Pengaruh Variasi Kecepatan Stiring dan Temperatur Sintering terhadap Perubahan Struktur Mikro dan Fase Material Sensor Gas Tio 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi ph dan Temperatur Sintering terhadap Nilai Sensitivitas Material TiO 2 Sebagai Sensor Gas CO

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

Analisis Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Al-Mg Hasil Proses Metalurgi Serbuk

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

III. METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :

DETEKTOR GAS OKSIGEN DARI BAHAN SEMIKONDUKTOR TiO2 DOPING CuO

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

3 Metodologi penelitian

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

Pengaruh Kecepatan Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al 3 Ti

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

Sintesis Nanokomposit Karbon-TiO 2 Sebagai Anoda Baterai Lithium

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Galuh Intan Permata Sari

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : KARAKTERISTIK FILM TIPIS TiO 2 DOPING NIOBIUM

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

III. METODE PENELITIAN

Karakterisasi Sensor TiO 2 Didoping ZnO untuk Mendeteksi Gas Oksigen

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Oktober 2013.

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

KARAKTERISASI STRUKTUR MIKRO DAN STRUKTUR KRISTAL FILM TEBAL FETIO 3 DARI BAHAN MINERAL INDONESIA

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

Transkripsi:

JURNL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-68 Pengaruh Variasi Kecepatan Stiring dan Temperatur Sintering terhadap Perubahan Struktur Mikro dan Fase Material Sensor Gas Tio 2 Della Dewi Ratnasari, Hariyati Purwaningsih S.Si, M.Si Teknik Material & Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. rief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: hariyati@mat-eng.its.ac.id bstrak Penelitian material untuk sensor gas ini menggunakan bahan dasar TiO 2 dan zat pelarut H 2 SO 4 pekat 98%. Metode pembentuk sol-gel dilakukan dengan sampel di stiring menggunakan magnetic stirrer selama 2,5 jam, kecepatan 600, 700 dan 800 rpm dengan temperatur 200 º hingga terbentuk gel. Drying dilakukan selama 1 jam dengan temperatur 350 º, proses kalsinasi selama 1 jam temperatur 500 º. Proses selanjutnya serbuk TiO 2 dikompaksi dengan tekanan 200 bar agar terbentuk padatan / pellet. Sintering dilakukan pada temperatur 700 º selama 1 jam. Karakterisasi material dilakukan dengan alat uji Scanning Electron microscope (SEM) dan X-ray diffraction (XRD) untuk menganalisa perubahan struktur mikro & fase material keramik TiO 2. erdasarkan hasil pengujian difraksi sinar x (XRD), variasi stiring 600 rpm, 700 rpm & 800 rpm telah merubah fase anatase (raw material) menjadi unstabil fase orthohombik (TiOSO 4 ). Sintering pada temperatur 700 telah menyebabkan unstabil fase TiOSO 4 menjadi stabil fase TiO 2 anatase. Sintesa sol-gel stiring 700 rpm dan 800 rpm dilanjutkan sintering 700 menyebabkan reduksi kation Titanium. erdasarkan hasil SEM, proses sol-gel dapat mereduksi raw material menjadi 130 nm pada kecepatan stiring 700 rpm temperatur operasi 200 selama 150 menit. Kata Kunci sensor gas TiO 2, Sol-gel, Sintering, Stiring, SEM, XRD S I. PENDHULUN aat ini kerusakan lingkungan akibat kemajuan teknologi semakin tidak bisa dikendalikan, terutama kerusakan lingkungan udara/polusi udara. Hampir semua kegiatan manusia membuang limbah ke udara. Manusia bernafas pun membuang limbah ke udara, selain itu ada limbah dari sepeda motor, mobil, truk, bis, limbah asap dari hasil proses industri, limbah udara dari kegiatan rumah tangga dll. Sehingga tidak bisa dipungkiri lagi semakin hari semakin tercemar. palagi udara merupakan hal yang sangat vital bagi bagi manusia. Jika kondisi udara buruk maka kesehatan masyarakat pun akan buruk juga Titanium oksida dikenal tidak toksik (non toxic), memiliki stabilitas termal cukup tinggi, dan kemampuannya dipergunakan berulang kali tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya. Sebagaimana oksida logam yang lain, peningkatan sifat mekanik, sifat elektronik dan sifat katalitik TiO 2 dapat diupayakan melalui pembentukkannya dalam skala molecular atau dikenal sebagai nanopartikel (Iis Fatimah., 2006). Sehingga titanium dioksida merupakan material yang baik jika diaplikasikan sebagai sensor gas. Dari penelitian sebelumnya material keramik TiO 2 ditingkatkan sensitivitasnya menggunakan doping logam mulia (platina, perak), nikel, PbO, i 2 O 3, Na 2 O 3.10H 2 O sehingga dapat terjadi aliran elektron dari pita valensi ke pita conduksi akibat penambahan material dopant yang difungsikan sebagai tangga. Namun berbeda dengan penelitian ini, sebab tidak memberikan tambahan doping. [1] Sedangkan untuk proses sintesis yang dipakai menggunakan metode sol-gel. Teknik sol-gel adalah teknik kimia basah untuk pembuatan bahan (biasanya logam oksida) mulai dari larutan kimia yang bereaksi untuk menghasilkan partikel koloid nanosize (atau sol) yang bertindak sebagai prekursor. Kelebihan menggunakan metode sol gel yaitu, kehomogenan yang lebih baik, kemurnian yang tinggi, suhu relatif rendah, tidak terjadi reaksi dengan senyawa sisa, kehilangan bahan akibat penguapan dapat diperkecil, mengurangi pencemaran udara.[2] Sementara di lain pihak masih sedikit sekali penelitian yang bergerak mengenai sensor gas. Material keramik juga masih sedikit sekali pengaplikasiannya dibidang sensor. Padahal sensor gas merupakan hal vital bagi masyarakat sebagai indicator kesehatan lingkungan udara bagi masyarakat. Sehingga hal tersebutlah yang melatar belakangi untuk menganalisa perubahan struktur mikro & fase sensor gas dari material keramik TiO 2 menggunakan metode sol-gel dengan variasi kecepatan stiring dan variasi temperatur sintering. II. METODE PENELITIN. Prosedur Pembentukkan Sol-Gel Material sensor TiO 2 berbentuk serbuk, untuk memperoleh nano partikel maka dilakukan proses sol gel dengan pelarut

JURNL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-69 H 2 SO 4 pekat (98 %). TiO 2 ditimbang menggunakan neraca analitik 4 gram dimasukkan pada beaker glass kemudian ditambahkan H 2 SO 4 24 ml. Setelah itu direndam selama 3 hari, agar partikel zat terlarut dan pelarut dapat saling berdifusi. Kemudian diaduk sehingga terbentuk solution, lalu di stiring dengan temperatur 200 º selama 2,5 jam menggunakan 3 variasi kecepatan, yaitu 600 rpm, 700 rpm, 800 rpm, sehingga terbentuk zat pekat berwarna putih yang disebut gel.. Drying dan Kalsinasi Drying adalah proses penguapan cairan yang terkandung dalam gel sampai kering sehingga dapat berbentuk serbuk. Gel dipanaskan dalam furnace menggunakan cawan tanpa penutup cawan, agar uap dapat keluar. Drying dilakukan selama 1 jam dengan temperatur 350 º. Setelah dingin, cawan dikeluarkan dari furnace kemudian di gerus menggunakan mortar dan pestle agar gumpalan yang terbentuk menjadi halus seperti serbuk. Serbuk setelah drying di uji menggunakan SEM dan XRD agar dapat diketahui perubahan struktur kristal setelahproses stiring. Kalsinasi adalah proses untuk menghilangkan semua zat yang tidak dibutuhkan dari dalam butiran gel.[3] Dalam penelitian ini untuk menghilangkan zat sisa dari larutan H 2 SO 4 yang sudah diuapkan melalui drying. Kalsinasi dilakukan pada temperatur 500 º selama 1 jam di dalam furnace. Setelah dingin, spesimen dikeluarkan dari furnace lalu di gerus agar gumpalan-gumpalan yang terbentuk setelah proses kalsinasi berubah menjadi serbuk-serbuk yang halus. Kemudian di karakterisasi menggunakan SEM dan XRD untuk mengetahui ukuran butir dan struktur yang terbentuk.. Proses Pembuatan Pelet & Sintering Proses pembuatan bulks sensor gas TiO 2 dari serbuk dilakukan dengan kompaksi dari serbuk TiO 2 yang sudah dikalsinasi. Proses pembentukkan dengan cara serbuk TiO 2 dimasukkan dalam die kemudian dipasang pada mesin kompaksi kemudian diberi tekanan. Setelah dilakukan kompaksi serbuk membentuk green body yang sesuai dengan bentuk cetakan yang diinginkan. Kemudian pellet tersebut disintering, proses sintering tujuannya adalah agar terjadi proses difusi antar partikel supaya menyatu, dan terbentuk material yang padat.[4] Kompaksi pada serbuk TiO 2 dilakukan setelah proses kalsinasi dengan tekanan 20 Mpa atau setara dengan 200 bar.[5] Setelah di kompaksi maka terbentuklah pelet berupa padatan (seperti kepingan uang), namun masih mudah pecah karena belum ada ikatan antar butir. Sehingga perlu dilakukan sintering agar mendapatkan energi untuk membentuk ikatan antar butir, sebab diberi kesempatan untuk berdifusi. Sintering dilakukan dengan meletakkan pelet di dalam cawan kemudian di panaskan dengan temperatur, yaitu 700 º selama 1 jam. Setelah dingin, spesimen dikelurkan dari furnace kemudian dilakukan uji karakterisasi material yaitu, SEM dan XRD. Grafik 1. Hasil Pengujian XRD TiO 2 murni Grafik 2. Hasil pengujian difraksi sinar-x (XRD) serbuk TiO 2 setelah kalsinasi dengan variasi kecepatan (a)600 rpm (b)700 rpm (c)800 rpm III. NLIS DT & PEMHSN. Pengujian Difraksi Sinar-X (XRD) Hasil penguian XRD titanium dioksida murni (raw material) menyatakan bahwa memiliki single fase anatase, sesuai dengan nomor PDF 01-076-3177. Dengan struktur kristal tetragonal dan rumus kimianya adalah titanium dioksida ( TiO 2 ). Proses selanjutnya adalah stiring dengan 3 variasi kecepatan yaitu 600 rpm, 700 rpm & 800 rpm selama ±2-3 jam dengan temperatur operasi 200 º. Namun tidak ada data mengenai pengujian XRD gel dikarenakan gel bersifat basah & PH-nya rendah (asam) karena menggunakan H 2 SO 4 sebagai pelarutnya. Untuk menghilangkan zat pelarut dilakukan drying temperatur 350 º selama 1 jam. Namun dari hasil drying belum didapatkan serbuk yang benar-benar kering sehingga tidak dapat dilakukan pengujian XRD. Proses selanjutnya di kalsinasi untuk menghilangkan zat-zat sisa dari pelarut dengan temperatur 500 º selama 1 jam. Hasilnya adalah serbuk yang sudah kering, namun terjadi agglomerasi ( saling menggumpal), kemudian dilakukan pengujian XRD dengan data hasil pengujian pada grafik 2. Setelah dikalsinasi serbuk hasil sol-gel di uji XRD. Dari hasil uji XRD fase yang dimiliki ke-3 spesimen serbuk dengan variasi 600 rpm, 700 rpm & 800 rpm adalah sama yaitu

JURNL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-70 D Gambar 3. Hasil pengujian difraksi sinar-x (XRD) pellet variasi kecepatan stiring (a)600 rpm (b)700 rpm (c)800 rpm sintering temperatur 700. Tabel 1. nalisa hasil pengujian XRD pellet kecepatan stiring 600, 700, 800 rpm temperatur sintering 700 Variasi kecepata n stiring (rpm) fase 2θ FWHM (degree) (radian) (10-3 ) D (nm) ε (10-3 ) Gambar 4. Hasil pengujian SEM (a)raw material (b)drying kecepatan stiring 600 rpm (c)drying kecepatan stiring 700 rpm (d)drying kecepatan stiring 800 rpm perbesaran 20000 x 600 natas e 25.31 3 700 anatase 25.13 96 800 anatase 47,72 33 0.289 5,245721 264, 7464 0.276 5,028165 276, 107 0,3346 6,01423 246, 3635 5,38 5,6376 3,20 titanium oksida sulfat (TiOSO 4 ) dengan nomor PDF 00-049- 0467. Struktur kristalnya adalah orthorhombic (tidak stabil), sedangkan struktur kristal titanium dioksida adalah tetragonal dalam keadaan stabil. Untuk membentuk pelet dikompaksi dengan tekanan 200 bar holding time selama 5 menit. Hasilnya adalah pelet dengan diameter 14 mm dan tebal 4 mm. Kemudian pelet di sintering temperatur 700 º holding timenya 1 jam. ertujuan terbentuk ikatan antar butir agar lebih kuat namun tidak menghilangkan porositas seluruhnya. Untuk mengetahui fase, peak, struktur kristal, rumus kimia, crystal size, mikrostrain dilakukan pengujian XRD dan analisa peak broadening. Pelet dengan variasi kecepatan stiring 600 rpm & sintering 700 º memiliki fase anatase dengan struktur kristal tetragonal, rumus kimianya TiO 2 dengan nomor PDF 01-071- 1167. Variasi pelet dengan kecepatan stiring 700 rpm sintering dengan temperatur 700 memiliki fase yang sama yaitu anatase dan struktur kristal tetragonal. Namun memiliki nomor PDF yang berbeda 01-086-115 dan mengalami reduksi kation titanium sehingga rumus kimianya menjadi Ti 0.72 O 2. Hal tersebut bisa terjadi karena proses sintering/pemanasan sehingga terjadi vacancy kation. Kombinasi antara kecepatan stiring 700 rpm dan variasi temperatur sintering 700 memungkinkan terjadinya deficien metal ( titanium) sehingga rumus kimianya menjadi Ti (1-x) O 2. Pelet 800 rpm sintering 700 memiliki fase anatase dengan sistem kristal tetragonal, Gambar 5. Hasil pengujian SEM serbuk setelah kalsinasi kecepatan stiring (a) 600 rpm (b)700 rpm (c) 800 rpm nomor PDFnya 01-086-1156. Spesimen ini sama seperti pelet 700 rpm sintering 700 rpm, mengalami reduksi kation titanium dalam senyawanya akibat proses pemanasan (sintering) sehingga rumus kimianya menjadi Ti 0.78 O 2. Pengujian Scanning Electron Microzcope (SEM) TiO 2 memiliki sifat alami selalu menggumpal dalam bentuk serbuk. Dari hasil SEM perbesaran 150 x terlihat adanya gumpalan. Sedangkan dari hasil SEM perbesaran 20000 x dapat diketahui bentuk butir-butir TiO 2 (raw material) seperti bulatan-bulatan kecil dengan fasenya anatase. Tahapan selanjutnya adalah proses drying temperatur 350 selama 1 jam dengan tujuan untuk menghilangkan kandungan air. Setelah proses drying / pengeringan, dilakukan pengujian SEM untuk mengetahui morfologi material secara mikro. Dari uji SEM dapat dilihat pada gambar 4.6 bahwa proses stiring

JURNL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-71 (sol-gel) dengan pelarut asam sulfat dapat mereduksi ukuran butir TiO 2 dan terjadi perubahan bentuk butir dari bulat-bulat menjadi capsule. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil XRD bahwa ada penurunan nilai ukuran kristal. Dari variasi 600 rpm, 700 rpm & 800 rpm tidak ada perbedaan yang mencolok dari serbuk hasil dryingnya, sama-sama menggumpal & sedikit bewarna kekuningan. Namun secara makro ukuran butir 800 rpm terlihat paling kecil & paling halus. Spesimen dengan variasi stiring 600 rpm memiliki butir yang paling kasar ± 700-900 nm. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan stiring sehingga semakin lambat putaran, benturan antar butir rendah sehingga reduksi ukuran butir tidak maksimal. Sedangkan untuk spesimen dengan variasi kecepatan stiring 700 rpm & 800 rpm memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda. Ukuran terkecil serbuk variasi stiring 700 rpm adalah 132 nm dan serbuk variasi stiring 800 rpm 143 nm, rangenya juga tidak jauh berbeda hingga ± 600 700 nm ukuran serbuk yang paling besar. Namun dari gambar SEM terlihat adanya gumpalan-gumpalan besar serbuk 700 rpm. Sehingga serbuk 700 rpm memiliki homogenitas yang kecil, karena memiliki ukuran serbuk yang besar dan ada yang kecil (tidak homogen). Sedangkan serbuk 600 rpm walaupun ukuran butirnya lebih besar namun lebih homogen. Serbuk dengan variasi kecepatan stiring 800 rpm selain memiliki ukuran serbuk yang kecil dan juga homogenitasnya tinggi. Pelet yang sudah dibentuk melalui kompaksi 200 bar, dilakukan uji SEM untuk mengetahui kontur permukaan (morfologi). Dari spesimen dengan variasi kecepatan stiring 600 rpm, 700 rpm & 800 rpm menghasilkan kontur permukaan yang berbeda. Spesimen pelet dengan variasi 600 rpm memiliki porositas yang besar & banyak bahkan ada ada lubang/porous yang berukuran 20 mikrometer. Untuk pelet dengan variasi kecepatan stiring 700 rpm memiliki banyak lubang/ porous berukuran 1 mikrometer hingga 5 mikrometer. Sedangkan pelet dengan variasi kecepatan stiring 800 rpm lebih padat (compact) dan memiliki sedikit porositas. Porositas di permukaan juga disebabkan oleh adanya benturan pelet dengan benda lain atau kontak dengan tangan sehingga ada sedikit bagian dari pelet yang terlepas. Hal ini dapat terjadi karena sifat pelet titanium dioksida yang mudah retak dan hancur ( getas). Setelah dilakukan tahapan sintering yang merupakan peristiwa penghilangan pori-pori antara partikel bahan, pada saat yang sama terjadi penyusutan komponen, dan diikuti oleh pertumbuhan grain serta peningkatan ikatan antar partikel yang berdekatan, sehingga menghasilkan bahan yang lebih mampat/kompaksi. Setelah proses sintering butiran titanium dioksida semakin tidak beraturan dapat dilihat di Gambar 7. IV. KESIMPULN Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa : Metode sol-gel pada material keramik TiO 2 yang dilarutkan dengan asam sulfat pekat ( H 2 SO 4 98 %) menghasilkan struktur mikro TiO 2 berbentuk kapsul seperti butiran beras. Mekanisme sol-gel menghasilkan unstabil fase TiOSO 4 orthohombik. Gambar 6. Hasil SEM pelet variasi kecepatan (a)600 rpm (b)700 rpm (c)800 rpm perbesaran 15000 x Gambar 7. Hasil SEM pelet variasi kecepatan stiring (a)600 (b)700 (c)800 rpm sintering 700 perbesaran 15000x Variasi kecepatan stiring mampu mereduksi ukuran serbuk hinga 130 nanometer pada variasi kecepatan stiring 700 rpm, temperature operasi 200 selama 2,5 jam. Proses sintering mampu merubah unstabil fase menjadi anatase pada variasi temperatur 700 Metode sol-gel dengan variasi kecepatan stiring 700 rpm & 800 rpm kemudian dilanjutkan sintering dengan variasi temperature 700 dapat mereduksi kation titanium ( vacancy kation). V. UPN TERIM KSIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada LLah SWT yang memberikan kesempatan dan kemudahan untuk dapat menyelesaikan jurnal ini. Ucapan terima kasih kepada orang tua penulis atas

JURNL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-72 dukungan dan doanya. Ucapan terima kasih untuk dosen pembimbing ibu hariyati Purwaningsih atas bimbingan dan kesabarannya. Ucapan terima kasih untuk Dino Kusuma Wardhana, md atas bantuan dan dukungannya juga kepada keluarga penulis, Watik Istanti, gus Wiyono dan Setyawan hary Prasetyo. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas selesainya jurnal ini. Semua pihak yang tidak bisa di ucapkan satu per satu. DFTR PUSTK [1] Fatimah. Is, Dispersi TiO 2 ke dalam SiO 2 -montmorillonit : Efek Jenis Prekursor. Jurnal Penelitian Saintek, Vol.14, No.1, pril 2009 [2] Fernandez, enny Rio. kan di publikasikan [3] Herhady. R Didiek, Sukarsono. R, Masduki. usron, Pengaruh Suhu Kalsinsi Dalam Tungku Jenis Fluidized ED terhadap Sifat Fisi Kernel U 3 O 8, Jurnal Kimia Indonesia, Vol.2(1), 2007, h.37-41 [4] Ramlan, ama. khmad minuddin, Pengaruh Suhu dan Waktu Sintering terhadap Sifat ahan Porselen untuk ahan Elektrolit Padat (Komponen Elektronik), Jurnal Penelitian Sains, Vol. 14(3) 14305, Juli 2011 [5] Radecka. Martha, dkk, TiO 2 based Nanopowders for Gas Sensor, Jornal eramics Materials, 62, 4, 2010, 545-549