BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan estetik gigi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post. Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan desaincross sectional. 26

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

PREVALENSI MALOKLUSI BERDASARKAN RELASI SKELETAL PADA KASUS PENCABUTAN DAN NON-PENCABUTAN DI KLINIK PPDGS ORTODONTI FKG USU

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

EVALUASI KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTI PIRANTI CEKAT PADA TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN PEER ASSESMENT RATING INDEX

HUBUNGAN ASIMETRI SEPERTIGA WAJAH BAWAH DAN ASIMETRI LENGKUNG GIGI PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: Ahmad Tommy Tantowi NIM:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

PERUBAHAN LEBAR DAN PANJANG LENGKUNG GIGI PADA KASUS NON-EKSTRAKSI MALOKLUSI KLAS I ANGLE DI KLINIK PPDGS ORTODONTI FKG USU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN SUDUT MP-SN DENGAN KETEBALAN DAGU PADA PASIEN DEWASA YANG DIRAWAT DI KLINIK PPDGS ORTODONSIA FKG USU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

TINGKAT KEPARAHAN MALOKLUSI DAN KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTI CEKAT MENGGUNAKAN INDEX OF COMPLEXITY, OUTCOME AND NEED

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

GAMBARAN MORFOLOGI VERTIKAL SKELETAL WAJAH BERDASARKAN ANALISIS STEINER DAN JEFFERSON

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi dalam penelitian ini adalah cetakan gigi pasien yang telah. Rumus Federer = (t-1)(n-1) 15 keterangan = n 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Maloklusi adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ruang Metode Moyers

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional).

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN. Bulan. Penelusuran kepustakaan. Pembuatan proposal. Seminar proposal. Pengumpulan data. Pengolahan data. 6.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. alat ortodontik cekat telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

PERUBAHAN JARAK INTERMOLAR SELAMA PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONSI CEKAT DENGAN SISTEM PERLEKATAN LANGSUNG (Kajian Analisis Model studi) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: QUAH PERNG TATT NIM:

PREDIKSI PANJANG MANDIBULA DEWASA DENGAN MENGGUNAKAN USIA SKELETAL VERTEBRA SERVIKALIS PADA ANAK PEREMPUAN USIA 9-14 TAHUN DI MEDAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode case control, karena sampel tidak menerima perlakuan dan pengukuran dilakukan dalam satu waktu. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Klinik PPDGS Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU. 3.2.2 Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2016. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi penelitian Populasi diambil dari pasien di Klinik PPDGS Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU yang telah selesai masa perawatan. 3.3.2 Sampel penelitian Sampel pada penelitian ini adalah pasien maloklusi skeletal Klas I yang telah selesai menjalani perawatan di Klinik PPDGS Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU.

Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel maka sampel yang diperlukan sebanyak minimal 20 sampel. n1 = n2 = 2 (Za + Zβ) S X1-X2 2 Keterangan : NI=N2 = besar sampel Z α = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya bergantung pada nilai α yang besarnya ditentukan. Nilai α =0,05 Z α = 1,64 Z β = nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya bergantung pada nilai β yang ditentukan. Nilai β = 0,2 Z β = o,84 SD = simpangan baku X1-X2 = selisih rerata minimal yang dianggap bermakna yang didapat dari data penelitian sebelumnya atau jika tidak ada dapat ditentukan peneliti Sampel yang dipilih pada penelitian ini ditentukan dengan kriteria sebagai berikut : Kriteria inklusi: 1. Telah selesai menjalani masa perawatan. 2. Tersedia data sebelum dan sesudah perawatan. 3. Pasien dengan diagnosa maloklusi skeletal Klas I (ANB 2º±2º)

4. Perawatan dilakukan dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan braket Edgewise standar 5. Jumlah gigi normal tanpa memperhitungkan ada tidaknya gigi molar ketiga 6. Tidak ada riwayat trauma rongga mulut 7. Tidak ada kelainan pertumbuhan dan perkembangan Kriteria eksklusi: 1. Model studi dan foto panoramik dalam keadaan tidak baik atau rusak 2. Sampel model studi dengan pemakaian protesa 3. Terdapat anomali dentofasial seperti celah bibir dan palatum serta congenital missing teeth 3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah Perawatan maloklusi Klas I dengan pencabutan dan tanpa pencabutan. 3.4.2 Variabel tergantung Variabel tergantung pada penelitian ini adalah indeks ABO yang terdiri dari: 1. Alignment 2. Tepi marginal 3. Inklinasi bukolingual 4. Relasi oklusal

5. Kontak oklusal 6. Overjet 7. Kontak interproksimal 8. Angulasi akar. 3.4.3 Variabel terkendali Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah : 1. Maloklusi skeletal Klas I dengan sudut ANB 2º±2º 2. Bracket standar Edgewise slot 0.018 3. Pasien telah selesai dilakukan perawatan maloklusi skeletal Klas I. 3.4.4 Variabel tidak terkendali Variabel tak terkendali pada penelitian ini adalah : 1. Lama perawatan 2. Variasi dalam berat ringannya diskrepansi lengkung gigi. 3. Jenis kelamin 4. Umur 3.5 Definisi Operasional Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur, dan alat ukur dari masingmasing variabel penelitian dijelaskan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Definisi operasional, alat ukur, dan skala ukur dari variabel bebas dan tergantung dari penelitian

Variabel Definisi Cara dan alat ukur Maloklusi skeletal Klas I Perawatan maloklusi Klas I Indeks ABO Klasifikasi maloklusi Foto berdasarkan relasi sefalometri maksila dan lateral mandibula. Perawatan Data pasien maloklusi Klas I untuk memperoleh stabilitas hasil perawatan 1. Alignment Pengukur ABO 2. Tepi marginal 3. Inklinasi bukolingual 4. Relasi oklusal 5. Kontak oklusal 6. Overjet 7. Kontak interproksimal 8. Angulasi akar. Kategori Klas I skeletal : sudut ANB 2º±2º 1. Dengan pencabutan (case) 2. Tanpa pencabutan (control) 1. 27 perawatan berhasil 2. 27 perawatan tidak berhasil Skala ukur Nominal Interval

3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Gambar 25) : 1. Pengukur ABO 2. Tracing box 3. Alat tulis A B C Gambar 25. Alat penelitian A. Pengukur ABO; B.Tracing Box; C. Alat tulis.

3.6.1 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut (Gambar 26) : 1. Model studi maksila dan mandibula Klas I dengan pencabutan dan tanpa pencabutan yang telah selesai perawatan 2. Radiografi panoramik A B Gambar 26. Bahan penelitian A.Model studi; B. Radiografi panoramik. 3.7 Pelaksanaan Penelitian 3.7.1 Tahap pengumpulan data Pengumpulan model studi dan radiografi panoramik yang telah selesai dilakukan perawatan sesuai degan kriteria inklusi penelitian dari RSGMP PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Kemudian dilakukan pengukuran menggunakan pengukur ABO 3.7.2 Tahap pengukuran Pengukuran delapan parameter grading system yaitu, alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual, relasi oklusal, kontak oklusal, overjet, kontak

interproksimal, dan angulasi akar dilakukan sesuai dengan standar pengukuran ABO. Tujuh kriteria indeks ABO diukur dari model sesudah perawatan menggunakan pengukur khusus dari ABO, sedangkan kriteria terakhir yaitu angulasi akar menggunakan radiografi panoramik. Setiap hasil pengukuran dicatat pada hasil lembaran pemeriksaan. Pengukuran dilakukan oleh 2 orang. Hasil pengukuran kemudian dijumlahkan, jumlah skor untuk setiap sampel yang telah dievaluasi dianggap sebagai perawatan yang berhasil jika berkisar lebih kecil atau sama dengan 27. 3.8 Analisa Data Data akan dianalisis secara deskriptif untuk melihat rerata indeks ABO pada maloklusi Klas I dengan dan tanpa pencabutan. Selanjutnya dianalisis secara inferensial dengan menggunakan uji T independen jika data terdistribusi normal atau Mann Whitney jika tidak terdistribusi normal. Nilai kebermaknaan <0,05.

BAB 4 HASIL PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah 40 pasien maloklusi Klas I yang telah selesai dilakukan perawatan ortodonti. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan yang masing masing terdiri dari 20 sampel. Setiap kelompok dikategorikan berhasil atau tidak berhasil menggunakan grading system ABO. Hasil terdapat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Persentase keberhasilan perawatan maloklusi Klas I dengan menggunakan grading system ABO. Hasil perawatan Pencabutan Jenis Perawatan Tanpa pencabutan Berhasil 12 60.0% 12 60.0% Tidak berhasil 8 40.0% 8 40.0% Total 20 100.0% 20 100.0% Pada masing-masing sampel dilakukan pengukuran delapan parameter grading system yaitu, alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual, relasi oklusal, kontak oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan angulasi akar sesuai dengan standar pengukuran ABO. Tujuh kriteria indeks ABO diukur dari model sesudah perawatan menggunakan pengukur khusus dari ABO, sedangkan kriteria terakhir yaitu angulasi akar menggunakan radiografi panoramik.

Perhitungan dilakukan oleh dua operator yang berbeda untuk melihat seberapa besar tingkat keakuratan operator dalam menilai delapan parameter tersebut. Dari keseluruhan sampel, dilakukan uji reliabilitas di antara kedua operator dan hasilnya menunjukkan bahwa kemiripan data antara kedua peneliti adalah 100%. Untuk mengetahui distribusi normal dari data yang diperoleh dilakukan uji normalitas Saphiro-Wilk Test. Hasilnya menunjukkan bahwa data kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan tidak terdistribusi normal, dengan demikian analisa data dilanjutkan dengan menggunakan uji Mann Whitney. Nilai kebermaknaan yang digunakan adalah <0,05. Uji Mann Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan. Hasilnya terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Perbedaan nilai total skor antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan. Total Skor Variabel Tindakan Nilai p Mean SD Dengan pencabutan 23.65 7.82 Skor 0.15 Tanpa pencabutan 26.50 7.02 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan. Kemudian masing-masing parameter dilakukan uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar

kelompok. Hasil uji Mann Whitney untuk delapan parameter terdapat pada tabel 4.3 dan gambar 27 Tabel 4.3. Perbedaan nilai mean dan standar deviasi pada masing-masing variabel dengan tindakan pencabutan dan tanpa pencabutan Variabel Tindakan Mean ± SD Nilai p Alignment Dengan pencabutan 1.65 ± 1.69 Tanpa pencabutan 2.55 ± 1.93 0.12 Tepi marginal Dengan pencabutan 3.30 ± 2.47 Tanpa pencabutan 4.35 ± 1.35 0.03* Inklinasi bukolingual Dengan pencabutan 2.90 ± 1.89 Tanpa pencabutan 3.65 ± 2.41 0.37 Overjet Dengan pencabutan 5.10 ± 3.06 Tanpa pencabutan 6.40 ± 3.97 0.41 Kontak oklusal Dengan pencabutan 1.70 ± 1.63 Tanpa pencabutan 2.45 ± 2.56 0.46 Relasi oklusal Dengan pencabutan 4.85 ± 3.18 Tanpa pencabutan 4.80 ± 3.04 0.89 Kontak interproksimal Dengan pencabutan 1.20 ± 1.67 Tanpa pencabutan 0.75 ± 1.29 0.34 Angulasi akar Dengan pencabutan 2.20 ± 1.64 Tanpa pencabutan 2.30 ± 1.59 0.74 * Signifikan dengan Uji Mann Whitney. P<0.05

7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Dengan pencabutan Tanpa pencabutan Gambar 27. Perbedaan nilai mean pada masing-masing variabel dengan tindakan pencabutan dan tanpa pencabutan Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada tepi marginal ( p=0.03, p <0.05), sedangkan tujuh parameter lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

BAB 5 PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian case control yang dilakukan untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil perawatan ortodonti maloklusi skeletal Klas I dengan menggunakan piranti cekat sistem Edgewise dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan indeks keberhasilan perawatan Grading system dari ABO. Subjek penelitian merupakan pasien maloklusi skeletal Klas I yang telah selesai menjalani perawatan di Klinik PPDGS Ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ortodontis sebagai informasi tambahan dalam membantu penyusunan rencana perawatan ortodonti pada kasus maloklusi Klas I, mengevaluasi hasil perawatannya dengan menggunakan indeks keberhasilan perawatan Grading system dari ABO, serta sebagai standarisasi untuk menentukan suatu kasus telah selesai perawatannya. Pengukuran delapan parameter grading system yaitu, alignment, tepi marginal, inklinasi bukolingual, relasi oklusal, kontak oklusal, overjet, kontak interproksimal, dan angulasi akar dilakukan sesuai dengan standar pengukuran ABO. Tujuh kriteria indeks ABO diukur dari model sesudah perawatan menggunakan pengukur khusus dari ABO, sedangkan kriteria terakhir yaitu angulasi akar menggunakan radiografi panoramik. Hasil pengukuran kemudian

dijumlahkan; jumlah skor untuk setiap sampel yang telah dievaluasi dianggap sebagai perawatan yang berhasil jika berkisar lebih kecil atau sama dengan 27. 24,25 Secara keseluruhan nilai rata-rata hasil perawatan maloklusi skeletal Klas I dengan pencabutan adalah 23.65 ±7.82. dan tanpa pencabutan 26.50 ± 7.02 (tabel 4.1) yang menunjukkan bahwa hasil perawatan tanpa pencabutan memiliki indeks keberhasilan yang lebih tinggi walaupun perbedaannya tidak signifikan. Sebanyak 60% sampel dari setiap kelompok memiliki skor lebih kecil atau sama dengan 27, yang dikategorikan berhasil, dan sebanyak 40% sampel dari setiap kelompok memiliki skor lebih dari 27. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perawatan maloklusi Klas I pada pasien ortodonti PPDGS FKG USU cukup berhasil. Penelitian ini tidak mendapati perbedaan yang signifikan total skor Grading system pada kedua kelompok (Tabel 4.2). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Anthopoulou dkk. Namun, berbeda dengan penelitian Farhadian dkk yang menemukan perbedaan signifikan antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan. 13,30 Sejumlah penelitian dengan menggunakan Grading system telah dilakukan sebelumnya. Cook dkk menilai hasil perawatan pada maloklusi Klas II divisi 1 dengan pencabutan. Mislik dkk membandingkan hasil perawatan pasien-pasien pada klinik pribadi dengan pasien universitas. Mereka menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua

kelompok pasien. 31 Selain itu, Pinskaya dkk dan Campbell dkk juga melakukan penilaian yang sama dengan Mislik dkk, namun menggunakan sampel yang lebih besar. Yang menarik, pada sebagian penelitian tersebut, parameter angulasi akar tidak diikut sertakan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya radiografi panoramik akhir. 32,33 Berdasarkan pengukuran pada delapan parameter, tepi marginal memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan. Kelompok tanpa pencabutan memiliki nilai yang lebih tinggi (tabel 4.3). Hal ini tampaknya karena pada kelompok tanpa pencabutan, molar kedua tidak diikut sertakan dalam perawatan, sehingga tepi marginal antara molar pertama dan kedua tidak terkoreksi. Pada penelitian ini, variabel overjet memiliki skor paling tinggi, yaitu 5,10 pada kelompok pencabutan dan 6,40 pada kelompok tanpa pencabutan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemakaian braket edgewise standar yang tidak memiliki kontrol torque terutama di segmen posterior, hasil penelitian Kattner dan Schneider juga menyatakan bahwa perawatan dengan menggunakan braket perskripsi Roth memiliki hasil angulasi gigi posterior yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan braket standar edgewise. 20 Dengan demikian sebaiknya klinisi lebih memperhatikan torque pada segmen posterior untuk menghindari nilai overjet yang besar. Pada penelitian Yang-Powers dkk dan Anthopoulou dkk, kedua penelitian tersebut mendapati bahwa skor paling tinggi dimiliki oleh inklinasi

bukolingual. Mereka mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kurangnya kontrol torque yang baik pada segmen posterior karena sulit untuk mengoreksi ataupun mengetahui kekurangan yang terjadi pada segmen posterior tersebut. 30,34 Pada penelitian ini, kontak interproksimal memiliki skor yang paling rendah, yaitu 1,2 dan 0,70 pada kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Yang-Powers dkk dan Mislik dkk. Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penutupan ruang adalah masalah paling sederhana yang mudah diatasi oleh ortodontis. 31,34 Secara keseluruhan skor variabel alignment, tepi marginal, kontak oklusal, inklinasi bukolingual, dan overjet, memiliki nilai skor yang lebih tinggi pada kelompok tanpa pencabutan dibandingkan dengan kelompok pencabutan, walaupun hanya pada variabel tepi marginal yang memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini mungkin disebabkan pada kelompok pencabutan klinisi memiliki lebih banyak ruang dalam mengatur posisi gigi geligi sehingga didapatkan posisi dan interdigitasi yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok tanpa pencabutan. hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Farhadian dkk yang menyatakan bahwa variabel alignment dan kontak oklusal pada kelompok pencabutan memiliki hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok tanpa pencabutan. 13 Penelitian terdahulu telah mengevaluasi perbandingan hasil perawatan pencabutan dan tanpa pencabutan yang dihubungkan dengan stabilitas jangka

panjang, estetika wajah dan waktu perawatan. Dari sisi estetika wajah, perawatan dengan pencabutan akan memberikan hasil yang lebih baik (Xu et al). Paquette dkk menyatakan bahwa dari sisi stabilitas jangka panjang tidak ada perbedaan antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan. Robb dkk menyatakan bahwa perawatan dengan pencabutan membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama dibandingkan dengan perawatan tanpa pencabutan. 35 Pada situasi klinis yang sama, perawatan dengan pencabutan akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan perawatan tanpa pencabutan. Namun, pada kasus maloklusi Klas I, keputusan untuk melakukan pencabutan atau tanpa pencabutan bukanlah faktor penentu untuk memperoleh hasil perawatan yang memuaskan bila hanya memperhitungkan delapan parameter dari grading system.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian didapat bahwa 1. Hasil perawatan ortodonti maloklusi Klas I dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menggunakan Grading system dari ABO secara keseluruhan cukup berhasil. 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor total grading system ABO perawatan maloklusi Klas I dengan pencabutan dan tanpa pencabutan 3. Pada parameter tepi marginal terdapat perbedaan yang bermakna (p=0.03, p <0.05), dimana kelompok maloklusi Klas I tanpa pencabutan memiliki skor yang lebih tinggi. 4. Secara keseluruhan skor variabel alignment, tepi marginal, kontak oklusal, inklinasi bukolingual, dan overjet, memiliki nilai skor yang lebih tinggi pada kelompok tanpa pencabutan dibandingkan dengan kelompok pencabutan. 6.2 Saran Indeks keberhasilan perawatan Grading system dari ABO dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil perawatan ortodonti, serta sebagai standarisasi untuk menentukan suatu kasus telah selesai perawatannya.

Pada kasus dengan pencabutan yang dirawat menggunakan braket standar, klinisi perlu memperhatikan torque terutama pada regio posterior agar overjet tetap ideal. Sedangkan pada kasus tanpa pencabutan yang dirawat dengan menggunakan braket standar, klinisi perlu menyertakan molar kedua dalam rencana perawatan supaya tidak terjadi deviasi pada tepi marginal. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada berbagai klasifikasi maloklusi dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk menilai penggunaan Grading system dari ABO dalam mengevaluasi hasil perawatan yang dilakukan di bagian ortodonti FKG USU.