BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan (http://www.ojk.go.id). 3.1.2. Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut UU No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 13 adalah kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang bersangkutan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal dibentuk untuk memberikan fasilitas dalam pemindahan dana dari pihak yang kelebihan dana (lender) kepada pihak yang kekurangan dana (borrower). 3.1.3. Pengelolaan Investasi Berdasarkan situs website Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengelolaan investasi adalah proses yang membantu perumusan kebijakan dan tujuan, sekaligus pengawasan dalam penanaman modal untuk memperoleh keuntungan. 18
19 Pengelolaan investasi ini melibatkan sejumlah pihak yang masing-masing mempunyai fungsi dan tanggung jawab sesuai spesialisasinya, yakni: Manager Investasi Pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Wakil Manajer Investasi Wakil Manajer Investasi bertindak mewakili kepentingan Perusahaan Efek untuk kegiatan yang bersangkutan dengan pengelolaan Portofolio Efek. Penasihat Investasi Pihak yang memberi nasihat kepada Pihak lain mengenai penjualan atau pembelian Efek dengan memperoleh imbalan jasa. Pemberian nasihat kepada Pihak lain mencakup pemberian nasihat yang dilakukan secara lisan atau tertulis, termasuk melalui penerbitan dalam media massa. Agen Penjual Efek Reksadana Pihak yang melakukan penjualan Efek Reksadana berdasarkan kontrak kerja sama dengan Manajer Investasi pengelola Reksadana. Wakil Agen Penjual Efek Reksadana Orang perseorangan yang mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan untuk bertindak sebagai penjual Efek Reksadana.
20 Bank Kustodian Bank yang bertindak sebagai Kustodian. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. 3.1.4. Pengertian Reksadana Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Pozen (1998) menyatakan bahwa A mutual fund is an investment company that pools money from shareholders and invests in a diversified of securities. Reksadana mempunyai beberapa karakteristik, yaitu pertama, kumpulan dana pemilik, dimana pemilik reksadana adalah berbagai pihak yang menginvestasikan atau memasukkan dananya ke reksadana dengan berbagai variasi. Kedua, diinvestasikan kepada efek yang dikenal dengan instrumen investasi. Ketiga, reksadana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Keempat, reksadana merupakan produk investasi yang berisiko. Berisikonya Reksadana karena harga instrumen portofolionya yang berubah setiap waktu. (Manurung, 2008:2).
21 Secara umum reksadana dapat digolongkan menjadi 4 menurut jenis instrument investasinya (Manurung, 2007 dalam Rahmawati, 2008) yaitu reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana campuran, dan reksadana pasar uang. Berikut adalah perbandingan reksadana berdasarkan jenis dan tingkat keuntungan serta risiko berinvestasi di reksadana. Tabel 3.1 Perbandingan Reksadana berdasarkan Jenis dan Tingkat Keuntungan Serta Risiko Jenis Reksadana Terkumpul Pasar Uang 100% Efek Pasar Uang Rendah Pendek (<1 tahun) Pendapatan Tetap Min 80% Efek Utang Sedang Menengah 1-3 tahun Saham Min 80% Efek Saham Tinggi Panjang (>3 tahun) Campuran Alokasi Investasi dari Seluruh Dana yang Kombinasi Efek Utang & Efek Saham Sumber: Pratomo dan Nugraha (2007) Potensi Hasil dan Risiko Investasi Sedang/Tinggi Menengah Jangka Waktu yang disarankan Panjang Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia (http://www.idx.co.id).
22 Umumnya, reksadana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi (Fakhruddin, 2008). Dalam segi permodalan, reksadana memiliki perbedaan dengan bank umum yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan selanjutnya disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman. Dibandingkan dengan mutual funds dan unit trust yang ada di mancanegara, reksadana di Indonesia juga berbeda khususnya karena tidak dikenal prinsip trustee yang didasarkan pada trust law. Mekanisme reksa dana dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.1 Mekanisme Reksa Dana LAPORAN BULANAN BAPEPAM & LK PENGAWASAN PASAR INVESTOR MANAJER INVESTASI PERANTARA MODAL & PASAR UANG BANK KUSTODIAN Sumber: Pratomo dan Ubaidilah (2009) Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam
23 portofolio efek, dan Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. 3.1.5. Bentuk Reksadana Berdasarkan bentuk, Reksadana dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu Reksadana Perusahaan (Company Funds) dan Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (Collective-Investment-Contract Funds). Reksadana Perusahaan adalah Reksadana berbentuk suatu perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha mengelola portofolio efek. Investor yang tertarik berinvestasi pada Reksadana tersebut dapat membeli saham yang dikeluarkan perusahaan tersebut. Reksadana Kontrak Investasi Kolektif yaitu Reksadana yang dibentuk berdasarkan suatu kontrak investasi kolektif (KIK) antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian. Investor yang tertarik berinvestasi pada Reksadana tersebut dapat membeli unit penyertaan yang dikeluarkan Reksadana tersebut. Reksadana juga dapat dibedakan berdasarkan kewajiban reksadana tersebut berkaitan dengan unit penyertaan/saham yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investasinya dengan cara menjual/mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada investor lain yang berminat. Reksadana terbuka (Open-End Funds) merupakan Reksadana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada investor dan memiliki kewajiban untuk membeli kembali saham/unit penyertaan yang telah dijualnya.
24 3.1.6. Manfaat Reksadana Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksadana, antara lain: Pertama, pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksadana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi. Kedua, Reksadana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut. Ketiga, Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksadana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.
25 3.1.7. Risiko Reksadana Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain: Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan. Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. Risiko Likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. Risiko Wanprestasi Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.
26 3.2. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh M. Ramzi tahun 2005, menggunakan batasan penelitian reksadana saham yang efektif sebelum tahun 2000 dan masih aktif sampai dengan tahun 2004. Reksadana tersebut antara lain: ABN-AMRO Dana Saham, Arjuna, Bahana Dana Prima, BIG Nusantara, Bima, BNI Dana berkembang, Dana Megah Kapital, Danareksa Mawar, Master Dinamis, Nikko Saham Nusantara, Panin Dana Maksima, Phinisi Dana Saham, Rencana Cerdas, Si DanaSaham. Hasil penelitian tersebut adalah untuk tahun 2000 reksadana Bima memiliki kinerja terbaik, 2002 reksadana Mawar, 2003 reksadana Panin Dana Maksima, dan tahun 2004 Si DanaSaham. Penelitian Yeni Rahmawati (2008) tentang Penilaian Kinerja Reksadana Syariah Campuran menggunakan Risk-Adjusted Return Method. Metode pengukuran kinerja ini memperhitungkan faktor risiko dan tingkat pengembalian (return) dari portofolio. Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja harian reksadana syariah Indonesia unggul dalam metode Sharpe dan Modigliani dan Malaysia unggul dalam indeks Treynor dan Jensen. Hal ini menunjukkan bahwa secara harian, portofolio reksadana Indonesia individu relatif mengungguli Malaysia. Namun, bila mempertimbangkan sensitivitas terhadap pasar, reksadana syariah Malaysia lebih unggul. Untuk jangka waktu yang lebih panjang, reksadana syariah Malaysia memiliki kinerja relatif lebih baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar reksadana Indonesia lebih aktif dalam arti lebih banyak mengambil keuntungan jangka pendek dibanding Malaysia.
27 Penelitian Hedwin (2009) dengan judul: Analisis Kinerja Reksadana Saham Periode 2005-2007 dengan menggunakan variabel Nilai Aktiva Bersih, Sertifikat Bank Indonesia, dan Indeks Harga Saham Gabungan. Sampel yang digunakan dalam penelitiannya adalah 17 reksadana saham yang tetap eksis selama 3 tahun berturut-turut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan Sharpe s Appraisal, Treynor s Appraisal, dan Jensen s Appraisal, reksadana yang berkinerja paling baik secara berurutan: Trim Kapital, Schroder Dana Istimewa, Fortis Ekuitas, Manulife Dana Saham, Schroder Dana Istimewa, Fortis Ekuitas, Trim Kapital. Hasil dari penelitian ini yaitu return reksadana lebih tinggi daripada return benchmark-nya, namun tidak signifikan. Perhitungan kinerja reksadana dengan metode Sharpe, treynor, Jensen dan M diperoleh Danamas Pasti (Reksadana pendapatan tetap), Schroder Dana Prestasi (Reksadana Campuran), dan Bahana Dana Prima (Reksadana saham) yang paling optimal. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah disarankan kepada calon investor dalam berinvestasi reksadana bisa memilih reksadana yang memberikan return yang optimal berdasarkan metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan M. Penelitian Muhammad Rijal (2011) tentang pembentukan portofolio optimal terhadap reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap meggunakan metode single index model dan teori Markowitz. Berdasarkan single index model dihasilkan portofolio optimal yang terdiri dari 6 unit reksadana pendapatan tetap dengan proporsi dari masing-masing reksadana adalah Simas Danamas Mantap sebesar 45,67%, Danamas Stabil sebesar 37,69%, GMT Dana Pasti 2 sebesar
28 6,09%, Mega Dana Pendapatan Tetap sebesar 0,17%, Trimegah Dana Stabil sebesar 8,31% dan Dana Pasti sebesar 2,07%. Proporsi ini menghasilkan expected return portofolio sebesar 0,89% dan standar deviasi sebesar 0,07%. Berdasarkan teori Markowitz, proporsi reksadana pendapatan tetap yang menghasilkan portofolio optimal yang terdiri dari 13 unit reksadana pendapatan tetap dengan proporsi dari masing-masing reksadana adalah AAA Bond Fund 2 sebesar 2,32%, Si Dana Obligasi Ultima sebesar 0,54%, Big Dana Likuid Satu sebesar 7,70%, Reksadana Lancar Dua sebesar 0,12%, Dana Pasti sebesar 3,20%, GMT Dana Pasti sebesar 4,74%, Jisawi Pendapatan teap sebesar 0,13%, PNM Dana Sejahtera II sebesar 2,79%, Danamas Stabil sebesar 26,33%, Simas Danamas Instrumen Negara sebesar 13,69%, Simas Danamas Mantap Plus sebesar 30,53% dan Trimegah Dana Stabil sebesar 7,84%. Proporsi ini menghasilkan expected return portofolio sebesar 0,85% dan standar deviasi sebesar 0,03%. Untuk mengetahui kinerja portofolio reksadana yang dihasilkan oleh metode Single Index Model dan efficient frontier Markowitz selanjutnya dilakukan pengujian dengan metode Information Ratio s Measure, Treynor s Measure, Sharpe s Measure dan Jensen s Measure. Berdasarkan hasil pengukuran, dalam pembentukan portofolio sebaiknya menggunakan teori Markowitz dan selalu melakukan evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode Information Ratio s Measure, Treynor s Measure, Sharpe s Measure dan Jensen s Measure. Bagi investor kecil yang memiliki dana terbatas dapat mengabaikan beberapa reksadana pembentuk portofolio yang memiliki proporsi yang kecil (reksadana Mega Dana Pendapatan Tetap dan Dana Pasti) dan
29 mengalokasikan proporsi tersebut pada reksadana yang memiliki kinerja yang baik, yaitu Reksadana Simas Danamas Mantap Plus. Penelitian Magdalena Sentosa (2012) tentang Penilaian Kinerja Produk Reksadana dengan Menggunakan Metode Perhitungan Jensen alpha, Sharpe Ratio, Treynor Ratio, M, dan Information Ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perhitungan dengan metode Sharpe Ratio, kinerja produk reksadana yang dinilai berkinerja baik adalah Indeks Saham Progresif (ISP) dan Dana Siaga. Dengan metode Treynor Ratio, kinerja produk reksadana yang dinilai berkinerja baik adalah Dana Tetap Likuid, ISP dan Dana Siaga. Berdasarkan perhitungan dengan metode M, kinerja produk reksadana yang dinilai berkinerja baik adalah ISP dan Dana Siaga. Berdasarkan perhitungan dengan metode Information Ratio, kinerja produk reksadana yang dinilai berkinerja baik adalah Dana Handal, Dana Tetap II, Dana Tetap Likuid, FlexiGrowth, dan ISP. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka produk reksadana yang dinilai berkinerja baik adalah ISP, karena return reksadana ISP lebih kecil dari IHSG selama periode waktu penelitian, namun memiliki daily return yang hampir setiap bulannya positif, selain risiko yang nilainya stabil atau mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Kedua, return reksadana ISP yang merupakan reksadana saham mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan produk reksadana yang lain. Ketiga, total risiko reksadana ISP relatif kecil, dimana risiko nonsistematis produk reksadana ini lebih kecil dibandingkan risiko non-sistematis produk reksadana lainnya. Hal ini disebabkan oleh reksadana ISP terdiri atas 80% instrumen saham, sehingga reksadana terdiversifikasi di berbagai jenis saham dan
30 maksimum 20% pada instrument pasar uang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan kelima metode yang digunakan, ISP menunjukan rata-rata hasil di atas pasar atau positif, sehingga dapat dinyatakan ISP merupakan reksadana yang berkinerja baik. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Magdalena Santosa, pada penelitian ini akan memperpanjang waktu penelitian dan menambah jumlah sampel penelitian. Penelitian Pradani dengan judul: Evaluasi Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Berdasarkan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Jensen dengan menggunakan variabel Rate of Return NAB/unit, Risiko Fluktuasi (Standar Deviasi), Tingkat Pengembalian Pasar, Risiko Fluktuasi Relatif terhadap Pasar (Beta), dan Risk Free Rate dari SBI. Sampel yang digunakan dalam penelitiannya adalah 48 reksadana pendapatan tetap dari 124 reksadana yang aktif diperdagangkan selama periode pengamatan 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode Sharpe dan metode Treynor terdapat persamaan hasil yang memperlihatkan bahwa hanya 1 reksadana pendapatan tetap yang berkinerja positif sedangkan dengan menggunakan metode Jensen terdapat 5 reksadana pendapatan tetap yang berkinerja positif. 3.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada suatu pola pemikiran tertentu berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan yang ingin dicapai, serta alat analisis yang digunakan untuk memberikan kemudahan dalam proses perumusan hasil yang diharapkan.
31 Setiap investasi pasti mengandung risiko, termasuk juga investasi dalam Reksadana. Investor yang ingin berinvestasi melalui Reksadana perlu memilih dan mengalokasikan dananya pada produk reksadana yang paling optimal dengan resiko yang minimal. Reksadana berdasarkan sifat operasinya terdapat 4 jenis reksadana antara lain: reksadana saham, reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran, namun yang digunakan dalam penelitian ini hanya reksadana saham yang merupakan investasi jangka panjang. Data Index Harga Saham Gabungan dibutuhkan untuk menentukan tingkat return dan resiko pasar suatu reksadana. Selain itu, Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI sebagai indikasi return investasi pada aset bebas resiko (risk free assets). Analisis perbandingan return reksadana dengan return benchmarknya melalui pendekatan Sharpe, Treynor, Jensen, dan Information Ratio dilakukan untuk memberi gambaran mengenai investasi pada reksadana. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah return reksa dana dan return benchmark dibandingkan dengan return SBI, kemudian return reksadana dan return IHSG dianalisis dengan metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan Information Ratio. Kemudian dilakukan rating pada Reksadana yang outperform terhadap IHSG, sehingga didapatkan reksadana yang optimal. Reksadana dengan kinerja terbaik di pilih dengan melakukan cut-off pada tiga reksadana teratas (Hedwin, 2009). Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada halaman selanjutnya.
32 Reksa Dana Saham SBI IHSG NAB/unit Return Bulanan Return Bulanan Return Bulanan Sharpe Treynor Jensen M² IR Dibandingkan dengan Pasar (IHSG) >IHSG OutPerform <IHSG UnderPerform Rating 3 Terbesar Sumber: data diolah (2015) Gambar 3.2 Model Analisis Reksa Dana