I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perawatan ortodontik adalah untuk mendapatkan oklusi gigi yang optimal dengan adaptasi fisiologik dan fungsi normal, perbaikan dentofasial dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012). Jaringan lunak wajah merupakan faktor penting yang berperan membentuk estetika wajah, fungsi bicara, dan fungsi lainnya. Profil jaringan lunak wajah yang harmonis merupakan tujuan penting perawatan ortodontik, namun terkadang hal ini sulit dicapai, sebagian disebabkan oleh tingginya variasi ketebalan bibir serta adanya respon adaptasi jaringan yang berbeda pada tiap individu (Al-labban, 2011; Al Yami dkk., 1999). Pasien membutuhkan perawatan ortodontik diantaranya adalah karena alasan estetika, yaitu untuk meningkatkan penampilan wajah. Perubahan pada penampilan wajah terjadi akibat adanya perubahan posisi gigi anterior yang dapat mempengaruhi perubahan profil jaringan lunak wajah terutama pada daerah bibir, sehingga penelitian mengenai perubahan posisi bibir dan gigi menjadi sangat penting untuk mempertimbangkan kebutuhan pasien akan perubahan penampilan estetika wajah (Perkins dan Staley, 1993). Dibutuhkan penilaian kritis terhadap kasus-kasus ortodontik untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang paling tepat bagi pasien, sebab terdapat variasi yang luas dalam perawatan ortodontik untuk tiap-tiap individu yang berbeda. Variasi tersebut diantaranya berhubungan dengan tingkat keparahan dan tipe maloklusi, jenis perawatan, kooperasi pasien, pertumbuhan, 1

2 2 dan adaptasi jaringan keras dan jaringan lunak (Linklater dan Fox, 2002; Al Yami dkk., 1999). Perawatan ortodontik tanpa pencabutan menimbulkan asumsi bahwa penyusunan gigi geligi dapat menyebabkan protraksi gigi anterior dan profil wajah, sementara pada perawatan ortodontik dengan pencabutan dapat menyebabkan retroklinasi gigi-gigi anterior dan meretraksi profil wajah sebab penyusunan gigi geligi akan menempati ruang bekas pencabutan (Saelens dan De Smit, 1998). Studi komparatif terhadap profil wajah dan hasil penelitiannya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun rencana perawatan ortodontik yang tepat. Beberapa prosedur ortodontik, termasuk pencabutan gigi, dapat mempengaruhi profil jaringan lunak namun konsekuensi dari pencabutan masih menjadi kontroversi (Lim dkk., 2008; Germec dan Taner, 2008). Beberapa penelitian menyatakan bahwa perawatan ortodontik dengan pencabutan premolar dapat menyebabkan bibir atas dan bibir bawah menjadi lebih retrusif sebagai respon dari retroklinasi gigi insisivus (Bowman dan Johnston, 2000; Kocadereli, 2002; Lim dkk., 2008), namun penelitian lainnya menyatakan bahwa perawatan ortodontik dengan pencabutan premolar tidak merubah profil wajah (Bascifti dan Usumez, 2003) Kontroversi perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menjadi semakin meningkat saat berhubungan dengan kasus-kasus borderline (Germec dan Taner, 2008). Konsep pasien borderline telah didiskusikan secara luas dalam ortodontik. Carey (1951) merupakan orang pertama yang menggunakan istilah borderline dalam literatur. Carey

3 3 menyarankan pasien dengan diskrepansi panjang lengkung kurang dari 2,5 mm harus dirawat dengan tanpa pencabutan; pasien dengan diskrepansi panjang lengkung lebih dari 5 mm harus dirawat dengan pencabutan 4 premolar pertama; pasien intermediet atau borderline dengan diskrepansi panjang lengkung 2,5 5 mm dirawat dengan pencabutan 4 premolar kedua (Xu dkk., 2006). Malrelasi transversal ataupun vertikal pada rahang, seperti gigi yang berjejal merupakan penyebab umum dari maloklusi Klas I dan umumnya perawatan dapat dilakukan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan gigi-gigi permanen (Aksu dan Kocadereli, 2005). Penelitian pengaruh perawatan ortodontik terhadap profil wajah umumnya fokus pada aspek prediksi hubungan antara gigi insisivus dan bibir, tujuannya adalah untuk melihat perubahan posisi gigi insisivus terhadap perubahan profil bibir (Kocadereli, 2002). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan hasil perawatan pada kasus borderline yang dirawat dengan pencabutan dan tanpa pencabutan serta pengaruhnya terhadap perubahan profil wajah jaringan lunak dan gigi-gigi anterior. Paquette dkk. (1992) meneliti perbandingan perubahan sefalometri yang terjadi pada suatu kelompok kasus borderline maloklusi Klas II yang dirawat dengan dan tanpa pencabutan premolar. Hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pada kelompok yang dirawat dengan pencabutan profil menjadi 2 mm lebih retrusif daripada kelompok yang dirawat tanpa pencabutan. Menurut Konstantonis (2011), pada perawatan kasus borderline Klas I dengan pencabutan menghasilkan bibir atas dan bawah menjadi lebih retraksi, sementara pada kelompok tanpa pencabutan menghasilkan retraksi bibir atas dan protraksi

4 4 bibir bawah yang signifikan. Penelitian Germec dan Taner (2008) pada kasus borderline maloklusi Klas I menyatakan bahwa pada kelompok dengan pencabutan terjadi retraksi ringan gigi insisivus namun tidak merubah posisi bibir, sedangkan pada kelompok tanpa pencabutan, posisi gigi insisivus maksila tetap, namun gigi insisivus mandibula serta bibir atas dan bawah sedikit protraksi. Perubahan profil yang terjadi pada kedua kelompok masih berada dalam batas normal, sehingga hasil akhir perawatan kedua kelompok menunjukkan keseimbangan estetika wajah. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan hasil perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan premolar terhadap estetika wajah diantara kelompok kultur dan etnik yang berbeda-beda. Scott dan Johnston (1999) meneliti 60 pasien ortodontik Amerika-Afrika yang dirawat dengan pencabutan dan tanpa pencabutan. Hasil penelitian disimpulkan pencabutan premolar menyebabkan reduksi sedang pada protrusif gigi dan jaringan lunak, sementara perawatan tanpa pencabutan menghasilkan peningkatan protrusif gigi dan jaringan lunak. Bowman dan Johnston (2000) meneliti 120 pasien Kaukasoid dengan maloklusi Klas I dan II yang dirawat dengan pencabutan dan tanpa pencabutan, pasien yang dirawat dengan pencabutan ratarata 1,8 mm menjadi lebih retrusif daripada profil wajah pasien yang dirawat tanpa pencabutan, sehingga disimpulkan bahwa perawatan dengan pencabutan dapat menghasilkan peningkatan estetika wajah. Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Xu dkk., (2006) yang membandingkan hasil perawatan kasus borderline yang dirawat dengan pencabutan dan tanpa pencabutan pada pasien

5 5 China serta penelitian Lim dkk., (2008) pada pasien borderline Korea. Hasil penelitian menyatakan perbedaan hasil perawatan yang signifikan antara pencabutan dan tanpa pencabutan terdapat pada profil wajah, yaitu terjadi penurunan protrusif bibir pada perawatan dengan pencabutan, sehingga terjadi peningkatan profil wajah yang lebih baik sesudah perawatan dengan pencabutan. Perubahan profil jaringan lunak akibat perawatan ortodontik diharapkan dapat menghasilkan profil yang lebih baik pada akhir perawatan, namun tidak menutup kemungkinan hasil perawatan yang diperoleh adalah sebaliknya, sehingga untuk mengalisis hasil perawatan dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran-ukuran sebelum dan sesudah perawatan (Drobocky dan Smith, 1989). Pembandingan serial radiografi sefalometri individual dari berbagai waktu dapat digunakan untuk mengevaluasi perubahan relasi bagian-bagian komponen wajah. Beberapa kriteria pemilihan bidang referensi adalah kemudahan dan ketepatan dalam menuntukan titik-titik referensi, mempunyai relevansi anatomi, dan tidak dipengaruhi oleh proses pertumbuhan (Jacobson, 1995; Kusnoto, 1993). Perubahan profil bibir dan posisi gigi dapat diketahui dengan pengukuran sefalogram lateral sebelum dan setelah perawatan. Pengukuran sefalogram dapat dilakukan melalui pengukuran linier dan anguler (Kusnoto, 1977). Al-Abdwani (2009) menggunakan referensi Horizontal Reference Plane (HRP) dan Vertikal Reference Plane (VRP) untuk mengukur perubahan posisi bibir dan gigi secara linier sebelum dan setelah perawatan. Horizontal Reference Plane (HRP) adalah bidang horizontal yang dibentuk oleh sudut 7 ke arah inferior dari bidang Sella-

6 6 Nasion (SN) yang melalui titik Sella (S). Vertikal Reference Plane (VRP) adalah bidang vertikal yang dibentuk tegak lurus dari titik Sella (S) terhadap Horizontal Reference Plane (HRP) ke arah inferior. Al-labban (2011) dalam penelitiannya menggunakan sudut interlabial untuk mengevaluasi dan menganalisis perubahan profil bibir atas dan bibir bawah. Sudut interlabial adalah sudut yang dibentuk dari perpotongan dua garis, yaitu dari titik posterior columella (PCm) ke titik labrale superior (Ls) serta dari titik pogonion jaringan lunak (Pog ) ke labrale inferior (Li). B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang, maka dapat diajukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perbandingan perubahan profil bibir pada kasus borderline Klas I antara perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan? 2. Bagaimanakah perbandingan perubahan posisi gigi insisivus pada kasus borderline Klas I antara perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui perbandingan perubahan profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline Klas I antara perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan.

7 7 D. Manfaat Hasil dari penelitian diharapkan bermanfaat untuk: 1. Menambah informasi mengenai perbandingan perubahan profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline Klas I sesudah perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan pedoman bagi operator dalam menentukan rencana perawatan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan, terutama pada kasus-kasus borderline Klas I. E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya menggunakan garis E Ricketts serta sudut nasolabial dan sudut mentolabial sebagai acuan untuk melihat perubahan pada profil wajah jaringan lunak. Konstantonis (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh perawatan dengan pencabutan dan tanpa pencabutan terhadap perubahan jaringan lunak pada kasus borderline maloklusi Klas I, sampel terdiri dari 215 pasien kulit putih yang terdiri dari 149 pasien dirawat dengan pencabutan dan 66 pasien dirawat tanpa pencabutan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi retraksi bibir atas dan bawah pada kelompok yang dirawat dengan pencabutan, sementara pada kelompok tanpa pencabutan menghasilkan retraksi ringan bibir atas dan protraksi bibir bawah yang signifikan. Paquette dkk. (1992) meneliti perbandingan perubahan sefalometri jangka panjang pada suatu kelompok perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan pada kasus borderline maloklusi Klas II divisi I menggunakan alat

8 8 Edgewise. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pada kelompok yang dirawat dengan pencabutan menunjukkan profil menjadi 2 mm lebih retrusif dari pada kelompok yang dirawat tanpa pencabutan. Xu dkk. (2006) melakukan penelitian perbandingan hasil perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan pada 39 pasien China dengan kasus borderline. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perawatan dengan pencabutan lebih meningkatkan inklinasi dagu dan menurunkan protrusif bibir bawah bila dibandingkan dengan perawatan tanpa pencabutan. Germec dan Taner (2008) membandingkan antara pengaruh perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan, khususnya dengan air-rotor stripping (ARS,) terhadap estetika wajah pada pasien borderline dewasa. Pada akhir perawatan didapatkan perbedaan utama profil jaringan lunak diantara 2 kelompok adalah posisi bibir atas dan bawah lebih retrusif 1-1,5 mm pada pasien dengan pencabutan, seluruh pengukuran profil masih berada dalam batas normal. Sepengetahuan penulis, penelitian tentang perbandingan profil bibir dan posisi gigi insisivus pada kasus borderline Klas I sesudah perawatan ortodontik dengan pencabutan dan tanpa pencabutan dengan menggunakan referensi Horizontal Reference Plane (HRP) dan Vertikal Reference Plane (VRP) serta pengukuran sudut interlabial, belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada subjek orang Indonesia yang dirawat dengan teknik straight wire di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Subjek penelitian berusia lebih dari 18 tahun, sehingga tidak dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan.