LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 4 Tahun 2001 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG Menimbang : a. bahwa ijin peruntukkan penggunaan tanah telah diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 23 Tahun 1995 tentang Retribusi Pemanfaatan Ruang; b. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 23 Tahun 1995 tentang retribusi Pemanfaatan Ruang perlu disesuaikan dan diganti; c. bahwa sehubungan maksud sebagaimana pada butir b tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, TLN Nomor 3209); 2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, TLN Nomor 3501); 3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 18, TLN Nomor 3518);

2 2 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, TLN Nomor 3685) yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, TLN Nomor 4048); 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, TLN Nomor 3699); 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, TLN Nomor 3839); 7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, TLN Nomor 3848); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, TLN Nomor 3258); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, TLN Nomor 3952); 10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 11. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 7 Seri D); 12. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 5 Seri C); 13. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD Kota Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 8 Seri D). Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG TENTANG IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH. BAB I

3 3 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tangerang; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang; 3. Walikota adalah Walikota Tangerang; 4. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku; 5. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Bbadan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya; 6. Penggunaan Tanah adalah Penggunaan Tanah yang terarah dan terpadu sesuai dengan peruntukkan yang didasarkan pada rencana tata ruang sebagai rencana yang mengikat dalam pelayanan umum; 7. Rencana Tata Ruang adalah meliputi Rencana Umum Tata Ruang Daerah, Rencana Detail Tata Ruang serta Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Khusus dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Khusus; 8. Pengukuran adalah pengukuran situasi suatu tanah sehingga dapat diketahui kedudukannya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang; 9. Pematokan adalah pematokan situasi tanah yang sudah diatur sehingga batas tanah yang akan direncanakan dibangun tidak berubah; 10. Pemetaan adalah pemetaan hasil pengukuran dan pematokan di lapangan ke dalam peta Rencana peruntukan penggunaan tanah sehingga letak tanah itu dapat diketahui dengan tepat pada rencana; 11. Retribusi adalah pungutan yang dikenakan kepada setiap orang atau badan hukum yang memperoleh keterangan peruntukan penggunaan tanah; 12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah yang terutang; 13. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Tangerang. BAB II P E R I J I N A N Pasal 2 (1) Setiap orang atau badan hukum di daerah yang memerlukan lokasi untuk kegiatankegiatan pembangunan industri, perumahan, pertokoan/perdagangan/jasa/usaha, pariwisata, home industri/kerajinan, pertanian, pertambangan maupun sarana sosial bersifat komersial dan tidak komersial wajib terlebih dahulu memperoleh ijin peruntukkan penggunaan tanah dari Walikota; (2) Untuk memperoleh Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, pemohon mengajukan permohonan kepada Walikota melalui pejabat yang ditunjuk; (3) Perubahan Ijin Peruntukan Pengunaan Tanah yang sudah disetujui wajib dimohonkan kembali secara tertulis kepada Walikota. Pasal 3

4 4 Permohonan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 Peraturan Daerah ini, diajukan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut : a. Photo copy KTP atau bukti diri pemohon; b. Surat Kuasa dari pemohon atas penandatanangan apabila pemohon tidak dapat hadir/mengurus sendiri; c. Photo copy Sertifikat Hak Atas Tanah, atau bukti perolehan tanah; d. Akta pendirian perusahaan bagi yang berstatus Badan Hukum/Badan Usaha; e. Photo copy pelunasan PBB tahun terakhir; f. Gambar prarencana (denah lokasi). Pasal 4 (1) Keterangan peruntukan penggunaan tanah merupakan salah satu persyaratan administratif untuk memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan; (2) Keterangan peruntukan penggunaan tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berlaku untuk jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal ditetapkan dan hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali berdasarkan permohonan yang bersangkutan; (3) Permohonan pengajuan perpanjangan keterangan peruntukan penggunaan tanah sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sebelum keterangan peruntukan penggunaan tanah tersebut berakhir. BAB III NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 5 (1) Dengan nama retribusi ijin peruntukkan penggunaan tanah dipungut retribusi; (2) Obyek retribusi adalah setiap lokasi yang direncanakan untuk kegiatan pembangunan baik industri, perumahan, pertokoan/perdagangan/jas/usaha, pariwisata, home industri/ kerajinan, pertanian, pertambangan maupun sarana sosial yang bersifat komersial dan tidak komersial; (3) Subyek retribusi adalah setiap orang atau badan hukum yang memperoleh ijin peruntukan penggunaan tanah. BAB IV FUNGSI DAN LOKASI Pasal 6 (1) Sebagai kegunaan suatu bangunan disebut sebagai fungsi yang terdiri dari : a. Fungsi I (F.I) adalah bangunan yang berfungsi dan dipergunakan untuk bangunan sosial baik bersifat komersial maupun tidak; b. Fungsi II (F.II) adalah bangunan yang berfungsi dan dipergunakan untuk Rumah Tinggal dan Asrama;

5 5 c. Fungsi III (F.III) adalah bangunan yang berfungsi dan dipergunakan untuk usaha, seperti rumah kontrakan, rumah bersalin, rumah praktek ujian, dagang, rumah toko (ruko), kantor dan bangunan tempat usaha lainnya yang dikategorikan dengan itu; d. Fungsi IV (F.IV) adalah bangunan yang difungsikan dan dipergunakan sebagai tempat industri dan pabrik berikut segala peruntukannya seperti kantor, ruang kerja, gudang, kamar mandi/wc dan lain-lain kelengkapan untuk itu; e. Fungsi V (F.V) adalah bangunan yang bersifat perumahan dengan kategori perumahan mewah/real estate/maal. (2) Dalam penentuan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dipergunakan multifikator dengan tabel sebagai berikut : INDEKS FUNGSI I II III IV V 1 2 2,5 2,5 3 Pasal 7 (1) Kedudukan atau tempat suatu bangunan adalah disebut sebagai lokasi ruang yang dalam hal ini dibagi-bagi menurut lebar jalan yang terdiri dari : a. Lokasi I (L.I) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan berada dalam kampung dengan fasilitas jalan setapak (footpath) sampai dengan jalan atau gang lebar 2 (dua) lebar; b. Lokasi II (L.II) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan atau gang yang lebarnya lebih dari 2 (dua) meter sampai dengan 4 (empat) meter; c. Lokasi III (L.III) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan yang lebarnya lebih dari 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) meter; d. Lokasi IV (L.IV) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan yang lebarnya lebih dari 6 (enam) sampai dengan 8 (delapan) meter; e. Lokasi V (L.V) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan yang lebarnya lebih dari 8 (delapan) sampai dengan 10 (sepuluh) meter; f. Lokasi VI (L.VI) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan yang lebarnya lebih dari 10 (sepuluh) sampai dengan 14 (empat belas) meter; g. Lokasi VII (L.VII) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan yang lebarnya lebih dari 14 (empat belas) sampai dengan 22 (dua puluh dua) meter; h. Lokasi VIII (L.VIII) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan yang lebarnya lebih dari 22 (dua puluh dua) sampai dengan 36 (tiga puluh enam) meter; i. Lokasi IX (L.IX) adalah lokasi dimana persil ruang yang akan dibangun/didirikan memiliki fasilitas jalan yang lebarnya lebih dari 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 47 (empat puluh tujuh) meter;

6 (2) Dalam penentuan lokasi sebagaimana termaksud dalam ayat (1) pasal ini, dipergunakan Indeks dan/atau multifikator dengan tabel sebagai berikut : INDEKS LOKASI I II III IV V VI VII VIII IX 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 BAB V GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 8 Retribusi ijin peruntukkan penggunaan tanah termasuk golongan retribusi perijinan tertentu. 6 BAB VI CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 9 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan lokasi, luas yang dimanfaatkan, jenis/klasifikasi usaha dan jangka waktu. BAB VII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 10 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada kemampuan masyarakat dan aspek keadilan yang meliputi biaya administrasi, pengukuran, pematokan dan pemetaan; BAB VIII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 11 (1) Setiap pemohon ijin peruntukan penggunaan tanah wajib membayar retribusi menurut klasifikasi fungsi dan lokasi yang telah ditentukan sebagai berikut : a. Retribusi Surat Keterangan Perencanaan Lokasi Bangunan : NO LUAS PERSIL (M 2 ) TARIF DASAR (Rp./Luas Kavling)

7 ke atas dengan setiap kelebihan di tambah Rp.50,-/M b. Biaya pengukuran situasi, propil, dan pematokan rencana ditetapkan sebagai berikut : NO LUAS PERSIL (M 2 ) PENGUKURAN SITUASI (Rp) JENIS KEGIATAN PENGUKURAN PROPIL (Rp) PEMATOKAN RENCANA (Rp) ke atas dengan setiap kelebihan ditambahrp.50,-/m , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,- c. Untuk surat keterangan perencanaan (Site Plan) dan perubahan fungsi bangunan ditambah harga pertambahan nilai (battermant cost). Rp. 75,-/M 2. (2) Cara perhitungan biaya retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah, perubahan fungsi bangunan serta legalisasi renovasi dan perluasan bangunan ditetapkan sebagai berikut : a. Retribusi Ijin Perencanaan Lokasi Bangunan = Indeks Fungsi (IF) x Indeks Lokasi (IL) x Tarif Dasar/Luas Tanah + Retribusi Pengukuran Situasi, Pengukuran Profil dan Pematokan Rencana; b. Retribusi Keterangan Perencanaan Lokasi = Indeks Fungsi (IF) x Indeks Lokasi (IL) x Tarif Dasar/Luas Tanah + Retribusi Pengukuran Situasi, Pengukuran Profil dan Pematokan Rencana + Batterment Cost (BC); c. Retribusi Perubahan Fungsi Bangunan = Indeks Fungsi (IF) x Indeks Lokasi (IL) x Tarif Dasar/Luas Tanah + Batterment Cost (BC). (3) Biaya perpanjangan peruntukan penggunaan tanah adalah 50% (lima puluh persen) dari biaya Indeks Fungsi (IF) x Indeks Lokasi (IL) x Tarif Dasar/luas tanah. BAB IX

8 8 Retribusi dipungut di wilayah Daerah. WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 12 BAB X SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 13 Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi pada saat ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB XI TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 14 (1) Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan; (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB XII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 15 (1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan; (2) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah Selambat-lambatnya 1 x 24 jam. Pasal 16 Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai. Pasal 17 (1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Peraturan daerah ini, diberikan tanda bukti pembayaran; (2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan; (3) Bentuk, isi dan ukuran buku tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan oleh Walikota. BAB XIII

9 SANKSI ADMINISTRASI 9 Pasal 18 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari besarnya retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan surat tagihan retribusi Daerah. BAB XIV KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN Pasal 19 (1) Barang siapa melanggar ketentuan pasal 2 ayat (1) dan pasal 11 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp ,- (Lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. Pasal 20 Penyidikan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ayat (2) Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Umum dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Pasal 21 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pasal 20 Peraturan Daerah ini, mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan sebagai berikut : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

10 BAB XV 1 KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur kemudian oleh Walikota. Pasal 23 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 23 Tahun 1995 tentang Retribusi Pemanfaatan Ruang Di Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 1995 Nomor 2 Seri B) dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang. Ditetapkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 13 J u l i WALIKOTA TANGERANG Cap / Ttd Drs. H. MOCHAMAD THAMRIN Diundangkan di T a n g e r a n g. Pada tanggal 23 J u l i SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG Drs. H. ACHMAD SUDJAI Pembina Utama Muda NIP LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2001 NOMOR 4

11 1 C ;/Doc.Huk/LD.Besar/LD.Utk.Guna.Tanah.COM B/01 PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH A. U M U M Bahwa sesungguhnya pembangunan adalah merupakan upaya untuk mengelola dan memanfaatkan potensi yang ada baik sumber daya alam maupun Sumber Pendapatan Asli Daerah. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, maka kegiatan pembangunan di Kota Tangerang perlu memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan fungsi budi daya, fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, serta fungsi sosial budaya. Untuk pencapaian keserasian, keselarasan, keseimbangan tersebut diperlukan peruntukan penggunaan tanah yang terarah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang diatur dalam Peraturan Daerah. B. PASAL DEMI PASAL Pasal 1. Pasal 2. Hal ini dimaksudkan agar ruang yang akan dibangunnya itu fungsinya benar-benar sesuai atau tidak bertentangan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Pasal 3. Ayat (1), (2) dan (3)

12 Pasal 4 Ayat (1) : Adanya klasifikasi fungsi (F1, F2, F3, F4 dan F5) bangunan adalah dimaksudkan untuk membedakan fungsi bangunan yang dipergunakan sesuai dengan peruntukan dari bangunan tersebut; 1 Ayat (2) : Pasal 5 Ayat (1) : Adanya klasifikasi Lokasi (L1, L2, L3, L4 dan L5) dimaksudkan adalah untuk membedakan letak berdasarkan lebar jalan; Ayat (2) : Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) : Cukup jelas Ayat (2) : Huruf a dan b Huruf c adalah khusus dikenakan terhadap perubahan fungsi bangunan, dimana bangunan yang baru itu akan lebih berfungsi atau bertambah nilainya jika dibandingkan dengan bangunan sebelumnya serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya bangunan rumah tinggal dirubah menjadi toko. Huruf d Cukup jelas Ayat (3) : Kalimat ketentuan yang berlaku, pada saat sekarang ini yaitu Peraturan Daerah Kota Tangerang Ayat (4) dan (5) Cukup Jelas. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13

13 1 Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 C ;/Doc.Huk/Raperda/Rap.Guna Tanah.COM B/01