LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan peranan dan fungsi tenaga kerja sebagai unsur pelaku proses produksi barang dan/atau jasa, diperlukan pembangunan ketenagakerjaan di Kota Dumai yang didukung oleh Pengusaha dalam upaya peningkatan Sumber Daya Manusia dan kesejahteraan tenaga kerja; b. bahwa Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2000 tentang Pembinaan Kesejahteraan Buruh di wilayah Kota Dumai, Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Wajib Latih dan Iuran Wajib Latih Tenaga Kerja bagi Perusahaan dan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penempatan Tenaga Kerja Lokal dalam pelaksanaan tidak berjalan efektif, oleh sebab itu perlu dilakukan perubahan; c. bahwa sehubungan maksud huruf a dan b tersebut diatas, dipandang perlu untuk mengatur ketenagakerjaan melalui Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia; 181

2 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3201); 3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 5. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989); 6. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39); 7. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2002 Nomor 26 Seri D). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANG KETENAGAKERJAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kota Dumai; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai; c. Walikota adalah Walikota Dumai; d. Dinas adalah Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Kota Dumai atau Dinas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan; 182

3 e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Kota Dumai atau Kepala pada Dinas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan; f. Pengusaha adalah : 1) Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; 2) Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; 3) Orang Perseorangan, Persekutuan atau Badan Hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia; g. Kesejahteraan Pekerja/Buruh adalah, suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat; h. Pelatihan Kerja adalah seluruh kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifasi jabatan atau pekerjaan; i. Pencari Kerja Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah penduduk Dumai yang belum bekerja atau sudah bekerja, tetapi ingin pindah atau alih pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa; j. Tenaga Kerja Lokal yang selanjutnya disingkat TKL adalah setiap orang yang berasal dari atau berdomisili di Kota Dumai, dan memiliki identitas Kartu Tanda Penduduk Kota Dumai yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. k. Penduduk Kota Dumai adalah setiap orang baik laki-laki maupun perempuan yang menetap dan bertempat tinggal terus menerus atau secara turun temurun mempunyai ikatan darah secara garis ke atas/ke bawah dan memiliki Kartu Tanda Penduduk Kota Dumai; l. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disingkat PJTKI adalah Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum yang memiliki Surat Izin Usaha Penempatan PJTKI untuk melaksanakan kegiatan jasa penempatan tenaga kerja di dalam dan di luar negeri; m. Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) adalah penempatan tenaga kerja antar Kabupaten/Kota maupun antar Propinsi ke Kota Dumai; n. Antar Kerja Antar Negara (AKAN) adalah penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri atau penempatan tenaga kerja asing ke dalam negeri; o. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain; p. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; 183

4 q. Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/ buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh; r. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa diperusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu; BAB II PELATIHAN KERJA Pasal 2 (1) Pelatihan kerja diselenggarakan untuk mempersiapkan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, disiplin dan ethos kerja dari pencari kerja, calon pekerja dan pekerja. (2) Pelatihan kerja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja dan peningkatan produktivitas kerja. Pasal 3 Sasaran pelatihan kerja adalah : a. Tenaga Kerja, calon tenaga kerja, pencari kerja atau tenaga magang yang dibutuhkan oleh perusahaan atau untuk kepentingan usaha mandiri; b. Pencari Kerja untuk memenuhi kebutuhan perusahaan atau kebutuhan usaha mandiri atau kebutuhan Antar Kerja Antar Daerah atau Antar Kerja Antar Negara. Pasal 4 (1) Setiap perusahaan wajib menyelenggarakan pelatihan kerja bagi pekerjanya baik yang diselenggarakan oleh perusahaan atau lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta berdasarkan kebutuhan perusahaan. (2) Biaya pelatihan kerja untuk kebutuhan perusahaan ditanggung oleh perusahaan itu sendiri. (3) Setiap perusahaan sesuai dengan kebutuhannya wajib menerima calon tenaga magang baik untuk kebutuhan sendiri, pihak pengelola pendidikan atau pihak ketiga yang akan melakukan kerja magang di perusahaan dengan biaya ditanggung oleh penyelenggara magang. 184

5 (1) Tenaga kerja yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) mempunyai hak untuk mendapat Sertifikat Tanda Bukti telah mengikuti pelatihan kerja dari penyelenggara atau yang menyelenggarakan pelatihan kerja. (2) Perusahaan dapat mewajibkan pekerja yang mengikuti pelatihan mengikuti ikatan dinas pada perusahaan tempat bekerja paling lama 2 (dua) tahun. BAB III INFORMASI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA Pasal 6 (1) Setiap Perusahaan yang mempunyai lowongan pekerjaan dan melakukan penerimaan pekerjaan dalam wilayah Kota Dumai wajib melaporkan dan mendaftarkan secara tertulis setiap ada atau akan ada lowongan pekerjaan dan rencana penggunaan tenaga kerja waktu tidak tertentu dalam tahun berjalan kepada Dinas atau Instansi terkait yang menangani Ketenagakerjaan. (2) Setiap Perusahaan wajib memberitahukan program penerimaan pekerja/buruh yang dilakukan oleh perusahaannya kepada Dinas Tenaga Kerja Kota Dumai. (3) Lowongan pekerjaan atau program penerimaan pekerja/buruh sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) harus diumumkan melalui media massa, minimal 15 (lima belas) hari sebelum pendaftaran ditutup. (4) Prosedur/tata cara laporan dan pendaftaran lowongan pekerjaan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Pasal 7 (1) Setiap Perusahaan yang berada dalam wilayah Kota Dumai dalam melakukan penerimaan pekerja untuk dipekerjakan di wilayah Kota Dumai harus mempekerjakan atau menempatkan Tenaga Kerja Lokal yang memenuhi syarat kompetensi untuk dipekerjakan di perusahaannya secara terbuka, dengan komposisi Tenaga Kerja Lokal minimal 70% (tujuh puluh persen) dan Tenaga Kerja Propinsi Riau 30% (tiga puluh persen). (2) dari Kabupaten/Kota dalam Propinsi Riau sebagaimana dimaksud ayat (1), untuk mengisi lowongan pekerjaan di perusahaan, maka perusahaan dapat menempatkan pencari kerja dari Propinsi lain untuk mengisi kebutuhan Tenaga Kerja yang diperlukan oleh perusahaan. 185

6 Pasal 8 (1) Setiap tenaga kerja yang akan dipekerjakan harus dilengkapi dengan Kartu Pencari Kerja AK.I (Kartu Kuning) yang dikeluarkan Instansi terkait yang menangani Ketenagakerjaan. (2) Prosedur/tata cara penerbitan Kartu Pencari Kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Pasal 9 (1) Penempatan tenaga kerja baik antar Kabupaten/Kota dalam Propinsi Riau maupun luar Propinsi Riau wajib dilaporkan kepada Instansi terkait yang menangani Ketenagakerjaan. (2) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1),tidak berlaku bagi penempatan pekerja/buruh sehubungan dengan program rotasi atau pengembangan kemampuan pekerja/buruh. (3) Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Pasal 10 (1) Tenaga kerja warga negara asing yang akan dipekerjakan di Kota Dumai sesuai ketentuan yang berlaku harus dilaporkan kepada instansi terkait di bidang ketenagakerjaan untuk dilakukan registrasi. (2) Perpanjangan Izin Tenaga Kerja Warga Negara Asing, merupakan kewenangan Kepala Dinas Tenaga Kerja, atas nama Walikota. Pasal 11 (1) Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri yang diberangkatkan dari Kota Dumai wajib mendapatkan registrasi dari Dinas. (2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh PJTKI yang memberangkatkan TKI. BAB IV KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH Pasal 12 (1) Setiap perusahaan wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan bagi pekerja/ buruhnya. 186

7 (2) Fasilitas kesejahteraan pekerja/buruh sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas adalah : a. Kesehatan dan Keluarga Berencana; b. Peribadatan; c. Pakaian Kerja; d. Olah Raga; e. Hiburan; f. Pengangkutan/Transportasi; g. Koperasi; h. Balai Pertemuan; i. Asuransi di luar jam kerja. j. Ruang Makan/Kantin; k. Asrama Pemondokan; l. Penitipan bayi/kanak-kanak; m. Perumahan; n. Balai peristirahatan. Pasal 13 (1) Fasilitas Kesejahteraan pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. (2) Penyediaan Fasilitas Kesejahteraan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan kemampuan perusahaan. Pasal 14 (1) Fasilitas kesejahteraan ditetapkan melalui kesepakatan kerja bersama antara pengusaha dengan serikat pekerja/buruh atau peraturan perusahaan. (2) Apabila terjadi perbedaan pendapat terhadap pelaksanaan ketentuan ayat (1) tersebut diatas, akan difasilitasi oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan. (3) Apabila Pihak Perusahaan tidak melaksanakan ketentuan pada ayat (1) diatas, maka dikenakan sanksi sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 15 Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelatihan, penempatan dan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh yang diatur dalam Peraturan 187

8 Daerah ini dilakukan oleh Walikota atau pejabat teknis yang menangani ketenagakerjaan. Pasal 16 Pembinaan dan pengawasan kesejahteraan pekerja/buruh diarahkan pada terselenggaranya usaha-usaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh di dalam maupun di luar perusahaan dengan jalan : a. Memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan terhadap penyelenggaraan pelatihan, penempatan dan usaha-usaha kesejahteraan; b. Melakukan usaha-usaha lain yang dapat membantu dan mendorong pelaksanaan pelatihan, penempatan dan kesejahteraan tenaga kerja. BAB VI KETENTUAN SANKSI Pasal 17 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. Pasal 18 Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 12, diberi sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PENYIDIKAN Pasal 19 (1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini juga dapat dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas Penyidikan para Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang : 188

9 a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik Umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 20 Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (1) ini dilakukan oleh suatu persekutuan atau badan hukum, maka tuntutan pidana dilakukan terhadap pengurus persekutuan atau pengurus badan hukum itu. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2000 tentang Pembinaan Kesejahteraan Buruh di Wilayah Kota Dumai, Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Wajib Latih dan Iuran Wajib Latih Tenaga Bagi Perusahaan dan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penempatan Tenaga Kerja Lokal dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. 189

10 Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai. Ditetapkan di Dumai pada tanggal 28 Juni 2004 WALIKOTA DUMAI, Cap/dto Diundangkan di Dumai pada tanggal 28 Juni 2004 H. WAN SYAMSIR YUS SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, Cap/dto H. MUSTAR EFFENDI PEMBINA UTAMA MUDA NIP LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2004 NOMOR 23 SERI D 190

11 I. PENJELASAN UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN Kesejahteraan pekerja/buruh sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas dan kelancaran dunia usaha, perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah dan pengusaha, sehingga mampu menunjang keberhasilan pembangunan. Kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kesejahteraan pekerja/buruh yang dilaksanakan selama ini pelaksanaannya belum mencapai hasil sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan peningkatan melalui pembinaan kesejahteraan pekerja/buruh. Selain dari pada itu peraturan-peraturan yang ada belum meletakkan dasar kewajiban yang mantap terutama dalam hal penyelenggaraan usaha-usaha kesejahteraan pekerja/buruh. Pembinaan kesejahteraan pekerja/buruh selain dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan tugas yang diberikan Kepada Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 juga ditujukan untuk meningkatkan usahausaha kesejahteraan pekerja/buruh sebagai salah satu upaya Daerah dalam mensukseskan pembangunan di sektor ketenagakerjaan. Untuk tertibnya upaya yang dimaksud diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 191

12 Pasal 6 Ayat (1) Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, partisipasi pengusaha diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ketenagakerjaan. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 7 Ayat (1) Pemerataan kesempatan kerja harus diupayakan diseluruh wilayah Kota Dumai dengan memberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan bagi seluruh tenaga kerja lokal sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pembagian komposisi. Ayat (2) Komposisi ini dimaksudkan agar ada transfer ilmu pengetahuan dan keahlian dari AKAD kepada tenaga kerja lokal. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Yang dimaksud dengan pengawasan ialah upaya yang dijalankan oleh Walikota atau pejabat teknis yang menangani ketenagakerjaan dengan cara memantau dan meneliti sampai sejauh mana penyelenggaraan tentang kesejahteraan pekerja/ 192

13 buruh, yang hasilnya akan digunakan sebagai bahan atau masukan dalam pembinaan selanjutnya. Huruf a Yang dimaksud dengan pemberian bimbingan, petunjuk dan pengarahan ialah serangkaian kegiatan yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh misalnya melalui pengadaan kursus-kursus, ceramahceramah, penataran-penataran, pertemuan-pertemuan dan lain-lain yang berorientasi kepada terselenggaranya peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh. Huruf b Yang dimaksud dengan usaha-usaha lain ialah usaha-usaha untuk memberikan dorongan atau pengertian kepada pengusaha untuk lebih meningkatkan jangkauan dan mutu kesejahteraan pekerja/buruh serta menanamkan arti dan fungsi kesejahteraan pekerja/buruh dalam proses produksi, sehingga para pengusaha dapat lebih mempertinggi peran serta dalam pembinaan kesejahteraan pekerja/ buruh. Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal