LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 71 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan Perizinan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing di Kabupaten Berau, maka perlu mengatur Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing di Kabupaten Berau ; b. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Berau ; : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan ( Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang ( Memori Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 );

2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing ( Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818 ), sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1970 ( Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2943 ); 3. Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri ( Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853 ), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 ( Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2944) ; 4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3474) ; 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612) ; 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Indonesia Nomor 3839 ); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 );

3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1986 tentang Jangka Waktu Izin Penanaman Modal Asing ( Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3335), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1993 ( Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3519 ); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing ( Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3552 ); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994, tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3563) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3718 ); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonam ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 ); 13. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1986 tentang Persyaratan Pemilikan Saham Nasional Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing Untuk Diberlakukan Sama Seperti Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1987 ;

4 Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 117 Tahun 1999 ; 15. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 8 Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Berau; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 13 Tahun 2002 tentang Prosedur Pemberian Tanda Daftar Perusahaan; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Berau; 20. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Program Pembangunan Daerah Tahun Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING.

5 - 5 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Berau ; b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah ; c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ; d. Bagian Penanaman Modal Daerah adalah Bagian Penanaman Modal Daerah dan Perekonomian Setda Kabupaten Berau ; e. PMA adalah penanaman modal asing secara langsung yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti pemilik usaha secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut ; f. PMDN adalah penanaman modal yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan usahanya ; g. Permohonan Penanaman Modal baru adalah permohonan persetujuan penanaman modal baik, penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) beserta fasilitas yang diajukan oleh penanam modal untuk mendirikan dan menjalankan usaha baru ;

6 - 6 - h. Permohonan Perluasan Modal adalah permohonan perluasan / penambahan modal beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang telah disetujui dan atau menambah jenis produksi / jasa ; i. Persetujuan PMDN adalah persetujuan penanaman modal beserta fasilitasnya yang diberikan dan berlaku sebagai persetujuan prinsif izin atau izin usaha sementara ; j. Persetujuan PMA adalah persetujuan penanaman modal beserta fasilitasnya yang diberikan dan berlaku sebagai persetujuan prinsif izin atau izin usaha sementara ; k. Permohonan Perluasan Penanaman Modal adalah permohonan perluasan / penambahan modal beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang disetujui dan/atau menambah jenis produksi barang / jasa ; l. Persetujuan Fasilitas Penanaman Modal adalah persetujuan mengenai pemberian fasilitas penanaman modal berupa fasilitas bea masuk dan fasilitas fiskal lainnya, yang ditentukan oleh Pemerintah ; m. Perubahan Status adalah perubahan yang khusus dimohon untuk mengubah status penanaman modal dari PMDN menjadi PMA atau sebaliknya, dari PMA menjadi PMDN sebagai akibat adanya pemilikan saham ; n. Merger adalah penggabungan 2 ( dua ) atau lebih perusahaan yang didirikan dalam rangka PMDN dengan PMA dan/atau PMA dengan PMDN, yang sudah berproduksi komersial dan telah memiliki IUT kedalam satu perusahaan yang akan meneruskan semua kegiatan perusahaan yang bergabung, sedangkan perusahaan yang menggabung dilikuidasi ;

7 - 7 - o. Ijin Usaha Tetap ( IUT ) adalah izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi komersial, baik produksi barang maupun jasa ; p. Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang selanjutnya, disingkat ( TKWNA ) adalah tenaga kerja warga negara asing pendatang pemegang visa yang akan dipekerjakan di Wilayah Kabupaten Berau selama waktu tertentu dan pada jabatan tertentu. BAB II TATA CARA PENANAMAN MODAL Pasal 2 (1) Calon investor yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMDN atau PMA, wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada Kepala Daerah ; (2) Calon Invertor wajib mendapatkan Surat Persetujuan (SP) PMDN atau PMA yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah ; (3) Calon Investor yang telah mempunyai Surat Persetujuan (SP) penanaman modal sebagaimana diaksud ayat (2), wajib menyelesaikan perizinan lainnya sesuai dengan bidang usaha yang diinginkan kepada Instansi/ Dinas Teknis terkait ; (4) Tata cara pelaksanaan penanaman modal akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

8 - 8 - Pasal 3 (1) Calon Investor PMDN atau PMA yang memerlukan pembebasan lahan, baik untuk pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan, perindustrian, pertokoan dan perhotelan serta kegiatan lainnya, wajib mengajukan proposal terlabih dahulu Kepada Kepala Daerah ; (2) Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada investor sebagaimana dimaksud ayat (1), Kepala Daerah dapat membantu kelancaran penyediaan lahan yang diperlukan oleh investor PMDN atau PMA sesuai dengan permohonan yang diajukan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan tata ruang Kabupaten Berau. Pasal 4 (1) Surat Persetujuan Penanaman Modal akan batal dengan sendirinya apabila dalam jangka 1 (satu) tahun sejak tanggal dikeluarkan tidak ada realisasi dalam bentuk kegiatan yang nyata baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik. Kecuali, mendapatkan persetujuan perpanjangan dari Kepala Bagian atas nama Kepala Daerah ; (2) Kegiatan nyata dalam administrasi yaitu kegiatan memperoleh perijinan berupa : a. Ijin lokasi atau Perjanjian Sewa Gedung khusus bidang jasa, atau Surat Ijin Pertambangan Daerah (SIPD), atau Kuasa Pertambangan (KP) khusus usaha pertambangan ; b. Rekening Bank atas nama perusahaan PMA (khusus bagi perusahaan PMA baru) ;

9 - 9 - c. Surat Persetujuan Pabean Barang Modal ; d. Angka Pengenal Importir Terbatas ( APIT ) ; e. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) ; f. Ijin Mendirikan Bangunan ( IMB ) ; g. Ijin Gangguan ( HO ) ; h. Akte Pendirian Perusahaan yang disahkan oleh Menteri Kehakiman untuk perusahaan penyertaan modal. (3) Kegiatan dalam bentuk fisik merupakan kegiatan yang telah dilakukan untuk : a. Bidang industri, telah ada kegiatan dasar berupa pembebasan lahan sekurang - kurangnya 25 % dari luas yang tercantum dalam surat persetujuan, atau ; b. Bidang usaha jasa dan jasa penyertaan modal (Holding), pada umumnya telah ada kegiatan pokok berupa pembebasan lahan sekurang - kurangnya 25 % dari luas yang tercantum dalam Surat Persetujuan atau ruang perkantoran / gedung. (4) Dalam hal perluasan atau penambahan modal investasi serta fasilitasnya, investor wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah. Pasal 5 (1) Perusahaan PMDN dan PMA yang belum berproduksi, wajib menyampaikan laporan bulanannya setiap 3 ( tiga ) bulan sekali kepada Kepala Daerah ;

10 (2) Perusahaan PMDN dan PMA yang sudah berproduksi, wajib menyampaikan laporan bulanannya setiap 1 (satu) tahun sekali kepada Kepala Daerah. Pasal 6 Calon Penanam Modal dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, berpedoman kepada : a. Daftar Bidang Usaha yang tertutup bagi penanaman modal ; b. Bidang / jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang / jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau besar dengan syarat kemitraan ; c. Ketentuan ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pasal 7 Persetujuan fasilitas dan ijin pelaksanaan penanaman modal, meliputi : a. Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan fasilitas perpajakan atas pengimporan barang modal ; b. Persetujuan pemberian pembebasan bea masuk atas pengimporan bahan baku dan / atau produksi 2 (dua) tahun berdasarkan kapasitas terpasang ; c. Persetujuan pemberian fasilitas pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemerintah untuk usaha industri menengah ; d. Angka Pengenal Importir Terbatas ( APIT ) ; e. Keputusan tentang rencana penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang ( KPTK ) ;

11 f. Keputusan tentang izin kerja tenaga kerja warga negara asing pendatang ( IKTA ) ; g. Izin usaha tetap (IUT), izin usaha perluasan pembaharuan IUT ; h. Ijin lokasi ; i. Ijin Gangguan (HO ) ; j. Ijin Mendirikan Bangunan ( IMB ) ; BAB III PERMOHONAN PENANAMAN MODAL BARU Bagian Pertama PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI Pasal 8 (1) Permohonan penanaman modal dalam rangka PMDN dapat diajukan oleh : - Perseroan ( PT ) ; - Commanditair Venootchap ( CV ) ; - Firma (Fa ) ; - Badan Usaha Koperasi ; - BUMN ; - BUMD ; - Perorangan. (2) Permohonan penanaman modal baru dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Kepala Daerah ; (3) Permohonan penanaman modal sebagaimana dimaksud ayat (2) diajukan sebanyak 2 (dua) rangkap dengan menggunakan modul 1 / PMDN ;

12 (4) Persetujuan atas penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikeluarkan oleh Kepala Daerah dalam bentuk Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negari ( SP-PMDN ) disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada : - Gubernur ; - Ketua BPID ; - Kepala dinas terkait ; - Camat dimana lokasi kegiatan penanaman modal yang bersangkutan. (5) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (4) diterbitkan selambat-lambatnya 10 ( sepuluh ) hari kerja, sejak permohonan yang telah lengkap dan benar diterima ; (6) Penetapan jangka waktu penyelesaian proyek, yang tercantum dalam Surat Persetujuan Penanaman Modal, disesuaikan dengan skala invertasi atau bidang usaha. Bagian Kedua PENANAMAN MODAL ASING Pasal 9 (1) Permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMA dapat diajukan oleh : a. Warga Negara Asing atau Badan Hukum Asing dan/atau perusahaan PMA ; atau b. Warga Negara Asing dan/atau perusahaan PMA bersama dengan Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia. (2) Permohonan penanaman modal baru sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Kepala Daerah ;

13 (3) Permohonan penanaman modal sebagaimana dimaksud ayat (2) diajukan sebanyak 2 (dua) rangkap dengan menggunakan modul /I/PMA ; (4) Persetujuan atas permohonan penanaman modal sebagaimana dimaksud ayat (2) dikeluarkan oleh Kepala Daerah dalam bentuk Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing ( SP-PMA ) disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada : - Gubernur ; - Ketua BPID ; - Kepala Dinas terkait ; - Camat dimana lokasi kegiatan penanaman modal yang bersangkutan. (5) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diterbitkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan yang telah lengkap dan benar diterima ; (6) Pinjaman jangka waktu penyelasaian proyek yang tercantum dalam Surat Persetujuan Penanaman Modal, disesuaikan dengan skala investasi atau bidang usaha. BAB IV KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 10 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana pelanggaran atas ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah hukum ditempat Penyidik ditempatkan ;

14 (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai wewenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ; c. Menyuruh berhenti seseorang dari kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka ; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat ; e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka ; f. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai saksi tersangka ; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara ; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada Kejaksaan Negeri, kepada tersangka atau keluarganya ; i. Mengadakan tindakan lainnya, menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Hasil penyidikan dilaporkan kepada Penyidik Polri.

15 BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Barang siapa yang melanggar Ketentuan Peraturan Daerah ini, diancam kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp ,- ( lima juta rupiah ). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 12 Terhadap setiap surat persetujuan, izin atau keputusan yang dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sampai batas berakhirnya izin tersebut. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian dengan Keputusan Kepala Daerah.

16 Pasal 14 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Berau. Ditetapkan di Tanjung Redeb pada tanggal 28 Juni 2003 BUPATI BERAU, ttd Diundangkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 08 Juli 2003 Drs. H. MASDJUNI. SEKRETARIS DAERAH, ttd Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA NIP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2003 NOMOR 71