PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

ANALISIS KANDUNGAN MINERAL ESENSIAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

PENETAPAN KADAR MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA DAUN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI

Gambar 2. Daun Tempuyung

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM, MAGNESIUM PADA SELADA

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PEMERIKSAAN KADAR Fe DALAM HATI AYAM RAS DAN AYAM BURAS SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN BESI PADA BEBERAPA SPESIES BAYAM SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS MINERAL KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA BEBERAPA JENIS AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA MEDAN

ANALISIS KALSIUM, MAGNESIUM, DAN TIMBAL PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN DAN AIR MINUM ISI ULANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

MEDAN MEDAN

PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL KALSIUM, KALIUM DAN NATRIUM PADA APEL HIJAU (Pyrus malus, L.) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

PENETAPAN KADAR KALIUM, KALSIUM, NATRIUM, DAN MAGNESIUM DALAM ALPUKAT LOKAL DAN ALPUKAT IMPOR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam Ketam Batu, dan Lokan Segar yang Berasal dari Perairan Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat

BAHAN SEMINAR. PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR KANDUNGAN MINERAL Ca,Fe,P DAN Zn PADA DAUN MELINJO (Gnetum gnemon) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB III METODE PENELITIAN

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

KANDUNGAN LOGAM BERAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

Pupuk dolomit SNI

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

ANALISA KANDUNGAN KALSIUM DAN MAGNESIUM DALAM CACING TANAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM OLEH: ADERIA PUTRI NESTI NIM

Transkripsi:

PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Masfria, Chairul Azhar Dalimunte, Syafridah ABSTRAK Daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) merupakan salah satu tanaman yang dikenal masyarakat sebagai tanaman obat. Hasil informasi bahwa, masyarakat yang telah mengkonsumsi air rebusan daun ekor naga memiliki efek polyuri (banyak buang air kecil) hal ini ada hubungan dengan adanya kandungan kalium yang cukup tinggi dan natrium. Penelitian ini bertujuan memeriksa adanya kandungan mineral kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca), besi (Fe) dan magnesium (Mg) pada daun ekor naga. Analisis kuantitatif mineral kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang berturut-turut 769,9 nm, 589,6 nm, 422,7 nm dan 202,6 nm. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa daun ekor naga mengandung kalium (K), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan kadar masing-masing: K= 847,9111 ± 3,3573 mg/100g, Na = 8,2117 ± 0,1442 mg/100g, Ca = 474,6638 ± 4,5448 mg/100g dan Mg = 69,5370 ± 4,0158 mg/100g. Kata kunci : daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott), spektrofotometri serapan atom. ABSTRAC Ekor naga leaf (Rhaphidophora pinnata (Lf) Schott) is one of the plants known as medicinal plants. The results of that information, people who have consumed the cooking water has the effect of a ekor naga leaves polyuri (urinate a lot) this is nothing to do with the relatively high content of potassium and sodium. This study aims to examine the mineral content of potassium (K), sodium (Na), calcium (Ca), iron (Fe) and magnesium (Mg) in ekor naga leaves. Quantitative analysis of minerals potassium (K), sodium (Na), calcium (Ca) and magnesium (Mg) are performed in atomic absorption spectrophotometry at a wavelength of 769.9 nm respectively, 589.6 nm, 422.7 nm and 202.6 nm.

The results showed that the tail of the dragon leaves contain potassium (K), sodium (Na), calcium (Ca) and magnesium (Mg) with their respective levels: K = 847.9111 ± 3.3573 mg/100g, Na = 8, 2117 ± 0.1442 mg/100g, Ca = 474.6638 ± 4.5448 mg/100g and Mg = 69.5370 ± 4.0158 mg/100g. Key words: ekor naga leaf (Rhaphidophora pinnata (Lf) Schott), atomic absorption spectrophotometry. PENDAHULUAN Mineral adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, misalnya dalam pengaturan kerja enzim-enzim, pembentukan ikatan haemoglobin. Tubuh tidak mampu mensintesa unsur-unsur tersebut sehingga harus disediakan lewat makanan (Budiyanto, 2001). Unsur digolongkan dalam mineral makro dan mineral mikro, Mineral makro terdiri dari natrium, kalium, kalsium dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro terdiri dari besi, tembaga, seng dan kobalt (Almatsier, 2004). Sumber mineral yang paling banyak adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak terdapat di dalam makanan nabati terutama sayuran hijau misalnya: bayam, sawi, daun belinjo, daun singkong, selada dan kacang-kacangan. Hasil pengalaman turun-temurun, penggunaan tanaman herbal dianggap cukup manjur untuk mengobati berbagai macam penyakit (Mangan, 2003). Salah satu tanaman obat yang digunakan secara tradisional oleh masyarakat adalah daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (l.f.) Schott). Secara umum kandungan mineral daun ekor naga belum ada diteliti dan hasil informasi dari masyarakat setelah mengkonsumsi air rebusan memberikan efek polyuri (banyak buang air kecil). Berdasarkan hal tersebut perlu di periksa kandungan mineral makro dari daun ekor naga dan apakah kandungan mineral kalium lebih banyak dari natrium. Metode yang dipilih dalam penetapan kadar mineral makro ( kalium, natrium, kalsium dan magnesium ) adalah

dengan spektrofotometri serapan atom. Metode spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa keuntungan antara lain pelaksanaannya relatif cepat, kecepatan analisisnya tidak memerlukan pemisahan pendahuluan dan dapat menentukan konsentrasi unsur dalam jumlah yang sangat rendah (Khopkar, 2003, Rohman, 2007, Christian, 1996) BAHAN DAN METODE Alat Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer Serapan Atom (GBC Avanta Σ, Australia) lengkap dengan dengan lampu katoda K, Na, Ca, dan Mg, neraca analitik (BOECO, Germany), hot plate (FISONS), alat tanur NEY M-525, blender, kertas saring Whatman no.42, spatula dan alat alat gelas (Pyrex). Bahan 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) yang berasal dari daerah Medan Timur. 2. Pereaksi Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E. Merck kecuali disebutkan lain yaitu asam nitrat, asam klorida, asam pikrat, asam sulfat, etanol 96%, natrium hidroksida, kuning titan, larutan standar kalium, larutan standar natrium, larutan standar kalsium, larutan standar besi, larutan standar magnesium, akuabides (IKA). Pola Penelitian 1. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) segar diperoleh dari Jl. Umar No.17 Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, secara sampling purposif atau sampling pertimbangan (Sudjana, 2005). 2. Penyiapan Sampel Sebanyak 1 kg daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) yang segar dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih, ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka terhindar dari sinar matahari langsung, setelah kering, dihaluskan dengan blender. Sampel siap untuk ditimbang. 3. Proses destruksi Sampel ditimbang seksama sebanyak 10 gram dalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100 o C dan perlahan lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 o C dengan interval 25 o C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 6 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator. Abu dibasahi dengan 10 tetes akuabides dan ditambahkan 10 ml HNO 3 (1:1), kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100 o C dan perlahan lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500 o C dengan interval 25 o C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator (Helrich, 1990). 4. Pemeriksaan Kualitatif a. Kalium Uji Kristal Kalium dengan Asam Pikrat

Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalium, akan terlihat kristal berbentuk jarum besar. b. Natrium Uji Kristal Natrium dengan Asam Pikrat Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat natrium, akan terlihat kristal berbentuk jarum halus. c. Kalsium Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat 1 N Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat dan etanol 96% akan terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum (Vogel, 1990). d. Magnesium Reaksi Kualitatif dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, ditambah 5-6 tetes NaOH 2 N dan 3 tetes pereaksi kuning titan. Dihasilkan endapan merah terang (Vogel, 1990). 5. Analisis Kuantitatif a. Pembuatan Linieritas Kurva Kalibrasi Larutan standard kalium (1000 mcg/ml), larutan standard natrium (1000 mcg/ml), larutan standard kalsium (1000 mcg/ml), larutan standard magnesium (1000 mcg/ml) dipipet masing-masing sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides diperoleh konsentrasi 100 mcg/ml.

Masing- masing larutan baku (100 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian dicukupkan sampai garis tanda dengan akuabides diperoleh konsentrasi 10 mcg/ml. Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet 5; 10; 20; 30 dan 40 ml dari larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 769,9 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet 2; 4; 6; 12 dan 14 ml dari larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,2; 0,4; 0,6; 1,2 dan 1,4 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 589,6 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet 5; 10; 20; 30 dan 40 ml larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet 5; 10; 20; 30 dan 40 ml larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 202,6 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

b. Analisis logam dalam sampel Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam K, yang telah dilarutkan dipipet sebanyak 1 ml lalu di encerkan dengan akuabides sampai 500 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 769,9 nm Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Na, yang telah dilarutkan dipipet sebanyak 10 ml lalu di encerkan dengan akuabides sampai 100 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,6 nm. Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Ca, yang telah dilarutkan dipipet sebanyak 1 ml lalu di encerkan dengan akuabides sampai 250 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Mg, yang telah dilarutan dipipet sebanyak 2 ml lalu diencerkan dengan akuabides sampai 100 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 202,6 nm. 6. Analisis data secara statistik Kadar kalium, natrium, kalsium, besi dan magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus (Sudjana, 2005):

SD = Xi - X n -1 2 Keterangan : Xi = Kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel n = jumlah perulangan SD = Standar Deviasi Untuk mencari t hitung digunakan rumus: X X t hitung = SD/ n dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan 95%, α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar Logam : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / n ) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mendukung hasil analisis kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Data dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif Logam yang No dianalisis 1 Kalium Asam pikrat 1% b/v 2 Natrium Asam pikrat 1% b/v 3 Kalsium 4 Magnesium Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan Asam sulfat 1 N + etanol 96% Kuning titan 0,1% b/v + NaOH 2 N Kristal jarum besar Kristal jarum halus + + Kristal jarum + Endapan merah terang +

Keterangan : + : Mengandung logam Tabel di atas menunjukkan bahwa daun ekor naga mengandung kalium, natrium, kalsium, dan magnesium. Sampel dikatakan positif mengandung kalium jika menghasilkan kristal jarum besar dengan penambahan asam pikrat dan mengandung natrium jika menghasilkan kristal jarum halus. Dikatakan positif mengandung kalsium jika menghasilkan endapan putih berbentuk kristal jarum dengan penambahan asam sulfat dan etanol, dan mengandung magnesium jika menghasilkan endapan merah terang dengan penambahan larutan kuning titan dan natrium hidroksida (Vogel, 1979). 2. Analisis Kuantitatif a. Kurva kalibrasi Kalium, Natrium, Kalsium dan Magnesium Kurva kalibrasi kalium, natrium, kalsium dan magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standard kalium, natrium, kalsium dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 1, 2, 3, dan 4. Absorbansi 0.8000 0.7000 0.6000 0.5000 0.4000 0.3000 0.2000 0.1000 0.0000 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 Konsentrasi (mcg/ml) Gambar 1. Kurva Kalibrasi Kalium

0.3000 0.2500 Absorbansi 0.2000 0.1500 0.1000 0.0500 0.0000 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 Konsentrasi (mcg/ml) Gambar 2. Kurva Kalibrasi Natrium Absorbansi 0.2000 0.1800 0.1600 0.1400 0.1200 0.1000 0.0800 0.0600 0.0400 0.0200 0.0000 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 Konsentrasi (mcg/ml) Gambar 3. Kurva Kalibrasi Kalsium

Absorbansi 0.1800 0.1600 0.1400 0.1200 0.1000 0.0800 0.0600 0.0400 0.0200 0.0000 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 Konsentrasi (mcg/ml) Gambar 4. Kurva Kalibrasi Magnesium Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasi untuk kalium, natrium, kalsium dan magnesium diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,1801X - 0,0048 untuk kalium, Y = 0,1752X + 0,0026 untuk natrium, Y = 0,0446 + 0,0058 untuk kalsium dan Y = 0,0408X + 0,0060 untuk magnesium dan koefisien korelasi (r) untuk kalium sebesar 0,9999, natrium sebesar 0,9997, kalsium sebesar 0,9995 dan magnesium sebesar 0,9974. b. Analisis Kadar Kalium, Natrium, Kalsium dan Magnesium dalam Daun Ekor Naga Hasil analisis penentuan kadar kalium, natrium, kalsium dan magnesium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kadar Kalium, Natrium, Kalsium dan Magnesium No Logam Kadar (mg/100g) 1. K 847,9111 ± 3,3573 2. Na 8,2117 ± 0,1442 3. Ca 474,6638 ± 4,5448 4. Mg 69,5370 ± 4,0158

Dari Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa kadar kalium jauh lebih besar dibandingkan dengan natrium. Selanjutnya diikuti dengan kalsium, magnesium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menyebabkan polyuri (Almatsier, 2004). Ketidakseimbangan jumlah kalium dan natrium inilah yang menyebabkan orang yang meminum air rebusan daun ekor naga memiliki efek polyuri. KESIMPULAN Hasil analisis secara kualitatif dari daun ekor naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) mengandung kalium, natrium, kalsium dan magnesium. Hasil penetapan kadar mineral makro (kalium, natrium, kalsium dan magnesium) dari daun ekor naga dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa kadar kalium, natrium, kalsium dan magnesium masing-masing adalah 847,9111 ± 3,3573 mg/100g kalium (K), 8,2117 ± 0,1442 mg/100g natrium (Na), 474,6638 ± 4,5448 mg/100g kalsium (Ca), dan 69,5370 ± 4,0158 mg/100g magnesium (Mg). Kadar kalium daun ekor naga jauh lebih besar dibandingkan dengan natrium. Sehingga konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menyebabkan polyuri.

DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Budiyanto, M. A. K. 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Edisi Kedua. Cetakan I. Malang: UMM-Press Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Christian, D. G.,1996, Analytical Chemistry, Edisi keempat. United States of America: University of Washington Ermer, J. 2005. Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA. Helrich, K. 1990. Official Methods of the Association of Official Analytical Chemist. Edisi kelimabelas. USA: AOAC international.. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Yayasan Sarana Wanajaya. Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo, A. Jakarta: UI- Press. Lemmens, R. H. M. J. and Bunyapraphatsara, N. 2003. Plant Resources Of South-East Asia. Leiden: Backhuys Publisher. Manan, M. H. A. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara. Mangan, Y. 2003. Cara Bijak menaklukkan kanker. Cetakan I. Jakarta: Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjana. 2005. Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Vogel, A. I. 1990. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Bagian I. Penerjemah: Setiono, L. A. Hadyana, Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pustaka.