PREPARASI ULTRA FINE-GRAINED PADUAN HIDRIDA LOGAM SISTEM Mg-Fe MENGGUNAKAN TEKNIK MECHANICAL MILLING UNTUK HYDROGEN STORAGE

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN MIKROSTRUKTUR, STRUKTUR KRISTAL, DAN KRISTALIT PERTUMBUHAN FASA Mg 2 Al 3 HASIL MECHANICAL ALLOYING

PEMBENTUKAN NANOPARTIKEL PADUAN CoCrMo DENGAN METODA PEMADUAN MEKANIK

Pengaruh Milling Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-mgal Hasil Mechanical Alloying

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

Pengaruh Variasi Lama Waktu Hidrogenasi terhadap Pembentukan Metal Hidrida pada Paduan MgAl

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

Adisi Fe 2 O 3 dan SiC Pada Material MgH 2 untuk Aplikasi Tangki Penyimpanan Hidrogen Kendaraan Fuel Cell

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen Fisika, FMIPA-UI Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL

Galuh Intan Permata Sari

Pengaruh Milling Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-mgal Hasil Mechanical Alloying

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

ANALISIS STRUKTUR DAN KOMPOSISI FASE PADUAN U-7%Mo-x%Zr (x = 1, 2, 3% berat) HASIL PROSES PELEBURAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

UNIVERSITAS INDONESIA DISERTASI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAJA FERITIK ODS (OXIDE DISPERSION STRENGTHENED) DENGAN VARIASI KOMPOSISI CR DAN WAKTU MILLING

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR KARBON DARI GRAFIT HASIL MILLING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

ANALISIS FASA DAN STRUKTURMIKRO PADUAN SISTEM Mg-Ni DAN Mg-AI

Bab III Metoda Penelitian

PENGARUH SISIPAN KATALIS SiO2 DALAM MgH2 YANG DISINTESIS MELALUI RUTE MECHANICAL ALLOYING

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SIFAT LISTRIK NANOKOMPOSIT Fe 0,5 -C 0,5

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

PEMBENTUKAN SINGLE PHASE PADUAN U7Mo.xTi DENGAN TEKNIK PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengaruh Penambahan 10at.%Ni dan Waktu Milling pada Paduan MgAl Hasil Mechanical Alloying dan Sintering

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Pengaruh Kecepatan Milling Terhadap Perubahan Struktur Mikro Komposit Mg/Al 3 Ti

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

ANALISIS STRUKTUR SINGLE PHASE SISTEM Ba 1-x. MnO 3 (0 < X < 0,3)

Analisa Rietveld terhadap Transformasi Fasa (α β) pada Solid Solution Ti-3 at.% Al pada Proses Mechanical Alloying dengan Variasi Milling Time

SINTESIS BAHAN MAGNETIK KOMPOSIT Fe-C DENGAN HIGH ENERGY MILLING SPEX 8000M DAN HIGH ENERGY MILLING E3D

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

STUDI KARAKTERISTIK ELEKTROPLATING KUNINGAN (Cu-Zn) PADA BAJA CARBON RENDAH (FeC) SA 516 DENGAN VARIABEL WAKTU

Metodologi Penelitian

Analisis Struktur Mikro dan Sifat Mekanik Paduan Al-Mg Hasil Proses Metalurgi Serbuk

Bab III Metodologi Penelitian

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

PEMBUATAN PADUAN Mg 2 Ni DAN MgNi 2 DENGAN METODE MECHANICAL ALLOYING DAN KARAKTERISASINYA. Oleh : RATNA PERMATA SARI G

KARAKTERISASI LIMBAH HASIL PEMURNIAN Fe 3 O 4 DARI BAHAN BAKU LOKAL PASIR BESI

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM Fe 2 O 3 DENGAN VARIASI KETEBALAN YANG DIBUAT DARI MINERAL LOKAL DI ATMOSFIR UDARA DAN ATMOSFIR ALKOHOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT SMART MAGNETIC BERBASIS BROWNMILLERITE Ca 2 Fe 2 O 5 /NiFe 2 O 4

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

KARAKTERISASI DIFRAKSI SERBUK YTRIA NANOPARTIKEL HASIL PENGGILINGAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara


PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH AKTIVASI MEKANIK TERHADAP PEMBENTUKAN FASA MgTiO 3 DAN MgTi 2 O 5

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir

Studi Katalis Ni Nano pada Material Penyimpan Hidrogen MgH 2 yang Dipreparasi melalui Teknik Mechanical Alloying

Transkripsi:

PREPARASI ULTRA FINE-GRAINED PADUAN HIDRIDA LOGAM SISTEM Mg-Fe MENGGUNAKAN TEKNIK MECHANICAL MILLING UNTUK HYDROGEN STORAGE Wisnu Ari Adi* dan Hadi Suwarno** *Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir BATAN, Serpong **Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PREPARASI ULTRA FINE-GRAINED PADUAN HIDRIDA LOGAM SISTEM Mg- Fe MENGGUNAKAN TEKNIK MECHANICAL MILLING UNTUK HYDROGEN STORAGE. Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi ultra fine-grained paduan hidrida logam sistem Mg-Fe untuk hydrogen storage. Ultra fine-grained paduan hidrida logam sistem Mg-Fe dibuat melalui proses mechanical milling campuran serbuk Mg dan Fe dengan variasi waktu milling selama 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70 jam. Hasil refinement pola difraksi sinar-x mengungkapkan bahwa ultra fine-grained paduan hidrida logam sistem Mg-Fe yang terbentuk meliputi fase Mg, Fe dan FeH yang ketiganya berukuran nanokristalin kurang dari 5 nm. Pengamatan mikrostruktur dengan SEM memperlihatkan bahwa sampel memiliki ukuran partikel sangat kecil sekitar 100 sampai 500 nm. Kesimpulannya adalah ultra fine-grained paduan hidrida logam sistem Mg-Fe untuk hydrogen storage dapat dipreparasi melalui teknik mechanical milling. KATA KUNCI: sistem Mg-Fe, mechanical milling, ultra fine-grained ABSTRACT PREPARATION OF ULTRA FINE-GRAINED METAL HYDRIDE ALLOY OF Mg- Fe SYSTEM BY MECHANICAL MILLING FOR HYDROGEN STORAGE APPLICATION. The synthesis and characterization of ultra fine-grained metal hydride alloy of the Mg Fe system by mechanical milling technique have been performed. The Mg and Fe powders were mixed and milled with the variation of milling time 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60 and 70 hours. The refinement of the X-ray diffractions reveals that the sample consists of three phases, namely nanocrystalline Mg, Fe, and FeH with the average grain size of approximately less than 5 nm. The observations of the microstructure using SEM shows that the sample consists of very small particles with sizes of about 100 500 nm. It is concluded that the ultra fine-grained metal hydride alloy of the Mg-Fe system for hydrogen storage application can be prepared by mechanical milling technique. FREE TERMS: Mg-Fe system, mechanical milling, ultra fine-grained I. PENDAHULUAN Sistem energi hidrogen dengan media penyimpan hidrogen yang aman salah satunya menggunakan hidrida logam merupakan teknologi energi masa depan. Hidrida logam yang dipersyaratkan untuk media penyimpan hidrogen agar memiliki kemampuan penyerapan hidrogen sangat tinggi adalah salah satunya memiliki ukuran butir (grain size) yang sangat kecil. Semakin kecil ukuran butirnya, semakin besar pula hidrogen yang dapat diserap oleh bahan tersebut [1,2]. Menurut hasil penelitian Zaluska, ukuran butir dapat meningkatkan absorpsi hidrogen lebih banyak dan lebih cepat. Zaluska melaporkan bahwa Mg dengan ukuran butir 1 30

Preparasi Ultra Fine-Grained Paduan Hidrida Logam Sistem Mg-Fe Menggunakan Teknik Mechanical Milling untuk Hydrogen Storage (Wisnu Ari Adi, Hadi Suwarno) m hanya mampu menyerap hidrogen kurang dari 0,5% berat dalam waktu 120 menit, sedangkan Mg dengan ukuran butir 30 nm dapat menyerap hidrogen sebesar 6% berat dalam waktu yang sama. Mg dengan ukuran butir 50 nm dalam waktu 40 menit hanya mampu menyerap hidrogen sebesar 3% berat sedangkan Mg dengan ukuran butir 30 nm dalam waktu yang sama mampu menyerap hidrogen sebesar 5% berat [1]. Pada penelitian yang lain, Zaluska juga mendapatkan bahwa paduan Mg 2 Ni dengan ukuran butir skala nano mampu menyerap hidrogen di atas 2,4% berat dalam waktu 100 menit, sedangkan paduan Mg 2 Ni dengan ukuran butir skala mikro hanya mampu menyerap hidrogen kurang dari 0,2% berat dalam waktu yang sama [2]. Teknik yang umum digunakan untuk membuat ultra fine-grained ini adalah mechanical milling. Teknik ini banyak digunakan untuk menghasilkan berbagai macam bahan nanostruktur. Selain dapat menghasilkan ukuran butir yang relatif kecil, mechanical milling juga dapat berfungsi sebagai mechanical alloying atau menyebabkan terbentuknya struktur metastabil. Mechanical milling telah terbukti memiliki tingkat keberhasilan sangat tinggi dalam membuat paduan hidrida logam, khususnya paduan yang berbasis magnesium [3-7]. Menurut Binyamin-Volin, energi impak dari bola-bola penghancur dengan mesh ratio tertentu dapat memadukan dua atau lebih unsur logam membentuk sebuah paduan [8]. Pada penelitian ini digunakan paduan hidrida logam sistem Mg-Fe. Logam Fe merupakan logam yang sangat keras dan secara mekanik tidak mudah bereaksi dengan unsur lain sehingga diharapkan dapat terlihat tahapan proses pengecilan butirannya. Sedangkan Mg adalah logam yang tergolong lunak dan mudah dihancurkan secara mekanik sehingga diharapkan pula dapat terlihat perbedaan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan Fe. Karakterisasi ukuran butir dan pembentukan fase dari hidrida logam sistem Mg-Fe ini akan dibahas pada makalah ini. Jadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan proses pengecilan butiran dan pembentukan fase hasil mechanical milling serta didapatkannya ultra fine-grained paduan hidrida logam sistem Mg-Fe. II. TATA KERJA Peralatan yang digunakan untuk proses mechanical milling ini adalah High Energy Milling (HEM) Spex 8000 yang terdapat di laboratorium Bidang Karakterisasi dan Analisis Nuklir (BKAN), Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dengan spesifikasi: normal speed = 4500 rpm, run time = 90 menit, off time = 30 menit, dan on-off cycle = 1 kali. HEM ini terdiri dari sebuah wadah (vial) yang di dalamnya terdapat bola-bola (ball mill) yang bergerak secara spin dan berfungsi untuk menghancurkan bahan tersebut. Wadah terbuat dari baja tahan karat (SS) dengan bentuk seperti tabung dengan panjang 7,6 cm dan diameter 5,1 cm. Sedangkan bola-bola juga terbuat dari baja tahan karat (SS) dengan diameter sebesar 12 mm. Paduan Mg-Fe dibuat sebanyak 15 g yang terdiri dari campuran antara magnesium (Mg) dan besi (Fe). Baik serbuk magnesium maupun besi berasal dari produk Merck (tingkat kemurnian >99%) dengan perbandingan stoikiometri Mg : Fe = 2 : 1 dan mesh ratio = 8 (massa Mg-Fe sebanyak 15 g dan massa bola sebanyak 120 g). Untuk menghindari terjadinya oksidasi maka pada penelitian ini sampel Mg- Fe ditambahkan toluena di lingkungan argon, kemudian di-milling dengan variasi waktu milling selama 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70 jam pada suhu ruang. Pengamatan mikrostruktur menggunakan alat Scanning Electron Microscope (SEM) Philips tipe 550. Sedangkan kualitas dan kuantitas fase-fase yang ada di dalam sampel diukur 31

menggunakan alat X-Ray Diffractometer (XRD) merk Philips tipe PW1710. Pengukuran pola difraksi sampel dilakukan dengan berkas sinar-x dari tabung anode Cu dengan panjang gelombang = 1,5406 Å, mode = continuous scan, step size = 0,02 dan time per step = 0,5 detik. Profil difraktometer sinar-x dianalisis menggunakan perangkat lunak program RIETAN (Rietveld Analysis) 1994 [9]. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi awal untuk fase Mg dan Fe, keduanya mengacu pada hasil penelitian Swanson [10-11]. Fase Mg memiliki struktur kristal heksagonal, space group P63/mmc (194), dan memiliki parameter kisi a = b = 3,209 Å dan c = 5,210 Å. Sedangkan fase Fe memiliki struktur kristal kubik, space group Im3m (229), dan memiliki parameter kisi a = b = c = 2,866 Å. Hasil refinement dari pola difraksi sinar-x sampel sebelum proses milling ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil refinement tersebut menunjukkan bahwa kualitas fitting sangat baik. Parameter kisi fase Mg adalah a = b = 3,2137(8) Å dan c = 5,217(1) Å dan fase Fe adalah a = b = c = 2,8640(4) Å, sedangkan fraksi massa dari Mg dan Fe berturut-turut sebesar 64,2% dan 35,8%. Hasil ini hampir bersesuaian dengan komposisi stoikiometri yang diharapkan dari penelitian hidrida logam sistem Mg-Fe. Gambar 1. Refinement pola difraksi sinar-x sampel sebelum milling. Faktor R (criteria of fit), R wp = 17,68 dan R p = 12,75 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 1,37. Kemudian sampel di-milling selama 10 jam, dan hasil refinement dari pola difraksi sinar-x diperlihatkan seperti pada Gambar 2. Hasil refinement menunjukkan bahwa sampel terdiri dari 3 fase, yaitu fase Mg, Fe dan FeH. Identifikasi fase FeH mengacu pada hasil penelitian Badding [12]. Fase FeH memiliki struktur kristal heksagonal, space group P63/mmc (194), dan memiliki parameter kisi a = b = 2,666 Å dan c = 4,738 Å. Hasil refinement dari pola difraksi sinar-x tersebut menunjukkan bahwa kualitas fitting sangat baik. Parameter kisi fase Mg adalah a = b = 3,225(2) Å dan c = 5,231(4) Å, fase FeH adalah a = b = 2,692(9) Å dan c = 4,92(3) Å, dan fase Fe adalah a = b = c = 2,8747(4) Å, sedangkan fraksi massa dari Mg, Fe dan FeH berturut-turut sebesar 15,39; 75,10; dan 9,51%. Pada Gambar 2 terlihat bahwa fase Mg dan Fe mengalami penurunan intensitas. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pengecilan ukuran kristalit untuk kedua fase tersebut. 32

Preparasi Ultra Fine-Grained Paduan Hidrida Logam Sistem Mg-Fe Menggunakan Teknik Mechanical Milling untuk Hydrogen Storage (Wisnu Ari Adi, Hadi Suwarno) Sedangkan fase FeH mulai tampak tumbuh dengan intensitas tertinggi di bidang (101) di sekitar sudut difraksi 2 43 o. Munculnya fase FeH ini diduga akibat terjadinya interaksi antara Fe dengan hidrogen yang terkandung di dalam toluena pada saat milling berlangsung. Namun jumlah fraksi massa dari fase FeH ini masih relatif kecil dibandingkan dengan fase Mg dan Fe. Gambar 2. Refinement pola difraksi sinar-x sampel setelah milling selama 10 jam. Faktor R (criteria of fit), R wp = 21,85 dan R p = 14,91 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 0,74. Selanjutnya sampel di-milling kembali selama 20, 30, 40, 50, 60 dan 70 jam, dan hasil refinement dari pola difraksi sinar-x diperlihatkan pada Gambar 3 8. Hasil refinement dari pola difraksi sinar-x tersebut juga menunjukkan bahwa kualitas fitting sangat baik. Sedangkan parameter kisi dan fraksi massa dari fase Mg, Fe dan FeH ditunjukkan dalam Tabel 1. Gambar 3. Refinement pola difraksi sinar-x sampel setelah milling selama 20 jam. Faktor R (criteria of fit), R wp = 22,86 dan R p = 15,96 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 0,74. 33

Gambar 4. Refinement pola difraksi sinar-x sampel setelah milling selama 30 jam. Faktor R (criteria of fit), R wp = 22,81 dan R p = 16,57 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 0,75. Gambar 5. Refinement pola difraksi sinar-x sampel setelah milling selama 40 jam. Faktor R (criteria of fit), R wp = 22,55 dan R p = 16,58 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 0,75. 34

Preparasi Ultra Fine-Grained Paduan Hidrida Logam Sistem Mg-Fe Menggunakan Teknik Mechanical Milling untuk Hydrogen Storage (Wisnu Ari Adi, Hadi Suwarno) Gambar 6. Refinement pola difraksi sinar-x sampel setelah milling selama 50 jam. Faktor R (criteria of fit), R wp = 23,37 dan R p = 16,98 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 0,77. Gambar 7. Refinement pola difraksi sinar-x sampel setelah milling selama 60 jam. Faktor R (criteria of fit), R wp = 36,00 dan R p = 25,95 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 1,14. 35

Gambar 8. Refinement pola difraksi sinar-x sampel setelah milling selama 70 jam. Faktor R (criteria of fit), R wp = 33,46 dan R p = 24,63 dan faktor S yang merupakan goodness of fit, S = 1,13. Tabel 1. Parameter kisi dan fraksi massa sampel yang telah di-milling selama 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 jam Waktu Parameter kisi (Å) Fraksi massa No. milling Fase Mg Fase Fe Fase FeH (%) (jam) a = b c a = b = c a = b c Mg Fe FeH 1. 0 3,2137(8) 5,217(1) 2,8640(4) - - 64,20 35,80-2. 10 3,225(2) 5,231(4) 2,8747(4) 2,692(9) 4,93(3) 15,39 75,10 9,51 3. 20 3,212(7) 5,23(1) 2,868(3) 2,68(2) 4,92(3) 6,83 73,78 19,40 4. 30 3,24(1) 5,21(2) 2,885(2) 2,73(1) 4,71(3) 2,31 65,63 32,06 5. 40 - - 2,877(3) 2,68(2) 4,94(5) - 49,26 50,74 6. 50 - - 2,89(1) 2,67(2) 4,89(1) - 36,71 63,29 7. 60 - - 2,89(3) 2,66(4) 4,84(1) - 27,81 72,19 8. 70 - - 2,96(3) 2,64(5) 4,84(8) - 19,66 80,34 Untuk hasil refinement pola difraksi sinar-x sampel yang di-milling di atas 30 jam, fraksi massa fase Mg kurang dari 1% sehingga sulit untuk di-refine dan apabila dilakukan akan menyebabkan harga faktor R (criteria of fit) dan faktor S (goodness of fit) sangat besar. Pada Gambar 3 8, tampak bahwa baik fase Mg dan Fe juga mengalami penurunan intensitas. Sedangkan fase FeH tampak semakin tumbuh dengan intensitas tertinggi di bidang (101). Intensitas puncak fase FeH ini tampak lebih menajam setelah milling selama 70 jam. Penurunan intensitas dari fase Mg dan Fe serta adanya pertumbuhan fase FeH ini diperlihatkan pada Gambar 9, 10, dan 11 berturut-turut untuk fase Mg, Fe dan FeH. 36

Preparasi Ultra Fine-Grained Paduan Hidrida Logam Sistem Mg-Fe Menggunakan Teknik Mechanical Milling untuk Hydrogen Storage (Wisnu Ari Adi, Hadi Suwarno) Gambar 9. Penurunan intensitas puncak fase Mg bidang (101) Gambar 10. Penurunan intensitas puncak fase Fe bidang (110) 37

Gambar 11. Peningkatan intensitas puncak fase FeH bidang (101) Berkurangnya intensitas fase Mg dan Fe pada sampel yang telah di-milling selama 70 jam bukan berarti bahwa sampel didominasi oleh fase FeH, namun struktur dari fase Mg dan Fe telah rusak dan menjadi amorf. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran kristalit baik fase Mg maupun Fe semakin kecil. Sehingga reaksi kimia dari proses milling hidrida logam sistem Mg- Fe ini adalah sebagai berikut : Toluena 4Mg + 2Fe FeH (nanokristalin) + Mg(nanokristalin) + Fe(nanokristalin) Gambar 12 menunjukkan hasil perhitungan ukuran kristalit sampel berdasarkan formula Scherrer terhadap lamanya waktu milling. 38 Gambar 12. Grafik ukuran kristalit sampel terhadap lamanya waktu milling

Preparasi Ultra Fine-Grained Paduan Hidrida Logam Sistem Mg-Fe Menggunakan Teknik Mechanical Milling untuk Hydrogen Storage (Wisnu Ari Adi, Hadi Suwarno) Tampak pada Gambar 12 bahwa ukuran kristalit fase Mg dan Fe semakin berkurang seiring dengan meningkatnya waktu milling. Sedangkan fase FeH tampak semakin mengkristal ditandai dengan membesarnya ukuran kristalitnya. Hasil pengamatan morfologi permukaan sampel dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) diperlihatkan pada Gambar 13. Gambar ini terdiri dari foto morfologi permukaan sampel hidrida logam sistem Mg-Fe: (a) sebelum milling, (b) setelah milling selama 60 jam, dan (c) setelah milling selama 70 jam. Hasil analisis struktur menunjukkan bahwa pada awalnya partikel berbentuk spherical [13] dengan ukuran partikel sekitar 5 sampai 30 m yang terdistribusi merata di seluruh permukaan sampel. Kemudian sampel setelah di-milling selama 60 jam berubah bentuk menjadi poligonal [13] dengan ukuran partikel sekitar 100 nm sampai 2 m yang juga terdistribusi merata di seluruh permukaan sampel. Perubahan bentuk partikel ini akibat efek impak dari proses mechanical milling tersebut. Pada tahap ini ukuran partikel sampel sudah mulai sangat kecil, walaupun masih ada beberapa partikel besar yang terlihat. Dan setelah sampel di-milling selama 70 jam, ukuran partikel sudah sangat kecil sekitar 100 nm sampai 500 nm yang juga terdistribusi secara merata di seluruh permukaan sampel. Pada Gambar 13(c) gumpalan-gumpalan besar yang masih terlihat merupakan aglomerasi dari partikel-partikel kecil yang diduga akibat preparasi sampel SEM kurang baik. (a) sebelum milling (b) setelah milling selama 60 jam (c) setelah milling selama 70 jam Gambar 13. Foto SEM permukaan sampel hidrida logam sistem Mg-Fe sebelum dan setelah milling selama 60 dan 70 jam. 39

Dengan demikian telah berhasil dilakukan preparasi sampel ultra fine-grained hidrida logam sistem Mg-Fe setelah milling selama 70 jam yang memiliki tiga fase, yaitu fase Mg, Fe dan FeH dengan ukuran partikel sekitar 100 sampai 500 nm dan ukuran kristalit kurang dari 5 nm. IV. KESIMPULAN Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan preparasi ultra fine-grained hidrida logam sistem Mg-Fe. Hasil refinement dari pola difraksi sinar-x menunjukkan bahwa fase hidrida logam sistem Mg-Fe yang terbentuk dari proses mechanical alloying ini adalah fase Mg, Fe dan FeH yang ketiganya berukuran nanokristalin. Hasil analisis mikrostruktur menunjukkan bahwa sampel memiliki ukuran partikel sangat kecil sekitar 100 sampai 500 nm. Dengan diperolehnya ultra fine-grained hidrida logam sistem Mg-Fe ini diharapkan pada proses hydriding, penyerapan hidrogennya akan lebih banyak. V. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Ir. Iman Kuntoro selaku Kepala Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir dan Dr. Setyo Purwanto, M.Eng., selaku Kepala Bidang Karakterisasi dan Analisis Nuklir yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini didanai oleh Riset Insentif 2008 dengan peneliti utama Dr. Hadi Suwarno, M.Sc. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. ZALUSKA, ZALUSKI, L., and STROM-OLSEN, J.O., J. Alloys Comp., Vol. 228, 1999, p.217. 2. ZALUSKA, et al., Appl. Phys. A, Vol. 72, 2001, pp.157-165. (Review paper) 3. WANG, P., WANG, A.M., DING, B.Z., and HU, Z.Q., J. Alloys Comp., Vol. 297, 2000, pp.240-245. 4. HADI SUWARNO, WISNU A.A., dan ANDON I., International Conference Solid State Ionic Proceeding, PTBIN, Serpong, 2007. 5. CRIVELLO, J.C., NOBUKI, T., KATO, S., ABE, M., and KUJI, T., Journal of Advanced Science, Vol. 19, 2007, pp.3-4. 6. WANG, P., WANG, A.M., DING, B.Z., and HU, Z.Q., J. Alloys Comp., Vol. 334, 2002, pp.243-248. 7. WISNU A.A., HADI SUWARNO, ANDON I., dan NUSIN SAMUSIR, Jurnal Sains Materi Indonesia, Vol. 10, No.1, Oktober, 2008, hal.60-65. 8. HARRIS, J.R., Mathematical Modelling of Mechanical Alloying, Thesis submitted to the University of Nottingham for the degree of Doctor of Philosophy, September, 2002. 9. IZUMI, F., Rietan Manual, 1994. (Private communication) 10. SWANSON and TAGE, JC Fe Reports, NBS, Natl. Bur. Stand. Report, 1951. 11. SWANSON, et al., Natl. Bur. Stand. USA, Circ., Vol. 539, IV, 1955, p.3. 12. BADDING, J., HEMLEY, R., and MAO, H., Science, Vol. 253, 1991, p.421. 13. GERMAN, M.R., Powder Metallurgy Science, 2 nd ed., Metal Powder Industries Federation, New Jersey, 1994. 40