PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Novia Wijayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

Vol. 4, No. 2, September 2017 ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII B di MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on the Draw dalam Perkuliahan Kalkulus Integral

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Charlina Ribut Dwi Anggraini

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. mengidentifikasi masalah pembelajaran matematika yang terdapat di kelas

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tindakan ( classroom action research) yang bersifat

Model Kooperatif GI Berbasis Outdoor Study Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA SD

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

OLEH DESRIYANTI A1C309009

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PGSD UMP PADA MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DI SD MELALUI COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

Economic Education Analysis Journal

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

Oleh: Winarsih SDN 3 Malasan, Trenggalek

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Heri Hermawan, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

* Keperluan korespondensi:

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Oleh: Sumirah SDN I Karanganyar, Gandusari, Trenggalek

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PBM PADA SISWA KELAS XI MM1 SMK TKM TEKNIK KEBUMEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

BAB II KAJIAN TEORITIK

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

Aji Heru Muslim 1

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Penggunaan Model Carousel Feedback untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peta pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 2 Madiun

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

Transkripsi:

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada materi geometri. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Peneliti mengadakan penelitian mulai bulan april sampai bulan mei 2013 siswa kelas X-2 yang berjumlah 30 siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo tahun ajaran 2012/2013. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan 2 pertemuan pada tiap siklusnya, masing-masing pertemuan selama 2 x 45 menit. Hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi bangun ruang dimensi tiga. Peningkatan ditunjukkan dengan rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 adalah 67,25 %. Sedangkan pada siklus 2 rata-rata aktivitas siswa adalah 85,31%. Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, group investigation, aktivitas siswa PENDAHULUAN Proses pembelajaran matematika hendaknya lebih banyak memberi penekanan pada kemampuan memecahkan masalah, pengembangan cara berpikir dan bernalar, dan mengkomunikasikan gagasan matematika pada berbagai konteks ilmu pengetahuan dan teknologi. Geometri merupakan salah satu materi yang mempunyai karakteristik mengarah kepada berpikir kompleks dalam memecahkan masalah yang dipelajari di sekolah menengah atas. Salah satu faktor rendahnya aktivitas belajar geometri selama ini, salah satunya dikarenakan oleh pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif. Berdasarkan observasi di kelas X-2 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo, diperoleh gambaran kondisi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Di kelas ini diperoleh informasi bahwa guru masih mendominasi kelas sehingga siswa hanya menerima secara pasif dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Jika diberikan kesempatan untuk bertanya, siswa hanya diam saja. Kondisi pembelajaran yang seperti ini siswa hanya menjadi objek penerima informasi yang pasif, sehingga potensi-potensi yang dimiliki siswa sulit untuk dikembangkan. Pada proses pembelajaran siswa terkesan bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa, mereka tidak berani mengatakan bahwa mereka belum paham dengan materi yang diajarkan. Selama pembelajaran berlangsung guru hanya menjelaskan materi dan jarang membahas soal-soal yang ada. Dengan demikian aktivitas siswa didalam kelas masih kurang dalam proses pembelajaran, maka dari itu aktivitas siswa perlu ditingkatkan. Karena dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya terhadap hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) sebagai salah satu bentuk inovasi model pembelajaran yang mengutamakan kebersamaan. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menekankan pentingnya komunikasi dan saling bertukar pengalaman, Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 43

akan lebih memberikan banyak manfaat jika mereka menyelesaikan tugas secara sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan kerja kelompok antara individu dengan anggota kelompoknya yang heterogen, setiap kelompok akan membahas subtopik yang berbeda yang masih terkait dalam satu topik yang sama, sehingga terjadi interaksi dan kerjasama dalam kelompok tersebut. Dalam kelas kooperatif para siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran kooperatif tipe group investigasi pada materi geometri? TINJAUAN PUSTAKA 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Menurut Suprijono (2009: 58) agar pembelajaran kooperatif bisa mencapai hasil yang maksimal harus diterapkan lima unsur dalam pembelajaran kooperatif. Lima unsur tersebut adalah: (1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif). (2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). (3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif). (4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota). (5) Group processing (pemrosesan kelompok). Menurut Slavin (2010:214) Group Investigation memiliki akar filosofis, etis, psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation menekankan pentingnya komunikasi dan saling bertukar pengalaman, akan lebih memberikan banyak manfaat jika mereka menyelesaikan tugas secara sendiri. Jadi metode Group Investigation merupakan kerja kelompok antara individu dengan anggota kelompoknya yang heterogen, setiap kelompok akan membahas subtopik yang berbeda yang masih terkait dalam satu topik yang sama, sehingga terjadi interaksi dan kerjasama dalam kelompok tersebut. Komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran diantara teman sekelas dan sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Slavin (2010: 215) menyatakan bahwa dalam Group Investigation, kelas adalah sebuah tempat kreativitas kooperatif di mana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang berdasar pada perencanaan mutual dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan masing-masing siswa. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses pembelajaran, dimana dalam kelompok siswa dapat bertukar pikiran mengenai materi yang belum dipahami. Metode Group Investigation (GI) merupakan suatu rancangan mengenai pola pembelajaran aktif melalui investigasi kelompok yang terorganisir dengan baik. Namun, metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahan seperti di bawah ini: a. Kelebihan Group Investigation 1. Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks. 2. Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik. 3. Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan siswa lain. 4. Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif) dan group process skill (managemen kelompok). 5. Menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. 6. Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan. 7. Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain. 8. Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif. b. Kelemahan Group Investigation Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 44

1. Memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit. 2. Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif. 3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. 4. Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya. Slavin (2010:215-218), mengemukakan hal-hal yang penting untuk melakukan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah: a. Menguasai Kemampuan Kelompok Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam menginvestigasi, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas. Kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja. b. Perencanaan Kooperatif Siswa bersama-sama menginvestigasi masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan, apa dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas. Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek investigasi berskala penuh. c. Peran Guru Di sini guru berperan sebagai narasumber dan fasilitator. Guru memutar/berkeliling di antara kelompok-kelompok, memperhatikan siswa mengatur pekerjaan, membantu siswa mengatur pekerjaannya, dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok. Slavin (2010:218-220) mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok 2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari 3. Melaksanakan investigasi 4. Menyiapkan laporan akhir 5. Mempresentasikan laporan akhir 6. Evaluasi 2. Aktivitas Siswa Menurut Sardiman (2007: 101) bahwa dalam suatu kegiatan belajar diperlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku, sehingga melakukan kegiatan. Jadi tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas belajar siswa sangat tergantung pada lingkungan belajar. Semakin kondusif lingkungan belajarnya, maka siswa dapat belajar lebih efektif. Sehingga aktivitas belajar yang dilakukan memperoleh sukses yang ditandai dengan adanya penigkatan hasil belajar. Menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 101) menyatakan bahwa aktivitas siswa dapat diklasifikasikan dalam 177 macam aktivitas. Pada penelitian ini ada 5 (lima) aspek aktivitas siswa yang diamati antara lain: (1) Aktivitas lisan (oral activities) yang meliputi: mengeluarkan pendapat, melakukan diskusi, dan mengajukan pertanyaan, (2) Aktivitas mendengarkan (Listening Activities), yang meliputi: mendengarkan pendapat teman kelompok, mendengarkan penjelasan guru, dan mendengarkan pendapat kelompok lain, (3) Aktivitas menulis (Writing Activities) meliputi: mengerjakan tugas tepat waktu, menulis hasil diskusi, dan menulis kesimpulan, (4) Aktivitas mental (Mental Activities) yang meliputi: menanggapi pendapat anggota kelompok, memecahkan masalah dalam kelompok, dan memperhatikan penjelasan guru, dan juga (5) Aktivitas emosional (Emotional Activities) yang meliputi : bersemangat dalam melakukan diskusi, bersikap tenang dalam mengikuti proses pembelajaran, dan senang terhadap materi yang dibahas. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 45

METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research ). Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 135) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan untuk melakukan peningkatan proses dan praksis pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas tempatnya mengajar. Masalah diangkat dari praktek pembelajaran keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru dan siswanya. Pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan (plan), melakukan tindakan (action), mengamati (observation), refleksi (reflection). Dalam penelitian ini peneliti berpartisipasi langsung dalam pembelajaran mulai awal sampai akhir kegiatan. Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor penelitian. Rancangan penelitian ini diambil berdasarkan masalah yang diangkat terjadi dalam situasi nyata, yaitu kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo yang berjumlah 30 siswa. Dalam hal ini lokasi penelitian tersebut beralamat di jalan batoro katong nomor 6B Ponorogo. 2. Prosedur Penelitian Prosedur pada penelitian ini, yaitu : 1. Planning (Perencanaan) Kegiatan yang dilakukasn pada tahap ini adalah mempersiapkan perangkat pembelajaran dan intrumen penelitian. 2. Acting (Pelaksanaan) Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan tindakan/melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi. 3. Observation (Pengamatan), Pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan seorang guru matematika. Pengamatan difokuskan pada aktivitas siswa, diamati berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan. Selain itu, disediakan juga catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi. 4. Reflecting (Refleksi) Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh siklus yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi. Tahap ini mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas siklus yang telah dilaksanakan. Hasil dari refleksi siklus I digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan rencana perbaikan pada siklus selanjutnya 3. Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo yang berjumlah 30 siswa. 4. Prosedur Pengumpulan Data 1. Data hasil observasi Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dan observasi dilakukan oleh guru matematika. 2. Catatan lapangan Catatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi dan bersifat penting sehubungan dengan kegiatan pembelajaran. 5. Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil dari analisis ini digunakan sebagai acuan untuk perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya. Analisis data pada penelitian ini adalah analisis hasil observasi aktivitas belajar siswa: 1. Analisis Data terhadap hasil pengamatan aktivitas siswa Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 46

Data aktivitas siswa diperoleh melalui kegiatan observasi yang dilakukan observer selama pembelajaran berlangsung. Data aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas,adapun perhitungan persentase aktivitas beajar siswa menurut Kunandar (2013: 126) adalah sebagai berikut: NA = Keterangan: NA = Nilai Akhir SP = Skor Perolehan SM = Skor Maksimal Kriteria aktivitas siswa sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria aktivitas siswa Persentase Kriteria 80% 100% 60% 80% < 60% 126) Sangat baik Kurang Sumber: Kunandar (2013: 6. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat jika rata-rata semua aspek pada kriteria baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah rendahnya aktivitas belajar siswa pada materi geometri, pembelajaran matematika di sekolah ini masih berpusat pada guru sehingga siswa hanya menerima materi secara pasif. Sehingga di dalam kelas, siswa merasa bosan terhadap pembelajaran matematika yang diajarkan oleh guru. Implementasi pembelajaran pada siklus I yang terbagi menjadi 2 pertemuan, masingmasing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. 1. Perencanaan Perencanaan kegiatan ini dilaksanakan sebagai awal dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Tahapan pada perencanaan ini yaitu mempersiapkan instrumen penelitian diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, Lembar Observasi Aktivitas Siswa. 2. Implementasi tindakan Implementasi tindakan ini dilaksanakan dalam 2 pertemuan, masing-masing pertemuan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Garis besar pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Guru memulai pembelajaran dengan berdoa bersama, dilanjutkan mengecek kehadiran siswa b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa c. Guru menyampaikan materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan d. Guru mengkondisikan siswa dalam kelompok e. Guru meminta siswa untuk membaca dan memahami LKS dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. f. Guru meminta kelompok untuk menyiapkan laporan hasil kerjanya yang telah di diskusikan dalam kelompok. g. Guru mengatur giliran kelompok yang mempresentasikan hasil investigasi dan diskusi didepan kelas h. Guru melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3. Observasi (Pengamatan) Hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, dapat ditunjukkan pada tabel berikut: Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 47

Tabel 2. Aktivitas belajar siswa pada siklus 1 No Aspek Aktivitas Pertemuan Pertemuan Rata- Kriteria Pertama Kedua Rata Keberhasilan 1 Aktivitas lisan 64.375% 73.75% 69.06% 2 Aktivitas 68.44% mendengar 66.25% 70.625% 3 Aktivitas menulis 64.375% 69.375% 66.88% 4 Aktivitas mental 63.125% 66.875% 65.00% 5 Aktivitas 66.88% Emosional 63.125% 70.625% Rata-Rata Pertemuan 64.25% 70.25% 67.25% Kriteria Keberhasilan Berdasarkan hasil di atas, menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran pada siklus 1 adalah 67,25% pada kategori baik. 4. Refleksi Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada siklus I, pembelajaran dengan Group Investigation sudah berjalan sesuai prosedur yang telah direncanakan. Namun masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan, antara lain: a. Hasil observasi aktivitas siswa belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu ditingkatkan. b. Siswa masih kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran baik pada diskusi kelompok maupun presentasi. Jika tidak bisa mengerjakan LKS yang diberikan kebanyakan siswa hanya diam menunggu sampai ditanya guru c. Kerjasama dalam belajar kelompok belum terbangun dengan baik. Hal ini terbukti dari indikator berdiskusi dalam kelompok termasuk kriteria sedang, karena siswa dalam satu kelompok masih takut untuk bertanya dengan teman satu kelompoknya d. Guru kurang memperhatikan siswasiswa yang tidak ikut serta dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari, sebab yang merespon hanya beberapa siswa saja. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Implementasi pembelajaran pada siklus 2 yang terdiri dari 2 pertemuan. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit. 1. Perencanaan Perencanaan kegiatan ini dilaksanakan sebagai awal dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Tahapan pada perencanaan ini yaitu mempersiapkan instrument penelitian diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, Lembar Observasi, Lembar Tes Awal dan Lembar Tes Akhir. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, perencanaan tindakan untuk siklus II dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Guru harus memotivasi agar aktif dalam belajar kelompok b. Guru mengarahkan agar semua siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok. Selain itu anggota kelompok yang lain juga diarahkan agar semua anggota kelompoknya terlibat dalam diskusi, sehingga semua anggota dapat menyelesaikan tugas tersebut c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menyampaikan dan beberapa siswa yang lain untuk mengomentari, sehingga semua siswa menjadi aktif Implementasi tindakan Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 48

2. Implementasi tindakan ini dilaksanakan dalam dua pertemuan, masing-masing pertemuan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Garis besar pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Guru memulai pembelajaran dengan berdoa bersama, dilanjutkan mengecek kehadiran siswa b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa c. Guru menyampaikan materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan d. Guru mengkondisikan siswa dalam kelompok e. Guru meminta siswa untuk membaca dan memahami LKS dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Tabel 3. Aktivitas belajar siswa pada siklus 2 f. Guru meminta kelompok untuk menyiapkan laporan hasil kerjanya yang telah di diskusikan dalam kelompok. g. Guru mengatur giliran kelompok yang mempresentasikan hasil investigasi dan diskusi didepan kelas h. Guru melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2. Observasi Hasil penelitian dalam siklus 2 dapat dilihat dalam tabel 3 berikut ini: N Pertemuan Pertemuan Kriteria Aspek Aktivitas Rata-Rata o Ketiga Keempat Keberhasilan 1 Aktivitas lisan 78.75% 87.5% 83.13% Aktivitas 2 90% mendengar 83.75% 96.25% 3 Aktivitas menulis 76.25% 93.75 85% 4 Aktivitas mental 75% 80% 77.5% Aktivitas 5 90.94% Emosional 85.63% 96.25% Rata-Rata Pertemuan 79.88% 90.75% 85.31% Kriteria Keberhasilan Sangat Sangat Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus 2 adalah 85,31% pada kategori baik. 3. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sudah memenuhi indikator keberhasilan, namun masih perlu ditingkatkan lagi. a. Hasil observasi aktivitas siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan sehingga tidak perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya. b. Siswa masih sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran baik pada diskusi kelompok maupun presentasi. c. Kerjasama dalam belajar kelompok sudah terlaksana dengan baik. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika siswa kelas X-2 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo pada materi bangun ruang mengalami peningkatan. Rata-rata aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I sebesar 67,25% dan meningkat menjadi 85,31% pada siklus II. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 49

b. Saran Berdasarkan penelitian yang yang telah dilaksanakan, peneli mempunyai beberapa saran sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sebagai salah satu alternative dalam pembelajaran matematika. 2. Pada model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dibutuhkan perencanaan yan baik dan pengelolaan waktu yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sardiman, A. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 3 No. 2 Juli 2015 50