b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi penempatan Tenaga Kerja.

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2002 SERI C PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 25 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENEMPATAN TENAGA KERJA Mengingat : 1. Undang undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara, Nomor 2912) ; 2. Undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 nomor 41, Tambahan Lembaran Negara nomor 3685) Sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048; 3. Undang undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang pembentukan Daerah Provinsi Gorontalo (Lembaran DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa pembinaan dan perlindungan Tenaga Kerja perlu dilakukan upaya pengaturan penempatan Tenaga Kerja di Daerah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi penempatan Tenaga Kerja. Negara tahun 2000 Nomor 258, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4060 ); 4. Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 5. Keputusan Presiden Tahun 1995 Nomor 75 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang; Dengan persetujuan

2 2 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO TENTANG RETRIBUSI PENEMPATAN TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Otonom Provinsi Gorontalo. b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo. c. Kepala Daerah adalah Gubernur Gorontalo. d. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi Provinsi Gorontalo yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah yang mempunyai Tugas Pokok penyelenggaraan kewenangan Daerah dibidang Ketenagakerjaan serta sebagian kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan kepada Daerah. e. Penempatan tenaga kerja adalah semua kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menempatkan tenaga kerja Indonesia untuk mengisi lowongan kerja yang tersedia. f. Antar kerja adalah suatu mekanisme pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bakat minat baik untuk sementara waktu maupun tetap serta pelayanan kepada pemberi kerja untuk memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhannya, penempatan tenaga kerja yang dimaksud melalui mekanisme antar kerja daerah dan antar kerja negara. g. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan terbatas yang memiliki SIUP PJTKI untuk melaksanakan kegiatan jasa penempatan tenaga kerja didalam dan diluar negeri. h. Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP) adalah tenaga kerja asing pemegang visa yang akan dipekerjakan diwilayah negara Republik Indonesia. BAB II NAMA OBJEK DAN SUBJEK WAJIB PUNGUT RETRIBUSI Pasal 2 (1) Nama retribusi izin dan rekomendasi penempatan Tenaga Kerja. (2) Objek yang dikenakan pungutan retribusi adalah izin yang diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) dan (2). (3) Yang dapat dimasukan sebagai objek pungutan adalah sebagai berikut : a. pemberian izin rekomendasi AKAN /AKAD; b. pemberian izin usaha mendirikan perwada PJTKI;

3 3 c. pemberian rekomendasi perpanjangan izin TKWNAP; d. subjek retribusi adalah orang / Badan yang memperoleh izin dan rekomendasi; Pasal 3 Subjek Retribusi adalah orang asing atau Badan yang memperoleh izin dan rekomendasi. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4 Izin penempatan Tenaga Kerja dimasukkan dalam Retribusi tertentu. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 5 (1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah dan bobot izin rekomendasi yang diberikan. (2) Jumlah adalah tenaga kerja yang diterapkan oleh perusahaan. (3) Bobot adalah besar investasi yang ditanamkan oleh PJTKI. BAB V BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 6 (1) Tarif retribusi digolongkan berdasarkan jumlah dan bobot izin rekomenasi yang diberikan. (2) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. pemberian izin rekomendasi antar kerja Rp , / perusahaan; Antar Daerah/Antar Kerja Antar Negara (AKAD / AKAN). b. pemberian izin usaha mendirikan Perwada Rp ,- /perusahaan; Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). c. pemberian rekomendasi perpanjangan izin TKWNAP Rp ,- per orang; BAB VI WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 7 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah tempat izin dan rekomendasi diberikan. BAB VII TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 8 (1) Pemungutan Restibusi tidak dapat diborongkan.

4 4 (2) Restibusi di pungut dengan menggunakan SKRD. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 9 Dalam hal wajib restibusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % ( dua persen ) setiap bulan dan retribusi terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan mengunakan STRD. BAB XI PENYIDIKAN Pasal 12 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : BAB IX TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 10 (1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus pada saat rekomendasi diberikan. (2) Tata cara pembayaran dan penghitungan diatur dengan keputusan Kepala Daerah. BAB X TATA CARA PENAGIHAN Pasal 11 Restibusi terhutang ditagih sekaligus dengan menggunakan SKRP atau dokumen lainnya yang dipersamakan. a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi agar keterangan atau laporan tersebut lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi ;

5 5 e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajak daerah dan retirubsi ; g. menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksdu pada huruf c ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan retribusi i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan; (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya pendidikan dan menyampaikan hasul penyidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 13 (1) Bagi wajib restibusi yang tidak melaksanakan kewajibannya diancam dengan Pidana Kurungan setinggi tingginya tiga bulan atau denda sebanyak banyaknya Rp ,- (Lima Juta Rupiah). (2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 15 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Gorontalo. Ditetapkan di Gorontalo pada tanggal 4 Januari 2002 GUBERNUR GORONTALO,

6 6 Diundangkan di Gorontalo pada tanggal 4 Januari 2002 SEKRETARIS DAERAH PRVINSI GORONTALO, FADEL MUHAMMAD HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN SYARAT KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI GORONTALO MANSUR JUSUF DETUAGE LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2002 NOMOR SERI PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROPINSI GORONTALO MENIMBANG : A. bahwa dalam rangka peningkatan penerimaan daerah maka perlu dilakukan usaha extensifikasi/penggalian sumber-sumber pendapatan Daerah yang potensial dan dapat memberikan kontribusi pemasukan yang memadai bagi pendapatan Daerah. B. bahwa pelaksanaan kegiatan Pengawasan Ketenagakerjaan, hubungan dan syarat-syarat kerja merupakan salah satu sumber penerimaan yang cukup potensial terhadap pendapatan Daerah. C. bahwa untuk mengatur pelaksanaannya perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pengawasan Ketenagakerjaan, Hubungan Industrial dan Syarat Kerja. NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN KETENAGA KERJAAN, MENGINGAT : 1. Undang-undang nomor 38 tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo 2. Undang-undang nomor. 22 tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (TLN no. 1227);

7 7 3. Undang-undang nomor 12 tahun 1964 tentang PHK pada Perusahaan swasta. 4. Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan 5. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1981 tentang Perlindungan Upah. 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 147 tahun 1998 tentang Penetapan Tarif Retribusi. 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 297 tahun 1985 tentang Pedoman Kerja Peg. Perantara. 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 02/Men/1978 tentang Peraturan Perusahaan. 9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 01 tahun 1985 tentang Tata Cara Pembuatan KKB. 10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 02 tahun 1993 tentang Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO MEMUTUSKAN : PENGAWASAN KETENAGA KERJAAN, HUBUNGAN INDUSTRIAN DAN SYARAT KERJA KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Provinsi Gorontalo. b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo c. Kepala Daerah adalah Gubernur Provinsi Gorontalo d. Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Koperasi adalah Dinas yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah yang mempunyai tugas pokok kewenangan Daerah dibidang Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi serta sebagian kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah. e. Pengusaha adalah orang atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik sendiri atau milik orang lain atau mewakili orang tua atau badan-badan hukum yang berkedudukan di luar negeri yang mempekerjakan seorang pekerja atau lebih dengan membayar upah. f. Pekerja adalah orang yang bekerja pada pengusaha dengan mendapat upah. g. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian antara pekerja dan pengusaha tentang persyaratan kerja jangka waktu tertentu, untuk pekerjaan tertentu. h. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis yang memuat ketentuan tentang syarat kerja serta tata tertib perusahaan. i. Kesepakatan Kerja Bersama adalah kesepakatan antara serikat pekerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Koperasi yang memuat syarat-syarat kerja dan kesepakatan antara Serikat Pekerja dengan Pihak Pengusaha. BAB I BAB II

8 8 DASAR PEMUNGUTAN Pasal 2 1. Pemerintah daerah melakukan Pemungutan Retribusi atas setiap kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan hubungan industrial, syarat kerja dan pengawasan ketenagakerjaan dalam satu hubungan kerja. 2. Pengawasan ketenagakerjaan adalah seluruh kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk memberikan perlindungan hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. 3. Hubungan industrial adalah suatu sistim hubungan kerja yang terbentuk antara pihak pekerja dan pihak pengusaha sebagai pelaku proses produksi barang dan jasa. 4. Syarat-syarat kerja adalah peraturan yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara pihak pekerja dan pihak pengusaha dalam suatu hubungan kerja. f. Pendaftaran Kepesertaan JAMSOSTEK g. Permohonan Izin PHK. h. Pengesahan Perjanjian Kerja i. Penerbitan Rekomendasi Pestisida j. Penerbitan Rekomendasi catering Pengelola makanan bagi Tenaga Kerja. k. Penerbitan Surat Penunjukan Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja. l. Penerbitan Pengesahan Instalasi listrik m. Penerbitan perijinan bejana tekan, botol baja 2 Yang wajib dikenakan Retribusi adalah setiap perusahaan yang mempekerjakan pekerja/tenaga kerja dan memerlukan suatu pengaturan dan pengurusan hubungan industrial dan syarat kerja dan pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana disebutkan pada Pasal 2 dan Pasal 3 ayat (1) BAB III OBYEK DAN WAJIB PUNGUT RETRIBUSI Pasal 3 BAB IV BESARNYA PUNGUTAN Pasal 4 1. Yang menjadi obyek pungutan Retribusi adalah : a. Pendaftaran Perjanjian Kerja Waktu Tertentu b. Pendaftaran dan Pengesahan Peraturan Perusahaan. c. Pendaftaran dan Pencatatan Organisasi Pekerja. d. Pendaftaran dan Pencatatan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) e. Pendidikan dan Penyuluhan Hubungan Industrial. Besarnya pungutan Retribusi sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) adalah sebagai berikut: a. Pendaftaran Perjanjian Kerja Waktu Tetentu sebesar Rp ,- per orang tenaga kerja. b. Pendaftaran dan Pengesahan Peraturan Perusahaan : Jumlah Tenaga Kerja 26 orang s/d 49 orang sebesar Rp ,- Jumlah Tenaga Kerja 50 orang s/d 99 orang sebesar Rp ,- Jumlah Tenaga Kerja 100 orang s/d 299 orang sebesar Rp ,-

9 9 Jumlah Tenaga Kerja 300 orang s/d 499 orang sebesar Rp ,- Jumlah Tenaga Kerja 500 orang s/d keatas sebesar Rp ,- c. Pendaftaran Organisasi Pekerja sebesar Rp ,- untuk setiap unit organisasi d. Pendaftaran dan Pencatatan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB): Jumlah Tenaga Kerja 26 orang s/d 49 orang sebesar Rp ,- Jumlah Tenaga Kerja 50 orang s/d 99 orang sebesar Rp ,- Jumlah Tenaga Kerja 100 orang s/d 299 orang sebesar Rp ,- Jumlah Tenaga Kerja 300 orang s/d 499 orang sebesar Rp ,- Jumlah Tenaga Kerja 500 orang s/d keatas sebesar Rp ,- e. Pelaksanaan Pendidikan dan Penyuluh Industrial dikenakan retribusi sebesar Rp ,- untuk setiap angkatan. f. Pendaftaran Kepesertaan JAMSOSTEK dikenakan retribusi bagi setiap perusahaan yang mengerjakan proyek - proyek pemerintah maupun swasta besarnya pungutan sbb : Proyek yang bernilai Rp. 51 juta s/d Rp. 99 juta Rp ,-. Proyek yang bernilai Rp. 100 juta s/d Rp. 500 juta Rp ,- Proyek yang bernilai Rp. 501 juta s/d Rp. 1 M Rp ,- Proyek yang bernilai Rp. 1 M ke atas Rp ,- g. Permohonan Izin PHK sebesar Rp ,- untuk penyelesaian setiap kasus PHK. h. Pengesahan Perjanjian Kerja Rp /Perusahaan. i. Penerbitan rekomendasi pastisida Rp /Perusahaan. j. Penerbitan Rekomendasi Catering Rp /Rekomendasi Pengelola makanan bagi tenaga kerja. k. Penerbitan surat penunjukan Rp /Perusahaan Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja. l. Penerbitan pengesahan instalasi listrik Rp /Perusahaan. m. Penerbitan perijinan bejana tekan, botol baja Rp /Penerbitan ijin. BAB V PENYELENGGARAAN PEMUNGUTAN Pasal 5 1. Penyelenggaraan pemungutan retribusi sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Koperasi Provinsi Gorontalo. 2. Dalam Penyelenggaraan Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, Dinas Tenaga kerja, Transmigrasi dan Koperasi Provinsi Gorontalo melakukan koordinasi yang sebaik-baiknya dengan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo. 3. Tata cara Penyelenggaraan Pemungutan Retribusi tersebut pada ayat (1) Pasal ini diatur dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Gorontalo. 4. Sebelum Surat Keputusan tentang Tata cara Penyelenggaraan Pemungutan Retribusi dikeluarkan oleh Gubernur Provinsi Gorontalo dan Tenaga kerja, Transmigrasi dan Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dan menyetorkan kepada Bendaharawan Penerima Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo. Pasal 6 Dinas Perindag, Koperasi dan Tenaga Kerja Provinsi Gorontalo sebagai Dinas yang menyelenggarakan Pemungutan Retribusi diberikan Upah Pungut yang besarnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi Gorontalo sebagaimana diatur pada pasal 5 ayat (3) diatas.

10 10 BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 8 Pelanggaran atas ayat (1) pasal 2 Peraturan Daerah diancam dengan pidana kurungan selamalamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp ,- (lima ratus rupiah). Ditetapkan di Gorontalo pada tanggal Januari 2002 GUBERNUR GORONTALO, BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 9 Peraturan Daerah mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Di undangkan di Gorontalo pada tanggal Tanggal 2001 FADEL MUHAMMAD Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Gorontalo. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI GORONTALO, MANSYUR JUSUF DETUAGE LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2001 NOMOR SERI.

11 11