Statistika ITS Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUMAH TANGGA NELAYAN BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK

makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi status gizi adalah penyakit yang

EKO ERTANTO PEMBIMBING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

Dosen Pembimbing : Ir. Mutiah Salamah, M. Kes Dra. Destri Susilaningrum, MSi. Oleh : Firda Velayati

Pemodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan Regresi Logistik Biner

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

Analisis dan Pembahsan. Statistika Deskriptif. Regresi Logistik Biner. Uji Independensi

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN

ANALISIS PELUANG STATUS GIZI ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL BERBASIS KOMPUTER

METODE PENELITIAN 1 N

LOGO. Prof. Dra. Susanti Linuwih, M.Stat, PhD Wibawati, S.Si, M.Si

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Generalized Ordinal Logistic Regression Model pada Pemodelan Data Nilai Pesantren Mahasiswa Baru FMIPA Universitas Islam Bandung Tahun 2017

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI)

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

ANALISIS STATISTIK PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERAN DOSEN WALI DI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

ANALISIS STATISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI (IP) MAHASISWA DIPLOMA PENERIMA BEASISWA BIDIK MISI DI SURABAYA TAHUN 2010

Faktor yang Mempengaruhi Terjangkitnya Penyakit Diare pada Balita di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

Jurnal Gradien Vol 8 No 2 Juli 2012: Yuli Andriani, Uxti Mezulianti, dan Herlina Hanum

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

MOCH. FAUZI PEMBIMBING : MUHAMMAD SJAHID AKBAR

(M.9) PEMODELAN MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA STUDI DENGAN PENDEKATAN MODEL BINER BIVARIAT

ANALISIS REGRESI LOGISTIK BINER TERHADAP MINAT WISUDAWAN ITS SEBAGAI JOB CREATOR

Kegiatan Anak Usia Tahun di Jawa Timur Menggunakan Regresi Logistik Multinomial: Suatu Peranan Urutan Kelahiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Arief Yudissanta ( ) Pembimbing : Dra. Madu Ratna, M.Si

Faktor Risiko Penyakit Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di Jawa Timur Menggunakan Analisis Regresi Logistik

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas

METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pembelian Barang Tahan Lama Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Tobit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MEMBELI SUATU PRODUK DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

ANALISIS STATISTIK KEPUASAN PENGGUNA WAHANA PERMAINAN BOOM BOOM CAR DI TAMAN REMAJA SURABAYA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pemantauan pertumbuhan

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

Dosen Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER DENGAN METODE PENALIZED MAXIMUM LIKELIHOOD. Edi Susilo, Anna Islamiyati, Muh. Saleh AF. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BINARY LOGISTIC REGRESSION (BLR) TERHADAP STATUS BEKERJA DI KOTA SURABAYA

DEWA AYU RATIH WEDA ISWARA NRP

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di:

Pemodelan Regresi Probit Ordinal Pada Kasus Penentuan Predikat Kelulusan Mahasiswa FMIPA Universitas Mulawarman Tahun 2014

Penaksiran Parameter Regresi Linier Logistik dengan Metode Maksimum Likelihood Lokal pada Resiko Kanker Payudara di Makassar

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB I PENDAHULUAN. logistik didasarkan pada pendekatan analisis regresi linear merupakan metode yang

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data Profil

BAB 3 METODE PENELITIAN. epidemiologi yaitu cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

IMPLEMENTASI REGRESI LOGISTIK BINER PADA PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT JANTUNG

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

ponsel, purposive sampling, regresi logistik politomus

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

pendekatan regresi logistik biner Oleh :Wida Suliasih ( )

PEMODELAN RESIKO PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER STRATIFIKASI

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

Kata kunci---beras Keluarga Miskin, regresi logistik biner. I. PENDAHULUAN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

REGRESI LOGISTIK UNTUK PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PULAU KALIMANTAN

6. Pasien yang Batuk Darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR SS

Transkripsi:

SEMINAR TUGAS AKHIR POLA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BALITA DAN FAKTOR- FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA PADA KELUARGA NELAYAN DI SURABAYA TIMUR Oleh : Rindyanita Rizky K. 1306 100 007 Dosen Pembimbing Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Co Pembimbing Ir. Mutiah Salamah, M.Kes Statistika ITS Surabaya

PENDAHULUAN Masalah Gizi di Indonesia Status Gizi Balita Kesejahteraan dan Tingkatan Kesejahteraan Keluarga Kemiskinan Sebagian masyarakat Indonesia bekerja sebagai nelayan Tidak sejahtara dan Status Gizi Balita rendah Pola hubungan antara faktor sosial ekonomi, status gizi balita, dan tingkat kesejahteraan keluarga nelayan Analisis Regresi Logistik Ordinal Di Surabaya Timur Page 2 Statistika ITS Surabaya

PERMASALAHAN 1. Bagaimana karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi balita nelayan di Surabaya Timur? 3. Bagaimana pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur? TUJUAN 1. Mengkaji karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur. 2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan di Surabaya Timur. 3. Menentukan pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur. Page 3 Statistika ITS Surabaya

MANFAAT Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur. Dari informasi yang telah didapatkan diharapkan dapat menjadi wacana dalam perencanaan program gizi dan dalam upaya peningkatan kesejahteraan keluarga nelayan di Surabaya Timur. BATASAN MASALAH Populasi masyarakat nelayan yang mempunyai balita dan bertempat tinggal di Surabaya Timur. Page 4 Statistika ITS Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN STATISTIKA 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan metode statistik yang meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikan kemudahan dalam memberikan informasi (Walpole, 1995). 2. Regresi Logistik Ordinal Metode regresi logistik merupakan salah satu metode analisis data kategorik yang menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon (Y) dengan satu atau lebih variabel prediktor (X). Model regresi logistik (Hosmer dan Lemeshow, 2000): Page 5 Statistika ITS Surabaya

Bentuk logit : Cumulative logit models sebagai berikut: Peluang kumulatif : Nilai didapatkan dengan rumus berikut : Page 6

Jika terdapat tiga kategori respon dimana j = 0, 1, 2 maka nilai peluang untuk tiap kategori respon : Model proposional odds nisbah pada kejadian Y j untuk x = x 1 dan x = x 2 : Page 7

3. Penaksiran Parameter Metode yang dapat digunakan untuk menaksir pada model regresi logistik adalah metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Fungsi likelihood : Fungsi ln- Likelihood : Maksimum ln-likelihood dapat diperoleh dengan cara mendifferensialkan L(β) terhadap β dan menyamakannya dengan nol (Agresti, 1990) Metode iterasi Newton Raphson (Agresti, 2002) Page 8

Langkah-langkah metode iterasi Newton Raphson : 1. Menentukan nilai awal estimasi parameter yaitu β (0). Sehingga diperoleh peluang masing-masing kategori respon,. 2. Mencari matriks hessian dan matriks. 3. Iterasi berlanjut untuk t > 0 4. Langkah tersebut dilakukan terus menerus hingga didapatkan estimasi parameter,, yang mencapai kondisi konvergen d untuk setiap k yaitu: Page 9

4. Pengujian Estimasi Parameter 1. Uji Individu Statistik uji Wald (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Daerah kritis H 0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika 2. Uji serentak Statistik uji G atau likelihood ratio test. Daerah kritis H 0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika nilai G > atau nilai p-value < Page 10 Statistika ITS Surabaya

3. Uji Kesesuaian Model Hipotesis : H 0 : model sesuai (tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H 1 : model tidak sesuai (ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik uji Chi-square Daerah kritis H 0 pada tingkat signifikansi sebesar adalah jika Page 11 Statistika ITS Surabaya

TINJAUAN NON STATISTIKA 1. Pengertian Kesejahteraan Berdasarkan Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009, pengertian kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. 2. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Menurut Badan Keluarga Berencana, Kependudukan, dan Catatan Sipil, keberadaan keluarga sejahtera digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut: 1. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang papan dan kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. Page 12 Statistika ITS Surabaya

3. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. 4. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu kelurga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Page 13 Statistika ITS Surabaya

3. Pengertian Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk pertumbuhan dan menghasilkan energi (Fajar dkk, 2002). Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). 4. Indikator Status Gizi Status gizi balita dapat dilihat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Status gizi balita dibagi menjadi empat bagian yaitu: Gizi lebih, pada KMS berada di atas warna hijau tua Gizi baik, berada pada garis berwarna hijau muda Gizi kurang, terletak dibawah garis berwarna hijau muda Gizi buruk, berada pada garis merah. Menurut Fajar dkk (2002), status gizi balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi balita, maka angka berat badan atau tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai Standar Deviasi Unit (Zscore) dengan menggunakan standar deviasi antropometri WHO. Page 14 Statistika ITS Surabaya

Pengukuran berat badan dan tinggi badan harus disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin balita karena akan berpengaruh pada nilai Zscore itu sendiri. Penilaian status gizi balita dapat diukur melalui salah satu dari indeks BB/U, TB/U, atau BB/TB. Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (1999), penilaian status gizi balita di Indonesia dihitung dengan menggunakan indeks BB/U. Pengelompokan status gizi balita: No Indeks Batas Pengelompokan 1 BB/U < -3 SD -3 s/d < -2 SD -2 s/d +2 SD > +2 SD 2 TB/U < -3 SD -3 s/d < -2 SD -2 s/d +2 SD > +2 SD 3 BB/TB < -3 SD -3 s/d < -2 SD -2 s/d +2 SD > +2 SD Sebutan Status Gizi Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih Sangat pendek Pendek Normal Tinggi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Page 15

Penilaian Status Gizi Menurut Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI (1999), penilaian status gizi balita di Indonesia dihitung dengan menggunakan Zscore dengan klasifikasi berat badan menurut umur (BB/U). Perhitungan nilai Zscore status gizi balita diperoleh dari pengukuran berat badan sekarang yang disesuaikan dengan umur balita. Secara terperinci Zscore dirumuskan sebagai berikut. Bila nilai berat badan riel lebih besar atau sama dengan nilai median, maka didapatkan rumus sebagai berikut. Bila nilai berat badan riel lebih kecil dari nilai median, maka Nilai median dan standart deviasi baku WHO-NCHS dapat dilihat pada Tabel Baku Berat Badan Berdasarkan Umur WHO-NCHS. Page 16

Contoh perhitungan status gizi balita: Jika seorang balita laki-laki (A) berumur 10 bulan dengan berat badan 8.8 kg dan seorang balita perempuan (B) berumur 10 bulan. Zscore kedua balita tersebut : Page 17

5. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Status Gizi Balita dan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita : 1. Pemberian ASI 2. Pemberian makanan pendamping ASI 3. Penyakit yang sering diderita 4. Frekuensi terserang penyakit 5. Kelengkapan imunisasi 6. Asupan makanan yang memenuhi pola menu seimbang 7. Pola pengasuhan balita Faktor-faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga : 1. Pendapatan tiap bulan yang didapat oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga 2. Pengeluaran (jumlah biaya yang dikeluarkan) tiap bulan 3. Pengeluaran untuk makan tiap bulan 4. Jumlah anggota keluarga 5. Keikutsertaan dalam KB 6. Kondisi rumah atau tempat tinggal (meliputi jenis lantai, jenis atap, dan jenis dinding terluas yang digunakan) 7. Sanitasi (meliputi sumber air minum, penggunaan fasilitas air minum dan tempat buang air besar, dan tempat pembuangan sampah) Page 18 Statistika ITS Surabaya

6. Imunisasi dan Jadwal Imunisasi Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004), imunisasi adalah tindakan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit dalam tubuh. Jadwal imunisasi balita : No Jenis Vaksin Jumlah Vaksinasi Selang Waktu Pemberian Sasaran 1 BCG 1 kali - Bayi 0-11 bulan 2 Hepatitis B 3 kali 4 minggu Bayi 1-11 bulan 3 DPT 3 kali 4 minggu Bayi 2-11 bulan 4 Polio 4 kali - Bayi 0-11 bulan 5 Campak 1 kali 4 minggu Anak 9-11 bulan Page 19

METODOLOGI PENELITIAN 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan survey terhadap balita keluarga nelayan di Surabaya Timur. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung terhadap keluarga nelayan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan melalui pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner. Page 20 Statistika ITS Surabaya

2. Metode Pengambilan Sampel Wilayah Surabaya Timur meliputi 8 kecamatan, yaitu: kecamatan Gubeng, Gunung Anyar, Sukolilo, Tambak Sari, Mulyorejo, Rungkut, Tenggilis Mejoyo, dan Bulak. Dari delapan kecamatan tersebut, penduduk yang bekerja sebagai nelayan dan memiliki balita hanya ada di 4 kecamatan, yaitu: kecamatan Gunung Anyar, Sukolilo, Rungkut, dan Bulak. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak proporsional. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan proporsi jumlah nelayan yang mempunyai balita pada setiap kecamatan. Ukuran sampel yang diambil : Page 21 Statistika ITS Surabaya

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari puskesmas kecamatan Gunung Anyar, Sukolilo, Rungkut, dan Bulak tercatat ada 165 balita nelayan. Proporsi yang digunakan sebesar 0.5. Batas kesalahan sebesar 5% dan α = 0.05, maka Z α/2 = 1.96. Sehingga banyaknya sampel yang diambil adalah sebesar 115.63 116 balita nelayan. Ukuran sampel untuk masing-masing kecamatan ditentukan dengan rumus : Page 22

3. Variabel Penelitian a. Variabel Respon Variabel Respon Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y) Page 23 Statistika ITS Surabaya

b. Variabel Respon Variabel Respon Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Y) Page 24

b. Variabel Prediktor 1. Variabel yang dapat mempengaruhi status gizi balita Page 25 Statistika ITS Surabaya

Variabel Prediktor 2. Variabel Status Gizi Balita (X 8 ) Gizi lebih = 0 dengan kriteria Zscore > 2 Gizi normal = 1 dengan kriteria -2 Zscore 2 Gizi kurang = 2 dengan kriteria -3 Zscore < -2 Page 26

b. Variabel Prediktor 3. Variabel sosial ekonomi Page 27 Statistika ITS Surabaya

4. Langkah-Langkah Analisis Data Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut. 1. Melakukan analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik balita dan sosial ekonomi keluarga nelayan di Surabaya Timur. 2. Menentukan nilai variabel status gizi balita (X 8 ) dengan menggunakan indikator status gizi balita. 3. Memodelkan variabel yang dapat mempengaruhi status gizi balita terhadap variabel status gizi balita dengan metode regresi logistik ordinal. 4. Menentukan nilai status gizi balita (X*) dengan melakukan penaksiran berdasarkan model yang telah terbentuk. 5. Memodelkan variabel status gizi balita (X*) dan variabel yang berkaitan dengan sosial ekonomi (X 9 X 15 ) terhadap variabel respon tingkat kesejahteraan keluarga dengan metode regresi logistik ordinal. 6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data. Page 28 Statistika ITS Surabaya

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Balita dan Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan di Surabaya Timur Karakteristik balita Nelayan di Surabaya Timur Page 29 Statistika ITS Surabaya

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Nelayan di Surabaya Timur Page 30

2. Penentuan Nilai Variabel Respon Status Gizi Balita (X 8 ) Nilai variabel status gizi balita ditentukan dengan menggunakan indikator status gizi balita. Penentuan status gizi balita didasarkan pada nilai Zscore yang sesuai dengan aturan baku berat badan menurut umur berdasarkan WHO-NCHS. Pengamatan pertama adalah balita laki-laki berusia 24 bulan dengan berat badan (BB) 10 kg. Menurut Tabel Baku Berat Badan Berdasarkan Umur WHONCHS, median (Med) untuk usia 24 bulan adalah 12.6. Karena BB < Med, maka menggunakan standart deviasi lower yaitu 1.3. Perhitungan nilai Zscore, diperoleh nilai Zscore sebesar -2 Nilai Zscore > 2, balita tersebut masuk dalam kategori gizi baik/normal. Begitu selanjutnya penentuan nilai status gizi untuk balita yang lain. Page 31

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita Nelayan di Surabaya Timur Model Regresi Logistik Ordinal Secara Individu Hipotesis: Statistik uji Wald Page 32

Page 33

Pemberian makanan pendamping ASI Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.03, normal sebesar 0.706, dan kurang sebesar 0.294. Page 34

Frek. Terserang Penyakit Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.249, normal sebesar 0.651, dan kurang sebesar 0.349. Page 35

Kelengkapan imunisasi Peluang untuk masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.306, normal sebesar 0.624, dan kurang sebesar 0.376. Page 36

Asupan Makanan Peluang masing-masing kategori; status gizi lebih sebesar 0.305, normal sebesar 0.625, dan kurang sebesar 0.375. Page 37

Model Regresi Logistik Ordinal Secara Serentak Hipotesis : Statistik Uji: G = 25.790 Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 25.790 dan nilai p_value sebesar 0.000 < α = 15% Peluang untuk masing-masing kategori status gizi; lebih sebesar 0.814, normal sebesar 0.176, dan kurang sebesar 0.01. Page 38

5. Prediksi Kategori Status Gizi Balita Berdasarkan Model yang Telah Terbentuk Dari hasil pemodelan regresi logistik ordinal diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan di Surabaya Timur. Faktor tersebut kemudian dimodelkan dengan variabel respon status gizi balita, sehingga diperoleh prediksi kategori status gizi balita. Prediksi kategori tersebut, selanjutnya menjadi variabel X*. Page 39

Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik Hipotesis : H 0 : Model cukup memenuhi (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H 1 : Model tidak memenuhi (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik Uji: Nilai dan nilai p_value sebesar 0.994 > α = 10% maka gagal tolak H 0 artinya model cukup memenuhi sehingga tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model. Page 40

6. Pola Hubungan Antara Faktor Sosial Ekonomi, Status Gizi Balita, dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan di Surabaya Timur Model Regresi Logistik Ordinal Secara Individu Hipotesis: Statistik uji Wald Page 41

Pendapatan keluarga tiap bulan Misal pada pengamatan ke-1, nilai X 9 adalah Rp. 1.290.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 1.20013x10-9, KS I sebesar 6.32478x10-6, dan Pra KS sebesar 0.999993674. Page 42

Pengeluaran keluarga tiap bulan Misal pada pengamatan ke-1, nilai X 10 adalah Rp. 1.290.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 5.896x10-6, KS I sebesar 0.00257, dan Pra KS sebesar 0.99742. Page 43

Pengeluaran untuk makan keluarga tiap bulan Misal pada pengamatan ke-1, nilai X 11 adalah Rp. 1.213.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 0.0000337, KS I sebesar 0.0088863, dan Pra KS sebesar 0.99108. Page 44

Keikutsertaan dalam KB Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 0.462, KS I sebesar 0.525, dan Pra KS sebesar 0.013. Page 45

Kondisi Rumah Peluang masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga, yaitu: KS Plus sebesar 0.794, KS I sebesar 0.203, dan Pra KS sebesar 0.003. Page 46

Model Regresi Logistik Ordinal Secara Serentak Hipotesis : Statistik Uji: G = 93.543 Pengujian dengan likelihood ratio test menunjukkan bahwa nilai G = 78.120 dan nilai p_value sebesar 0.000 < α = 10% maka tolak H 0 Page 47

Misal pada pengamatan ke-6, nilai X 9 adalah Rp. 1.000.000,- dan nilai X 10 adalah Rp. 900.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 2.391x10-11, KS I sebesar 8.043x10-6, dan Pra KS sebesar 0.999992. Page 48

Berdasarkan uji korelasi, diperoleh hasil bahwa ada korelasi antara kedua variabel tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut, maka variabel pengeluaran keluarga tiap bulan tidak dimasukkan dalam model. Sehingga diperoleh hasil, variabel prediktor yang secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap variabel respon tingkat kesejahteraan keluarga, yaitu: pendapatan keluarga tiap bulan (X 9 ), keikutsertaan dalam KB (X 13 ), dan kondisi rumah (X 14 ). Sehingga model regresi logistik akhir yang terbentuk adalah sebagai berikut: Page 49

Misal pada pengamatan ke-6, nilai X 9 adalah Rp. 1.000.000,-. Peluang untuk masing-masing kategori tingkat kesejahteraan keluarga; KS Plus sebesar 1.421x10-8, KS I sebesar 9.683x10-4, dan Pra KS sebesar 0.999. Page 50

Uji Kesesuaian Model Regresi Logistik Hipotesis : H 0 : Model cukup memenuhi (tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) H 1 : Model tidak memenuhi (ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi model) Statistik Uji: Nilai H 0. dan nilai p-value sebesar 1.000 > α = 10% maka terima Page 51

KESIMPULAN Karakteristik balita nelayan di wilayah Surabaya Timur: persentase balita yang diberi ASI < 2 tahun, diberi makanan pendamping ASI, penyakit yang diderita dalam satu bulan terakhir cukup berat, terserang penyakit 2 kali dalam satu bulan, imunisasinya tidak lengkap, asupan makanannya belum memenuhi 4 sehat 5 sempurna, dan diasuh sendiri; masing-masing sebesar: 61.2%, 12.9%, 5.2%, 84.5%, 50.9%, 37.9%, dan 95.7%. Karakteristik faktor sosial keluarga nelayan di wilayah Surabaya Timur: persentase pendapatan keluarga Rp 750.000,- perbulan, pengeluaran keluarga Rp 750.000,- perbulan, pengeluaran untuk makan Rp 750.000,- perbulan, tidak mengikuti program KB, kondisi rumahnya semi permanen, dan sarana sanitasinya belum baik; masing-masing sebesar: 12.9%, 22.4%, 42.2%, 29.3%, 79.3%, dan 68.1%. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita nelayan pada tingkat signifikansi 15% adalah pemberian makanan pendamping ASI dan kelengkapan imunisasi. Page 52

KESIMPULAN Pola hubungan antara status gizi balita dan faktor sosial ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga pada keluarga nelayan di Surabaya Timur, yaitu: tingkat kesejahteraan keluarga nelayan dipengaruhi oleh pendapatan keluarga tiap bulan, keikutsertaan dalam KB, dan kondisi rumah pada tingkat signifikansi 10%. Page 53

SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan pemberian makanan pendamping ASI dan kelengkapan imunisasi berpengaruh terhadap status gizi balita, sehingga diperlukan pemberian makanan pendamping ASI kepada balita dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal pemberian imunisasi. Hal ini agar status gizi balita nelayan menjadi lebih baik. Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan pendapatan rumah tangga dalam sebulan, keikutsertaan dalam KB, dan kondisi rumah berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga sehingga diperlukan pengarahan kepada masyarakat agar turut berpartisipasi dalam program KB. Hal ini agar kesejahteraan keluarga nelayan dapat lebih baik. Page 54

DAFTAR PUSTAKA Agresti, A. 2002. Categorical Data Analysis. New York: John Wiley and Sons. USA. Anonim_a. 2011. Pola Konsumsi RT. http://www.datastatistikindonesia.com/content/view/609/609/ (16 Januari 2011) Ariani. 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/27/makanan-pendamping-asi-mpasi/ (16 Januari 2011) Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cochran, G. William. 1977. Sampling Teqniques. New York : John & Son s, Inc. Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Banyuwangi. Status Gizi. http://dinkes.banyuwangikab.go.id/situasi-derajat-kesehatan/status-gizi.html (4 Januari 2010) Djaeni, A. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat. Djiteng, R. D. 1989. Kajian Penelitian Gizi. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa. Page 55 Statistika ITS Surabaya

DAFTAR PUSTAKA Djumadias, A. 1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi. Bogor: Puslitbang Gizi Bogor. Fajar, I., Bakri, B., dan Supariasa, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hosmer, D. W. dan Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression. USA: John Wiley and Sons. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004. Imunisasi Pada Bayi dan Balita. http://www.google.com (10 Oktober 2009). Ikhwansyah. 2001. Profil Revitalisasi Posyandu. http://www.google.com (21 September 2009). Pemerintah Kota Tangerang Selatan. 2009. Sosial. http://www.tangerangselatankota.go.id/compilation_social.php (4 Januari 2010) Page 56

DAFTAR PUSTAKA Surya. 2009. Sekitar 90 Persen Nelayan Hidup Miskin. http://www.surya.co.id/2009/04/07/sekitar-90-persen-nelayan-hidup-miskin.html (4 Januari 2010) Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor: Bumi Aksara. Tafsirbetawie. 2009. Pengertian Keluarga Berencana). http://tafsirbetawie.wordpress.com/2009/08/13/pengertian-keluarga-berencana-kb/ (16 Januari 2011) Tri Noorastuti, P., Nurlaila, N. 2010. Idealkah Jumlah Anak Anda. http://kosmo.vivanews.com/news/read/136462-idealkah_jumalah_anak_anda (16 Januari 2011) Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Page 57 Statistika ITS Surabaya

Page 58 Statistika ITS Surabaya