19. Beban Bunga Deposito berjangka 75,507 54,091 Tabungan 4,765 3,327 Giro 4,266 3,328 Premi Penjaminan Pemerintah - 1,876 Simpanan dari bank lain 594 2,868 Lainnya - 198 Jumlah 85,131 65,688 20. Beban Gaji dan Tunjangan Gaji dan upah 17,601 16,692 Honorarium 243 285 Lainnya 9,351 3,530 Jumlah 27,195 20,507 Rincian gaji dan bonus atas kelompok direksi, dewan komisaris dan komite audit adalah sebagai berikut : 31 Maret 2012 Jumlah Pegawai Gaji Tunjangan Bonus Jumlah Dewan Komisaris 3 206,250,000 37,139,814 243,389,814 Direksi 4 663,168,000 1,007,106,708 1,670,274,708 Komite Audit 2 30,000,000 30,000,000 Pejabat Eksekutif 40 3,015,570,043 635,869,480 3,651,439,523 Jumlah 49 3,914,988,043 1,680,116,002 5,595,104,045 31 Maret 2011 Jumlah Pegawai Gaji Tunjangan Bonus Jumlah Dewan Komisaris 4 243,750,000 40,933,523 284,683,523 Direksi 5 750,000,000 1,819,847,282 2,569,847,282 Komite Audit 2 30,000,000 30,000,000 Pejabat Eksekutif 38 2,641,382,959 481,125,532 3,122,508,491 Jumlah 49 3,665,132,959 2,341,906,337 6,007,039,296 41
21. Beban Umum dan Administrasi Penyusutan dan amortisasi 4,398 3,681 Prasarana - - Publikasi - 1,075 Imbalan pasti pasca kerja 5,000 - Perbaikan dan pemeliharaan 1,285 1,135 Sewa kantor 1,867 1,365 Barang dan jasa 6,101 3,672 Asuransi 3,561 - Latihan dan pendidikan 1,022 1,123 Lain-lain 4,832 4,146 Total 28,067 16,197 22. Pendapatan Lainya Keuntungan atas penjualan agunan yang diambil alih - bersih 667 149 Keuntungan atas penjualan aset tetap - bersih 2 194 Lain-lain 13 464 Jumlah 682 807 23. Beban Lainya Terdiri dari beban beban yang dikeluarkan sehubungan dengan denda, pemeliharaan agunan yang diambil alih dan lain lain. 24. Pajak Penghasilan Pajak kini 8,886 0 Pajak tangguhan (520) Jumlah 8,886 (520) 42
25. Laba per Saham Dasar Laba bersih Laba bersih untuk perhitungan laba per saham dasar 26,659 3,874 Jumlah saham Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa untuk perhitungan laba per saham 3,756,875,883 3,756,875,883 Laba per saham dasar 7.10 1.03 26. Sifat dan Transaksi Pihak Berelasi Sifat Pihak Berelasi Pihak pihak berelasi adalah karyawan kunci, individu (perorangan) dan perusahaan yang mempunyai keterkaitan kepemilikan atau kepengurusan secara langsung maupun tidak langsung dengan Perusahaan. Adapun pihak pihak berelasi adalah sebagai berikut: a. Hubungan pemegang saham Johnny Wiraatmaja, PT Blue Cross Indonesia, Sjerra Salim, Syamsuar Halim, dan PT Mitra Wadah Kencana. b. Hubungan kepemilikan/pemegang saham yang sama Standard Commerce Serv., PT Danpac Resource, PT Pilarmas Investindo, PT Millenium Pharmacon InternationalTbk, PT Danpac Investindo, PT Blue Cross Indonesia, PT Danpac Pharma, PT Panwin Bullion, PT Duta Indah Propertindo, PT Gerbangraya Alam Permai dan PT Bumiputera Alam Lestari. c. Hubungan kepengurusan Dana Pensiun Bank Windu (dahulu Dana Pensiun Multicor) d. Hubungan keluarga dengan pemegang saham dan pengurus PT Anugrah Prima Perdana, PT Pancar Pelangi Sakti, PT OTP (Sawmill), PT Hutan Bersama, PT Nusa Kencana Abadi, PT Bina Plaspac Indonesia, PT Putera Kusuma Perkasa, PT Jabalu Media Internusa, dan PT Asuransi Purwanjasa, PT Danpac Resource Kalbar, PT Steril Medical Indonesia dan PT Asuransi Central Asia. e. Hubungan manajemen dan karyawan kunci Perusahaan. Transaksi transaksi Pihak pihak Berelasi Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perusahaan juga melakukan transaksi transaksi tertentu dengan pihak pihak berelasi. Transaksi transaksi tersebut telah dilaksanakan dengan persyaratan yang sama dengan yang berlaku bagi pihak ketiga, kecuali pinjaman yang diberikan kepada karyawan. Tidak terdapat transaksi dengan pihak berelasi baik yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha utama Perusahaan, yang didefinisikan sebagai 43
transaksi benturan kepentingan berdasarkan peraturan BAPEPAM LK No. IX.E.1 Benturan Kepentingan. a. Transaksi aktiva dengan pihak pihak berelasi adalah sebagai berikut: Persentase Persentase Jumlah Terhadap Jumlah Jumlah Terhadap Jumlah Aset Aset % % Aset Kredit PT Anugrah Prima Perdana 8,135 0.13 6,674 0.15 PT Jabalu Media Internusa 4,209 0.07 6,575 0.14 Teddy Salim 3,519 0.06 5,223 0.11 PT Pancar Pelangi Sakti 1,649 0.03 - - PT Verena Multifinance - - - Brian Salim - - - Lain-lain (dibawah Rp 1.000 juta) 11,646 0.18 9,443 0.21 29,159 0.46 27,915 0.61 b. Transaksi liabilitas dengan pihak pihak berelasi adalah sebagai berikut: Persentase Persentase Jumlah Terhadap Jumlah Jumlah Terhadap Jumlah Kewajiban Kewajiban % % Kewajiban Simpanan 282,590 0.05 85,617 0.02 Kewajiban lain-lain Jumlah 282,590 0.05 85,617 0.02 27. Komitmen dan Kontinjensi Perusahaan memiliki tagihan dan liabilitas komitmen dan kontinjensi dengan rincian sebagai berikut: 44 KOMITMEN Kewajiban Komitmen Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan 1,052,698 616,854 Kewajiban membeli kembali aktiva bank yang dijual - - Irrevocable L/C 100,216 22,448 Akseptasi Wesel Impor atas dasar L/C berjangka - - Jumlah Kewajiban Komitmen 1,152,914 639,302 KONTINJENSI Tagihan Kontinjensi Pendapatan bunga dalam penyelesaian 7,504 5,841 Kewajiban Kontinjensi Bank garansi yang diberikan 58,414 50,784 Kewajiban Kontinjensi - Bersih 50,910 44,943
28. Aset dan Kewajiban dalam Mata Uang Asing a. Posisi Devisa Neto (PDN) Berikut adalah posisi devisa neto perusahaan : 2012 Neraca dan Rekening Administratif Mata Uang Aktiva Liabilitas Nilai Bersih Dolar Amerika Serikat 418,204 402,837 15,367 Dolar Singapura 26,056 22,444 3,612 Dolar Hongkong 32 32 Dolar Australia 381 381 Euro 5,940 5,750 190 Yen Jepang 114 111 3 450,727 431,142 19,585 2011 Neraca dan Rekening Administratif Mata Uang Aktiva Liabilitas Nilai Bersih Dolar Amerika Serikat 409,821 404,213 5,608 Dolar Singapura 24,595 23,294 1,301 Dolar Hongkong 41 41 Dolar Australia 364 364 Euro 3,206 2,941 265 Yen Jepang 122 116 6 438,149 430,564 7,585 29. Manajemen Risiko Kegiatan usaha Perusahaan sebagai bank senantiasa dihadapkan pada risiko risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Oleh karena itu, kegiatan operasional Perusahaan dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian bagi Perusahaan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003, Perusahaan tidak memiliki kompleksitas yang tinggi atas penerapan manajemen risiko. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003, bank umum konvensional diwajibkan untuk menerapkan delapan (8) jenis resiko dan lima (5) peringkat penetapan penilaian peringkat risiko yang mulai berlaku sejak 1 Juli 2010. a. Pengelolaan Risiko Kredit Penyaluran kredit oleh Perusahaan berlandaskan pada prinsip kehati hatian, peraturan Bank 45
Indonesia, dan kebijakan perkreditan yang disusun oleh manajemen. Komite Kredit merupakan komite tertinggi yang membantu Direksi dalam pengawasan pengelolaan risiko melalui keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkannya. Secara periodik, Komite Kredit melakukan rapat antara lain untuk memantau BMPK dan kualitas kredit, serta kecukupan penyisihan penghapusan aktiva. Perusahaan selalu memonitor penyebaran risiko yang timbul sejalan dengan pertumbuhan sektor ekonomi dimana Perusahaan melakukan kegiatan bisnisnya. Batasan ditetapkan secara spesifik berdasarkan nasabah dan sektor industri untuk menghindari konsentrasi risiko kredit yang berlebihan. Batasan tersebut juga diterapkan bagi nasabah individu atau korporasi b. Pengelolaan Risiko Pasar Risiko ini disebabkan oleh pergerakan variabel pasar yang dapat merugikan portofolio yang dimiliki Perusahaan yaitu suku bunga dan nilai tukar. Ruang lingkup manajemen risiko pasar antara lain meliputi aktivitas fungsional kegiatan treasuri, dan investasi dalam bentuk surat berharga, penyediaan dana dan kegiatan pendanaan. Asset and Liability Committee (ALCO) merupakan komite yang membantu Direksi dalam mengawasi dan mengelola risiko pasar. Perusahaan juga menetapkan kebijakan limit terhadap aktivitas treasuri untuk menghindari terjadinya konsentrasi portofolio pada suatu instrumen ataupun counterparty tertentu, sehingga terjadi diversifikasi pengelolaan aktiva dan liabilitas. c. Pengelolaan Risiko Likuiditas Risiko likuiditas merupakan risiko yang timbul dari kemungkinan kerugian yang disebabkan ketidakmampuan Perusahan memenuhi liabilitas yang telah jatuh waktu. Pengelolaan risiko likuiditas dilakukan melalui suatu strategi likuiditas antara lain mencakup penetapan pricing dan gapping terhadap sumber dana dan kredit, analisis kecukupan modal serta investasi Perusahaan dalam portofolio dan surat berharga. Perusahaan senantiasa memelihara kemampuannya untuk melakukan akses pasar uang dengan memelihara hubungan dengan bank bank koresponden. d. Pengelolaan Risiko Operasional Perusahaan berupaya mengantisipasi serta mengendalikan seluruh factor yang berpotensi menimbulkan risiko operasional, antara lain dengan memastikan bahwa setiap personil memiliki kualifikasi dan terlatih untuk fungsi yang dilakukan dan memastikan bahwa seluruh aktivitas operasional dilakukan berdasarkan hukum dan prosedur yang telah ditentukan. e. Pengelolaan Risiko Hukum Perusahaan selalu memastikan bahwa seluruh kegiatan dan hubungan kerja dengan pihak ketiga telah didasarkan pada aturan maupun prasyarat yang dapat melindungi kepentingan Perusahaan dari segi hukum termasuk tuntutan dari pihak eksternal. f. Pengelolaan Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan dapat berdampak pada pengenaan denda dan sanksi ataupun kehilangan reputasi Perusahaan. Untuk itu, Perusahaan melakukan pemantauan terhadap keselarasan atas seluruh aktivitas di lingkungan Perusahaan terhadap peraturan dan ketentuan eksternal maupun kebijakan dan prosedur internal. 46
Peran Satuan Kerja Kepatuhan dan Good Corporate Governance merupakan hal penting, khususnya dalam memastikan dipatuhinya ketentuan ketentuan eksternal dan internal terhadap keputusan keputusan bisnis yang diambil. g. Pengelolaan Risiko Reputasi Risiko reputasi dapat berdampak langsung pada berkurangnya kepercayaan nasabah sehingga jumlah nasabah ataupun pendapatan Perusahaan menurun. Dalam mengelola risiko reputasi, Perusahaan berupaya untuk menjaga reputasi dengan memberikan pelayanan terbaik dengan menangani keluhan dan memberikan kepuasan kepada nasabah untuk menghindari munculnya keluhan tersebut di media massa. h. Pengelolaan Risiko Strategik Resiko strategik timbul antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang tepat responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Dalam mengelola strategik, Perusahaan melakukan identifikasi pada fungsional tertentu seperti perkreditan, treasuri dan investasi serta operasional dan jasa. Perusahaan melakukan pencatatan perubahan kinerja akibat tidak terealisasinya pelaksanaan strategi, melakukan pengendalian keuangan untuk melakukan pemantauan realisasi dengan target yang tercapai. Penilaian risiko Perusahaan yang disampaikan kepada Bank Indonesia dilakukan melalui proses self assessment untuk menghasilkan profil risiko yang terdiri dari inherent risk yaitu risiko yang melekat pada aktivitas bank dan risk control system yaitu pengendalian terhadap risiko inheren. Sesuai dengan kriteria ukuran dan kompleksitas usaha Perusahaan berdasarkan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, maka penilaian risiko dilakukan hanya terhadap lima jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hokum, risiko reputasi, dan risiko straregik. 30. Informasi Segmen Segmen Usaha Informasi segmen Perusahaan disajikan berdasarkan jenis kegiatan usahanya, yakni pemasaran, kredit, treasuri, dan ekspor impor. Kegiatan usaha tersebut menjadi dasar pelaporan informasi segmen primer Perusahaan, sebagai berikut: 31 Maret 2012 Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor-impor Jumlah Aset Aset Segmen 501,902 4,635,575 913,234 5,916 6,056,627 Aset yang Tidak Dapat Dialokasikan 279,003 Jumlah Aset 6,335,630 Kewajiban Kewajiban Segmen 5,629,201-49,295 9,011 5,687,507 Kewajiban yang Tidak Dapat Dialokasikan 63,829 Jumlah Kewajiban 5,751,336 47
31 Desember 2011 Kredit Treasuri Ekspor impor Jumlah Aset Aset Segmen 470,829 4,571,031 1,143,616 1,456 6,186,932 Aset yang Tidak Dapat Dialokasikan 248,295 Jumlah Aset 6,435,227 Kewajiban Kewajiban Segmen 5,831,327 26,342 4,335 5,862,004 Kewajiban yang Tidak Dapat Dialokasikan 33,156 Jumlah Kewajiban 5,895,160 31 Maret 2012 Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor Import Jumlah Pendapatan Pendapatan Bunga 791 135,772 10,976 147,539 Pendapatan Operasional Lainnya 2,942 441 3,191 1,427 8,001 Jumlah Pendapatan 3,733 136,213 14,167 1,427 155,540 Beban Beban Bunga 87,318 594 87,912 Beban Operasional Lainnya (20,860) (20,860) Jumlah Beban 87,318 (20,860) 594 67,052 Hasil Segmen Bersih (83,585) 157,073 13,573 1,427.00 88,488 Pendapatan yang Tidak Dapat Dialokasikan 1,337 Beban yang Tidak Dapat Dialokasikan 51,606 Laba Sebelum Pajak 35,545 Beban Pajak 8,886 Laba Bersih 26,659 31 Desember 2011 Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor Import Jumlah Pendapatan Pendapatan Bunga 2,458 432,654 55,200 490,312 Pendapatan Operasional Lainnya 12,106 2,036 7,424 2,581 24,147 Jumlah Pendapatan 14,564 434,690 62,624 2,581 514,459 Beban Beban Bunga 293,830 5,060 298,890 Beban Operasional Lainnya 8,863 (532) 8,331 Jumlah Beban 293,830 8,863 5,060 (532) 307,221 Hasil Segmen Bersih (279,266) 425,827 57,564 3,113.00 207,238 Pendapatan yang Tidak Dapat dialokasikan 16,370 Beban Yang Tidak Dapat Dialokasikan 175,233 Laba Sebelum Pajak 48,375 Beban Pajak (12,161) Laba Bersih 36,214 48
31. Informasi Lainnya a. Posisi rasio kecukupan modal pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masing masing sebesar 11,46% dan 16,12%. Rasio kecukupan modal per 31 Desember 2012 dan 2011 dihitung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia. 31 Des 2012 31 Des 2011 Rp 000.000 Rp 000.000 Jumlah Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit 4,730,340 2,380,510 Modal inti 536,362 494,413 Modal pelengkap 61,519 32,675 Jumlah modal inti dan pelengkap 597,881 527,088 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang tersedia untuk risiko kredit 12.64% 22.14% Jumlah ATMR untuk risiko pasar 169,326 110,155 Modal inti yang dialokasikan untuk mengantisipasi risiko pasar 0 Jumlah modal 597,881 527,088 ATMR untuk risiko kredit atas seluruh surat berharga dalam trading book yang telah diperhitungkan risiko spesifik 0 0 Total ATMR risiko kredit dan risiko pasar 4,899,666 2,490,665 Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang tersedia setelah memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar 12.20% 21.16% b. Rasio aset produktif yang bermasalah dan aset non produktif bermasalah terhadap total aset produktif dan aset non produktif pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masingmasing adalah sebesar 2,19% dan 2,21%. c. Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masing masing adalah 2,62% dan 1,93%. d. Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuntungan terhadap aset produktif pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 masing masing adalah 1,04% dan 1,71%. e. Rasio Non Performing Loan (NPL) Perusahaan (secara bruto) pada tanggal 31 Maret 2012 dan 31 Maret 2011 adalah masing masing sebesar 2,88% dan 2,24%, sedangkan secara neto masing masing adalah sebesar 1,75% dan 1,21%. 32. Jaminan Pemerintah Terhadap Liabilitas Pembayaran bank Umum Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.179/KMK.017/2000 tanggal 26 Mei 2000, sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 84/KMK.06/2004 tanggal 27 49
Pebruari 2004 dan No. 189/KMK.06/2004 tanggal 8 April 2004, Pemerintah menjamin liabilitas tertentu dari bank berdasarkan program penjaminan yang berlaku bagi bank umum. Jaminan Pemerintah berlaku hingga 21 September 2005 berdasarkan Undang undang No.24 tanggal 22 September 2004, efektif sejak tanggal 22 September 2005. Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dibentuk untuk menjamin liabilitas tertentu bank bank umum berdasarkan program penjaminan yang berlaku. 33. Penerbitan Standar Akuntansi Keuangan Baru Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntanasi Keuangan (ISAK). Standar standar akuntansi keuangan tersebut akan berlaku efektif sebagai berikut: Periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011 PSAK 1. PSAK 1 (Revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAK 2 (Revisi 2009), Laporan Arus Kas 3. PSAK 3 (Revisi 2010), Laporan Keuangan Interm 4. PSAK 4 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri 5. PSAK 5 (Revisi 2009), Segmen Operasi. 6. PSAK 7 (Revisi 2010), Pengungkapan Pihak Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa 7. PSAK 8 (Revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan 8. PSAK 12 (Revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 9. PSAK 15 (Revisi 2009), Investasi Pada Entitas Asosiasi 10. PSAK 19 (Revisi 2010), Aset Tidak Berwujud 11. PSAK 22 (Revisi 2010), Kombinasi Bisnis 12. PSAK 23 (Revisi 2010), Pendapatan 13. PSAK 25 (Revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Entitas Akuntansi, dan Kesalahan 14. PSAK 48 (Revisi 2009), Penurunan Nilai Aset 15. PSAK 57 (Revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi 16. PSAK 58 (Revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan 34. Perkembangan Terakhir Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Lainnya Periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012 PSAK 1. PSAK 10 (Revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing 2. PSAK 18 (Revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya 3. PSAK 24 (Revisi 2010), Imbalan Kerja 50
4. PSAK 46 (Revisi 2010), Akuntansi Pajak Penghasilan Perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK dan ISAK, di atas dan dampaknya terhadap laporan keuangan. 51