BAB I PENDAHULUAN. buruk, memelihara ketertiban dan keamanan, juga memelihara hak orang lain.

dokumen-dokumen yang mirip
Hubungan antara Persepsi terhadap Peran Teman Sebaya dengan Religiusitas pada Siswa Madrasah Aliyah X Kabupaten Bandung

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merevisi teori dari Glock & Stark. Teori religiusitas dari Glock & Stark

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Teman Dengan Religiusitas Pada Komunitas Motor X

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. (supernatural) (Jalaluddin, 2002). Manusia di mana pun berada dan bagaimana pun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISA DATA MENGENAI PERILAKU KEAGAMAAN SISWA TUNANETRA DI SMPLB A YPAB SURABAYA. A. Pengetahuan Keagamaan Siswa Tunanetra di SMPLB A YPAB

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

I. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

Studi Deskriptif Mengenai Religiusitas pada Siswa Bermasalah di SMA PGII 2 Bandung

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Terdapat bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Karimah Siswa. terhadap Allah Swt. di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

BAB IV ANALISIS PERANAN KEGIATAN WAQI AHAN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI MADRSAH DINIYAH

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

INSTRUMEN PENELITIAN PENGUNGKAP

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM PELAKSANAAN IBADAH SHOLAT 5 WAKTU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

Bagan 1.1 : Skema Kerangka Pemikiran

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN. Tulungagung, di dapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN. No Sumber Data / Informasi. Dicapai. 1. Subyek penelitian. Keberagamaan Homoseksual. Mengetahui sikapsikap

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB VI PENUTUP. Kegiatan Keagamaan terhadap Akhlakul Karimah Siswa di MTsN. Aryojeding Rejotangan Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017, dan

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA. religiusitas homoseksual Muslim dan Kristen meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB III PENYAJIAN DATA. mendapatkan data tentang bagaimana peranan Penyuluh Agama Honorer (PAH)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Data. Setelah data hasil penelitian disajikan, dapat diuraikan sebagai sebagai. berikut:

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kepada Sang Pencipta (Jalaludin, 1996). Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENGAMALAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA

BAB IV ANALISIS PERANAN KEGIATAN SPIRITUAL DALAM PENCAPAIAN PRESTASI KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam pendidikan sangat diutamakan dan ditekankan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian seseorang. Para remaja harus dapat bersosialisasi di lingkungan dengan mengetahui norma-norma yang ada di lingkungannya. Remaja harus dapat menjalankan norma tersebut. Remaja sudah mengetahui tindakan baik buruk, memelihara ketertiban dan keamanan, juga memelihara hak orang lain. Menurut Sarwono (2008; 103) moral dan agama merupakan bagian yang penting dalam jiwa remaja. Moral dan religi ini dapat mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa. Di Indonesia juga agama dianggap hal yang penting karena agama mewarnai kegiatan sehari-hari masyarakat. Oleh karena itu di Indonesia marak pendidikan berbasis agama, khususnya agama islam. Secara umum perbedaan sekolah berbasis agama dengan sekolah umum adalah sekolah berbasis agama, memadukan keilmuan Islam dan keilmuan umum lainnya. Menurut Jalaluddin (2010; 284), pendidikan keagamaan (religious pedagogic) sangat mempengaruhi tingkah laku keagamaan (religious behaviour). Artinya, siswa yang bersekolah di sekolah berlandasan agama diharapkan perilakunya akan mengikuti segala anjuran keagamaan. 1

2 Persatuan Islam merupakan salah satu organisasi Islam yang mendirikan sekolah. Mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Salah satu sekolah menengah atas Persatuan Islam di Kabupaten Bandung adalah Madrasah Aliyah Persatuan Islam 60 Katapang yang terakreditasi. Dalam menjaring siswa baru, MA ini melakukan seleksi agar mendapatkan siswa-siswa yang unggul. MA Persis 60 Katapang memiliki jadwal dari pukul 06.45 sampai dengan 15.00. MA ini memadukan pelajaran islam seperti aspek Al-Quran/ Hadis, Keimanan, Ibadah/ Syariah, Akhlak, Bahasa Arab dan aspek Tarikh dengan pelajaran umum. Pelaksanaan terhadap kegiatan keagamaan di MA ini dilaksanakan rutin, seperti tadarus sebelum memulai pelajaran, pembahasan tentang ayat suci Al-Quran seminggu sekali, shalat duha dan duhur berjamaah, kegiatan evaluasi dari aspekaspek Islam dalam bentuk praktik keagamaan, dan adapun kegiatan ceramah yang dilakukan semigu sekali setiap pagi. Dengan memiliki kegiatan berlandaskan Islam, sekolah mengharapkan siswa dapat memiliki akhlaqul karimah yang sesuai dengan ajaran agama. Berdasarkan wawancara kepada 12 orang siswa kelas XI dan 10 orang siswa kelas XII, seluruh siswa mempercayai adanya rukun iman dan rukun islam. Mereka mempercayai adanya Allah SWT. Mereka juga percaya bahwa Allah SWT Maha Melihat dan terdapat malaikat yang mencatat amal baik dan amal buruk. Walalupun demikian, menurut guru BK masih banyak siswa yang tidak mencerminkan perilaku seperti ajaran agama. Masih terdapat siswa yang perilakunya tidak sesuai dengan pengetahuan agama yang mereka dapatkan. 2

3 Menurut guru BK, ketika sedang ujian berlangsung masih banyak siswa yang saling bekerjasama. Mereka saling memberikan jawaban kepada temannya, mencontek pada teman sebelahnya, membuka buku saat ujian, ataupun membuat contekan. Guru sudah memberikan peringatan bagi mereka yang mencontek, namun para siswa masih tetap melakukannya. Hal yang dilakukan oleh para siswa tentunya bertentangan dengan ajaran agama islam yang memerintahkan umatnya agar berperilaku jujur. Menurut siswa, mereka mencontek melihat teman mereka mencontek dan mendapat nilai yang memuaskan. Adapun yang menerima ajakan temannya untuk saling memberikan jawaban saat ujian berlangsung. Siswa takut dijauhi oleh teman-temannya apabila tidak memberikan jawaban kepada temannya. Beberapa siswa juga mengatakan mereka tidak memiliki niat untuk mencontek namun, ketika melihat temannya mencontek mereka mengikuti teman-temannya. Dalam relasi dengan teman-temannya, masih terdapat siswa yang menunjukkan relasi yang kurang baik. Baik itu siswa laki-laki ataupun perempuan masih sering membicarakan keburukan orang lain. Mereka juga sering kali berkata kasar kepada teman-temannya. Para siswa juga sering menghina dan memperolok temannya. Siswa laki-laki lebih sering terlibat perkelahian dengan temannya dikarenakan sakit hati dengan temannya. Tentunya hal ini membuat relasi dengan sesama menjadi buruk. Mereka sebenarnya mengetahui bahwa setiap umat muslim hendaklah bertutur kata yang baik pada sesama, namun mereka masih tetap melakukannya. Mereka berkata kasar karena banyak teman-temannya yang berbicara kasar. Teman-teman sering menceritakan tenatang keburukan orang lain. Hal ini membuat mereka senang membicarakan orang lain. 3

4 Di MA Persis 60 Katapang, para siswa-siswi tentunya mandapatkan ilmu tentang keagamaan dari sekolah lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum. Hal ini dikarenakan MA ini memiliki kurikulum, kegiatan, serta iklim pembelajaran yang dikaitkan dengan nilai-nilai keislaman. Akan tetapi, tidak semua siswa memiliki pengetahuan yang sama akan agama. Menurut guru BK, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru sedang mengajar di kelas. Ketika guru menerangkan mereka biasanya memainkan telepon genggam atau mengobrol dengan temannya. Mereka tidak tertarik untuk mencaritau tentang ajaran agama Islam lebih dalam. Mereka merasa pelajaran yang disampaikan guru sudah cukup, sehingga mereka tidak mencari tau lebih dalam. Menurut para siswa, mereka melakukan hal tersebut karena melihat teman-teman mereka pun melakukan hal yang sama saat pelajaran berlangsung. Tidak jarang saat temannya mengajak untuk pergi ke kantin ketika pelajaran masih berlangung, mereka tergiur untuk mengikuti ajakan temannya. Menurut wawancara kepada 12 orang siswa kelas XI dan 10 orang siswa kelas XII, 13 siswa ketika membaca Al-Quran mereka hanya membacanya saja tanpa mengetahui maknanya. Mereka hanya mempelajari agama saat di sekolah saja. Ketika di luar sekolah, mereka tidak tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang agama. Mereka lebih memilih untuk menerima ajakan teman-temannya untuk bermain. Tidak jarang teman-teman mereka mengejek mereka ketika mereka 4 membaca tentang hal-hal yang berhubungan dengan Islam. Merka juga merasa bahwa teman-teman mereka masih banyak yang belum paham tentang isi yang terkandung dalam Al-Quran. Saat sedang berbincang dengan teman-teman, sebagian besar para siswa jarang membicarakan hal tentang agama. Menurut mereka terkadang teman

5 teman mengkritik mereka apabila mereka membaca buku tentang agama. Oleh karena itu mereka malas untuk membaca buku tentang agama. Berdasarkan hasil wawancara, 14 orang orang siswa mengaku masih belum konsisten dalam melaksanakan shalat 5 waktu. Mereka masih bolong-bolong melaksanakan shalat wajib. Terdapat siswa yang hanya shalat di sekolah saja. Saat di rumah mereka kadang shalat, kadang tidak. Tidak jarang saat mereka bermain bersama teman-teman mereka terlalu asik bermain sehingga lupa akan shalat. Para siswa pun masih banyak yang menunda-nunda shalat. Mereka melaksanakan shalat saat waktu shalat hampir habis. Padahal para siswa mengetahui bahwa shalat itu wajib dan tidak boleh ditunda-tunda. Adapun siswa yang tergesa-gesa saat melakukan shalat, sehingga membuat mereka tidak khusyu. Mereka melakukan hal tersebut karena ingin melanjutkan bermain bersama teman-temannya. Tidak jarang mereka lebih sering menerima ajakan temannya untuk mementingkan bermain, sehingga mereka menunda shalat. Ada pula siswa yang merasa apabila melaksanakan shalat tepat waktu mereka diperolok oleh teman-temannya. Hal ini membuat siswa malu untuk melakukan shalat tepat waktu. Selain shalat, dalaam agama islam terdapat kegiatan ritual keagamaan seperti puasa, zakat dan shadaqoh. Dalam melaksanakan puasa, beberapa siswa mengakui bahwa mereka hanya melakukan puasa wajib saja saat bulan Ramadhan. Untuk puasa sunah, mereka jarang melakukan hal tersebut. Menurut mereka, hal tersebut hal yang wajar Karena teman-teman mereka pun jarang melakukan puasa sunah. Ketika melakukan puasa sunah, mereka tergoda ketika melihat teman mereka makan. 5

6 Teman-teman juga mengajak mereka untuk makan. Teman-teman juga tidak pernah megigatkan akan hal tersebut. Sekolah memiliki program agar mewajibkan siswa untuk menyisihkan uang jajannya untuk disumbangkan setiap seminggu sekali. Uang tersebut nantinya disumbangkan kepada panti asuhan dan warga yang kurang mampu di sekitar sekolah. Siswa boleh menyumbangkan berapapun jumlahnya. Pada kenyataannya, masih terdapat siswa yang kurang peduli dengan kegiatan tersebut. Siswa lebih memilih untuk menghabiskan uangnya untuk bermain bersama teman-temannya. Hal tersebut dianggap hal yang biasa saja. Karena teman-teman merekapun jarang bersedekah. Dalam melaksanakan kegiatan keagamaan yang dilakukan secara bersama-sama, baik itu siswa laki-laki ataupun perempuan masih banyak yang malas melaksanakannya. Kegiatan keagamaan yang dilakukan bersama-sama di sekolah tersebut adalah kegiatan membaca Al-Quran sebelum belajar, shalat duha dan duhur berjamaah, kaijan kitab, ceramah, dan mengikuti organisasi keagamaan. Saat kegiatan membaca Al-Quran masih banyak siswa yang tidak melakukannya. Sama halnya ketika kajian kitab berlangsung. Kajian kitab ini dilakukan seminggu sekali. Pada kenyataannya, menurut guru BK masih banyak siswa yang bermalas-malasan untuk mengikuti kegiatan ini. Menurut para siswa,, mereka lebih memilih untuk mengikuti ajakan teman-temannya untuk pergi ke kantin atau menggobrol. Mereka yang jarang mengikuti kegiatan tersbut juga melihat teman-temannya tidak mengikuti kegiatankegiatan tersebut, sehingga mereka mengikuti perilaku teman-temannya. Ketika 6

7 mereka ingin mengikuti kajian kitab terkadang teman mengkritik keinginan mereka. Hal tersebut membuat siswa mengurungkan niatnya. Ketika shalat berjamaah dilaksanakan, hampir sebagian dari mereka masih bermalas-malasan. Mereka sengaja datang terlambat untuk mengikuti shalat berjamaah. Ketika ceramah berlangsungpun, banyak siswa yang pergi meninggalkan masjid. Mereka lebih memilih untuk pergi ke kantin. Para siswa yang masih berada di masjid banyak yang tidak mendengarkan ceramah. Mereka lebih banyak mengobrol dengan temannya. Menurut mereka, hal tersebut dianggap wajar karena banyak teman-teman yang lain melakukan hal serupa. Ada pula teman mereka mengejek mereka apabila mereka ingin mendengarkan ceramah dengan seksama. Sehingga membuat mereka memilih untuk mengikuti teman-teman untuk terlambat datang saat shalat berjamaah dan pergi saat ceramah berlangsung. Mereka juga takut dijauhi atau diejek oleh teman-temannya apabila tidak menerima ajakan teman mereka untuk meninggalkan masjid. Walaupun demikian, tidak semua siswa bermalas-malasan untuk mengikuti kegiatan keagamaan. Mereka merasa dengan mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan secara bersama-sama merupakan hal penting. Hal tersebut dikarenakan mereka mengetahui bahwa dengan melakukan shalat berjamaah mereka akan mendapatkan pahala yang lebih banyak. Mereka juga mengetahui manfaat dari kegiatan tersebut agar dapat menjalin silaturahmi dengan sesama umat muslim. Di sisi lain, 9 orang siswa tidak memperdulikan komentar dari teman-temannya. Mereka senang untuk mencari tau dan mempelajari agama baik itu di sekolah ataupun di luar sekolah. Mereka mendapatkan informasi melalui buku, bertanya pada guru, 7

8 mengikuti pengajian dan dari internet. Adapun siswa yang sering mengikuti berbagai perlombaan. Seperti perlombaan menghafal Al-Quran, kaligrafi, cerdas cermat, dan nasyid. Siswa tersebut pun sering mandapatkan juara. Mereka pun tetap menjalankan puasa sunnah walaupun teman mereka tidak puasa. Dalam mengikuti organisasi keagamaan, hanya beberapa siswa yang berminat untuk mengikutinya. Dari kelas XI terdapat 5 orang dan kelas XII terdapat 5 orang yang aktif megikuti kegiatan organisasi keagamaan. Menurut siswa yang mengikuti organisasi keagamaan, dikarenakan teman mereka pun mengikuti organisasi keagamaan Sedangkan siswa yang tidak mengikuti kegiatan organisasi, ketika kegiatan berlangsung mereka pulang atau bermain bersama teman-teman. Mereka merasa teman-teman yang tidak mengikuti organiasasi dianggap lebih keren. Tidak jarang pula teman-teman mereka mengejek mereka apabila mereka mengikuti organiasi keagamaan.para siswa juga merasa sama dengan teman-temannya yang tidak mengkuti organisasi keagamaaan. Menurut para siswa, mereka merasa bersalah ketika melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Mereka takut dosa ketika melakukukan hal tersebut. Mereka merasa menyesal apabila ingat mereka melakukan pelanggaran. Akan tetapi, para siswa tetap melakukan pelanggaran. Adapun siswa dengan alasan takut sehingga siswa tersebut enggan untuk meaggar aturan agama. Soswa yang menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama merasa tenang dan merasa Allah SWT selalu menolong mereka. Ketika mereka berdoa kepada Allah SWT mereka merasa Allah SWT akan senantiasa menolong umatnya. 8

9 Pihak sekolah juga telah melakukan tindakan kepada para siswa yang melanggar. Seperti memberi hukuman, memberikan nasihat, ataupun dengan memanggil orang tua. Hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah seperti push up, lari, skors, bahkan dikeluarkan dari sekolah. Akan tetapi para siswa masih tetap melakukan pelanggaran. Menurut Desmita (Palupi, 2013), dibandingkan dengan masa anak-anak keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Pada masa remaja, mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Menurut penelitian Ortega dan Krauss (2013) di Malaysia, siswa yang bersekolah di sekolah berlandaskan Islam lebih tinggi tingkat religiusitasnya dibandingkan sekolah negeri umum. Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Teman Sebaya dengan Religiusitas Siswa Madrasah Aliyah Persatuan Islam 60 Katapang Kabupaten Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Menurut Sarwono (2008; 121) di Indonesia agama merupakan hal penting. Agama dapat menstabilkan tingkah laku. Agama memberikan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja yang mencari eksistensi dirinya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti tertarik pada aspek peran teman sebaya dan religiusitas pada siswa di Madrasah Aliyah Persatuan Islam 60 Katapang Kabupaten Bandung. Masalah yang terdapat di Madrasah Alawiyah Persatuan Islam Katapang 9

10 Kabupaten Bandung adalah walaupun mereka diberikan pengetahuan tentang agama di sekolah, namun hal tersebut tidak tercermin dalam perilaku mereka. Religiusitas menurut Glock & Stark adalah tingkat konseptualisasi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. (Huber&Huber, 2012). Teori religiusitas yang digunakan berdasarkan hasil revisi teori Religioisity dari Glock & Stark (1965), oleh Huber & Huber (2012). Terdapat 5 dimensi untuk melihat religiusitas individu yaitu intelectual dimension yaitu mengenai pengetahuan agama yang dimiliki siswa juga minat siswa akan berita keagamaan), ideology dimension yaitu merepresentasikan kepercayaan, pendirian, dan berpegang teguh pada keberadaan Allah SWT, public practice dimension yaitu pola berperilaku dan rasa kebersamaan yang ditunjukkan oleh siswa dengan umat seagamanya yang berlandaskan karena Allah SWT, private practice dimension yaitu pola berperilaku siswa untuk mendekatkan diri pada Tuhannya, dan religious experience dimension yaitu bagaimana persepsi siswa terhadap pengalaman dan perasaan religius yang pernah dialami. Salah satu faktor yang terkait dengan religiusitas adalah lingkungan sekolah, yaitu hubungan antara siswa dengan temannya. Ketika usia remaja, individu akan lebih banyak melakukan interaksi dengan teman sebaya dibandingkan dengan keluarga (Yusuf, 2014; 141). Menurut Shaffer (2009), peran teman sebaya adalah bagaimana tekanan atau dorongan dari teman sebaya dapat mempengaruhi teman lainnya. Teman sebaya dalam penelitian ini adalah teman satu sekolah di MA Persis 60 Katapang. Terdapat empat macam peran teman sebaya menurut Shaffer (2009), yaitu sebagai reinforcement and punishment yaitu perilaku siswa diperkuat, dipertahankan, atau 10

11 menjadi hilang dengan melihat reaksi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang diberikan teman sebaya terhadap tindakan yang dilakukannya, sebagai model tingkah laku yaitu siswa mencontoh perilaku teman sebaya dalam bertingkah laku, sebagai objek pembanding sosial yaitu siswa membandingkan perilaku teman mereka, dan sebagai agen pengkritik dan persuasif yaitu teman sebaya sebagai tempat berdiskusi dan memperdebatkan hal yang tidak disukai. Penelitian ini dilakukan pada siswa MA Persatuan Islam Katapang, dengan populasi seluruh siswa MA Persatuan Islam Katapang. Siswa kelas XI sebanyak 25 orang dan 24 orang siswa kelas XIII. Kelas X tidak termasuk dalam populasi dikarenakan merupakan siswa baru. Dari penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka perumusan masalahnya adalah: 1. Seberapa erat hubungan persepsi terhadap peran teman sebaya dengan religiusitas siswa MA Persatuan Islam 60 Katapang? 2. Bagaimana gambaran peran teman sebaya pada siswa MA Persatuan Islam 60 Katapang? 3. Bagaimana gambaran religiusitas pada siswa MA Persatuan Islam 60 Katapang? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian a. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai keeratan hubungan antara persepsi terhadap peran teman sebaya dengan religiusitas pada siswa MA Persatuan Islam 60 Katapang. 11

12 b. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai gambaran persepsi terhadap peran teman sebaya dan religiusitas siswa MA Persatuan Islam 60 Katapang dan mengetahui keeratan hubungan antara persepsi terhadap peran teman sebaya sebagai salah satu faktor yang berhubungan dengan religiusitas pada siswa MA Persatuan Islam 60 Katapang. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penelitian ini memberikan informasi tentang hubungan persepsi terhadap peran teman sebaya dengan religiusitas pada remaja yang bersekolah di sekolah berlandaskan islam. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi pihak sekolah dan orang tua, memberikan informasi tentang peran teman sebaya yang terkait dengan religiusitas siswa MA Persatuan Islam 60 Katapang. Sehingga informasi tersebut dijadikan masukan bagi pihak sekolah agar dapat meningkatkan religiusitas atau mempertahankan religiusitas siswa melalui teman sebaya. 2. Bagi para siswa, memberikan informasi mengenai peran teman sebaya terkait tingkat religiusitas remaja. 12