Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 5. Ringkasan. Pada bab ini, penulis akan memberikan ringkasan dari beberapa bab yang sudah

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 2. Landasan Teori

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

BAB 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

BAB 2. Tinjauan Pustaka

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB I. Pada perang dunia II tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan yang. setelah pasca perang dunia II diantaranya kekurangan pangan yang

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB 2. Landasan Teori

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

BAB 2 LANDASAN TEORI. kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta Buddayah. Kata Buddayah adalah bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

MAKNA SYAIR LAGU SAKURA DALAM DUA LAGU J-POP BERJUDUL SAKURA KARYA NAOTARO MORIYAMA DAN KENTARO KOBUCHI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

Bab 2. Landasan Teori

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BISNIS JEPANG. historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti

ANALISIS KARAKTER DAN KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BOCCHAN KARYA NATSUME SOUSEKI. Mei Ambar Sari*

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

KISI KISI SOAL POSTTEST. Kompetensi Dasar 毎日の生活

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA. pemahaman mahasiswa terhadap Kotowari Hyōgen. Proses pengumpulan data

ANALISIS TOKOH OBAKETAROU DALAM CERITA ANAK OBAKETAROU WA ICHINENSEI MELALUI PSIKOLOGI UMUM YACOB HAMONANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

Bab 2. Landasan Teori. Pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial yang sejak dilahirkan sudah

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BJ システムについて Mengenai BJ System

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

FILOSOFI DAN FUNGSI GENKAN DALAM BANGUNAN JEPANG DITINJAU DARI SUDUT PANDANG UCHI-SOTO

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

Bab 5. Ringkasan. Sutedi (2003, hal.2), menjelaskan bahwa bahasa adalah alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

Bab 3. Analisis Data. oleh tokoh ibu, yang tercermin melalui drama Freeter, Ie wo Kau. Dalam drama ini

ANALISIS PSIKOLOGI TIPE INTROVERT TOKOH YUICHI TANABE DALAM NOVEL KITCHEN

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

BAB 2 LANDASAN TEORI. karya fiksi tidak harus sama dan memang tidak perlu disamakan dengan kebenaran yang

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. hal, seperti sosial budaya, kemasyarakatan dan sastra itu sendiri tentunya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. Bahasa merupakan media untuk menyampaikan ( 伝達 ) suatu makna kepada

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan (Hamilton, 1942). Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, arti dari psikologi mengalami kemajuan dan memiliki berbagai macam arti. Salah satunya, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan binatang (Wertheimer, 1972). Setiap makhluk hidup di dunia ini mempunyai kemampuan untuk berpikir, berkembang, bertambah umur, memiliki emosi seperti ketakutan dan marah, kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah, dan mengambil suatu langkah penting yang dapat membuat sel-sel di tubuh memanas. Hal ini dikemukakan oleh Plato (Hutchins,1952) sebagai berikut: Kita ini terbentuk dari hasrat, emosi, dan pengetahuan. Hasrat datang dari pinggul, emosi datang dari aliran dan tekanan darah di dalam hati, dan pengetahuan datang dari kepala. Kemudian untuk memperkuat pernyataannya itu, Plato juga menambahkan: Apakah darah merupakan elemen yang mana kita pikir, ataukah udara, ataukah api? Atau mungkin otaklah yang mungkin merupakan sumber kekuatan utama dalam pendengaran, penglihatan, penciuman, pengingat, dan muncullah pendapat dari itu semua. Dengan pernyataan Plato ini, dapat diketahui bahwa sumber dari segala tingkah laku berasal dari otak. Apa yang di dengar, di cium, dan dilihat, semuanya terekam dalam kepala. 7

2.1.1 Teori Psikologi Kerja Kerja merupakan suatu hal yang pasti dilakukan setiap orang. Karena dengan bekerja seseorang akan mendapatkan upah guna mempertahankan hidupnya. Selain itu, dengan bekerja maka kita akan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Karena itu psikologi kerja secara umum dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa ide, metode, atau konsep, dan memiliki pengertian yang sangat dalam mengenai ekonomi, sosial, dan psikologi. Dalam psikologi kerja terdapat dua hal yang mudah untuk diingat, yaitu menyesuaikan orang dengan pekerjaannya dan menyesuaikan pekerjaan dengan orangnya. Kedua hal tersebut hanya merupakan sebagian dari psikologi kerja. Cherrington (1989:27) mengemukakan pendapatnya mengenai psikologi kerja, yaitu: Perilaku organisasi yang merupakan perkembangan dari psikologi, sosiologi, dan antropologi. Dimana setiap disiplin ilmu itu menyumbangkan idenya untuk organisasi dan kemudian bergabung menjadi perilaku organisasi. Selain itu juga, ada tiga disiplin ilmu yang mempunyai pengaruh kecil dalam perkembangan perilaku organisasi yaitu ekonomi, politik, dan sejarah. Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa psikologi kerja merupakan pengembangan dari psikologi, sosiologi, dan antropologi. Selain itu juga, didalam psikologi kerja juga terdapat ekonomi, politik, dan sejarah yang bergabung dan membentuk perilaku suatu organisasi. 2.1.2 Teori Workaholic Workaholic merupakan gabungan dari kata work dan alcoholic. Karena itu, workaholic dapat diartikan sebagai gerakan yang dilakukan demi diri sendiri yang berpusat pada suatu ketagihan, yang akhirnya membentuk perilaku sosial yang berbahaya seperti bekerja melampaui batas dan ketagihan pada obat-obatan, termasuk ketagihan akan alcohol. Menurut Oates dalam Furnham (2005:253), workaholic adalah 8

ketagihan dalam bekerja dan keharusan atau keinginan untuk bekerja yang tidak bisa dikendalikan. Banyak yang mendefinisikan workaholic sebagai suatu hal yang buruk. Akan tetapi, sebenarnya workaholic itu merupakan sisi positif yang digunakan oleh orang-orang untuk mengekspresikan karir mereka. Ini dikemukakan oleh Oates dalam Furnham (2005:253) sebagai berikut: Workaholic walaupun merupakan bencana, tapi itu tidak dapat diubah. Kenapa? Karena workaholic merupakan contoh dari kesempurnaan. Dia adalah orang yang terpilih menjadi orang yang pasti akan sukses Dari pendapat yang dikemukakan tersebut, dapat kita ketahui bahwa menjadi seorang workaholic ada sisi baiknya. Sisi baiknya adalah seorang workaholic dapat meraih kesuksesan karena kegilaannya akan bekerja. Oates dalam Furnham (2005:253) kemudian membagi workaholic menjadi lima jenis, yaitu: 1. Dyed in the wool Seorang workaholic yang memiliki tingkat profesionalitas yang tinggi, pengabdian yang tinggi, dan tanggung jawab yang besar pada perusahaan tempat dia bekerja. 2. Converted Seorang workaholic yang akan bekerja dengan sangat keras jika dia mendapatkan suatu imbalan sebagai gantinya. 3. Situational Seorang workaholic yang akan bekerja dengan sangat keras sesuai dengan kondisi perusahaan tempat dia bekerja. 4. Pseudo-workaholic Seorang workaholic seperti dyed in the wool, tapi dia tidak memiliki suatu pengabdian yang tinggi pada perusahaan tempat dia bekerja. 9

5. Escapist as workaholic Seseorang yang tetap tinggal di kantornya karena tidak ingin pulang atau mengambil bagian dalam suatu hubungan sosial. 2.2 Konsep Kaisha Ningen Setelah tahun 1960, muncullah pejuang hak-hak wanita di dunia dan dimulailah waktu untuk keluarga modern. Akan tetapi di Jepang, hal ini tidak memberikan pengaruh sama sekali. Bahkan pada waktu yang bersamaan dengan munculnya pejuang hak-hak wanita tersebut, di Jepang muncul konsep gaji keluarga. Konsep ini merupakan semangat yang diberikan kepada para pekerja atas keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kemudian konsep inilah yang menyebabkan munculnya kaisha ningen yang dianggap dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik dalam perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh Kimiko dalam jurnalnya (1997:13) Seseorang dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik jika dia diterima oleh suatu perusahaan dan pemahaman akan terbentuk jika seorang pria bekerja dengan sangat keras, dapat dipercaya, dan seorang workaholic kaisha ningen harus mencurahkan semuanya demi perusahaan. Di sisi lain, seorang wanita harus mencurahkan semuanya untuk mengurus rumah tangga dan mendidik anak mereka. Masao juga mengemukakan pendapatnya mengenai kaisha ningen dalam penelitiannya tentang kaisha ningen (1997-2002:9) sebagai berikut: 繰り返すが会社人間と呼ばれる一つの人たちがいる. すでに述べたように 強く組織にコミットメントする人たちである. 過剰に強いコミットメントを示す人たちというニュアンスをもっている. しかし, その含意は, いくらかあいまいでもある. というのは 会社に勤めるようになれば, 誰でも会社の価値に社会化され, 会社を自らの行動や判断を枠づける基本軸と考えるようになる. その意味では. 誰でも大なり小なり会社人間となるのは自然であるというべきである. 10

Terjemahan: Banyak orang yang salah satunya seringkali disebut sebagai kaisha ningen. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, itu adalah orang yang memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasinya. Dengan menunjukkan komitmen yang kuat itu juga menunjukkan nuansanya tersendiri. Tapi, maksud itu masih belum jelas. jika ingin bekerja di kantor, siapapun disosialisasikan agar tercipta nilai sebuah perusahaan, jika disimpulkan, dari satu orang yang melakukan perbuatan dan pengambilan keputusan dapat diambil kerangka yang akan menjadi dasar untuk perusahaan. Dari pengertian itu, siapapun kurang lebih dapat menjadi kaisha ningen, tergantung dirinya sendiri. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan setiap orang dapat menjadi kaisha ningen, jika mereka memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasinya dan mampu membuat keputusan dan tindakan yang berguna demi kemajuan perusahaan. Mereka juga harus dapat bersosialisasi dengan rekan kerja mereka di suatu perusahaan, agar tercipta hubungan kerja yang nyaman antara yang satu dengan yang lain. 2.2.1 Konsep Etos Kerja Jepang Etos kerja adalah konsep-konsep dasar yang berfungsi sebagai acuan dalam bertingkah laku, sehingga seseorang tidak akan salah paham terhadap tanda-tanda dan dapat memutuskan suatu tindakan atau reaksi yang tepat saat menghadapi suatu kesulitan. Menurut Diana Rowland ada beberapa konsep etos kerja yang kerap kali digunakan dalam perusahaan di Jepang (1992: 21), seperti Honne dan Tatemae, Amae, Oyabun-Kobun, dan Sempai-Kohai. Honne umumnya diterjemahkan sebagai esensi dan Tatemae sebagai bentuk, ini adalah hubungan antara kebenaran yang nyata dengan kebenaran yang umum. Dimana kebenaran umum di sini adalah kebenaran yang diketahui oleh banyak orang, tetapi mereka berpura-pura untuk tidak mengetahui kebenaran itu. Kemudian Amae, dimana ini adalah hubungan ketergantungan antara 11

yang satu dengan yang lain. Chie dalam Rowland (1992:23) mengungkapkan bahwa hubungan seperti itu harus dipertahankan, seperti yang dikemukakannya sebagai berikut: Jepang adalah masyarakat vertikal, maka berbagai hubungan justru berlangsung antara kelompok atau individu superior dengan kelompok atau individu inferior yang jelas sangat berbeda dengan apa yang umumnya berlangsung di tengahtengah masyarakat horizontal, dimana kebanyakan hubungan kental justru berlangsung antara orang-orang yang sederajat. Karena struktur hierarki masyarakat Jepang, maka kita dapat dengan mudah menentukan peranan seseorang dalam hubungan amae. Kemudian hubungan Oyabun-Kobun. Hubungan ini muncul sekitar tahun 1185-1868, yang berasal dari kata oya yang berarti orang tua dan ko yang berarti anak. Istilah ini sering kali digunakan oleh para yakuza (mafia Jepang) untuk menggambarkan hubungan antara pemimpin dan pengikut. Kemudian istilah ini dalam dunia perusahaan juga digunakan dan memiliki arti yang sama, yaitu hubungan antara atasan dan bawahan. Kemudian hubungan Sempai-Kohai, ini merupakan istilah untuk senior dan yunior dalam suatu perusahaan. Sempai adalah seseorang yang senior, biasanya karena dia masuk perusahaan sebelum kohai atau biasa disebut yunior. Di sini sempai sering bertindak sebagai seorang penasihat untuk yunior-yuniornya yang belum berpengalaman. Sama seperti hubungan oyabun-kobun, hubungan sempai-kohai ini merupakan bentuk hubungan di mana keberhasilan maupun kegagalan salah satu pihak akan sangat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pihak yang lain. Selain itu semua, dalam suatu kelompok di mana seorang Jepang menjadi anggotanya, terdapat seperangkat kaidah tingkah laku yang sangat kaku yang harus dipatuhi. Lingkaran yang terdekat adalah kawan atau keluarga, sedangkan lingkaran yang paling jauh adalah lingkaran persahabatan yang bertemu secara regular ataupun hanya dijumpai hanya untuk suatu kegiatan khusus. 12

2.3 Konsep Masyarakat Jepang Menurut Nakane Chie (1998:3) masyarakat Jepang adalah masyarakat yang memiliki semangat dan kerja keras yang sangat tinggi. Kerja keras mereka ini dapat dilihat dari keterlibatan mereka dalam suatu perusahaan, di mana mereka turut serta ambil bagian dalam perkembangan perusahaan tempatnya bekerja. Dalam kehidupan bermasyarakat, orang Jepang memiliki kesadaran berkelompok. Kesadaran akan kelompok dan perkembangan kekuatan suatu lembaga, dan lembaga-lembaga (seperti sekolah dan organisasi) dalam kenyataannya merupakan dasar dari organisasi bermasyarakat di Jepang. Menurut Nakane Chie (1998:3), tingkah laku dan kesadaran bekerja dalam kelompok diperlihatkan melalui ekspresi yang disebut uchi ( 家 ) dan otaku ( お宅 ). Uchi (rumahku) memiliki arti tempat kerja, organisasi, kantor atau sekolah dimana dia dibutuhkan. Sedangkan otaku (rumahmu) memiliki arti tempat kerja yang kedua atau tempat kerja selain di organisasi atau perusahaan, dan sebagainya. Dalam masyarakat Jepang juga dikenal istilah kaisha ( 会社 ) yang menggambarkan kesadaran berkelompok dalam perusahaan di Jepang. Kaisha bukan berarti perorangan yang terikat dengan hubungan secara kontrak dalam suatu perusahaan, tetapi kaisha adalah perusahaan pribadi atau perusahaan bersama, suatu komunitas dimana dia diterima didalamnya, dan itu merupakan bagian terpenting dalam hidupnya. Dalam banyak hal, perusahaan menyediakan seluruh keberadaan sosial dari seseorang, dan memiliki kekuasaan atas semua aspek-aspek kehidupan orang itu yang menyebabkan orang tersebut terlibat secara mendalam dalam perusahaannya. 13

2.4 Teori Penokohan Dalam sebuah cerita, tokoh merupakan bagian yang sangat penting dalam menceritakan sebuah cerita. Jika dalam sebuah cerita tidak ada tokoh didalamnya, maka untuk menyampaikan isi suatu cerita sangatlah sulit. Tokoh dalam suatu cerita haruslah memiliki karakter dan sifat yang sesuai dengan cerita yang ingin disampaikan kepada penonton. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Seorang tokoh cerita dikatakan wajar, relevan, jika mencerminkan dan mempunyai kemiripan dengan kehidupan manusia sesungguhnya. Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berbeda tapi saling berkaitan. Tokoh secara langsung menunjuk pada orang atau pelaku. Sedangkan penokohan memiliki pengertian yang lebih luas. Penokohan merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur lain membentuk suatu totalitas. Penokohan juga mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keutuhan dan keartistikan sebuah fiksi. Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi dapat dikaji dan dianalisis keterjalinannya dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti berjalan secara harmonis dan saling melengkapi dengan berbagai unsur lainnya. Menurut Nurgiantoro (2002:165) penokohan adalah pelukisan penggambaran / karakter yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Antara penokohan dan karakterisasi sering kali disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, yaitu menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita. Santon dalam Nurgiantoro (2002:165) juga mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian karakter, yaitu: 14

Penggunaan istilah karakter (character) sendiri dalam berbagai literatur bahasa inggris menyarankan pada dua pengertian yang berbeda yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa karakter dapat diartikan sebagai pelaku cerita dan juga dapat pula berarti perwatakan. Dalam menghadirkan tokoh dalam suatu karya fiksi diperlukan sarana yang bersifat menyeluruh dan padu, dan mempunyai tujuan artistik. Sarana yang dimaksud adalah pelukisan kehadiran suatu tokoh secara tepat sehingga mampu mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan. Nurgiantoro membagi teknik pelukisan tokoh menjadi dua, yaitu teknik cakapan dan teknik tingkah laku. 2.4.1 Teknik Cakapan Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Teknik cakapan ini dimaksudkan untuk menunjuk tingkah laku verbal yang berwujud kata-kata para tokoh. Dalam menunjukkan perkembangan plot dan sekaligus mencerminkan sifat kedirian tokoh pelaku cerita fiksi, dibutuhkan percakapan yang baik, efektif, dan yang lebih fungsional. 2.4.2 Teknik Tingkah Laku Teknik tingkah laku ini menyarankan pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. Namun, dalam sebuah karya fiksi, kadang-kadang tampak ada tindakan dan tingkah laku tokoh yang bersifat netral, kurang menggambarkan sifat kediriannya. 15