BAB I PENDAHULUAN. yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan
|
|
- Ida Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuaca antariksa adalah kondisi di matahari, magnetosfer, ionosfer dan termosfer yang dapat mempengaruhi kondisi dan kemampuan sistem teknologi baik yang landas bumi maupun ruang angkasa dan membahayakan kehidupan dan kesehatan manusia. Matahari melontarkan milyaran ton partikel dan plasma berenergi tinggi serta radiasi gelombang elektromagnetik. Lontaran partikel dan radiasi yang mengarah ke bumi ini akan mempengaruhi lapisan atmosfer dan sistem teknologi serta aktivitas manusia di bumi. Cuaca antariksa dipengaruhi oleh aktivitas matahari terutama kecepatan dan kerapatan angin surya, sifat dari medan magnetik bumi serta medan magnet antar planet yang dibawa oleh plasma angin surya. Pada kondisi aktif memungkinkan terjadinya lontaran massa korona (Coronal Mass Ejection/CME), flare, dan gelombang kejut yang memunculkan radiasi gelombang elektromagnet dan radiasi partikel yang berenergi tinggi. Variasi aktivitas matahari disebut siklus matahari yang berlangsung rata-rata 11 tahunan. Aktivitas matahari ditandai dengan munculnya bintik gelap yang mempunyai temperatur lebih dingin daripada daerah di sekitarnya yang biasanya disebut bintik Matahari (sunspot). Keterkaitan Luas Grup Sunspot D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare M Dan X
2 Selama kala hidupnya sunspot akan mengalami perubahan sifat-sifat fisisnya antara lain perubahan luas dan medan magnet, baik kuat medan magnetnya maupun kompleksitasnya. Perubahan bentuk dan luas grup sunspot diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas klasifikasi Zurich dengan notasi A, B, C, D, E, F, dan H. A, B dan C menyatakan sunspot dalam taraf perkembangan awal. D, E, dan F merupakan tahapan evolusi yang aktif. Selain itu, grup sunspot pada kelas ini struktur magnetnya lebih kompleks daripada kelas A, B, dan C karena kelas ini merupakan kelas yang memiliki struktur bipolar dengan penumbra pada kedua ujung grupnya dan juga memiliki luas grup yang lebih besar daripada kelas A, B, C maupun H. Ledakan sewaktu-waktu bisa muncul dari sunspot pada kelas ini. Sehingga, grup sunspot kelas D, E, dan F ini berpotensi memunculkan flare. Sedangkan kelas H adalah kelas sunspot yang sedang menuju pada peluruhan. Sunspot berevolusi dari spot kecil dengan aktivitas rendah kemudian berkembang menjadi konfigurasi yang sangat kompleks dengan kemungkinan mempunyai aktivitas tinggi, yaitu mengeluarkan ledakan-ledakan berupa flare dan CME. Flare matahari adalah ledakan dahsyat di matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet di matahari. Umumnya flare terjadi di atas daerah aktif. Daerah aktif merupakan bagian dari atmosfer matahari yang kekuatan medan magnetnya lebih tinggi daripada daerah sekelilingnya. Sumber energi flare ini tersimpan dalam medan magnet di daerah aktif. Keterkaitan Luas Grup Sunspot D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare M Dan X
3 Berdasarkan kecerlangannya pada panjang gelombang sinar-x antara 1 8 Angstrom, flare diklasifikasikan dalam beberapa kelas yaitu flare kelas B, C, M, dan X. Flare kelas M dan X merupakan flare yang memiliki intensitas yang besar dan memiliki pengaruh terhadap bumi, seperti menyebabkan perubahan di ionosfer bumi yang dapat mengganggu sinyal radio, menyebabkan gangguan satelit pada orbit dekat bumi, merusak GPS, dan sebagainya. Karena intensitas merupakan daya tiap satuan luas sehingga seharusnya ada pengaruh luas grup sunspot dengan intensitas flare. Di bawah ini adalah penelitian yang dilakukan Jasman (2002) mengenai Luas Minimum Grup Sunspot untuk Pemunculan Flare. Tabel 1.1. Luas Minimum Masing-masing Grup Sunspot yang Dapat Memunculkan Masing-masing Importansi Flare A B C D E F H Importansi Flare Luas Minimum Grup Sunspot (x10-6 solar hemisphere) S Keterkaitan Luas Grup Sunspot D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare M Dan X
4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jasman (2002) diperoleh bahwa semakin besar luas minimum grup sunspot akan menghasilkan flare Hα dengan kelas importansi yang semakin besar pula seperti yang terlihat pada tabel 1.1. Dalam penelitian Greatrix (1962) diperoleh pula nilai korelasi antara frekuensi munculnya flare dengan luas grup sunspot yang masing-masing bernilai 0,9; 0,766; dan 0,772. Angka korelasi ini menunjukkan besarnya pengaruh luas grup sunspot terhadap munculnya flare. Dari kedua hasil penelitian tersebut diperoleh hubungan yang kuat antara luas grup sunspot dengan munculnya flare. Pada kedua penelitian tersebut yang diteliti adalah flare pada panjang gelombang H α, sehingga diperlukan juga penelitian mengenai pengaruh luas grup sunspot dengan flare pada panjang gelombang sinar-x karena flare sinar-x yang lebih berpengaruh pada Bumi. Dari latar belakang yang telah disampaikan tersebut maka dalam penelitian ini kajian difokuskan pada hubungan luas grup sunspot kelas D, E, F dengan peristiwa flare kelas M dan X. Keterkaitan Luas Grup Sunspot D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare M Dan X
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan luas grup sunspot kelas D, E, dan F dengan peristiwa flare kelas M dan X pada siklus Matahari ke-23? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Hubungan antara luas grup sunspot kelas D, E, dan F dengan peristiwa flare M dan X dinyatakan dalam koefisien korelasi yang diperoleh secara statistika. 2. Peristiwa flare yang diteliti pada penelitian ini difokuskan pada intensitasnya. 3. Data yang digunakan untuk data sunspot yaitu waktu terjadinya sunspot, kelas sunspot, luas grup sunspot dan nomor sunspot. 4. Data yang digunakan untuk data flare yaitu waktu terjadinya flare, kelas flare, dan nomor sunspot. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis hubungan luas grup sunspot kelas D, E, dan F dengan peristiwa flare kelas M dan X pada siklus ke-23. Keterkaitan Luas Grup Sunspot D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare M Dan X
6 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang Keterkaitan Luas Grup Sunspot D, E, dan F dengan Peristiwa Flare M dan X Pada Siklus Matahari ke-23 ini adalah dapat memprediksi potensi terjadinya flare kuat dengan melihat luas grup sunspot kelas D, E, dan F pada siklus matahari yang berbeda. F. Metode Penelitian analitik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Keterkaitan Luas Grup Sunspot D, E, Dan F Dengan Peristiwa Flare M Dan X
BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari mungkin tidak pernah ada kehidupan di muka Bumi ini. Matahari adalah sebuah bintang yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya di Bumi, cuaca juga terjadi di Antariksa. Namun, cuaca di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak hanya di Bumi, cuaca juga terjadi di Antariksa. Namun, cuaca di Antariksa bukan berupa hujan air atau salju es seperti di Bumi, melainkan cuaca di Antariksa terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu pendek dan skala waktu panjang (misalnya siklus Matahari 11 tahunan). Aktivitas dari Matahari
Lebih terperinciDAMPAK AKTIVITAS MATAHARI TERHADAP CUACA ANTARIKSA
DAMPAK AKTIVITAS MATAHARI TERHADAP CUACA ANTARIKSA Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN email: clara@bdg.lapan.go.id RINGKASAN Perubahan cuaca antariksa dapat menimbulkan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoana Nurul Asri, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi setiap saat selalu dihujani oleh atom-atom yang terionisasi dan partikel subatomik lainnya yang disebut sinar kosmik. Sinar kosmik ini terdiri dari partikel yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matahari adalah sebuah objek yang dinamik, banyak aktivitas yang terjadi didalamnya. Beragam aktivitas di permukaannya telah dipelajari secara mendalam dan
Lebih terperinciCUACA ANTARIKSA. Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN RINGKASAN
CUACA ANTARIKSA Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN email: clara@bdg.lapan.go.id RINGKASAN Cuaca antariksa meliputi kopling antara berbagai daerah yang terletak antara matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari Fitriani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matahari merupakan sumber energi utama perubahan kondisi lingkungan antariksa. Matahari terus-menerus meradiasikan kalor, radiasi elektromagnetik pada seluruh panjang
Lebih terperinciANCAMAN BADAI MATAHARI
ANCAMAN BADAI MATAHARI 1. Gambaran Singkat Badai Matahari (Solar Storm) adalah gejala terlemparnya proton dan elektron matahari, dan memiliki kecepatan yang setara dengan kecepatan cahaya. Badai Matahari
Lebih terperinciANALISA KEJADIAN LUBANG KORONA (CORONAL HOLE) TERHADAP NILAI KOMPONEN MEDAN MAGNET DI STASIUN PENGAMATAN MEDAN MAGNET BUMI BAUMATA KUPANG
ANALISA KEJADIAN LUBANG KORONA (CORONAL HOLE) TERHADAP NILAI KOMPONEN MEDAN MAGNET DI STASIUN PENGAMATAN MEDAN MAGNET BUMI BAUMATA KUPANG 1. Burchardus Vilarius Pape Man (PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun
Lebih terperinciPENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Abstrak
PENGUKURAN TEMPERATUR FLARE DI LAPISAN KROMOSFER BERDASARKAN INTENSITAS FLARE BERBASIS SOFTWARE IDL (INTERACTIVE DATA LANGUAGE) Nani Pertiwi 1, Bambang Setiahadi 2, Sutrisno 3 1 Mahasiswa Fisika, Fakultas
Lebih terperinciSEMBURAN RADIO MATAHARI DAN KETERKAITANNYA DENGAN FLARE MATAHARI DAN AKTIVITAS GEOMAGNET
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 2 Juni 28:9-94 SEMBURAN RADIO MATAHARI DAN KETERKAITANNYA DENGAN FLARE MATAHARI DAN AKTIVITAS GEOMAGNET Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains
Lebih terperinciAnalisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari Maret 2015 Melalui LAPAN Watukosek
Analisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari Maret 2015 Melalui LAPAN Watukosek Muhammad F. Rouf Hasan 1, Bambang Setiahadi, Sutrisno Jurusan Fisika, Universitas
Lebih terperinciMedan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB
Medan Magnet Benda Angkasa Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar XII.3.4 Menganalisis induksi magnet dan gaya magnetik pada berbagai produk teknologi XII.4.4 Melaksanakan pengamatan induksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas Matahari merupakan faktor utama yang memicu perubahan cuaca
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas Matahari merupakan faktor utama yang memicu perubahan cuaca antariksa. Aktivitas Matahari sendiri ditandai oleh kemunculan bintik Matahari (Sunspot) yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari yang sampai di bumi merupakan sumber utama energi yang menimbulkan segala macam kegiatan atmosfer seperti hujan, angin, siklon tropis, musim panas, musim
Lebih terperinciFLARE BERDURASI PANJANG DAN KAITANNYA DENGAN BILANGAN SUNSPOT
FLARE BERDURASI PANJANG DAN KAITANNYA DENGAN BILANGAN SUNSPOT Santi Sulistiani, Rasdewlta Kesumaningrum Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN ABSTRACT In this paper we present the relationship
Lebih terperinciLEDAKAN MATAHARI PEMICU ANOMALI DINAMIKA ATMOSFER BUMI
Ledakan Matahari Pemicu Anomali Dinamika Atmosfer Bumi (Suratno) LEDAKAN MATAHARI PEMICU ANOMALI DINAMIKA ATMOSFER BUMI Suratno Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN e-mail: suratno@bdg.lapan.go.id
Lebih terperinciIkhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya
Raja Kerajaan Tata Surya Matahari merupakan salah satu bintang di antara milyaran bintang yang ada di galaksi kita. Seperti bintang yang lainnya, Matahari merupakan bola gas panas raksasa yang sangat terang.
Lebih terperinciMATAHARI SEBAGAI SUMBER CUACA ANTARIKSA
Berita Dirgantara Vol. 9 No. 1 Maret 2008:6-11 MATAHARI SEBAGAI SUMBER CUACA ANTARIKSA Neflia Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN Neflia103@yahoo.com RINGKASAN Kata cuaca antariksa sangat erat
Lebih terperinciSTRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA
STRUKTUR MATAHARI DAN FENOMENA SURIA MATAHARI Bintang terdekat dengan Bumi - jarak purata 149,680,000 kilometer (93,026,724 batu). Mempunyai garis pusat (diameter) 1,391,980 kilometer dengan suhu permukaan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI LUAS DAERAH AKTIF DI MATAHARI PENYEBAB KEJADIAN BADAI GEOMAGNET
Fibusi (JoF) Vol. 3 No. 3, Desember 2015 IDENTIFIKASI LUAS DAERAH AKTIF DI MATAHARI PENYEBAB KEJADIAN BADAI GEOMAGNET Kholidah 1,*, Rasdewita Kesumaningrum 2,, Judhistira Aria Utama 1 1Departemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus
26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus mempergunakan data semburan radio Matahari tipe II yang
Lebih terperinciKETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT
Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT
Lebih terperinciKLASIFIKASI DAN PERUBAHAN JUMLAH SUNSPOT DIAMATI DARI LABORATORIUM ASTRONOMI JURUSAN FISIKA FMIPA UM PADA BULAN AGUSTUS OKTOBER 2012
KLASIFIKASI DAN PERUBAHAN JUMLAH SUNSPOT DIAMATI DARI LABORATORIUM ASTRONOMI JURUSAN FISIKA FMIPA UM PADA BULAN AGUSTUS OKTOBER 2012 Volvacea, Volvariella Universitas Negeri Malang Email: volvacea14@gmail.com
Lebih terperinciAnalisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari Maret 2015 Melalui LAPAN Watukosek
JPSE (Journal of Physical Science and Engineering) http://journal2.um.ac.id/index.php/jpse EISSN: 2541-2485 Analisis Terjadinya Flare Berdasarkan Pergeseran Sudut Rotasi Group Sunspot pada Bulan Januari
Lebih terperinciMODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN H JANGKA PENDEK BERDASARKAN DAMPAK GANGGUAN REGULER
MODEL VARIASI HARIAN KOMPONEN H JANGKA PENDEK BERDASARKAN DAMPAK GANGGUAN REGULER Habirun Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) email: h a b i r u n @ b d
Lebih terperinciDISTRIBUSI POSISI FLARE YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET SELAMA SIKLUS MATAHARI KE 22 DAN 23
DISTRIBUSI POSISI FLARE YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET SELAMA SIKLUS MATAHARI KE 22 DAN 23 Tiar Dani dan Jalu Tejo Nugroho Peneliti Matahari dan Antariksa Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN Jl.
Lebih terperinciKALIBRASI MAGNETOMETER TIPE 1540 MENGGUNAKAN KALIBRATOR MAGNETOMETER
Kalibrasi Magnetometer...(Harry Bangkit dan Mamat Ruhimat) KALIBRASI MAGNETOMETER TIPE 1540 MENGGUNAKAN KALIBRATOR MAGNETOMETER Harry Bangkit, Mamat Ruhimat Pusat Sain Antariksa Lembaga Penerbangan dan
Lebih terperinciBADAI MATAHARI DAN PENGARUHNYA PADA IONOSFER DAN GEOMAGNET DI INDONESIA
Badai Matahari dan Pengaruhnya pada Ionosfer...(Clara Y.Yatini et al.) BADAI MATAHARI DAN PENGARUHNYA PADA IONOSFER DAN GEOMAGNET DI INDONESIA Clara Y. Yatini, Jiyo, Mamat Ruhimat Peneliti Pusat Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angin bintang dapat difahami sebagai aliran materi/partikel-partikel (plasma) dari permukaan atmosfer bintang dengan kecepatan cukup besar sehingga mampu melawan tarikan
Lebih terperinciMODEL SPEKTRUM ENERGI FLUENS PROTON PADA SIKLUS MATAHARI KE-23
MODEL SPEKTRUM ENERGI FLUENS PROTON PADA SIKLUS MATAHARI KE-23 Wilson Sinambela, S. L Manurung, Nana Suryana Peneliti Pusat Pamanfaatan Sains Antariksa, LAPAN e-mail:wilson@bdg.lapan.go.id e-mail:manurung@bdg.lapan.go.id
Lebih terperinciPREDIKSI BINTIK MATAHARI UNTUK SIKLUS 24 SECARA NUMERIK
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PREDIKSI BINTIK MATAHARI UNTUK SIKLUS 24 SECARA NUMERIK John Maspupu Pussainsa
Lebih terperinciATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi
BAB 1 ATMOSFER BUMI A tmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara drastis di malam hari dan tidak memanas dengan cepat di siang
Lebih terperinciKETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN AKTIVITAS GEOMAGNET DI BIAK TAHUN
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 08:112-117 KETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN AKTIVITAS GEOMAGNET DI BIAK TAHUN 1996 01 Clara Y. Yatini, dan Mamat Ruhimat Peneliti Pusat
Lebih terperinciAtmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.
Atmosfer Bumi Meteorologi Pendahuluan Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara
Lebih terperinciAnalisis Kejadian Corona Mass Ejection (CME) dan Solar Wind di Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang (KPG)
Analisis Kejadian Corona Mass Ejection (CME) dan Solar Wind di Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang (KPG) 1. Rahmat Setyo Juliatmoko, M.Si (PMG Ahli Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang) 2. Burchardus
Lebih terperinciPEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda
PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda 1. Tinggi bintang dari bidang ekuator disebut a. altitude b. latitude c. longitude d. deklinasi e. azimut 2. Titik pertama Aries, didefinisikan
Lebih terperinci1.2 Tujuan Makalah Makalah ini dibuat untuk membantu para taruna-taruni dalam hal memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan medan magnet Bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magnet adalah suatu obyek yang mempunyai medan magnet. Pada saat ini, suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Materi tersebut bisa dalam
Lebih terperinciBAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH
BAB II PROPAGASI GELOMBANG MENENGAH. GELOMBANG MENENGAH Berdasarkan spektrum frekuensi radio, pita frekuensi menengah adalah gelombang dengan rentang frekuensi yang terletak antara 300 khz sampai 3 MHz
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LONTARAN MASSA KORONA (CME) YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET
KARAKTERISTIK LONTARAN MASSA KORONA (CME) YANG MENYEBABKAN BADAI GEOMAGNET Clara Y. Yatini, Suratno, Gunawan Admiranto, Nana Suryana Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN email: clara@bdg.lapan.go.id
Lebih terperinciHUBUNGAN LUAS DAN TEMPERATUR UMBRA SUNSPOT MENGGUNAKAN SOFTWARE INTERACTIVE DATA LANGUAGE (IDL)
HUBUNGAN LUAS DAN TEMPERATUR UMBRA SUNSPOT MENGGUNAKAN SOFTWARE INTERACTIVE DATA LANGUAGE (IDL) Dian Ameylia Sushanti 1), Bambang Setiahadi P. 2), Sutrisno 3) Universitas Negeri Malang Email: dian.ameylia12@ymail.com
Lebih terperinciGudang March 29 Permalink
Gudang March 29 Permalink Gambar ini telah di perkecil agar sesuai dengan halaman. Klik pada gambar untuk melihat ukuran aslinya. Akhir - akhir ini Matahari seperti terbangun. Setelah beberapa tahun tenang,
Lebih terperinci6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6. Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi) : kg
Massa Atmosfer Tekanan di permukaan laut seluas 1 cm 2, dihasilkan oleh berat udara 1,02 kg 6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6 Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, data harian yang diambil merupakan data sekunder
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini, data harian yang diambil merupakan data sekunder dari NGDC ( National Geophysical Data Center ) yaitu sumber pusat mengenai bumi dan matahari yang
Lebih terperinciAtmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.
Atmosfer Bumi 800 km 700 km 600 km 500 km 400 km Aurora bagian atas Meteor 300 km Aurora bagian bawah 200 km Sinar ultraviolet Gelombang radio menumbuk ionosfer 100 km 80 km Mesopause Stratopause 50 km
Lebih terperinciVariasi Pola Komponen H Medan Geomagnet Stasiun Biak Saat Kejadian Solar Energetic Particle (SEP) Kuat Pada Siklus Matahari Ke-23
Seminar Nasional Pascasarjana IX ITS, Surabaya 12 Agustus 29 Variasi Pola Komponen H Medan Stasiun Biak Saat Kejadian Solar Energetic Particle (SEP) Kuat Pada Siklus Matahari Ke-23 Anwar Santoso Pusat
Lebih terperinciAnalisis Empirik Kejadian Flare Terkait dengan Perubahan Fisik Sunspot
Analisis Empirik Kejadian Flare Terkait dengan Perubahan Fisik Sunspot T. Dani, S. Jasman, dan G. Admiranto Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa LAPAN Abstrak Kelas grup sunspot dan kompleksitas medan magnetiknya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan indentifikasi terhadap lubang korona, angin
30 BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dilakukan indentifikasi terhadap lubang korona, angin surya, dan badai geomagnet selama selang waktu tahun 1998-2003. Berikut dijelaskan metode penelitian
Lebih terperinciGERHANA MATAHARI DAN GERHANA BULAN
GERHANA MATAHARI DAN GERHANA BULAN Tanpa disadari sebenarnya kita selalu berputar dimuka bumi ini sesuai dengan bumi dan tata surya. Sistem tata surya kita yang terdiri dari 9 planet, bulan, komet (asteroid)
Lebih terperinciDEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :
Lebih terperinciKETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN VARIABILITAS IONOSFER DAN DAMPAKNYA PADA KOMUNIKASI RADIO DAN NAVIGASI BERBASIS SATELIT DI INDONESIA.
KETERKAITAN AKTIVITAS MATAHARI DENGAN VARIABILITAS IONOSFER DAN DAMPAKNYA PADA KOMUNIKASI RADIO DAN NAVIGASI BERBASIS SATELIT DI INDONESIA. Wilson Sinambela 1, Tiar Dani 1, Iyus Edy Rustandi 1, Jalu Tejo
Lebih terperinciKARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET REGIONAL INDONESIA
KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET REGIONAL INDONESIA Habirun Pusat Sains Antariksa-LAPAN Bidang Geomagnet dan Magnet Antariksa Email : e_habirun@yahoo.com PENDAHULUAN Karakteristik variasi
Lebih terperinciDISTRIBUSI KARAKTERISTIK SUDDEN STORM COMMENCEMENT STASIUN BIAK BERKAITAN DENGAN BADAI GEOMAGNET ( )
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 1 Maret 28:5-54 DISTRIBUSI KARAKTERISTIK SUDDEN STORM COMMENCEMENT STASIUN BIAK BERKAITAN DENGAN BADAI GEOMAGNET (2-21) Sity Rachyany Peneliti Pusat Pemanfaatan
Lebih terperinciTUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI
TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI ATMOSFER BUMI 6.1. Awal Evolusi Atmosfer Menurut ahli geologi, pada mulanya atmosfer bumi mengandung CO 2 (karbon dioksida) berkadar tinggi
Lebih terperinciANALISIS PERGERAKAN SUNSPOT UNTUK MENGKAJI POTENSI TERJADINYA FLARE PADA BULAN MARET-JUNI 2015 TUGAS AKHIR
ANALISIS PERGERAKAN SUNSPOT UNTUK MENGKAJI POTENSI TERJADINYA FLARE PADA BULAN MARET-JUNI 2015 TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fisika Dosen Pembibing: Asih
Lebih terperinciSilabus IPA Fisika SMP dan MTs Jilid 3 1
Sekolah : SMP... Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : IPA FISIKA SILABUS Standar Kompetensi: 3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam Kompetensi Dasar 3.1 Mendeskripsikan muatan listrik
Lebih terperinciANALISIS PERGERAKAN BINTIK MATAHARI Dl DAERAH AKTIF NOAA 0375
ANALISIS PERGERAKAN BINTIK MATAHARI Dl DAERAH AKTIF NOAA 0375 Oara Y. Yatint, E. Sunggfrtg Mumpunl Penelltt Puat Pemanfaatan Sains Mtiriksa, LAPAN emit cl3r3@bdg.tip3n-to.ld ABSTRACT The observation of
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MODEL FLUKTUASI INDEKS K HARIAN MENGGUNAKAN MODEL ARIMA (2.0.1) Habirun Peneliti Pusat Pemanlaatan Sains Antariksa, LAPAN
IDENTIFIKASI MODEL FLUKTUASI INDEKS K HARIAN MENGGUNAKAN MODEL ARIMA (2.0.1) Habirun Peneliti Pusat Pemanlaatan Sains Antariksa, LAPAN ABSTRACT The geomagnetic disturbance level called geomagnetic index.
Lebih terperinciANAL1SIS EMPIRIK KEJADIAN FLARE TIRKAIT DENGAN PERUBAHAN FIS1K SUNSPOT
ANAL1SIS EMPIRIK KEJADIAN FLARE TIRKAIT DENGAN PERUBAHAN FIS1K SUNSPOT Tiar Dani, Suprijatno J, dan Gunawan A. Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN ABSTRACT Sunspot class and magnetic field
Lebih terperinciSIFAT BINTANG. Astronomi. Ilmu paling tua. Zodiac of Denderah
PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu
Lebih terperinciSOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1
SOAL PILIHAN GANDA ASTRONOMI 2008/2009 Bobot nilai masing-masing soal : 1 1. [SDW] Tata Surya adalah... A. susunan Matahari, Bumi, Bulan dan bintang B. planet-planet dan satelit-satelitnya C. kumpulan
Lebih terperinciSeputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas
ATMOSFER ATMOSFER Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas yang menyelimuti bulatan bumi. Atmosfir
Lebih terperinciSEMBURAN RADIO MATAHARI SEBAGAI INDIKATOR CUACA ANTARIKSA
SEMBURAN RADIO MATAHARI SEBAGAI INDIKATOR CUACA ANTARIKSA Suratno Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN e-mail: suratno@bdg.lapan.go.fd RINGKASAN Emisi semburan radio matahari memerlukan waktu
Lebih terperinciKONDISI LINGKUNGAN ANTARIKSA Dl WILAYAH ORBIT SATELIT
KONDISI LINGKUNGAN ANTARIKSA Dl WILAYAH ORBIT SATELIT Thomas Djamaluddin Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN tjjjamal@bdg.lapan.go.ld, t_djamal@hotmall.com RINGKASAN Lingkungan antariksa
Lebih terperinciANALISIS PENURUNAN INTENSITAS SINAR KOSMIK
Berita Dirgantara Vol. 11 No. 2 Juni 2010:36-41 ANALISIS PENURUNAN INTENSITAS SINAR KOSMIK Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa LAPAN email: clara@bdg.lapan.go.id RINGKASAN Penyebab
Lebih terperinciHELISITAS MAGNETIK DAERAH AKTIF DI MATAHARI
HELISITAS MAGNETIK DAERAH AKTIF DI MATAHARI Clara Y. Yatlnl Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN email: clara@bdg.lapan.go.id ABSTRACT The solar magnetic helicity obey the helicity rule. Negative
Lebih terperinciGANGGUAN GEOMAGNET PADA FASE MINIMUM AKTIVITAS MATAHARI DAN MEDAN MAGNET ANTARPLANET YANG TERKAIT
GANGGUAN GEOMAGNET PADA FASE MINIMUM AKTIVITAS MATAHARI DAN MEDAN MAGNET ANTARPLANET YANG TERKAIT Mamat Ruhimat Peneliti Pusat Sains Antariksa, LAPAN email: mruhimat@yahoo.com ABSTRACT Geomagnetic disturbances
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
1 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian deskriptif analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran
Lebih terperinciDaftar Isi. Tata Surya. Matahari. Gerak edar bumi dan bulan. Lithosfer. Atmosfer.
Tata Surya L/O/G/O Daftar Isi 1 2 3 4 5 Tata Surya Matahari Gerak edar bumi dan bulan Lithosfer Atmosfer Tujuan Belajar Siswa mampu mendeskripsikan maahari sebagai bintang dan bumi sebagai salah satu planet
Lebih terperinciBab IV Analisis dan Pembahasan
Bab IV Analisis dan Pembahasan IV.1 Analisis Clustering Analisis clustering menggunakan jaringan kompetitif Kohonen (Self Organizing Map) menggunakan 2 vektor masukan x 1 dan x 2. Vektor x 1 diisi dengan
Lebih terperinciIde Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar
PERTEMUAN KE 2 Ide Dasar: Matahari dan bintang-bintang menggunakan reaksi nuklir fusi untuk mengubah materi menjadi energi. Bintang padam Ketika bahan bakar nuklirnya habis. SIFAT BINTANG Astronomi Ilmu
Lebih terperinciABSTRACT ABSTRAK 1 PENDAHULUAN
PROBABILITAS KETERKAITAN SEMBURAN RADIO MATAHARI TIPE II DENGAN LONTARAN MASSA KORONA Suratno Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN e-mail: suratno@bdg.lapan.go.id ABSTRACT Investigation on probability
Lebih terperinciANALISIS SEMBURAN RADIO MATAHARI TIPE II SEBAGAI PREKURSOR KEMUNGKINAN TERJADINYA BADAI MAGNET BUMI
Analisis Semburan Radio Matahari Tipe II... (Suratno et al.) ANALISIS SEMBURAN RADIO MATAHARI TIPE II SEBAGAI PREKURSOR KEMUNGKINAN TERJADINYA BADAI MAGNET BUMI Suratno dan Santi Sulistiani Peneliti Bidang
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen
1. Komposisi gas terbesar di atmosfer adalah gas. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1 argon oksigen nitrogen hidrogen karbon dioksida Komposisi gas-gas di udara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Dalam mengidentifikasi semburan radio Matahari (solar
Lebih terperinciSELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN 2009
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIRJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SELEKSI TINGKAT PROVINSI CALON PESERTA INTERNATIONAL ASTRONOMY OLYMPIAD (IAO) TAHUN
Lebih terperinciIPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI
IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. R = k (10g+f)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bintik Matahari ( Sunspot ) Di permukaan matahari terjadi gejolak gejolak yang kadang menguat dan kadang melemah yang dikenal dengan aktivitas matahari. Salah satu bentuk aktivitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menerapkan metode deskripsi analitik dan menganalisis data
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menerapkan metode deskripsi analitik dan menganalisis data sekunder yang diperoleh dari hasil akuisisi data yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS MATAHARI PADA KALA HIDUP SATELIT
PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI PADA KALA HIDUP SATELIT Thomas DJamaluddJn PenelW BI dang Matahari dan Antariksa, LAPAN ABSTRACT It has been known the effects of solar activities on satellite orbits. However,
Lebih terperinciKAJIAN AWAL ABSORPSI IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA FMIN (FREKUENSI MINIMUM) DI TANJUNGSARI
Berita Dirgantara Vol. 10 No. 3 September 2009:86-91 KAJIAN AWAL ABSORPSI IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA FMIN (FREKUENSI MINIMUM) DI TANJUNGSARI Prayitno Abadi Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi,
Lebih terperinciANALISIS ASOSIASI SEMBURAN RADIO MATAHARI TIPE III DENGAN FLARE SINAR-X DAN FREKUENSI MINIMUM IONOSFER
Analisis Asosiasi Semburan Radio Matahari...(Suratno et al.) ANALISIS ASOSIASI SEMBURAN RADIO MATAHARI TIPE III DENGAN FLARE SINAR-X DAN FREKUENSI MINIMUM IONOSFER Suratno *) dan Sri Suhartini **) *) Peneliti
Lebih terperinciPENGUAPAN KROMOSFER YANG TERKAIT DENGAN FLARE TANGGAL 13 MEI 2013 (CHROMOSPHERIC EVAPORATION RELATED TO THE MAY 13, 2013 FLARE)
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 8 No. 2 Juni 2013 :78-85 PENGUAPAN KROMOSFER YANG TERKAIT DENGAN FLARE TANGGAL 13 MEI 2013 (CHROMOSPHERIC EVAPORATION RELATED TO THE MAY 13, 2013 FLARE) Agustinus
Lebih terperinciANALISIS KEJADIAN SPREAD F IONOSFER PADA GEMPA SOLOK 6 MARET 2007
ANALISIS KEJADIAN SPREAD F IONOSFER PADA GEMPA SOLOK 6 MARET 2007 Dwi Pujiastuti 1, Sumi Daniati 1, Badrul Mustafa 2, Ednofri 3 1 Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika Universita Andalas 2 Jurusan Teknik
Lebih terperincicuaca antariksa fenomena Edisi Revisi sebuah persembahan dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
fenomena cuaca antariksa Edisi Revisi sebuah persembahan dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pengantar Buku ini diterbitkan oleh Pusat Sains Antariksa
Lebih terperinciSkema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi
Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN DEVIASI ANTARA KOMPONEN H STASIUN BIAK SAAT BADAI GEOMAGNET
Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 29 ANALISIS PERBANDINGAN DEVIASI ANTARA KOMPONEN H STASIUN BIAK SAAT BADAI GEOMAGNET Oleh : Anwar Santoso Staf Peneliti Bidang
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Sunspot, Aktivitas Matahari, Klasifikasi Mcintosh, Flare
ABSTRAK Pradhana, Candra. 2013.Klasifikasi Bintik Matahari (Sunspot) berdasarkan McIntosh sebagai Parameter Aktivitas Matahari dan Prediktor Flare Kelas x Diamati di Laboratorium Astronomi Fisika UM pada
Lebih terperinciPENENTUAN POSISI LUBANG KORONA PENYEBAB BADAI MAGNET KUAT
Penentuan Posisi Lubang Korona Penyebab Badai Magnet Kuat (Clara Y. Yatini) PENENTUAN POSISI LUBANG KORONA PENYEBAB BADAI MAGNET KUAT Clara Y. Yatini Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN email:
Lebih terperinciBBM 8. RADIASI ENERGI MATAHARI Oleh : Andi Suhandi
BBM 8. RADIASI ENERGI MATAHARI Oleh : Andi Suhandi PENDAHULUAN Kita meyakini sumber-sumber kehidupan dan berbagai fenomena fisis yang terjadi di Bumi kita sangat erat kaitannya dengan aktivitas Matahari.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah deskripif analitik dari data dan. Adapun penelitian ini meliputi pengolahan data, analisis
Lebih terperinciRadio Aktivitas dan Reaksi Inti
Radio Aktivitas dan Reaksi Inti CHATIEF KUNJAYA KK ASTRONOMI, ITB Reaksi Inti di Dalam Bintang Matahari dan bintang-bintang umumnya membangkitkan energi sendiri dengan reaksi inti Hidrogen menjadi Helium.
Lebih terperinciTUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA
TUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA Muhammad Ilham, Mohamad Yusup, Praba Fitra 10211078, 10211077, 10211108 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Lebih terperinciPlanet Biru. Yuni Wibowo
Planet Biru Yuni Wibowo Jarak dengan Matahari adalah 149.680.000 kilometer Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil Atmosfer Bumi lapisan udara yang mengelilingi bumi dengan ketebalan < 1.000 km.
Lebih terperinciPENENTUAN INDEKS IONOSFER T REGIONAL (DETERMINATION OF REGIONAL IONOSPHERE INDEX T )
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 7 No. 1 Maret 2012 :38-46 38 PENENTUAN INDEKS IONOSFER T REGIONAL (DETERMINATION OF REGIONAL IONOSPHERE INDEX T ) Sri Suhartini, Septi Perwitasari, Dadang Nurmali
Lebih terperinciAngin Matahari. Pengamatan Matahari. Dampak Sintilasi Ionosfer. dari Ruang Angkasa. Single Event Latch-up pada Satelit LAPAN-TUBSAT
Dampak Sintilasi Ionosfer pada Akurasi Navigasi & Posisi GNSS Single Event Latch-up pada Satelit LAPAN-TUBSAT ISSN 2303-2707 Angin Matahari Pengamatan Matahari dari Ruang Angkasa Review : Cuaca Antariksa
Lebih terperinciBAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI
BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan struktur bumi. Bila kita berada di suatu tempat yang terbuka, umumnya dataran sekeliling kita akan terlihat rata.
Lebih terperinciLIPUTAN AWAN TOTAL DI KAWASAN SEKITAR KHATULISTIWA SELAMA FASE AKTIF DAN TENANG MATAHARI SIKLUS 21 & 22 DAN KORELASINYA DENGAN INTENSITAS SINAR KOSMIK
Fibusi (JoF) Vol.1 No.3, Desember 2013 LIPUTAN AWAN TOTAL DI KAWASAN SEKITAR KHATULISTIWA SELAMA FASE AKTIF DAN TENANG MATAHARI SIKLUS 21 & 22 DAN KORELASINYA DENGAN INTENSITAS SINAR KOSMIK S.U. Utami
Lebih terperinciANALIS1S EVOLUSI GRUP SUNSPOTSPD WATUKOSEK UNTUK MEMPEROLEH INDIKATOR KEMUNCULAN FLARE
ANALIS1S EVOLUSI GRUP SUNSPOTSPD WATUKOSEK UNTUK MEMPEROLEH INDIKATOR KEMUNCULAN FLARE Nanang Wldodo, Nur Aenl, Sudan*!, Ahmad Sodlkin, Marian Penelhl Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek, LAPAN ABSTRACT
Lebih terperinci