BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikisaran usia produktif. (Japardi, 2004). Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan tajam terutama karena peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. Tahun 2020 diperkirakan WHO bahwa kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab penyakit dan trauma ketiga terbanyak di dunia (Maas et al., 2008; Nurfaise, 2012). Amerika diestimasi 5,3 juta warga negaranya hidup dengan cedera otak dan dihadapkan pada tantangan untuk dapat sembuh kembali (Langlois et al., 2006). Cedera kepala di Eropa tahun 2010 insidensi mencapai 500 per 100.000 populasi (Lingsma, 2010; Nurfaise, 2012). Setiap tahun di Inggris diestimasi 1,4 juta pasien dengan cedera kepala datang ke departemen kecelakaan dan gawat darurat (Hodgkinson et al., 1994). Resume Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia tahun 2007 melaporkan prevalensi cedera 1
2 menurut bagian tubuh. Prevalensi kasus cedera kepala mencapai 16,4%. Prevalensi cedera kepala terbanyak kedua dari seluruh prevalensi cedera berdasarkan bagian tubuh (RISKESDAS PROVINSI D.I.YOGYAKARTA, 2007). Prevalensi cedera kepala di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 13,2% dan merupakan cedera terbanyak ketiga dari seluruh prevalensi cedera berdasarkan bagian tubuh (RISKESDAS PROVINSI D.I.YOGYAKARTA, 2007). Laporan tahunan Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2006, angka kejadian cedera kepala adalah sebesar 75% (Barmawi, 2007). Cedera kepala atau Traumatic Brain Injury merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas setelah infark myokard di dunia. Setiap tahunnya sekitar 50.000 orang meninggal akibat cedera kepala di Amerika Serikat. Jumlah ini merupakan sepertiga dari total kematian akibat kejadian cedera (Aghakhani et al., 2013). Cedera kepala dapat menyisakan tanda maupun gejala somatik, kognitif, dan psikososial yang tidak ringan. Disabilitas yang disebabkan pasca kejadian
3 cedera kepala pun jumlahnya signifikan. Diperkirakan sekitar 90.000 orang mengalami disabilitas seumur hidup akibat cedera kepala (Aghakhani et al., 2013). Salah satu gejala yang paling sering dilaporkan pasca cedera kepala adalah nyeri kepala. Nyeri kepala ini merupakan salah satu keluhan somatik yang sering muncul berkaitan dengan cedera kepala (Trevana & Cameron, 2011). Publikasi ilmiah melaporkan kasus ini sebagai Post Traumatic Headache (PTH). Beberapa studi retrospektif melaporkan prevalensinya antara 30%-90%. Studi yang dilakukan oleh Hoffman et al., (2011) melaporkan insidensi kumulatif nyeri kepala pasca cedera kepala mencapai tujuh puluh satu persen (Hoffman et al., 2011). Nyeri kepala sering terjadi pada tahun pertama setelah cedera. Lew et al., (2006) melaporkan bahwa 18%-22% PTH berakhir selama lebih dari 1 tahun. Keluhan nyeri kepala yang kerap timbul pasca cedera kepala perlu mendapatkan perlakuan dan perhatian khusus. Jumlah kejadiannya cukup signifikan, namun manajemen terhadap gejala dan keluhan pasca cedera kepala khususnya nyeri kepala masih sangat terbatas.
4 Seberapa sering kejadian ini menjadi penting untuk diketahui agar pasien cedera kepala tidak hanya ditangani cedera kepalanya tetapi juga diperhatikan nyeri kepala yang mungkin terjadi sesudahnya. Dari penelitian sebelumnya di RSUP Dr.Sardjito oleh Barmawi (2007), menunjukkan bahwa kemunculan kasus ini cukup signifikan namun belum diketahui signifikansi hubungan antara nyeri kepala pasca cedera kepala dengan cedera kepala. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: a. Kasus yang sering ditemui di Instalasi Rawat Darurat salah satunya adalah cedera kepala. b. Cedera kepala akan diikuti timbulnya gejala sisa, salah satunya berupa nyeri kepala pasca trauma kepala. c. Prevalensi dan insidensi kasus cedera kepala semakin meningkat sehingga diperlukan informasi angka kejadian serta hubungan cedera kepala terhadap nyeri kepala pasca cedera kepala di RSUP Dr. Sardjito.
5 C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Apakah terdapat hubungan bermakna antara cedera kepala dengan kejadian nyeri kepala pasca cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan cedera kepala di RSUP Dr.Sardjito? b. Adakah terdapat hubungan bermakna antara cedera kepala dengan kejadian nyeri kepala pasca cedera kepala berdasarkan karakteristik sosiodemografis (usia dan status gender) di RSUP Dr. Sardjito? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Tujuan umum: Memberi gambaran klinisi mengenai nyeri kepala post cedera kepala dengan cedera kepala untuk penanganan yang lebih komprehensif Tujuan khusus: a. Hubungan antara cedera kepala dengan kejadian nyeri kepala pasca cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan cedera kepala di RSUP Dr.Sardjito?
6 b. Hubungan antara cedera kepala dengan kejadian nyeri kepala pasca cedera kepala berdasarkan karakteristik sosiodemografis (usia dan status gender) di RSUP Dr.Sardjito? E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tenaga kesehatan dan masyarakat tentang kejadian kasus cedera kepala, serta dampak yang diakibatkan pasca kejadian cedera kepala. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada pihak penanggung jawab medis yang menangani pasien dengan cedera kepala, agar menyadari risiko timbulnya gejala sisa pasca cedera kepala, khususnya nyeri kepala. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar untuk penelitian lanjutan. F. Keaslian Penelitian Penelusuran kepustakaan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada belum pernah menemukan atau membaca hasil penelitian dengan judul yang sama, namun ada tema yang mirip dengan penelitian ini yang dipaparkan pada tabel 1.
7 Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Metode Alat Ukur Hasil 1 Paramita (2007) 2 Maulida (2012) 3 Mubarok (2013) 4 Rakhmawati (2012) 5 Prawitasari et al., (2014) Gambaran Manifestasi Klinis Pada Pasien Dengan Sindrom Pasca Trauma Kepala Di RSUP DR.Sardjito Hubungan derajat keparahan cedera kepala dengan tipe nyeri kepala pasca cedera kepala Faktor Resiko Terjadinya Post Concussion Syndrome pada Pasien Cedera Kepala Ringan di RSUP Dr. Sardjito Evaluasi 1 Tahun Pasca Trauma (Penelitian Lanjutan) Kadar Glukosa Darah Sebagai Faktor Risiko Keparahan Cedera Kepala Hubungan Nyeri kepala Pasca Cedera Kepala Dengan Tingkat Keparahan Cedera Kepala Di RSUP Dr.Sardjito Tahun 2012 Deskript if nonanalitik Crosssectiona l Cohorthystoric al Crosssectiona l Crosssectiona l Durasi penuruna n kesadaran, durasi amnesia gambaran klinis,ga mbaran pencitraa n Durasi penuruna n kesadaran, durasi amnesia Glasgow gambaran klinis,ha sil CT- Scan Manifestasi klinis tersering pasca cedera kepala adalah dizziness diikuti nyeri kepala, amnesia. Trauma kepala tersering pada usia 15-24 tahun, laki-laki. nyeri kepala pasca cedera kepala yang paling sering adalah menyerupai migraine, tidak ditemukan hubungan bermakna dengan derajat keparahan cedera. Perempuan perimenopause lebih cenderung berresiko mengalami postconcussion syndrome pasca cedera kepala ringan karena pengaruh hormonal. Kadar glukosa darah merupakan faktor risiko independen terhadap keparahan cedera kepala. Angka kejadian nyeri kepala pasca cedera kepala sebesar 23,2% di RSUP Dr. Sardjito. Tidak ada hubungan bermakna antara nyeri kepala pasca cedera dengan cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan, usia, dan status gender