BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe Hipotesis Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada hubungan antara periodontitis dengan diabetes melitus tipe 2 ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal Hipotesis Alpha (Ha) : Ada hubungan antara periodontitis dengan diabetes melitus tipe 2 ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal

2 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung, RSU dr. Pirngadi Medan dan klinik Periodonsia RSGM FKG USU Waktu Penelitian Bulan Oktober Desember Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah seluruh pasien di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung, RSU dr. Pirngadi Medan dan klinik Periodonsia RSGM FKG USU yang berjumlah 300 orang Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah penderita diabetes melitus tipe 2 dan penderita periodontitis non diabetes di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembun, RSU dr. Pirngadi Medan dan klinik Periodonsia RSGM FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi dan diambil dengan metode purposive sampling Besar Sampel

3 Besar sampel pada penelitian ini adalah 90 orang yang terdiri dari 45 orang penderita diabetes melitus tipe 2 dan 45 orang bukan penderita diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung, RSU dr. Pirngadi Medan dan klinik Periodonsia RSGM FKG USU. Pertimbangan penentuan jumlah sampel mengikuti standar rancangan penelitian cross sectional menggunakan rumus berikut. N = ( Zα 2PQ + Zβ P 1 Q 1 +P 2 Q 2 ) 2 ( P 1 P 2 ) 2 N = ( 1,96 2(0,55)(0,5) + 1,036 (0,5)(0,5) + (0,6)(0,4))2 ( 0,11) N = 44,8 ~ 45 orang N = besar sampel setiap kelompok P 1 = proporsi periodontitis pada penderita DM tipe 2, diasumsikan 0,50 P 2 = prevalensi periodontitis bukan penderita DM tipe 2, diasumsikan 0,60 P = (P 1 + P 2 )/2 = 0.55 Q = 1 P = 0,5 d = P 1 P 2 = 0,3 α = 0,05 Zα = 1,96 (two tailed) β = 0,15 Zβ = Kriteria Inklusi a. Penderita diabetes melitus tipe 2 b. Penderita periodontitis non-diabetes c. Berumur tahun d. Memiliki minimal 20 gigi

4 e. Periodontitis dengan kehilangan perlekatan lebih dari 3 mm pada 2 gigi 4.5 Kriteria Eksklusi a. Pernah mendapatkan perawatan periodontal dalam 6 bulan terakhir. b. Penderita penyakit kelainan darah dan keganasan. c. Penderita yang mengkonsumsi obat yang mempengaruhi status periodontal, seperti phenytoin, siklosporin, beta-bloker dan lainnya. d. Penderita imunokompromis 4.6 Variabel Penelitian Variabel Bebas Diabetes melitus tipe Variabel Tergantung Indeks CPITN Variabel Kendali 1. Umur 2. Penyakit sistemik lainnya Variabel Tidak Terkendali 1. Pekerjaan 2. Tingkat pendidikan 3. Tingkat ekonomi 4. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut 4.7 Defenisi Operasional

5 1. Diabetes melitus tipe 2 adalah kelompok penyakit metabolik dengan karak-teristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena ber-kurangnya sensitivitas insulin sehingga terganggunya transpor glukosa dari pembuluh darah ke seluruh tubuh. 2. Periodontitis adalah suatu infeksi mikrobial yang merangsang respon inflamasi pada jaringan periodonsium dan mengakibatkan kerusakan jaringan pendukung gigi. 3. CPITN adalah Indeks Periodontal yang digunakan untuk menilai kebutuhan akan perawatan periodontal yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) untuk evaluasi penyakit periodontal pada survei penduduk dan merekomendasikan jenis perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit periodontal. 4.8 Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian 1. Prob periodontal WHO 2. Pinset, sonde sabit dan kaca mulut ( SMIC, China ). 3. Gluco meter ( Easy Touch, Taiwan) Bahan Penelitian 1. Sarung tangan 2. Masker 3. Kapas 4. Alkohol 70% 5. Desinfektan 4.9 Prosedur Penelitian

6 Penelitian dilakukan terhadap penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung, RSU dr. Pirngadi Medan dan klinik Periodonsia RSGM FKG USU Analisis data Data yang telah diperoleh dimasukkan kedalam komputer dan dilakukan analisis data dengan menggunakan sistem SPSS versi 17. Gambaran statistik meliputi rata-rata, standar deviasi (SD), jumlah dan persentase digunakan untuk menjelaskan status jaringan periodonsium. Perbandingan hubungan antara kedua kelompok dengan uji statistik T-test independen dan uji korelasi Pearson. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikansi statistik diperoleh jika nilai P < 0,05. Skema alur penelitian Mencari subjek yang sesuai dengan kriteria inklusi Meminta kesediaan subjek untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar persetujuan Memberikan pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner Melakukan pemeriksaan klinis : Kadar Gula Darah Indeks CPITN Pencatatan hasil pemeriksaan Analisis data

7 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan selama bulan Oktober sampai bulan Desember di tiga lokasi dikota Medan yaitu puskesmas Sering, RSUD Dr Pirngadi dan klinik Periodonsia RSGM FKG USU. Sebanyak 45 orang subjek penelitian yang didiagnosis diabetes melitus tipe 2 serta memenuhi kriteria inklusi dipilih sebagai kelompok kasus dan 45 subjek yang lain dipilih secara random sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian mengenai hubungan antara periodontitis dengan diabetes melitus tipe 2 ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal akan disajikan dalam bentuk tabel berikut : 5.1 Data Demografis Subjek Penelitian Data demografis subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 3. Data demografis penderita DM tipe 2 dan non DM Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah Jenis kelamin Penderita DM tipe 2 a. Perempuan b. Laki-laki Non DM a. Perempuan b. Laki-laki (78%) 10 (22%) (69%) 14 (31%) Variabel Kelompok Pengamatan Jumlah Usia (%) Penderita DM tipe 2 a tahun b tahun c tahun 45 0 (0%) 27 (60%) 18 (40%)

8 Tingkat pendidikan Kadar Gula Darah Non DM a tahun b tahun c tahun Penderita DM tipe 2 a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan tinggi Non DM a. SD b. SLTP c. SLTA d. Perguruan tinggi Penderita DM tipe 2 a. <200 mg/dl b mg/dl c. >400 mg/dl (53%) 20 (45%) 1 (2%) 45 8 (18%) 13 (29%) 18 (40%) 6 (13%) 45 9 (20%) 14 (31%) 15 (33%) 7 (16%) (24,4%) 30 (66,6%) 4 (8,9%) Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 90 orang dan mayoritas subjek penelitian adalah perempuan yaitu 35 orang (78%) pada penderita DM tipe 2 dan 31 orang (69%) pada penderita non DM. Seluruh subjek penelitian memiliki rentang usia tahun. Subjek terbanyak pada kelompok penderita DM tipe 2 adalah pada rentang usia tahun yaitu sebanyak 27 orang (60%) sedangkan yang paling sedikit adalah pada rentang usia tahun yaitu sebanyak 18 orang (40%). Berbeda dengan kelompok penderita DM, penderita non DM terbanyak pada rentang usia tahun yaitu sebanyak 24 orang (53%) dan paling sedikit pada rentang usia tahun yaitu 1 orang (2%). Pendidikan subjek penelitian terbanyak adalah dari kelompok SLTA yaitu sebanyak 18 orang (40%) pada kelompok penderita DM tipe 2 dan 15 orang (33%) pada kelompok penderita

9 non DM, sedangkan yang paling sedikit adalah berpendidikan perguruan tinggi yaitu 6 orang (13%) pada kelompok penderita DM tipe 2 dan 7 orang (16%) pada kelompok penderita non DM. 5.2 Indeks CPITN Distribusi indeks CPITN penderita DM tipe 2 dan penderita non DM akan disajikan dalam tabel 5. Tabel 4. Indeks CPITN pada penderita DM tipe 2 dan penderita Non DM Variabel Penderita DM tipe 2 Kelompok Pengamatan Penderita non DM Skor 2 11(24,5%) 14(31,2%) Indeks CPITN Skor 3 30(66,7%) 30(66,7%) Skor 4 4(8,9%) 1(2,3%) Berdasarkan indeks CPITN, penderita non DM yang memiliki skor 2 adalah sebanyak 14 orang, skor 3 sebanyak 30 orang dan skor 4 sebanyak 1 orang. Sementara pada penderita DM yang memiliki skor 2 adalah sebanyak 11 orang, skor 3 sebanyak 30 orang dan skor 4 sebanyak 4 orang. 5.3 Perbandingan rerata indeks CPITN Perbandingan rerata indeks CPITN penderita penyakit DM tipe 2 dan penderita non DM disajikan pada tabel

10 Tabel 5. Indeks CPITN pada penderita penyakit DM tipe 2 dan penderita non DM. Kelompok Standar Variabel pengamatan Jumlah Rerata deviasi P Indeks CPITN Penderita DM 45 2,11 0, Penderita non DM 45 1,77 0,6 Keterangan: T-Test ; p<0,05 = bermakna Dari tabel 6 terlihat adanya perbedaan rerata indeks CPITN pada penderita DM tipe 2 dan penderita non DM. Rerata indeks CPITN pada penderita DM tipe 2 (2,11) lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non DM (1,77) dan perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,05). Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara periodontitis dengan diabetes melitus tipe 2 ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal dengan menggunakan parameter indeks CPITN dapat diterima. 5.4 Korelasi antara KGD dengan indeks CPITN Uji korelasi antara kadar gula darah dengan indeks CPITN menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil uji dinyatakan dalam koefisien korelasi (r). Nilai r ditafsirkan sebagai sangat lemah (0,00-0,199), lemah (0,20-0,399), sedang (0,40-0,599), kuat (0,60-0,799) dan sangat kuat (0,80-1,000). Nilai p<0,05 dinyatakan terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji sedangkan nilai p>0,05 artinya tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Arah korelasi positif berarti searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya, sedangkan arah korelasi negatif berarti berlawanan arah, semakin kecil nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.

11 Tabel 6. Korelasi kadar gula darah dengan indeks CPITN Variabel Nilai p Koefisien Korelasi Kadar Gula Darah - indeks CPITN 0,5-0,10 Keterangan: *Uji Pearson; p<0,005 = bermakna Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi bermakna (p>0,05) antara kadar gula darah dengan indeks CPITN. Korelasi menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara kadar gula darah dengan indeks CPITN. Arah korelasi bernilai negatif berarti peningkatan kadar gula darah tidak disertai dengan peningkatan indeks CPITN. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan kadar gula darah tidak berhubungan dengan perubahan status kebutuhan perawatan periodontal.

12 BAB 6 PEMBAHASAN Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik akibat resistensi insulin dengan berbagai komplikasi utama. Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat penting dari sudut pandang periodonsia. Salah satu komplikasi utama diabetes melitus adalah periodontitis. Periodontitis secara umum dapat diartikan sebagai inflamasi yang melibatkan struktur jaringan pendukung gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara periodontitis dengan diabetes melitus tipe 2 ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal. 9. Mayoritas sampel yang diperoleh berumur 41 sampai 60 tahun dan memiliki minimal 20 gigi. Hal ini disebabkan oleh diabetes tipe 2 sering terjadi pada usia 40 tahun dan serangan dari diabetes tipe ini bertahap sehingga membutuhkan waktu yang lama di dalam identifikasi dan penegakan diagnosis. 2 Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa rerata indeks CPITN pada penderita diabetes melitus lebih tinggi dibandingkan indeks CPITN pada penderita non-diabetes melitus. Dari distribusi CPITN juga menunjukan bahwa dari 45 sampel dengan diabetes terdapat 4 orang yang memiliki skor 4, sedangkan pada penderita non-diabetes hanya 1 orang yang memiliki skor 4 pada pemeriksaan CPITN. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ueno, Takeuchi, Oshiro dkk di Jepang yang menyatakan bahwa lebih dari 90% penderita diabetes melitus memiliki skor indeks CPITN 3 dan 4 dibanding penderita non-diabetes melitus hanya berkisar 56%. 20

13 Penelitian yang dilakukan oleh Basic dkk juga menunjukan bahwa frekuensi penderita diabetes melitus yang memiliki skor 4 pada indeks CPITN jauh lebih besar dibandingkan nondiabetes. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes melitus memerlukan perawatan periodontal yang lebih besar dibandingkan penderita non-diabetes. 20 Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya kadar HbA1c dan buruknya kebersihan rongga mulut seiring dengan meningkatnya kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Mealy BL menyatakan bahwa adanya korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus. Penderita diabetes yang terkontrol memiliki nilai HbA1c kurang dari 6% yang secara signifikan mengurangi risiko dari komplikasi diabetes termasuk periodontitis. 10 Namun penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chuang dkk dan Hatch dkk yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan skor indeks CPITN yang signifikan antara penderita diabetes melitus dan non-diabetes melitus. 20 Penelitian Blanco dkk menyatakan bahwa setelah mempertimbangkan kebutuhan perawatan berdasarkan CPITN, penderita diabetes melitus memerlukan perawatan yang lebih kompleks dibandingkan penderita non-diabetes. 21 Menurut Matthews DC, Penderita diabetes yang tidak terkontrol, harus lebih sering dievaluasi, terutama apabila penderita telah mengalami penyakit periodontal. 5 Ship JA menyatakan bahwa penderita diabetes yang tidak terkontrol memiliki risiko komplikasi oral yang lebih tinggi sehingga membutuhkan waktu tambahan dalam penanganan periodontal dan terapi antibiotik. 22 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan diabetes melitus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ship JA bahwa diabetes melitus dapat menyerang segala lapisan usia dan prevalensinya terus meningkat dari ke tahun. 22

14 Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara kadar gula darah dengan indeks CPITN. Pengambilan sampel yang dilakukan di rumah sakit dan puskesmas dimana biasanya pasien yang datang adalah penderita diabetes yang kadar gula darahnya telah terkontrol menjadi kemungkinan penyebabab tidak ada hubungan antara kadar gula darah dengan indeks CPITN.

15 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut : 1. Adanya hubungan antara periodontitis dengan diabetes melitus tipe 2 ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal 2. Terdapat perbedaan kebutuhan perawatan periodontal antara penderita diabetes dan penderita non-diabetes dilihat dari adanya perbedaan skor CPITN antara kedua kelompok tersebut 3. Kadar Gula Darah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor CPITN pada penderita diabetes melitus 7.2 Saran 1. Penderita diabetes melitus diberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut karena tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan rongga mulut tetapi juga dapat mengontrol kadar gula darah penderita diabetes melitus 2. Penderita diabetes melitus diinstruksikan untuk menyikat gigi secara teratur dan diberikan informasi tentang bagaimana menyikat gigi dengan baik dan benar 3. Dokter gigi ataupun tim kesehatan gigi memberikan penyuluhan kepada penderita diabetes melitus di puskesmas maupun di rumah sakit setempat agar mempunyai kesadaran dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat menambah sampel penelitian sehingga diharapkan sampel penelitian menjadi lebih heterogen dan representatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah observasional analitik. Setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan terjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain cross sectional. B. Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analatik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Penelitian potong lintang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross-sectional untuk mengetahui prevalensi Kandidiasis Eritematosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah non eksperimental yang merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross sectional adalah desain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia), sebagai akibat dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana, et al. HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI Melza Tatiana 1, Heru Santosa, Taufik Ashar 3 1 Mahasiswa Program Magister

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran variable hanya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

24 Sampel yang akan diambil adalah penderita diabetes mellitus yang datang ke Puskesmas Pandak 1 pada bulan Juni-Juli Pada penelitian ini sampel

24 Sampel yang akan diambil adalah penderita diabetes mellitus yang datang ke Puskesmas Pandak 1 pada bulan Juni-Juli Pada penelitian ini sampel BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik obsevasional dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional merupakan jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap 34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap sejumlah subyek menurut keadaan sebenarnya, tanpa ada intervensi dari peneliti.

Lebih terperinci

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan dari ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan glukosa darah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. 1.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat : Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian jenis non-eksperimental dimana pengambilan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional dan dianalisa secara analitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional di mana variabel bebas dan variabel tergantung diobservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan dengan Penyakit Gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik dasar subyek penelitian Penelitian dilakukan sejak 22 Juni 2016 sampai 1 Agustus 2016 di Puskesmas Pandak I Bantul. Sampel penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MENGALAMI KANDIDIASIS DENGAN PERUBAHAN JUMLAH KOLONI

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MENGALAMI KANDIDIASIS DENGAN PERUBAHAN JUMLAH KOLONI HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MENGALAMI KANDIDIASIS DENGAN PERUBAHAN JUMLAH KOLONI Candida albicans RONGGA MULUT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dunia sekarang ini banyak ditemukan penyakit yang disebabkan karena pola hidup dibandingkan dengan penyakit infeksi.

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam Sejahtera, Saya Dziah Marhani sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 1 PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 Misdarina * Yesi Ariani ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom kelainan metabolik dengan tanda terjadinya hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan dari kerja insulin, sekresi

Lebih terperinci

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih. Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi, Saya Vikneswari Asokan mahasiswa yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Gigi S1 di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. Polusi Udara + ISPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel-β pankreas atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan yang menggambarkan perbedaan kadar kreatinin serum pasien diabetes melitus tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program terapi efektif untuk diabetes mellitus membutuhkan latihan komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis, dan regimen farmakologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr. Kariadi, Semarang. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran Oral Kandidiasis pada pengguna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten digilib.uns.ac.id 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di 35 Fasyankes primer Klaten B. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan September sampai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kencing manis atau Diabetes Melitus (DM), masih menjadi suatu penyakit yang diderita sebagian besar penduduk dunia (WHO, 2010). Tidak hanya dikarenakan karakteristiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran mengenai obat antidiabetik oral

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian perubahan lengkung oklusal akibat kehilangan gigi posterior ini, didapat sebanyak 103 jumlah sampel kemudian dipilih secara purposive sampling dan didapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinik termasuk heterogen diakibatkan karena hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERIODONTITIS DENGAN KELAHIRAN BAYI PREMATUR BERBERAT BADAN LAHIR RENDAH DITINJAU DARI ASPEK KEBERSIHAN RONGGA MULUT

HUBUNGAN ANTARA PERIODONTITIS DENGAN KELAHIRAN BAYI PREMATUR BERBERAT BADAN LAHIR RENDAH DITINJAU DARI ASPEK KEBERSIHAN RONGGA MULUT 1 HUBUNGAN ANTARA PERIODONTITIS DENGAN KELAHIRAN BAYI PREMATUR BERBERAT BADAN LAHIR RENDAH DITINJAU DARI ASPEK KEBERSIHAN RONGGA MULUT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak cukup memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 April 1992

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 April 1992 LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Rizky Annisa Amris Lubis Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 April 1992 Jenis Kelamin Agama : Perempuan : Islam Alamat : Jl. Setia Budi Pasar II Komp. Taman Harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 menyatakan bahwa terdapat 3,2 juta penduduk dunia meninggal karena penyakit diabetes mellitus (DM) setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci