LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 4 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 03 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 8 Tahun 2000 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 4 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENCARI KERJA DAN WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 39 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 26 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 5 Tahun 2000 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 5 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG WALIKOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA - UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

LEMBARAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAMPAR

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1993 SERI : C.2

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

NOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B =================================================================

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi penempatan Tenaga Kerja.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 127 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG WAJIB LAPOR LOWONGAN PEKERJAAN DAN IZIN PENEMPATAN TENAGA KERJA DI KOTA PAGAR ALAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN KERJA DAN PRAKTIK PERAWAT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-01/MEN/1991 TENTANG ANTAR KERJA ANTAR NEGARA MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA,

KABUPATEN TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 8 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA METRO. Tahun 2009 Nomor 04 PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 04 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagaker

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 6 TAHUN 2006 SERI : E NOMOR : 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 4 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G PENEMPATAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya penanganan masalah pengangguran melalui pelatihan keterampilan tenaga kerja dan penempatan tenaga kerja disektor formal maupun informal, serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja; b. bahwa untuk maksud sebagaimana pada butir a di atas, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuanketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 1912); 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib Lapor Ketenaga Kerjaan di Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 75, TLN Nomor 3208); 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, TLN Nomor 3209); 4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 18, TLN Nomor 3518); 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839);

2 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, TLN Nomor 3848); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksana Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1991 tentang Latihan Kerja (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3458); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119); 11. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor Lowongan Pekerjaan; 12. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penempatan Tenaga Kerja Asing; 13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Nomor 70 Tahun 1999). 14. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah Kota Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 8 Seri D). Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG TENTANG PENEMPATAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

3 1. Daerah adalah Kota Tangerang; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang; 3. Walikota adalah Walikota Tangerang; 4. Pejabat atau Dinas yang ditunjuk adalah Pejabat/Dinas yang ditunjuk oleh Walikota untuk memberikan pelayanan di bidang ketenagakerjaan; 5. Pengusaha adalah : a. Orang atau badan Hukum yang menjalankan suatu usaha milik sendiri atau b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan usaha bukan miliknya atau; c. Orang atau badan hukum yang berdomisili di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada butir a dan butir b di atas, jikalau yang mewakili berkedudukan diluar Indonesia. 6. Pengguna tenaga kerja adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin suatu perusahaan; 7. Antar kerja adalah suatu mekanisme pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja sementara atau tetap, dan pelayanan kepada pengguna tenaga kerja untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai; 8. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang dengan menggunakan keterampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,. 9. Tenaga Kerja Warga Negara Asing yang selanjutnya disingkat dengan TKWNA adalah Warga Negara Asing yang memiliki Visa Tinggal Terbatas atau ijin Tinggal Terbatas atau Ijin Tinggal Tetap untuk maksud bekerja di wilayah Republik Indonesia berkedudukan dan atau bekerja di wilayah Kota Tangerang; 10. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disingkat TKI adalah Tenaga Kerja Warga Negara Indonesia; 11. Tenaga Kerja Pendamping adalah Tenaga Kerja Asing untuk bekerja mendampingi TKA dalam rangka alih teknologi dan sebagai calon tenaga kerja menggantikan TKA pada jabatan tertentu. 12. Informasi pasar kerja adalah kegiatan yang memberikan keteranganketerangan mengenai kebutuhan (permintaan) dan persediaan tenaga kerja serta keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pasar kerja; 13. Lowongan pekerjaan adalah suatu jabatan yang harus diisi dengan tenaga kerja dengan syarat-syarat tertentu melalui antar kerja; 14. Penempatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mekanisme antar kerja untuk mempertemukan pencari kerja dengan pengguna jasa; 15. Angkatan kerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam dan di luar hubungan kerja dan yang mencari pekerjaan atau menganggur; 16. Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing selanjutnya disingkat TKWNA adalah usaha perorangan atau badan usaha atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang menjalankan kegiatan usaha yang menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak yang telah memiliki ijin mempekerjakan TKWNA;

4 17. Pencari kerja adalah tenaga kerja yang siap untuk bekerja dan sedang mencari pekerjaan; 18. Ijin Kerja Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat IKTA adalah ijin tertulis yang diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pejabat yang ditunjuk kepada pemohon untuk mempekerjakan TKWNA di Indonesia dengan menerima upah atau tidak selama waktu tertentu dan pada pejabat tertentu; 19. Perpanjangan IKTA adalah ijin tertulis yang diberikan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk kepada pemegang IKTA di wilayah Daerah yang telah habis masa berlakunya; 20. Perpanjangan penggunaan TKWNA adalah perpanjangan penggunaan TKWNA yang diberikan oleh Walikota; 21. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang selanjutnya disingkat RPTKA adalah Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang meliputi jabatan, jumlah dan jangka waktu serta rencana penggantinya oleh Tenaga Kerja Indonesia; 22. Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan Daerah yang selanjutnya disingkat DPKKD adalah dana untuk penanganan pengangguran melalui pelatihan kerja dan ketenagakerjaan lainnya serta kegiatan lain yang ditentukan oleh Walikota; 23. Latihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan pada tingkat keterampilan, produktifitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja jabatan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori; 24. Lembaga Latihan Kerja adalah suatu badan, organisasi, instansi atau lembaga, yayasan yang menyelenggarakan latihan atau latihan kerja bagi angkatan kerja dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan; 25. Program latihan kerja adalah persyaratan tertulis yang memuat tentang tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan secara sistematis yang disusun menurut bidang kejuruan, jenjang, dan/atau tingkat standar, latihan, metode, peserta, instruktur,sarana, pembiayaan, sertifikat dan lisensi kerja; 26. Metode Latihan Kerja adalah cara penyajian pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta oleh instruktur dengan menggunakan sarana tersedia; 27. Sertifikat Latihan Kerja adalah suatu proses pemberian sertifikat seseorang yang telah lulus ujian akhir latihan kerja; 28. Sertifikat Keterampilan Kerja adalah suatu proses pemberian sertifikat melalui suatu pengujian yang didasarkan pada standar kualifikasi keterampilan dan/atau jabatan pekerjaan yang berlaku; 29. Akreditasi adalah penetapan melalui penilaian terhadap lembaga penyelenggaraan latihan kerja tertentu yang dilakukan melalui penilaian berdasarkan standar yang telah ditetapkan bagi setiap kejuruan jenjang atau tingkat latihan kerja; 30. Etos Kerja adalah jiwa dan semangat kerja yang didasari oleh cara pandang yang memiliki pekerjaan sebagai pengabdian terhadap diri sendiri, masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa; 31. Kualifikasi Keterampilan adalah uraian keterampilan yang baku berdasarkan analisis suatu jabatan yang harus dikuasai oleh seorang

5 tenaga kerja untuk mampu melaksanakan tugasnya secara efisien dan efektif; 32. Pemagangan adalah suatu proses pendidikan dan latihan sistematis dan terorganisir yang dilakukan secara terpadu dan berjenjang dilembaga pendidikan atau latihan dan bekerjasama secara langsung dalam proses produksi atau jasa di perusahaan; 33. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut PJTKI adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi yang berusaha dibidang jasa penempatan TKI ke luar Negeri. BAB II INFORMASI PASAR KERJA Bagian Kesatu Pasal 2 (1) Setiap badan, instansi pemerintah, perusahaan swasta maupun BUMN/BUMD wajib melaporkan setiap ada atau akan ada lowongan pekerjaan kepada Walikota melalui pejabat atau Dinas yang ditunjuk; (2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat : a. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan ; b. Jenis pekerjaan dan syarat-syarat jabatan yang digolongkan dalam jenis kelamin, usia, pendidikan, keterampilan/keahlian, pengalaman dan syarat-syarat lain yang dipandang perlu; (3) Pengguna tenaga kerja dalam pemenuhan lowongannya hanya menerima pencari kerja yang telah terdaftar di Dinas yang ditunjuk. Pasal 3 Bagi pengguna atau investor yang baru akan membuka usahanya di Daerah selain harus memenuhi persyaratan yang ditentukan diwajibkan melengkapi persyaratan Rencana Penggunaan Tenaga kerja (RPTK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah ini. Pasal 4 Apabila lowongan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 Peraturan Daerah ini, tidak bisa diisi oleh pencari kerja yang terdaftar pada dinas yang ditunjuk, maka pengguna tenaga kerja diperbolehkan memasang iklan di mass media dengan mengajukan surat permohonan rekomendasi kepada Walikota atau pejabat/dinas yang ditunjuk.

Pasal 5 6 Jika lowongan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2), Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Daerah ini sudah terisi, maka pengguna tenaga kerja wajib melaporkan secara tertulis kepada Walikota atau pejabat/dinas yang ditunjuk paling lambat (1) minggu setelah ditempatkan. Pasal 6 Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Daerah ini, ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota. Bagian Kedua Pencari Kerja Pasal 7 (1) Setiap pencari kerja berhak memperoleh pelayanan yang sama untuk memperoleh pekerjaan; (2) Pencari kerja yang memerlukan pelayanan penempatan tenaga kerja harus mendaftarkan diri secara langsung kepada pelaksana; (3) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, meliputi pemberian informasi, pendaftaran, bimbingan dan penyuluhan jabatan, pelatihan untuk penempatan, serta tindak lanjut penempatan. Pasal 8 (1) Setiap pencari kerja mempunyai kesempatan yang sama untuk mengisi lowongan pekerjaan; (2) Untuk mengisi lowongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, pencari kerja harus memenuhi kualifikasi persyaratan jabatan yang dibutuhkan. Pasal 9 Pencari kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah ini, harus menunjukan Kartu Tanda Penduduk (KTP) setempat, ijazah terakhir dan pas photo. BAB III PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA Pasal 10

7 Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) diselenggarakan secara tertib, efisien dan efektif untuk meningkatkan perlindungan, kesejahteraan, perluasan lapangan kerja, kualitas dan peningkatan penerimaan devisa dengan memperhatikan harkat dan martabat manusia, bangsa dan negara. Pasal 11 (1) Penempatan TKI dapat dilakukan ke semua negara dengan ketentuan : a. Negara tujuan memiliki peraturan adanya perlindungan Tenaga Kerja Asing; b. Negara tujuan mempunyai kerjasama bilateral dengan negara Indonesia dibidang penempatan TKI; c. Keadaan di negara tujuan tidak membahayakan keselamatan TKI. (2) Penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan sesuai dengan potensi TKI untuk bekerja diberbagai jenis pekerjaan atau jabatan. Pasal 12 (1) TKI yang akan bekerja dengan menggunakan visa panggilan perorangan diberikan rekomendasi bebas fiskal luar negeri dari dinas yang ditunjuk; (2) Untuk mendapatkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, TKI yang bersangkutan harus melapor kepada Kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk dengan menunjukan visa kerja panggilan. Pasal 13 Perjanjian penempatan TKI sekurang-sekurangnya harus memuat : a. Kepastian waktu pemberangkatan calon TKI; b. Besarnya biaya penempatan calon TKI ke negara tujuan; c. Jabatan atau pekerjaan calon TKI; d. Masa Kontrak. Pasal 14 PJTKI yang merekrut tenaga kerja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mempunyai alamat dan atau penanggung jawab yang jelas; b. Memiliki permintaan nyata (job order) yang telah disahkan oleh Kedutaan dimana tenaga kerja ditempatkan.

BAB IV 8 LEMBAGA PENEMPATAN Pasal 15 Pelaksanaan pelayanan penempatan tenaga kerja terdiri dari : a. Dinas yang ditunjuk; b. Lembaga Pelayana Penemapatan Swasta (LPPS); c. PJTKI; d. Instansi Pemerintah atau badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan BUMD); e. Badan Usaha Swasta untuk kepentingannya sendiri. Pasal 16 (1) Lembaga Pelayanan Penempatan Swasta (LPPS) wajib memiliki Surat Ijin Usaha Penempatan (SIUP) dari Dinas yang ditunjuk; (2) Untuk memperoleh SIUP, LPPS harus memenuhi persyaratan : a. Berbadan Hukum Indonesia; b. Memiliki deposito atas nama Pemerintah Daerah pada Bank Jabar Cabang Tangerang sebesar Rp.25.000.000,- (Dua puluh lima juta rupiah) sebagai jaminan bagi LPPS yang melaksanakan kegiatan penempatan; c. Mempunyai keterangan domisili dari Pemerintah Daerah; d. Memiliki NPWP; e. Memiliki susunan pengurus organisasi. Pasal 17 (1) PJTKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c wajib memiliki SIUP-PJTKI; (2) Untuk mendapatkan rekomendasi SIUP-PJTKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, pemohon mengajukan permohonan rekomendasi kepada dinas yang ditunjuk dengan memenuhi persyaratan : a. Badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi yang dalam akte pendirian atau anggaran dasarnya mencantumkan adanya kegiatan di bidang penempatan TKI; b. Mempunyai kantor dan peralatan kantor yang lengkap serta domisili dari instansi yang berwenang; c. Mempunyai NPWP. Pasal 18 (1) PJTKI dapat membentuk Perwailan Daerah (Perwada);

9 (2) Dalam hal PJTKI membentuk Perwada, wajib mendaftarkannya ke dinas yang ditunjuk. Pasal 19 (1) Permohonan ijin Perwada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) Peraturan Daerah ini, harus disampaikan secara tertulis kepada Kepala Dinas/pejabat yang ditunjuk dengan melampirkan : a. Surat Keputusan Direksi tentang penetapan Kepala Perwada dan atau penanggungjawab serta wilayah kerjanya. b. Bukti kepastian alamat kantor dengan Akta Notaris, fasilitas yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan penempatan. c. Struktur organisasi, tugas, dan fungsi Perwada. d. Surat pengangkatan karyawan Perwada. (2) Kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk melakukan penelitian persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini; Pasal 20 Perwada tidak diperbolehkan menempatkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri secara langsung. BAB V PENGGUNAAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING Bagian Kesatu Perpanjangan Ijin Kerja Tenaga Asing Pasal 21 Pengguna TKWNA yang ijin kerjanya telah habis masa berlakunya wajib untuk memperpanjangnya kepada Walikota melalui Dinas yang ditunjuk. Pasal 22 Permohonan perpanjangan ijin Penggunaan TKWNA harus disertai dengan persyaratan sebagai berikut : a. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA); b. Ijin Kerja Tenaga Kerja Asing (IKTA); c. Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS) dan/atau Kartu Ijin Tinggal Tetap (KITAP); d. Pasport; e. Surat Keputusan Pimpinan Perusahaan tentang Penunjukan Tenaga Kerja Pendamping; f. Tanda Bukti Setor Dana Pengembangan Keahlian dan Kerterampilan Daerah (DPKKD); g. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS) dari Dinas yang ditunjuk.

10 Bagian Kedua Masa Berlakunya Ijin Pasal 23 a. Perpanjangan ijin penggunaan TKWNA berlaku sesuai masa berlakunya KITAS/KITAP; b. Ijin berakhir sesuai tanggal jatuh tempo seperti yang tercantum dalam Keputusan ijin dan dapat diperpanjang kembali sesuai dengan KITAS/KITAP dan diajukan 1 (satu) bulan sebelum jatuh tempo. Pasal 24 Apabila pemegang ijin kerja TKWNA berhenti bekerja atau kembali ke negaranya, maka kepada yang bersangkutan diwajibkan memberitahukan dan mengembalikan ijin dimaksud kepada Dinas yang ditunjuk. Bagian Ketiga Perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pasal 25 (1) Rencana penggunaan Tenaga Kerja Asing yang telah berakhir masa berlakunya dapat diajukan permohonan perpanjangan; (2) Permohonan perpanjangan RPTKA sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diajukan kepada Dinas yang ditunjuk dengan disertai alasan yang dapat menjadi bahan pertimbangan serta melampirkan persyaratan : a. RPTKA lama; b. SIUP; c. Akte Pendirian Perusahaan; d. Struktur Organisasi Perusahaan; e. Kontrak Kerja; f. Penunjukan Tenaga Kerja Pendamping; g. Laporan pelaksanaan Program Diklat TKI. Pasal 26 Perpanjangan RPTKA Seperti tersebut dalam Pasal 25 Peraturan Daerah ini, dipergunakan sebagai salah satu dasar perpanjangan ijin memperkerjakan TKWNA.

11 Bagian Keempat Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kerja Indonesia Pasal 27 Permohonan perpanjangan IKTA sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 Peraturan Daerah ini, wajib melaksanakan pendidikan danpelatihan Tenaga Kerja Indonesia yang dipersiapkan sebagai pengganti Tenaga Kerja Warga Negara Asing. Pasal 28 Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud Pasal 27 Peraturan Daerah ini, harus dilaksanakan sesuai dengan program pendidikan dan pelatihan yang tercantum dalam RPTKA. Pasal 29 Pengguna TKWNA wajib melaporkan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Peraturan Daerah ini, kepada Dinas yang ditunjuk. Pasal 30 Pengguna TKWNA dikenakan pungutan berupa Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan Daerah (DPKKD) terhadap setiap TKWNA yang diperkerjakan yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersendiri. Pasal 31 Pungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Peraturan Daerah ini, dipergunakan untuk membantu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Tenaga Kerja Indonesia atau kegiatan-kegiatan lain dibidang ketenagakerjaan. Pasal 32 Biaya untuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 Peraturan Daerah ini, dibebankan kepada pengguna TKWNA dan tidak dibebankan kepada TKI. BAB VI PELATIHAN KERJA Bagian Kesatu Pasal 33 Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja guna

12 meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Pasal 34 (1) Pelatihan kerja bertujuan untuk memberikan atau memperoleh dan meningkatkan pengetahuan keterampilan, disiplin, sikap kerja, etos kerja dan produktifitas kerja yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori serta dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja; (2) Pelatihan kerja disusun dan dilaksanakan secara bertahap, berjenjang, berkesinambungan dan sistematis sesuai dengan perkembangan pasar kerja, persyaratan kerja dan teknologi. Pasal 35 Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan meningkatkan serta mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja sesuai dengan bakat, minat, serta kemampuannya melalui pelatihan kerja. Pasal 36 (1) Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja di tempat penyelenggara pelatihan sesuai bidang tugasnya; (2) Pengusaha bertanggung jawab atas pemberian kesempatan kepada pekerjanya untuk meningkatkan, mengembangkan keterampilan dan keahlian melalui pelatihan kerja. Pasal 37 Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah, swasta atau perusahaan yang dilaksanakan di tempat kerja dan atau tempat pelatihan kerja. Pasal 38 Setiap perusahaan yang tenaga kerjanya 100 (seratus) orang atau lebih wajib membentuk Unit Pelayanan Pelatihan dan Produktifitas (UP3) yang terakreditasi oleh dinas yang ditunjuk. Pasal 39 (1) Bagi semua jenis pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja swasta, perusahaan, pemerintah, wajib memperoleh ijin penyelenggaraan latihan dari dinas yang ditunjuk; (2) Untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, lembaga pelatihan kerja swasta/perusahaan harus berbentuk badan hukum Indonesia dan mengikuti tata cara perijinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

13 (3) Tata cara perijinan penyelenggaraan pelatihan kerja oleh lembaga pelatihan kerja swasta, perusahaan, pemerintah diatur oleh dinas yang ditunjuk. Pasal 40 (1) Dinas yang ditunjuk dapat menghentikan pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja, apabila di dalam pelaksanaannya ternyata : a. Tidak sesuai dengan arah pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 Peraturan Daerah ini; b. Tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 Peraturan Daerah ini. (2) Penghentian pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dapat mengakibatkan dicabutnya ijin penyelenggaraan pelatihan kerja. Pasal 41 (1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kualifikasi keterampilan dan atau keahlian kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan pemerintah atau swasta atau perusahaan; (2) Pengakuan kualifikasi keterampilan atau keahlian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan melalui sertifikat keterampilan atau keahlian kerja; (3) Sertifikat keterampilan atau keahlian kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, dapat diikuti oleh tenaga kerja yang berpengalaman kerja; (4) Untuk melaksanakan sertifikasi keterampilan atau keahlian kerja dibentuk lembaga sertifikasi berdasarkan profesi yang unsurnya terdiri dari pemerintah, asosiasi perusahaan, serikat pekerja dan pakar dibidangnya. Pasal 42 Pelatihan kerja yang pesertanya terdapat tenaga kerja penyandang cacat dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan dan kemampuan tenaga kerja penyandang cacat yang bersangkutan. Pasal 43 Dinas yang ditunjuk melakukan pembinaan program dan informasi pelatihan kerja, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta maupun perusahaan.

Bagian Kedua 14 Pemagangan Pasal 44 (1) Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada pasar kerja dan dunia usaha, pelatihan kerja dapat diselenggarakan dengan sistem pemagangan; (2) Pemagangan dimaksudkan untuk meningkatkan dan atau mengembangkan keterampilan atau keahlian kerja dengan bekerja secara langsung dalam proses produksi barang dan jasa di perusahaan. Pasal 45 (1) Pemagangan wajib diselenggarakan berdasarkan program pemagangan yang disusun berdasarkan persyaratan dan kualifikasi; (2) Program pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dapat dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan jenjang jabatan dalam perusahaan. Pasal 46 (1) Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian/kontrak pemagangan antara peserta dan pengusaha; (2) Perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, sekurang-kurangnya memuat ketentuan hak serta kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan dan diketahui oleh dinas yang ditunjuk; (3) Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, dianggap tidak sah dan status pekerja dianggap sebagai pekerja perusahaan. Pasal 47 Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi keterampilan atau keahlian kerja di perusahaan atau pemerintah. Pasal 48 Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri maupun bekerjasama dengan tempat penyelenggaraan pelatihan kerja atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Pasal 49

15 (1) Pemagangan sebagaimana dimaksud pasal 46 Peraturan Daerah ini, harus mendapat ijin dari dinas yang ditunjuk; (2) Untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, penyelenggara pemagangan harus berbentuk badan hukum Indonesia; (3) Tata cara perijinan pemagangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini, diatur lebih lanjut oleh dinas yang ditunjuk. Pasal 50 (1) Penyelenggara pemagangan wajib memperhatikan : a. Harkat dan martabat bangsa Indonesia; b. Penguasaan keterampilan dan keahlian yang lebih tinggi; c. Perlindungan dan kesejahteraan peserta pemagangan. (2) Dinas yang ditunjuk dapat menghentikan pelaksanaan pemagangan apabila didalam pelaksanaannya ternyata tidak sesuai dengan ketentuan tersebut pada ayat (1) pasal ini. Pasal 51 (1) Dinas yang ditunjuk dapat mewajibkan kepada perusahaan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pelatihan kerja pemagangan; (2) Dalam menetapkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Pemerintah Daerah harus memperhatikan kepentingan perusahaan. Pasal 52 (1) Untuk memberikan saran dan pertimbangan dalam penetapan kebijakan pelatihan kerja dan pemagangan dibentuk Dewan Pelatihan Kerja Daerah yang terdiri dari unsur Tripartit ditambah dengan asosiasi profesi dan pakar terkait; (2) Anggota Dewan Pelatihan Kerja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diangkat dan diberhentikan oleh Walikota. Pasal 53 (1) Pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan ditujukan ke arah peningkatan relevansi kualitas dan efisiensi penyel;enggaraan pelatihan kerja dan pemagangan dalam rangka meningkatkan produktifitas; (2) Peningkatan produktifitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan melalui pengembangan budaya produktif, etos kerja, teknologi dan efisiensi kegiatan ekonomi menuju terwujudnya produktifitas nasional.

16 Bagian Ketiga Akreditasi Pasal 54 Akreditasi dan penilaian terhadap suatu lembaga dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan bagi jenis tingkatan untuk menetapkan jenjang status dari lembaga yang bersangkutan. Pasal 55 Untuk mendapatkan pengakuan penuh terhadap hasil suatu program pendidikan dan latihan, penyelenggara program harus memenuhi standar yang ditentukan oleh dinas yang ditunjuk. Pasal 56 Bilamana penyelenggara belum dapat memenuhi standar, maka pengakuan diberikan terbatas sesuai dengan derajat pemenuhan standar. Pasal 57 Untuk memperlancar pelaksanaan pembakuan dan akreditasi, maka penyelenggara wajib memberikan laporan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada dinas yang ditunjuk. Pasal 58 Pengakuan sebagaimana dimaksud pada pasal 55 Peraturan Daerah ini, akan ditinjau kembali secara berkala guna disesuaikan dengan keadaan dan standar yang berlaku. BAB VII PENGAWASAN Pasal 59 Pengawasan terhadap pelaksanaan penempatan dan pelatihan tenaga kerja dilakukan oleh pegawai Pengawas Ketenagakerjaan pada dinas yang ditunjuk. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 60 (1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 16 ayat (1), Pasal 17 ayat (1), Pasal 21, Pasal 27, Pasal 30, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 45 Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp.5.000.000,- (Lima juta rupiah);

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB IX PENYIDIKAN Pasal 61 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran pasal 60 ayat (2) Peraturan Daerah ini, dilaksanakan oleh Penyidik Umum dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang Pengangkatannya ditetapkan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan sebagai berikut : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa penyidik umum memberikan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya, kepada penuntut umum sesuai yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 62 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Walikota. 17

18 Pasal 63 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang. Ditetapkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 18 Maret 2002. WALIKOTA TANGERANG Cap / Ttd Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN Diundangkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 25 Maret 2002. SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG Cap / Ttd Drs. H. ACHMAD SUDJAI, M.Si Pembina Utama Madya NIP. 010 047 670 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2002 NOMOR 4 SERI C C:/Produk.Huk/Perda2002/Latih Tenaga Kerja/Com.A-Huk/01