Low Mass X-ray Binary

dokumen-dokumen yang mirip
CATACLYSMIC VARIABLE

1. Jika FB QPO diabaikan, Power Spectral Density antara FB dan Banana. 2. Jika HB QPO diabaikan, Power Spectral Densityantara HB dan Island

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

SIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah

7. EVOLUSI BINTANG 7.1 EVOLUSI BINTANG PRA DERET UTAMA

MISTERI JAGAT BAYI (BABY UNIVERSES), LUBANG HITAM DAN JAGAT GAIB

Bab 4. Pembentukan Planet Raksasa. 4.1 Inti Planet Raksasa

Bab III INTERAKSI GALAKSI

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LATIHAN UJIAN NASIONAL

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar

SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1

2 A (C) - (D) - (E) -

Mata Pelajaran : FISIKA

Apakah bintang itu? Jika malam datang dan langit sedang cerah, pergilah ke halaman rumah lalu

STAR FORMATION RATE (SFR) PADA GALAKSI YANG BERINTERAKSI

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Riwayat Bintang. Alexandre Costa, Beatriz García, Ricardo Moreno, Rosa M Ros

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SIMAK UI Fisika

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

indahbersamakimia.blogspot.com Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2011, Waktu : 150 menit

SUMBER Z DAN SUMBER ATOLL

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya

FISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s)

Pertanyaan Final (rebutan)

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2016 TINGKAT PROVINSI

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak

HUBUNGAN GAMMA-RAY BURST DAN SUPERNOVA

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

Bab 6. Migrasi Tipe I dan Tipe II. 6.1 Migrasi Tipe I

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

ENERGI & PROSES FISIOLOGI TUMBUHAN

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI

BEBERAPA CATATAN SAINS MODERN TENTANG PEMBENTUKAN KOSMOS

Bintang Ganda DND-2006

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

PENGENALAN ASTROFISIKA

PROGRAM PERSIAPAN OLIMPIADE SAINS BIDANG ASTRONOMI 2014 SMA 2 CIBINONG TES 20 MEI 2014

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

θ = 1.22 λ D...1 point θ = 2R d...2 point θ Bulan θ mata = 33.7 θ Jupiter = 1.7

Populasi Bintang. Ferry M. Simatupang

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

Copyright all right reserved

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

Bab 5. Migrasi Planet

BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe.

KARAKTERISTIK GAMMA-RAY BURST

PERINGATAN. Singapura, 5 April David Orlando Kurniawan SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA BIDANG ASTRONOMI 2014

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

C20 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Hasil pengukuran diameter suatu benda menggunakan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar berikut.

seperti sebuah bajak, masyarakat Cina melihatnya seperti kereta raja yang ditarik binatang, dan masyarakat Jawa melihatnya seperti bajak petani.

(A) bola dengan massa yang lebih besar akan menghantam lantai lebih dahulu karena lebih berat. (D) kedua bola akan menghantam lantai bersamaan

Copyright all right reserved

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

Kurang dari 0,25 diameter bumi. g/cm³) Gravitasi sekitar 1,67 m/s². Sekitar 17% gravitasi bumi

SIMAK UI 2013 Fisika. Kode Soal 01.

ANGIN BINTANG & HORIZONTAL BRANCH

UN SMA IPA 2013 Fisika

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Antiremed Kelas 12 Fisika

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

TEORI PERKEMBANGAN ATOM

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

UN SMA IPA 2009 Fisika

Oleh : Chatief Kunjaya. KK Astronomi, ITB

Radio Aktivitas dan Reaksi Inti

C13 1 FISIKA SMA/MA IPA

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)

BAB I PENDAHULUAN. yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan

KEMAMPUAN YANG DIUJI SOAL NO. SOAL Seorang siswa mengukur tebal kayu dengan menggunakan jangka sorong seperti diperlihatkan pada gambar.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Soal Ujian Olimpiade Astronomi Kabupaten-Kota Tingkat SMA, 2008

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

Transkripsi:

Bab II Low Mass X-ray Binary Sco X-1 merupakan obyek yang pertama kali ditemukan sebagai sumber sinar- X di luar Matahari (Giacconi et al., 1962). Berbagai pengamatan dilakukan untuk mencari sumber sinar-x yang lain dan menghasilkan pemetaan distribusi sumber sinar-x di galaksi kita. Selama bertahun-tahun, Sco X-1 sebagai prototype X-ray Binaries terus dipelajari, untuk memecahkan pertanyaan dasar, yakni bagaimana sinar-x itu diproduksi dan dipancarkan. Sebuah ide muncul untuk memodelkan Sco X-1 sebagai sistem bintang ganda yang memiliki 3 properti yakni bintang normal, bintang kompak dan piringan akresi (lihat gambar 2.1). Gambar II.1: Properti LMXB dengan berbagai sudut inklinasi (Charles and Seward 1995) Sumber sinar-x yang berasal dari bintang ganda, dikenal dengan X-ray Binaries. Pengklasifikasian X-ray Binaries berdasarkan massa bintang normalnya, membuat Sco X-1 termasuk ke dalam kelompok Low Mass X-ray Binary(LMXB). LMXB merupakan sistem bintang ganda, dengan komponen 4

bintang primer berupa Black Hole atau Bintang Neutron yang berpasangan dengan bintang normal bermassa kecil dan mengakresi massa dari bintang pasangannya. Proses transfer massa terjadi, karena Roche Lobe Overflow. Gambar II.2: Geometri Roche, L 1 = titik Lagrange 1 Untuk menghitung potensial Roche awalnya dengan mengasumsikan bahwa kedua bintang yang masing-masing bermassa M 1 dan M 2 dianggap sebagai point mass yang memiliki orbit lingkaran (sirkular). Sehingga potensial efektif dapat dihitung dengan menjumlahkan potensial gravitasi dan gaya sentrifugal, maka dapat dituliskan secara matematika sebagai berikut: φ(r) = GM 1 r r 1 GM 2 r r 2 1 2 (ω r)2 (II.1) Potensial efektif itulah yang dikenal dengan potensial Roche. Seandainya massa kedua bintang berbeda, maka bintang yang bermassa lebih besar disebut sebagai bintang primer, dan bintang pasangannya disebut bintang sekunder. Bintang primer yang telah lebih dulu berevolusi menjadi bintang kompak, memiliki gravitasi yang kuat. Jika bintang sekunder mulai mengembang hingga bintang memenuhi Roche Lobe-nya, terjadilah Roche Lobe Overflow. Bintang tidak akan melewati batas Roche Lobe, dan massa akan dialirkan melewati titik 5

Lagrange 1 (L 1 pada gambar II.2)dan ditangkap oleh gravitasi bintang primer. Dengan begitu, terjadilah proses transfer massa. Gambar II.3: Proses terjadinya transfer massa dari bintang sekunder ke bintang primer akibat Roche Lobe Overflow (Charles dan Seward, 1995) Saat kehilangan massanya, momentum sudut bintang sekunder pun hilang sehingga massa yang ditransfer tidak langsung jatuh ke dalam bintang primer, melainkan mengalami perputaran yang mirip dengan cakram yang disebut sebagai piringan akresi. Temperatur piringan akresi cukup tinggi dan diperkirakan sebagai tempat dihasilkannya sinar-x. Properti pada LMXB, akan diuraikan lebih rinci berikut ini. II.1 Bintang Kompak Dalam LMXB Komponen bintang primer dalam LMXB berupa Black Hole, biasanya dikenal dengan Low Mass Black Hole Binary (LMBHB), sementara untuk komponen primer berupa Bintang Neutron, dikenal dengan Low Mass Neutron Star Binary (LMNSB). Kedua istilah tersebut cukup sering digunakan untuk membedakan jenis bintang primer LMXB. Dalam X-ray Binaries, selain klasi- 6

fikasi berdasarkan massa bintang donornya, ada juga klasifikasi berdasarkan pancaran sinar-x. Tipe pemancar sinar-x yang dapat diamati secara terus menerus disebut tipe persistent. Sementara untuk tipe pemancar sinar-x yang hanya dapat diamati pada waktu tertentu saja disebut tipe transient. Jika ditinjau berdasarkan komponen primer berupa Bintang Neutron, X-ray Binaries dapat dikelompokkan kembali menjadi 2, yaitu X- ray Pulsar dan X-ray Burster tipe I dan II. Pulsar memiliki periode pulsasi yang stabil, medan magnetik yang tinggi dan mengakresi materi dengan menyusuri medan magnetnya ke arah kutub-kutub, sehingga terdapat dua hot spot pada permukaannya. Jika sumbu magnetik pulsar tidak sejajar dengan sumbu rotasinya, maka kita dapat mengamati X-ray pulse dari pulsar. Sementara untuk X-ray Burster, kita dapat mengamati perubahan kecerlangan karena adanya peristiwa burst. Burst yang terjadi mirip dengan nova, yaitu adanya reaksi termonuklir di permukaan Bintang Neutron, mengubah hidrogen yang diakresi menjadi helium. Pada X-ray Burster, medan magnetiknya lemah, sehingga akan dicapai keadaan pada limit akresi massa kritis, tekanan magnetik tidak mampu menahan tekanan radiasinya. Peristiwa tersebut dapat kita amati sebagai Burst. Gambar II.4: Kurva cahaya dari EXO 2030 + 375 pada saat terjadinya burst. Ledakan termonuklir dari permukaan Bintang Neutron diinterpretasikan sebagai penyebab terjadinya burst. (Charles dan Seward, 1995). Penemuan baru mengenai periode burst yang sering terjadi pada X-ray Burster (dalam orde detik), membuat adanya klasifikasi baru, yang dinamakan 7

Rapid Burster (X-ray Burster tipe II). Gambar II.5: Peristiwa burst pada Rapid Burster memiliki mekanisme yang berbeda dengan X-ray Burster tipe I. (Charles dan Seward, 1995). Untuk X-ray Burster tipe II, Bintang Neutron sebagai pengakresi massa, memiliki medan magnet yang lebih kuat dibanding tipe I, sehingga medan magnet tersebut dapat menghalangi proses terjadinya akresi dari piringan bagian dalam. Jika tekanan gas melebihi tekanan magnetik dan terjadilah burst. II.2 Bintang Pasangan Komponen Bintang sekunder dalam LMXB berupa bintang normal yang bermassa M 1.2M, dengan tipe kelas spektrum A, F, G, K, atau M untuk 8

bintang normal pada tahap deret utama atau sub-raksasa. Sementara itu, beberapa pengamatan menemukan bahwa komponen bintang sekunder pada LMXB dapat berupa White Dwarf atau bintang tahap terdegenerasi. Hal ini dapat dilihat pada data pengamatan (tabel II.1). II.3 Piringan Akresi Piringan Akresi merupakan properti yang cukup menarik untuk dipelajari, karena komponen ini berupa materi (gas) yang berotasi mengelilingi bintang kompak. Hilangnya momentum sudut saat laju kehilangan massa bintang sekunder menjadi penyebab terbentuknya piringan akresi. Piringan akresi berotasi mengelilingi bintang kompaknya diasumsikan mengikuti gerak Keplerian. Kecepatan sudut piringan akan berbeda di setiap radius yang berbeda pula. Kecepatan sudut bagian dalam piringan lebih besar daripada bagian luarnya berdasarkan persamaan: Ω = GM r 3 (II.2) Massa di piringan dari luar, akan jatuh ke dalam hingga ke permukaan Bintang Neutron. Peristiwa jatuhnya massa ke permukaan Bintang Neutron disebut akresi. Energi yang dihasilkan dari akresi massa dapat dituliskan dengan persamaan: E acc = GMm R (II.3) dimana G konstanta gravitasi, M massa Bintang Neutron, m massa yang diakresi, dan jari-jari Bintang Neutron. E acc merupakan energi yang dihasilkan sekitar 10 20 erg per gram akresi. Syarat yang diperlukan agar piringan akresi dapat terbentuk yaitu: 1. Rm < Rmin, artinya bahwa radius magnetosfer (penjelasan lebih lanjut 9

tentang magnetosfer, lihat Bab V poin d) harus lebih kecil dari radius terdekat aliran materi yang diukur dari bintang kompak. 2. Jika Rm > Rmin, akan ada dua kemungkinan: Rm > Rr, artinya piringan tidak akan terbentuk karena radius magnetosfer lebih besar dari radius sirkularisasi (radius minimun agar terbentuknya piringan). Rmin < Rm < Rr, artinya piringan dapat terbentuk. Menurut Shakura dan Sunyaev (1973), teori piringan akresi standar diasumsikan bahwa piringan akresi dikatakan tipis secara geometri, dan tebal secara optis. Gerak partikel di piringan akresi bersifat Keplerian dan materi bersifat viskos. Adanya gesekan antar materi dalam piringan mengakibatkan disipasi energi, dan hal ini berkaitan dengan distribusi momentum sudut serta proses spiral-in materi ke pusat. Secara umum, bagian pada piringan akresi dibagi menjadi dua, yakni outer disc dan inner disc. Pembagian dua wilayah ini berdasarkan perbedaan temperatur antara keduanya. Pada bagian outer disc, temperatur piringan lebih dingin sehingga kadang disebut sebagai cold disc. Untuk bagian inner disc, karena wilayah ini lebih dekat dengan Bintang Neutron yang temperaturnya sangat panas, inner disc pun memiliki temperatur yang lebih panas dibanding outer disc. Luminositas pancaran sinar-x dari X-ray Binaries antara 10 34-10 38 erg/s. Luminositas akresi dibatasi oleh limit Eddington. Oleh karena itu, luminositas yang dipancarkan tidak dapat melebihi limit Eddington. Untuk luminositas akresi, diasumsikan bahwa seandainya energi kinetik materi yang jatuh diubah menjadi radiasi dari permukaan bintang yang memiliki jari-jari, maka dari persamaan (II.3), kita dapatkan luminositas akresi: L acc = GMṀ R (II.4) 10

dan luminositas Eddington memenuhi: L Edd = 4πGMm pc σ T (II.5) L Edd = 1.3 10 38 (M/M )ergs 1 (II.6) Selama terjadi akresi, massa yang kaya akan hidrogen akan terkumpul di inner disc, hingga massa yang terkumpul itu mencapai limit massa Eddington, terjadilah pelepasan energi yang besar dan kita amati sebagai burst. Massa akresi dapat dihitung dengan persamaan: Ṁ = 4πR m p c σ T (II.7) Massa kritis yang dapat diakumulasi dari proses akresi, yaitu: Ṁ = R 6 1.5 10 8 M /tahun (II.8) R 6 merupakan radius dengan satuan puluhan kilometer, dan M Edd adalah limit akresi massa. Jika akresi massa berlangsung lama dan melebihi limit Eddington, materi akan menutupi bintang kompak sehingga menghalangi pancaran sinar-x. Sebagian sinar-x akan diserap dan dihamburkan sehingga keluar sebagai gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang. Pembangkitan energi berasal dari pelepasan energi potensial menjadi kalor dari akresi massa. Sebelum terjadinya burst, laju reaksi nuklir di permukaan Bintang Neutron sangat rendah (hampir tidak ada). Jika laju akresi massa semakin membesar, maka energi pun akan meningkat diikuti oleh naiknya temperatur (lihat V.3 tentang teori laju akresi massa). Saat temperaturnya tinggi, memicu kecepatan reaksi nuklir untuk meningkat. Reaksi termonuklir ini mengubah Hidrogen dari akresi massa menjadi Helium. Permukaan Bintang Neutron diasumsikan sebagai benda yang sangat masif dan materi yang ada di 11

sana terdegenerasi. Tekanan yang berperan pun tekanan terdegenerasi yang tidak dipengaruhi oleh temperatur. Hingga saat temperatur Fermi dicapai, persamaan keadaan yang berlaku bukan lagi persamaan keadaan terdegenerasi, namun persamaan gas ideal. Tekanan yang tiba-tiba mendapat kontribusi dari temperatur yang tinggi, membuatnya harus menyesuaikan diri dan terjadilah peningkatan tekanan secara mendadak. Peristiwa itulah yang disebut burst. 12

Tabel II.1: Data pengamatan Low Mass X-ray Binaries dengan Propertinya (Charles dan Seward, 1995, Tab. 8.1) Source Period(hr) type M v Comp. Star 4U1820-30 0.19 Burster - WD 4U1626-27 0.7 Burster 19 A1916-05 0.83 Burster 21 X1323-619 2.9 Burster, - MXB1636-536 3.8 Burster 17 EXO0748-676 3.8 Burster, dipper 17 4U1254-69 3.9 Burster, dipper 19 4U1728-16 4.2 ADC 17 X1755-338 4.4 Dipper 18.5 MXB1735-444 4.6 Burster 17 Cyg X-3 4.8 (IR) 4U2129+47 5.2 ADC 16 2A1822-371 5.6 ADC 16 MXB1659-29 7.2 Burster, dipper 19 A0620-00 7.3 12-19 K LMC X-2 8.3 19 4U2127+11 8.5 ADC 16 4U1956+11 9.3 18 CAL 87 10.2 ADC 19 GX339-4 14.8 Multi-state 15-21 Sco X-1 19.2 Prototype LMXB 12-14 4U1624-49 21 Dipper - CAL 83 25 ADC 17 Her X-1 40.8 Dipper 15 F GS2023+338 155 Transient 12-19 K0 2S0921-630 216 ADC 16 Cyg X-2 235 Dipper 15 Fgiant 13