneliti juga menggunakan hasil skripsi penelitian yang teliti oleh Gita Nurrahmi pada tahun 2012 dengan judul Efektivitas Penggunaan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) Terhadap Lalu Lintas di Lingkungan Kampus UGM dan hasil skripsi penelitian oleh Ikhsan Wakhida pada tahun 2013 dengan judul Persepsi Mahasiswa Terhadap Kenyamanan Bersepeda di Kampus UGM. Peneliti menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi karena terdapat 6
kesamaan lokus penelitian tersebut dengan lokus penelitian ini, yaitu di lingkungan Kampus UGM. Hasil penelitian lainnya yang digunakan adalah hasil skripsi penelitian yang diteliti oleh Lutfi Setianingrum pada tahun 2015 dengan judul Konsistensi Esensi Nilai-Nilai Istimewa Tata Ruang Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Kondisi Empiris Tata Ruang Kota Yogyakarta. Peneliti menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dikarenakan terdapat kesamaan fokus dengan penelitian ini, yaitu terkait dengan esensi nilai-nilai istimewa dalam tata ruang. Selain hasil skripsi penelitian, peneliti juga menggunakan hasil disertasi penelitian yang diteliti oleh Heri Santoso pada tahun 2015 dengan judul Nilai-Nilai Ke-UGM-an sebagai Landasan Filosofis Pengembangan Ilmu. Peneliti menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi dikarenakan terdapat kesamaan fokus dan lokus dengan penelitian ini, yaitu terkait dengan Nilai Dasar Ke-UGMan di lingkungan UGM. Penelitian-penelitian sebelumnya memang nampak memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, akan tetapi tidak sama. Yang membedakan dengan penelitian ini antara lain, pada penelitian Pergeseran Fungsi Boulevard UGM menjadi Ruang Publik, Efektivitas Penggunaan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) Terhadap Lalu Lintas di Lingkungan Kampus UGM, Persepsi Mahasiswa Terhadap Kenyamanan Bersepeda di Kampus UGM, dan Nilai-Nilai Ke-UGM-an sebagai Landasan Filosofis Pengembangan Ilmu nampak terdapat persamaan lokus yaitu di lingkungan Kampus UGM. Namun yang menjadi pembeda adalah pada fokus penelitiannya, di mana pada penelitian ini, peneliti fokus pada verifikasi kondisi empiri di lapangan terkait konsistensinya dalam penerapan filosofi dan konsep tata ruangnya. Sedangkan, pada penelitian Konsistensi Esensi Nilai-Nilai Istimewa Tata Ruang Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Kondisi Empiris Tata Ruang Kota Yogyakarta, jelas terdapat perbedaan lokus penelitian di mana lokus penelitian tersebut meliputi wilayah Perkotaan Yogyakarta yang mengandung nilai istimewa tata ruang Kota Yogyakarta. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan dan tidak sama dengan penelitian lainnya. 7
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Metode Fokus Lokus Pembeda 1. Ginanjar Widodo (2007) Pergeseran Fungsi Boulevard UGM menjadi Ruang Publik Induktif- Kualitatif Dinamika perubahan fungsi Boulevard UGM Boulevard UGM Fokus pada perubahan di satu tapak di Kampus UGM, sedangkan penelitian ini mencakup area UGM yang lebih luas. 2. Gita Nurrahmi (2012) 3. Ikhsan Wakhida (2013) Efektivitas Penggunaan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) Terhadap Lalu Lintas di Lingkungan Kampus UGM Persepsi Mahasiswa Terhadap Kenyamanan Bersepeda di Kampus UGM Induktif- Kualitatif Induktif - Kualitatif Efektivitas penggunaan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) terhadap lalu lintas di lingkungan kampus UGM Tingkat dan faktor yang mempengaruhi kenyamanan bersepeda di Kampus UGM Lingkungan Kampus UGM Lingkungan Kampus UGM Fokus pada efektivitas KIK, sedangkan penelitian ini fokus pada konsistensi filosofi dan konsep tata ruang. Fokus pada persepsi kenyamanan bersepeda, sedangkan penelitian ini fokus pada konsistensi filosofi dan konsep tata ruang. 4. Lutfi Setianingrum (2015) 5. Heri Santoso (2015) Konsistensi Esensi Nilai- Nilai Istimewa Tata Ruang Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Kondisi Empiris Tata Ruang Kota Yogyakarta Nilai-Nilai Ke-UGM-an sebagai Landasan Filosofis Pengembangan Ilmu Deduktif Verifikatif Kualitatif Analisis-Isi Konsistensi esensi nilainilai istimewa yang terwujud dalam ekspresi fisik spasial di wilayah Perkotaan Yogyakarta Penerapan nilai-nilai UGM dalam filosofis pengembangan ilmu. Sumber: Analisis Peneliti, 2015 Wilayah Perkotaan Yogyakarta yang mengandung nilai keistimewaan Lingkungan Kampus UGM Lokusnya di wilayah perkotaan Yogyakarta yang mengandung nilai keistimewaan, sedangkan penelitian ini berlokus di lingkungan Kampus UGM. Fokus pada penerapan nilai UGM dalam filosofi pengembangan ilmu, sedangkan penelitian ini fokus pada verifikasi penerapan filosofi dalam keruangannya. 8