BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada. bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB III METODELOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

Abstrak. Kata-kata kunci: subjective well-being, kognitif, afektif, penghuni rumah susun

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR ORISINALITAS... iii. LEMBAR PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK...

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. argumentatif pemilihan pendekatan atau metode dengan memperhatikan pula

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan

Abstrak. Kata kunci : subjective wellbeing, lansia, penyakit kronis. vii Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Subjek Penelitian

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING ANTARA GURU BERSERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki kesimpulan sebagai berikut : c) Ada hubungan antara kebahagiaan dengan kepuasan hidup.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data utama yaitu data mengenai hubungan antara body image dengan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

Subjective Well-Being pada Guru Honorer di SMP Terbuka 27 Bandung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB IV KORELASI ANTARA RELIGIUSITAS DAN KEBAHAGIAAN SUBYEKTIF: PENYAJIAN DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. ruang terbuka hijau (RTH) oleh Pemerintah Kota merupakan salah satu bagian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipilih yakni kombinasi kuantitatif dan penelitian kualitatif,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. data bersifat kuantitatif statistik, dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective wellbeing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well Being. Menurut Diener (2009) definisi dari subjective well being (SWB) dan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Permata Finance Indonesia (PT. PFI) dan PT. Nusa Surya Ciptadana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

, 2015 EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. perilakuan religius terhadap kesejahteraan subjektif penderita gagal ginjal kronis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

Pengaruh Pelatihan Syukur terhadap Subjective Well-Being pada Penduduk Miskin di Surakarta

INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental p-issn e-issn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui

EFEKTIVITAS PELATIHAN RASA SYUKUR TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA ORANGTUA DENGAN ANAK TUNARUNGU ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah motivasi memengaruhi komitmen

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. kesimpulan bahwa orang tua menggambarkan well being anak dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

KUESIONER. A. Karakteristik Responden No Responden. 1. Jenis Kelamin: 1. Pria 2. Wanita 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Tidak dapat

BAB V PENUTUP. 1. Service quality signifikan mempengaruhi brand trust konsumen pada saat

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH DI PT. INKOSINDO SUKSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap individu pasti menginginkan kehidupan yang bahagia, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN. teori-teori yang ada melalui pengukuran variabel-variabel dengan prosedur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

KUESIONER. DIISI OLEH PENELITI 1. Nama Pewawancara : Kelompok : 2. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB

ABSTRAKSI. yang menyatakan ada pengaruh antara gaji dan kepuasan kerja diterima. Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pelatihan dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan Kantor Pos Regional

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. a. Subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung secara umum lebih banyak berada dalam kategori tinggi daripada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum jumlah guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang memiliki penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan penilaian afektif mengenai mood dan emosi yang tinggi lebih banyak daripada jumlah guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang memiliki penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan penilaian afektif mengenai mood dan emosi yang rendah. b. Komponen kognitif subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung sebagian besar berada dalam kategori cukup puas. Artinya, sebagian besar guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung secara umum merasa puas dengan kehidupan mereka. Namun, terdapat beberapa aspek kehidupan yang mereka anggap masih sangat memerlukan perbaikan. Sementara itu, komponen afektif subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung sebagian besar berada dalam kategori seimbang. Artinya, sebagian besar guru honorer Sekolah Dasar di Kota 117

118 Bandung merasakan afek-afek atau emosi-emosi positif dan afek-afek atau emosi-emosi negatif dalam frekuensi dan intensitas yang seimbang. c. Tidak terdapat perbedaan subjective well-being yang signifikan pada guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung ditinjau dari faktor-faktor demografis yang meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, dan masa kerja. Artinya, faktor-faktor demografis tersebut tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung. Namun, faktor penghasilan dinilai sebagai salah satu faktor demografis yang memiliki pengaruh besar terhadap subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung. 2. Karakteristik guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang memiliki tingkat subjective well-being tinggi ditandai dengan kepuasan terhadap kehidupan secara umum, kesehatan fisik, hubungan dengan rekan kerja, keluarga, pasangan hidup, pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang yang sebagian besar berada dalam kategori puas. Karakteristik yang lain adalah frekuensi dan intensitas afek-afek positif yang lebih tinggi daripada afekafek negatif. Sementara itu, karakteristik subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang memiliki tingkat subjective well-being rendah ditandai dengan kepuasan terhadap kehidupan secara umum, kesehatan fisik, hubungan dengan rekan kerja, keluarga, pasangan hidup, pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang yang sebagian besar berada dalam kategori cukup puas. Berbeda dengan guru honorer Sekolah Dasar

119 di Kota Bandung yang memiliki tingkat subjective well-being tinggi, guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang berada dalam kategori tingkat subjective well-being rendah memiliki frekuensi dan intensitas afek-afek negatif yang lebih tinggi daripada afek-afek positif. Meskipun demikian, guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang memiliki tingkat subjective well-being tinggi dan rendah memiliki ketidakpuasan yang sama terhadap penghasilan mereka sebagai guru honorer. 5.2 Rekomendasi Berikut ini adalah sejumlah rekomendasi yang diajukan oleh penulis berdasarkan hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini. 1. Bagi Guru Honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung Secara umum, guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung merasa cukup puas dengan kehidupan mereka sebagai guru honorer. Namun, mereka merasa tidak puas dengan penghasilan yang mereka peroleh karena dinilai sangat kecil. Oleh karena itu, cara yang mungkin dapat dilakukan oleh para guru honorer untuk menambah penghasilan adalah dengan cara melakoni pekerjaan sampingan. Sementara itu, guru honorer yang hanya mengajarkan satu atau dua mata pelajaran saja disarankan juga untuk mengajar di beberapa sekolah sekaligus. Selain itu, para guru honorer disarankan untuk bergabung dalam sebuah forum. Hal ini dinilai dapat mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan sebagai guru honorer. Di samping itu, keikutsertaan dalam forum tersebut dinilai akan

120 memperlebar akses bagi mereka untuk memperoleh hak-hak yang lebih layak sebagai guru honorer. 2. Bagi Pihak Sekolah Lingkungan sekolah sebagai tempat para guru honorer menjalankan tugas sebaiknya dibuat senyaman mungkin, baik secara fisik maupun non-fisik. Hal tersebut dinilai dapat memunculkan afek-afek atau emosi-emosi positif sehingga para guru honorer dapat menjalankan tugas mereka dengan senang, meskipun penghasilan yang mereka terima sangat kecil. Jika perlu, pihak sekolah sebaiknya lebih banyak mengadakan pembinaan-pembinaan rohani atau spiritual bagi para guru honorer. 3. Bagi Pemerintah Pemerintah sebaiknya dapat menyusun kebijakan yang lebih memperhatikan kesejahteraan guru honorer, misalnya penetapan gaji guru honorer sesuai dengan Upah Minimum regional (UMR) atau pengangkatan guru honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil secara lebih sistematis dan berkala. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dinilai masih memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini.

121 a. Penelitian ini masih sebatas penelitian yang bersifat deskriptif. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan desain yang berbeda, seperti desain komparasi, korelasi, atau bahkan eksperimen. Untuk melakukan penelitian dengan desain-desain tersebut, peneliti selanjutnya tentu harus menambahkan sejumlah variabel yang lain untuk diteliti. b. Penelitian ini merupakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagi pendekatan utama. Bagi peneliti selanjutnya yang bermaksud untuk melakukan penelitian menggunakan pendekatan dan desain penelitian yang sama, disarankan untuk menambah jumlah sampel kualitatif pada setiap kategori. Hal tersebut bertujuan agar data yang diperoleh secara kualitatif memiliki pembanding. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat juga melakukan penelitian dengan menggunakan desain penelitian yang berkebalikan, yaitu pendekatan kualitatif sebagai pendekatan utama dan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan alternatif. c. Kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu SWLS (Satisfaction with Life Scale) dan SPANE (Scale of Positive and negative Experince) dinilai terlalu sederhana dan kurang dapat menggali informasi mengenai subjective well-being secara lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya yang bermaksud untuk melakukan pengambilan data dengan menggunakan kedua instrumen tersebut sebaiknya juga

122 melakukan pengambilan data dengan menggunakan cara yang lain, misalnya wawancara. Hal tersebut perlu dilakukan agar data yang diperoleh lebih bersifat komprehensif. d. Peneliti selanjutnya yang akan menggunakan instrumen yang sama dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu SWLS (Satisfaction with Life Scale) dan SPANE (Scale of Positive and negative Experince), sebaiknya melakukan uji statistik terlebih dahulu untuk mengetahui korelasi di antara kedua instrumen tersebut. Dengan demikian, peneliti akan mengetahui besar hubungan kedua instrumen tersebut dalam pengukuran subjective well-being. e. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan sejumlah instrumen subjective well-being yang lain, misalnya Subjective Well-Being Inventory (SUBI) yang disusun secara khusus untuk responden yang berada di kawasan Asia Tenggara. f. Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan populasi dan lokasi yang sama disarankan untuk mengambil jumlah sampel yang lebih besar dan lebih mendekati jumlah populasi yang mencapai 2055 orang. Hal tersebut dinilai dapat memperkecil tingkat kesalahan sekaligus membuat hasil penelitian menjadi lebih representatif. g. Subjective well-being merupakan tema penelitian yang bersifat umum sehingga dapat dilakukan terhadap berbagai populasi dengan berbagai setting. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan

123 penelitian mengenai subjective well-being dengan populasi dan setting yang lebih variatif.